dan
Kerancuannya
Mata kuliah : Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia
Dosen Pengampuh : Ira Eko Retnosari, S.S., M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 3
1.
2.
3.
4.
(125200015)
(125200105)
(125200082)
(125200156)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya
penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi.Terkadang
orang tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan yang
benar,sehingga ketika berbahasa, baik lisan maupun tulisan,sering mengalami
kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf, dan wacana.Pemahaman yang
baik dalam penggunaan diksi atau pemilihan kata sangat penting, agar tercipta suatu
komunikasi yang efektif dan efisien, bahkan mungkin vital, terutama untuk
menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.
Bahasa yang digunakan juga memiliki karakter berbeda-beda sehingga
penggunaan bahasa tersebut berfungsi sebagai sarana komunikasi dan identitas suatu
masyarakat tersebut. Sebagai makhluk sosial tidak bisa terlepas dari berkomunikasi
dengan sesama dalam setiap aktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita
jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara
kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat
ataupun dikarenakan salah paham.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan
mengenai permasalahan dalam pembentukan dan pemilihan kata.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan
masalah
yang
akan
dibahas
adalah
BAB II
PEMBAHASAN
Pembentukan Kata
sebagai
berikut:
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam
bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari
luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita
temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis misalnya:.
1. Penanggalan awalan meng2. Penanggalan awalan ber3. Peluluhan bunyi /c/
4. Penyengauan kata dasar
5. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6. Awalan ke- yang keliru pemakaian akhiran ir
7. Padanan yang tidak serasi
8. Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada,, daripada dan terhadap
9. Penggunaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk jamak dalam bahasa indonesia.
Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah
tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh mengulang
kata atau istilah yang kita definisikan.
Contoh definisi :
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, dan bendabenda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat, perasaan dan
kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari :
1) Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum
di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu pembicaraan atau diskusi.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi
etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
2) Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah istilah,
bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi realis ada tiga macam, yaitu :
Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai
dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa kata. Bahasa
asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara
lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada
juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa
Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:
- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki
bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali apabila
kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.
Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan
kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur
bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik
melalui proses penyesuaian ataupun tidak.
AFIKSASI
Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan
kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri
disebut sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat
berdiri sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dan lain-lain.
Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.
Afiksasi dibedakan menjadi beberapa kelompok:
1.) PREFIKS (Awalan)
2.) INFIKS (Sisipan)
3.) SUFIKS (Akhiran)
4.) KONFIKS (Penggabungan antara Prefiks dan Sufiks)
5.) SIMULFIKS (Imbuhan gabung)
A. PREFIKS
1. Awalan BerSifat:
- Semua imbuhan Ber- + (kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan,
kata keterangan) akan membentuk kata kerja.
- Mengalami morfofonemis menjadi be- pada kata yang dimulai dengan konsonan r,
cth: beracun, dan kata yang suku pertamanya mengandung bunyi [-er], cth:
bekerja, beternak.
- Mengalami morfofonemis menjadi bel- pada kata dasar ajar menjadi belajar.
- Memiliki fungsi sebagai pembentuk kata kerja intransitif.
- Bila dipasangkan dengan kata benda umum akan membentuk makna mempunyai
atau memakai, cth: berdasi, bersepatu.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan alat angkutan atau kendaraan
akan membentuk makna naik, cth: bersepeda, berkuda.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan suatu kejadian akan
membentuk makna mengeluarkan atau menghasilkan, cth: berkarya, bertelur.
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan zat akan membentuk makna
berisi
atau mengandung, cth: berair.
- Bila dipasangkan dengan kata ganti akan membentuk makna memiliki atau
mempunyai,
8. Awalan SeSifat:
- Fungsi awalan se- adalah: membentuk kesatuan (serumah), membentuk
perbandingan (secantik), membentuk kata penghubung (sebelum, sesudah).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata benda, maka maknanya: satu
(sebuah, sepotong), seluruh (sekampung), seperti(semacam).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya: sama
(secantik), sampai (sekenyang), sebatas (sekuat).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya adalah
segera setelah, cth: sepulang, sesampai.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar berawalan huruf apapun akan mengalami
morfologis tetap menjadi se-.
B. SUFIKS
1. Akhiran kan
Sifat:
- Memiliki fungsi: membentuk kata imperative (berikan, terangkan), membentuk kata
kerja transitif (bungkukkan, acungkan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna melakukan
perbuatan,
cth:
ambilkan.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna membuat jadi, cth:
damaikan.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna memasukkan ke,
cth:
gudangkan.
