dan
Kerancuannya
Mata kuliah : Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia
Dosen Pengampuh : Ira Eko Retnosari, S.S., M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Eky Dyah Puji Rahayu (125200015)
2. Ewaldus Nggarai (125200105)
3. Nunung Sumarsih (125200082)
4. Rima Dwi Ariwati (125200156)
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembentukan kata?
2. Bagaimana syarat ketepatan diksi yang benar?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mendeskripsikan proses pembentukan kata.
2. Mengetahui syarat pemilihan kata atau diksi dengan benar
BAB II
PEMBAHASAN
Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam
bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari
luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Definisi
Definisi adalah suatu pernyataan yang menerangkan pengertian suatu hal atau konsep istilah
tertentu. Dalam membuat definisi hal yang perlu di perhatikan adalah tidak boleh mengulang
kata atau istilah yang kita definisikan.
Contoh definisi :
Majas personifikasi adalah kiasan yang menggambarkan binatang, tumbuhan, dan benda-
benda mati seakan hidup selayaknya manusia, seolah punya maksud, sifat, perasaan dan
kegiatan seperti manusia. Definisi terdiri dari :
1) Definisi nominalis
Definisi nominalis adalah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum
di mengerti. Umumnya di gunakan pada permulaan suatu pembicaraan atau diskusi.
Definisi nominalis ada enam macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi
etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
2) Definisi realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang isi yang terkandung dalam sebuah istilah,
bukan hanya menjelaskan tentang istilah. Definisi realis ada tiga macam, yaitu :
- Definisi esensial, yaitu penjelasan dengan cara menguraikan perbedaan antara
penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian suatu benda (definisi analitik)
dengan penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas
genus dan diferensia (definisi konotatif).
3) Definisi diskriptif
yaitu penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat khusus yang menyertai hal
tersebut dengan penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi.
4) Definisi praktis
Definisi praktis adalah penjelasan tentang sesuatu hal yang di jelaskan dari segi
kegunaan atau tujuan. Definisi praktis dibedakan atas tiga macam yaitu:
- Definisi operasional, yaitu penjelasan dengan cara menegaskan langkah-langkah
pengujian serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat di amati.
- Definisi fungsional, yaitu penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan
kegunaan dan tujuannya.
- Definisi persuasif, yaitu penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan
yang dapat mempengaruhi orang lain, bersifat membujuk orang lain.
Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang di adopsi dari bahasa asing yang sudah sesuai
dengan EYD. Kata serapan merupakan bagian perkembangan bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia telah banyak menyerap terutama dalam unsur kosa kata. Bahasa
asing yang masuk dan memberi pengaruh terhadap kosa kata bahasa Indonesia antara
lain dari bahasa Sansekerta, bahasa Belanda, bahasa Arab, bahasa Inggris dan ada
juga dari bahasa Tionghoa. Analogi dan Anomali kata serapan dalam bahasa
Indonesia. Penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia terdapat 2 unsur, yaitu:
- Keteraturan bahasa (analogi) : dikatakan analogi apabila kata tersebut memiliki
bunyi yang sesuai antara ejaan dengan pelafalannya.
- Penyimpangan atau ketidakteraturan bahasa (anomali) : dikatakan anomali apabila
kata tersebut tidak sesuai antara ejaan dan pelafalannya.
Analogi
Karena analogi adalah keteraturan bahasa, tentu saja lebih banyak berkaitan dengan
kaidah-kaidah bahasa, bisa dalam bentuk sistem fonologi, sistem ejaan atau struktur
bahasa. Ada beberapa contoh kata yang sudah sesuai dengan sistem fonologi, baik
melalui proses penyesuaian ataupun tidak.
AFIKSASI
Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan
kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri
disebut sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat
berdiri sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dan lain-lain.
Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.
Afiksasi dibedakan menjadi beberapa kelompok:
2. Awalan Me-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan mengalami
morfofonemis menjadi meng-, cth: menghilang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal l, m, n, r, ng, ny, w, dan y
akan
mengalami morfologis, cth: melawan.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal d, t, c, dan j akan mengalami
morfofonemis menjadi men-, cth: mendobrak
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal p, b, dan f akan mengalami
morfofonemis menjadi mem-, cth: membanting.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal s, sy akan mengalami
morfofonemis
menjadi meny-, cth: menyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami morfofonemis
menjadi
menge-, cth: mengebom.
- Jadi, prefiks me- mempunyai beberapa variasi bentuk, yaitu men-, mem-, meny-,
meng-,menge-, dan yang tidak mengalami morfofonemis me-.
- Prefiks me- jika dipasangkan dengan kata dasar berbentuk apapun akan membentuk
kata kerja.