- Sufiks kan searti dengan kata pada, dengan, atas, cth: berasaskan kesetiakawanan
=
berasas pada kesetiakawanan.
2. Akhiran an
Sifat:
- Akhiran an memiliki fungsi membentuk kata benda, cth: makanan.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna: tempat (kubangan),
hasil pekerjaan (karangan), yang di- (minuman), alat untuk me- (timbangan), cara me(tendangan), dalam keadaan (tiduran).
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan dan kata sifat akan membentuk makna: yang
bersifat (asinan), banyak bilangan (ribuan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: banyak/ kumpulan
(rambutan),
tiap-tiap
(bulanan,
tahunan),
serupa/seperti
(orangorangan),mengucapkan/memainkan (musikan, gitaran).
3. Akhiran i
Sifat:
- Fungsi akhiran i adalah membentuk kata kerja imperative (duduki, terangi) dan
membentuk kata kerja transitif yang berarti membuat jadi (tulisi).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya adalah
memberi/membubuhi (garami, gulai), menghilangkan (kuliti), menjadi(ketuai).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat, maka maknanya:
membuat jadi (yakini, awali).
C. INFIKS
Infiks el-, -em-, -erSifat:
Infiks memiliki makna :
- Menyatakan identitas- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: gegar-gelegar,
gulung-gemulung.
- Menyatakan banyak- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja atau beberapa kata
benda, cth: getar-geletar, laki-lelaki, jari-jemari.
- Berulang-ulang-bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: getar-gemetar.
- Menyatakan benda-bila dilekatkan pada beberapa kata benda, cth: gaji-gergaji,
suling-seruling.
D. KONFIKS
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang
dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna menjadikan
yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya, cth: bersenjatakan,
berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.
2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk makna
banyak serta tidak teratur (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang menyatakan
letak atau jarak, maka akan membentuk makna saling atau berbalasan (berpotongan,
bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu akan
membentuk makna jadikan bahan (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan
membentuk makna jadikan supaya (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.
4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna melakukan hal
(pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna masalah
tentang (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna tempat .
(peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk
makna daerah, wilayah, atau kawasan (pegunugnan, pedalaman).
5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna
lakukan supaya jadi (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna lakukan yang
disebutkan pada kata dasarnya (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.
6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan membentuk
makna hal atau peristiwa (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna
proses (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna
tempat (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan
mendapatkan makna alat, (penggorengan, penglihatan).
7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata
kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan
gabung di-kan akan mengalami morfologi.
8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung di-I akan mengalami morfologi.
9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan, maka maknanya menyebabkan jadi (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang mebentuk
kata jadian, maka maknanya menyebabkan jadi (menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk gabungan
kata, maka maknanya adalah membuat jadi (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna melakukan sesuatu untuk
orang lain (membukakan, membelikan).
10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna membuat jadi (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna meberi atau membubuhi (menggarami,
menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna melakukan sesuatu (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna melakukan
berulang-ulang (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna
merasakan sesuatu pada (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna dapat dilakukan
(terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna tidak sengaja
dilakukan (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung
Ter-kan akan mengalami morfologi
12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna
dapat dilakukan, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk makna
tidak
sengaja terjadi (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Ter-i akan mengalami morfologi.
13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung
akan membentuk makna hal atau peristiwa (kedatangan, kenaikan, keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk
makna tempat atau wilayah (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna sedikit bersifat
atau keadaan (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna mengalami atau tidak sengaja (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna terlalu
(kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna terlalu disarankan tidak
menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata
keterangan
terlalu,
sehingga,
dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna hal atau
masalah (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Ke-an akan mengalami morfologi.
E. SIMULFIKS
1. Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna menjadikan
sebagai bahan (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna menjadikan supaya (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.
2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna membuat supaya
obyeknya menjadi atau menjadi lebih (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna melakukan
yang disebut pada kata dasarnya (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Memper-i akan mengalami morfologi.
3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya dengan makna dibuat jadi.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.
4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Diper-i akan mengalami morfologi.
Karton kartun
Korporasi koperasi
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
Modern : canggih (secara subjektif)
Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual
(menurut kamus)
5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :
Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
Koordinir seharusnya koordinasi.
6) Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :
Pasangan yang salah
8) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
Isu (berasal dari bahasa Inggris issue) berarti publikasi, perkara.
Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desasdesus.
9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda
makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.
Contoh :
Sinonim : Hamil (manusia) Bunting (hewan)
Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) Bang (panggilan kakak laki-laki)
Homografi : Apel (buah) Apel (upacara)
10) Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok,
yakni: masalah makna dan relasi makna :
Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal
Makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera /
makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita.