3. Awalan Pe-
Sifat:
- Membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem l, m, n, r, ng, ny, dan w akan
mengalami morfologis, cth: pemain.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem d, t, c, dan j akan mengalami
morfofonemis menjadi pen-, cth: pendatang.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem p, b, dan f akan mengalami
morfofonemis menjadi pem-, cth: pembela.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem s akan mengalami morfofonemis
menjadi peny-, cth: penyapu.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar bersuku satu akan mengalami morfofonemis
menjadi penge-, cth: pengebom.
- Bila dipasangkan dengan bentuk dasar berfonem awal vokal, k, g, h akan mengalami
morfofonemis menjadi peng-, cth: pengasuh.
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata sifat, maka maknanya: alat untuk …
(pembersih), yang memiliki sifat … (pemarah), Yang menyebabkan … (pembersih),
yang bersifat … (pemuda)
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata benda, maka maknanya: pekerjaan
seseorang (petani), alat untuk … (penggaris, penghapus), yang membuat jadi…
(perusak).
- Bila kata dasar yang melekat merupakan kata kerha, maka akan memiliki makna
yang melakukan… (pemain, pekerja).
4. Awalan Per-
Sifat:
- Memiliki 3 macam bentuk, Per-, Pe-, dan Pel-.
- Membentuk kata kerja perintah, cth: Percepat!
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “Menjadikan lebih …”,
cth:
pertegas, perkeras.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “ Jadikan atau anggap
sebagai”, cth: perbudak.
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan akan membentuk makna “Menjadi atau
Bagi”, cth: perlima (Bagi lima).
5. Awalan Di-
Sifat:
- Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata kerja, akan berarti melakukan pekerjaan
pasif.
- Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: dikerjakan
dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi.
- Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata yang
diimbuhinya.
6. Awalan Ter-
Sifat:
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “ tiba-tiba, tak
disengaja, dapat di-, sudah di-, yang di-.”
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “ paling…”, cth:
terpandai.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “dikenai atau
sampai /kena”.
- Fungsi awalan Ter- antara lain, membentuk kata kerja pasif (terhukum), Membentuk
kata kerja aktif (tersenyum), Membentuk kata keadaan (terbaru), Membentuk kata
benda (tersangka).
7. Awalan Ke-
Sifat:
- Awalan Ke- tidak mempunyai variasi bentuk atau morfofonemis
- Fungsi awalan ke- antara lain: membentuk kata bilangan yang menyatakan tingkat
dan kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja, membentuk
kata benda dengan arti “orang atau sesuatu yang di…”
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan utama yang letaknya sesudah kata benda
akan membentuk makna: tingkat (cth: Ia duduk di kursi kedua), himpunan atau
kumpulan (cth: kedua orang itu teman saya).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan bermakna “kena atau tidak
sengaja”, cth: ketipu, ketabrak.
- Bila dipasangkan dengan kata tua, kasih, dan kehendak akan menghasilkan makna
“orang
atau sesuatu yang di…”.
8. Awalan Se-
Sifat:
- Fungsi awalan se- adalah: membentuk kesatuan (serumah), membentuk
perbandingan (secantik), membentuk kata penghubung (sebelum, sesudah).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata benda, maka maknanya: satu…
(sebuah, sepotong), seluruh… (sekampung), seperti…(semacam).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya: sama…
(secantik), sampai… (sekenyang), sebatas… (sekuat).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya adalah
segera setelah…, cth: sepulang, sesampai.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar berawalan huruf apapun akan mengalami
morfologis tetap menjadi se-.
B. SUFIKS
1. Akhiran –kan
Sifat:
- Memiliki fungsi: membentuk kata imperative (berikan, terangkan), membentuk kata
kerja transitif (bungkukkan, acungkan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “melakukan
perbuatan…”, cth: ambilkan.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat jadi…”, cth:
damaikan.
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna “memasukkan ke…”,
cth: gudangkan.
- Sufiks –kan searti dengan kata “pada, dengan, atas”, cth: berasaskan kesetiakawanan
=
berasas pada kesetiakawanan.
2. Akhiran –an
Sifat:
- Akhiran –an memiliki fungsi membentuk kata benda, cth: makanan.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna: tempat (kubangan),
hasil pekerjaan (karangan), yang di- (minuman), alat untuk me- (timbangan), cara me-
(tendangan), dalam keadaan… (tiduran).
- Bila dipasangkan dengan kata bilangan dan kata sifat akan membentuk makna: yang
bersifat (asinan), banyak bilangan (ribuan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna: banyak/ kumpulan
(rambutan), tiap-tiap (bulanan, tahunan), serupa/seperti (orang-
orangan),mengucapkan/memainkan (musikan, gitaran).