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya
penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal,
untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti
kata: buku yg bermakna sebuah buku, menjadi buku-buku yang bermakna banyak buku.
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki
sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil
& ukuran badannya normal.
Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak
memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu
memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan
ramping.
4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari
konteks atau asosiasi apapun. Contoh: Kata kuda memiliki makna konseptual sejenis
binatang berkaki empat yg bisa dikendarai.
Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem / kata berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu dengan suatu yang berada diluar bahasa . Contoh: Kata melati
berasosiasi dg suatu yg suci / kesucian. Kata merah berasosiasi berani / paham komunis.
5. Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata, walaupun secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor
dalam kehidupan dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau
sudah digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: Kata tahanan, bermakna orang yang
ditahan,tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata air, bermakna air yang berada di sumur,
di gelas, di bak mandi atau air hujan.
Makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna
istilah itu karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan
tertentu.Contoh: Kata tahanan di atas masih bersifat umum, istilah di bidang hukum, kata
tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan sehubungan suatu perkara.
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik
harus memenuhi syarat, seperti :
Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansanuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi
sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.
Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami
bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang
ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak
henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk
menyambut kedatangan kami.
1. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini
adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang
terkandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna
konseptual. Kata makan misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah,
dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul.
2. Makna Umum dan Khusus
Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang-lingkupnya.
Makin luas ruang-lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata,
maka semakin terbuka kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya.
Makin sempit ruang-lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit
kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaannya, dan makin mendekatkan penulis
pada pilihan kata secara tepat.
Misalnya:
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya
mujair atau tidak seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki dan ikan mas.
Dalam hal ini kata acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang
acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.
3. Kata Abstrak dan Kata Konkret
Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca-indra disebut kata konkret, seperti
meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah
diserap panca-indra, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata
abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit.
Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang sifat teknis dan khusus.
Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan.
Karangan tersebut dapat menjadi samar dan tidak cermat.
4. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan. Kita ambil contoh cermat dan cerdik kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata
tersebut tidak persis sama benar. Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah
makna denotatif dan makna konotatif suatu kata.
5. Kata Ilmiah dan Kata Popular
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama
dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer
digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata
ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada
penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
Dalam berbahasa seringkali terjadi kesalahan dalam penggunaan kata
dan kalimat yang kurang efektif. Berikut beberapa contoh kesalahan
pembentukan kata dan kesalahan pemilihan kata.
1. Kesalahan Pembentukan Kata
1) Tipe Presiden Lantik Lima Duta Besar
Dalam bahasa jurnalistik seringkali terdapat penanggalan
awalan meN-, hal ini di sebabkan karena perusahaan berusaha
untuk menghemat pengeluaran. Biasanya biaya yang di keluarkan
untuk penulisan artikel dalam surat kabar di hitung per kata. Untuk
menyiasatinya
mereka
lebih
memilih
untuk
menghemat
tidak merusak kaidah bahasa dan makna. Jika judul berita yang
panjang cukup dengan penanggalan awalan meN- pada kepala
beritanya saja.
Kesalahan umum
1) Presiden lantik lima duta besar
2) Menpen RI Brunei tanda tangani kerja sama penyiaran.
Contoh kalimat kalimat di atas merupakan kalimat aktif transitif
yaitu kalimat aktif yang memiliki objek. Seharusnya kalimat aktif
transitif predikat wajib berawalan meN- .
Yang dianjurkan
1) Presiden melantik lima duta besar
2) Menpen RI Brunei menanda tangani kerja sama penyiaran
2) Tipe Sampai Jumpa Lagi Ibukota Tercinta
Kata kata seperti jumpa pada sampai jumpa seharusnya
mendapat awalan ber-. Kata jumpa merupkan bentuk prakategorial
sama seperti temu dan sua yang tidak pernah berdiri sendiri. Jika
tanpa awalan ber- dalam bahasa tulis dan lisan ragam resmi bentuk
pada kata tesebut tidak benar.
Kesalahan umum
1) Sampai jumpa lagi di Ibu Kota tercinta.
2) Ketika saya datang, mereka sudah kumpul di rumah.
Kata kata seperti jumpa dan kumpul merupakan kata dasar yang
dijadikan predikat kalimat. Contoh kalimat di atas merupakan
kalimat aktif intransitif yang seharusnya memiliki kata kerja
intransitif.
Yang dianjurakan
1) Sampai berjumpa lagi di Ibu Kota tercinta.