3. Akhiran –i
Sifat:
- Fungsi akhiran –i adalah membentuk kata kerja imperative (duduki, terangi) dan
membentuk kata kerja transitif yang berarti membuat jadi (tulisi).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata kerja, maka maknanya adalah
memberi/membubuhi (garami, gulai), menghilangkan (kuliti), menjadi…(ketuai).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat, maka maknanya:
membuat jadi (yakini, awali).
C. INFIKS
Infiks –el-, -em-, -er-
Sifat:
Infiks memiliki makna :
- Menyatakan identitas- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: gegar-gelegar,
gulung-gemulung.
- Menyatakan banyak- bila dilekatkan pada beberapa kata kerja atau beberapa kata
benda, cth: getar-geletar, laki-lelaki, jari-jemari.
- Berulang-ulang-bila dilekatkan pada beberapa kata kerja, cth: getar-gemetar.
- Menyatakan benda-bila dilekatkan pada beberapa kata benda, cth: gaji-gergaji,
suling-seruling.
D. KONFIKS
1. Ber-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-kan adalah membentuk kata kerja intransitive yang
dilengkapi dengan sebuah pelengkap.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu akan membentuk makna “menjadikan
yang disebut pelengkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya”, cth: bersenjatakan,
berdasarkan.
- Imbuhan gabung ber-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
yang mendapat imbuhan gabung ber-kan akan mengalami morfologi.
2. Ber-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja intrnasitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja yang menyatakan gerak akan membentuk makna
“banyak serta tidak teratur” (berlarian, beterbangan).
- Bila dipasangakan dengan kata kerja tertentu atau pada kata benda yang menyatakan
letak atau jarak, maka akan membentuk makna “saling atau berbalasan” (berpotongan,
bersebelahan).
- Imbuhan gabung ber-an tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
mendapat imbuhan gabung ber-an akan mengalami morfologi.
3. Per-kan
Sifat:
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja tertentu akan
membentuk makna “jadikan bahan…” (pertunjukan).
- Imbuhan gabung per-kan bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan
membentuk makna “jadikan supaya…” (perkenalkan).
- Imbuhan gabung per-kan tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
yang mendapat imbuhan gabung per-kan akan mengalami morfologi.
4. Per-an
Sifat:
- Memiliki 3 bentuk : Per-an, Pe-an, Pel-an.
- Berfungsi membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan mebentuk makna “melakukan hal”
(pergerakan).
- Bila dipasangkan dengan kata benda, maka akan membentuk makna “masalah
tentang…” (perekonomian, perhotelan).
- Biila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tempat ….”
(peristirahatan, persembunyian).
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan tempat akan membentuk
makna “daerah, wilayah, atau kawasan…” (pegunugnan, pedalaman).
5. Per-i
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata sifat tertentu akan membentuk makna
“lakukan supaya jadi…” (pebaiki)
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “lakukan yang
disebutkan pada kata dasarnya” (Persetujui).
- Imbuhan gabung Per-I tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal
mendapat imbuhan gabung per-I akan mengalami morfolagi.
6. Pe-an
Sifat:
- Mempunyai 6 bentuk : Pe-an, Pem-an, Pen-an, Peny-an, Peng-an, Penge-an.
- Berfungsi untuk membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata benda, kata sifat, maka akan membentuk
makna “hal atau peristiwa” (Pembinaan, Penghijauan, pemasaran”).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna
“proses” (Pembayaran, penulisan).
- Bila dipasangkan dengan beberapa kata kerja, sifat, benda, akan mebentuk makna
“tempat…” (pemakaman, pelelangan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, kata jadian pada kata gabung maka akan
mendapatkan makna “alat”, (penggorengan, penglihatan).
7. Di-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan me-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja yang pelakunya terletak di belakang kata
kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal mendapat imbuhan
gabung di-kan akan mengalami morfologi.
8. Di-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
yang berimbuhan me-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung di-I akan mengalami morfologi.
9. Me-kan
Sifat:
- Berfungsi membentuk kata kerja aktif transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat atau kata kerja yang
menyatakan keadaan, maka maknanya “menyebabkan jadi” (membingungkan).
- Bila dipasangakan dengan kata dasar merupakan kata kerja keadaan yang mebentuk
kata jadian, maka maknanya “menyebabkan jadi…” (menyeragamkan).
- Bila dipasangkan dengan kata dasar merupakan kata sifat yang berbentuk gabungan
kata, maka maknanya adalah “membuat jadi” (menghancurleburkan).
- Me-kan + kata kerja transitif akan menghasilkan makna “melakukan sesuatu untuk
orang lain” (membukakan, membelikan).
10. Me-i
Sifat:
- fungsi imbuhan gabung me-I adalah membentuk kata kerja aktif transitif.
- Me-I + kata sifat manghasilkan makna “membuat jadi” (menerangi).