2) Ketika saya datang, mereka sudah berkumpul di rumah.
3) Tipe Merubah Total Wajah Kapitalisme
Dalam penulisannya seringkali terdapat kata merubah. Hal ini
terjadi karena pemahaman yang keliru tentang kata dasar dari
merubah adalah rubah. Seharusnya yang benar adalah ubah, jika
mendapat awlan meN- bentuknya menjadi mengubah.
Kesalahan umum
1) Kita harus dapat merubah kebiasaan yang kurang terpuji
menjadi kebiasaan baik.
2) Lagu lagu gerejani itu dinyanyikan dengan baik.
Unsur unsur bentukan di atas termasuk tidak benar karena
terdiri atas awalan meN- + rubah dan gereja + ni. Yang benar
seharusnya meN- + ubah dan gereja wi.
Yang dianjurkan
pahlawan bertopeng.
Saya ingin menyicipi masakan suamiku.
Yang dianjurkan
1.
2.
pahlawan bertopeng.
Saya ingin mencicipi masakan suamiku.
serta
mensukseskan
progam
2.
serta
menyukseskan
progam
serta kata kata yang diawali oleh gugus konsonan antara lain
mensponsori,
pengklasifikasian,
mentranskripsikan
dan
penspesialisasian.
kurang
tepat,
kalimat
menjadi
samar-samar
atau
bahkan
menggelikan. Ada juga pemilihan kata yang tidak tepat yang masih dapat
dipahami oleh orang lain, tetapi dari segi kaidah bahasa, kata yang
dipilihnya tidak termasuk kata yang baku. Misalnya, sangat banyak
penggunaan kata daripada bukan pada tempatnya. Sebaliknya, ungkapan
yang mesti menggunakan daripada malah diganti dengan kata yang lain.
Kesalahan
yang
lain,
misalnya,
orang
mengatakan
masing-masing
pejabat
Bulan
tinggi
Bahasa
memberikan
pada
Oktober
ceramah
1988.
dalam
Ceramah
suatu
tersebut
memperoleh sambutan hadirin yang luar biasa. Hal itu tercermin dari
gelak tawa dan tepuk tangan yang riuh rendah. Hampir setiap kalimat
yang diucapkan pejabat disambut gelak tawa dan tepuk tangan. Karena
ceramahnya agak panjang, gelak tawa dan tepuk tangan pun meledak
bertubi-tubi, berkepanjangan.
Kita
harus
dapat
memelihara
dan
mengamankan
hasil
pembangunan.
Pemakaian daripada tidak dilarang asalkan saja pemakaiannya
harus
tepat.
Dalam bahasa
kita, kata
daripada
digunakan
untuk
2.
TIPE UNIVERSITAS
MASTER OF ARTS
CORNELL
DI
MANA
DIA MEMPEROLEH
bahasa
pun
ada
yang
masih khilaf,
yaitu
masih ada
yang
Kesempatan
untuk
mempertinggi
kemampuan
ditekuninya
di
tidak dapat memahami kalimat yang kita tulis. Selain itu, penggunaan
kata dialek dalam tulisan resmi akan mempengaruhi tingkat keresmian
bahasa
yang
digunakan.
Dalam
hubungan
itu,
yang
banyak
dan
senyawa.
Andaikata
salah
satu
unsurnya
ditinggalkan,
adalahsejalan
dengan,
seirama
dengan,
bertalian
dengan,
serempak.
Penanggalan
salah
satu
unsurnya
merupakan
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Kesalahan dalam berbahasa seperti ketidaktepatan dalam pembentukan dan pemilihan
kata dalam berbahasa dapat membuat kalimat menjadi tidak efektif. Dalam pembentukan kata
hendaknya berpedoman pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kesalahan dalam
pembentukan kata ini dapat menimbulkan persepsi yang berbeda pada lawan bicara dan
pembaca. Selain pembentukan kata pemiluhan kata juga tidak kalah pentingnya. Pemilihan
kata yang rapi dan memberikan kesan saat dibaca membuat orang tertarik akan bahasa itu
entah itu dalam ragam lisan ataupun tulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 2009. 1001 Kesalahan Berbahasa: Bahan
Penyuuhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
https://www.academia.edu/7173762/Analisis_Kesalahan_Berbahasa Di
unduh tanggal 24 Maret 2015, pukul 12.05 WIB.
http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.html
http://www.bisnet.or.id/vle/mod/resource/view.php?id=1057
http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-kalimat-efektif.html
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.
http://dewirahmawati001.blogspot.com/2013/09/diksi-atau-pilihan-kata.html