- Me-I + kata benda menghasilkan makna “meberi atau membubuhi” (menggarami,
menggulai)
- Me-I + kata kerja menghasilkan makna “melakukan sesuatu” (menanami)
- Me-I + kata kerja yang menyatakan tindakan menghasilkan makna “melakukan
berulang-ulang” (menembaki, memukuli).
- Me-I + kata kerja yang menyatakan emosi/ sikap batin menghasilkan makna
“merasakan sesuatu pada” (menyukai, menyenangi).
11. Ter-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-kan adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja akan membentuk makna “dapat dilakukan”
(terselesaikan).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “tidak sengaja
dilakukan” (tertanamkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung
Ter-kan akan mengalami morfologi
12. Ter-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ter-I adalah membentuk kata kerja.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja atau sifat tertentu akan membentuk makna
“dapat dilakukan”, (terseberangi).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja dan kata benda tertentu akan membentuk makna
“tidak
sengaja terjadi” (terlempari).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Ter-i akan mengalami morfologi.
13. Ke-an
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Ke-an adalah membentuk kata benda.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja, sifat, atau kata berimbuhan dan kata gabung
akan membentuk makna “hal atau peristiwa” (kedatangan, kenaikan, keterlambatan)
- Bila dipasangkan dengan kata benda yang menyatakan jabatan akan membentuk
makna “tempat atau wilayah” (kedutaan, kelurahan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat, maka akan membentuk makna “sedikit bersifat
atau keadaan” (kehijauan, kepucatan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat atau kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna “mengalami atau tidak sengaja” (kebanjiran, kedinginan).
- Bila dipasangakan dengan beberapa kata sifat maka membentuk makna “terlalu”
(kebesaran, keasinan). Untuk menyatakan makna “terlalu” disarankan tidak
menggunakan imbuhan gabung Ke-an melainkan dengan menggunakan kata
keterangan terlalu, sehingga, dll.
- Bila dipasangkan dengan kata benda tertentu, akan membentuk makna “hal atau
masalah” (kehutanan, kepariwisataan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Ke-an akan mengalami morfologi.
E. SIMULFIKS
1. Memper-kan
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-kan adalah membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “menjadikan
sebagai bahan” (memperdebatkan).
- Bila dipasangkan dengan kata sifat dan kata kerja yang menyatakan keadaan akan
membentuk makna “menjadikan supaya” (mempersiapkan).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Memper-kan akan mengalami morfologi.
2. Memper-i
Sifat:
- Fungsi imbuhan gabung Memper-I membentuk kata kerja transitif.
- Bila dipasangkan dengan kata sifat akan membentuk makna “membuat supaya
obyeknya menjadi atau menjadi lebih” (memperbaiki).
- Bila dipasangkan dengan kata kerja tertentu akan membentuk makna “melakukan
yang disebut pada kata dasarnya” (memperturuti).
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Memper-i akan mengalami morfologi.
3. Diper-kan
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan gabung Memper-kan.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya dengan makna “dibuat jadi…”.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Diper-kan akan mengalami morfologi.
4. Diper-i
Sifat:
- Berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif sebagai kebalikan dari kata kerja aktif
berimbuhan gabung Memper-i.
- Digunakan sebagai imbuhan kata kerja dalam kalimat yang pelakunya terletak
sesudah kata kerjanya.
- Tidak memiliki variasi bentuk. Semua konsonan dan vokal yang mendapat imbuhan
gabung Diper-i akan mengalami morfologi.
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin
memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan
salah paham.
Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut persyaratan yang harus
dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan
komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi
ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.
Contoh :
Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
8) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-
desus.
Contoh :
Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak laki-laki)
Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok,
yakni: masalah makna dan relasi makna :
• Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
1. Makna Leksikal
Makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera /
makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita.
Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya
penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal,
untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti
kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.
Contoh Paragraf :
1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami
bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
2). Liburan tahun ini Aku dan kawanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat
senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin
yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah
untuk menyambut kedatangan kami.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer
digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata
ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan. Yang juga terdapat pada
penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi.
Dalam berbahasa seringkali terjadi kesalahan dalam penggunaan kata dan kalimat yang
kurang efektif. Berikut beberapa contoh kesalahan pembentukan kata dan kesalahan
pemilihan kata.
Contoh kalimat – kalimat di atas merupakan kalimat aktif transitif yaitu kalimat aktif
yang memiliki objek. Seharusnya kalimat aktif transitif predikat wajib berawalan
meN- .
Yang dianjurkan
1) Presiden melantik lima duta besar
2) Menpen RI – Brunei menanda tangani kerja sama penyiaran
Kata – kata seperti jumpa pada sampai jumpa seharusnya mendapat awalan
ber-. Kata jumpa merupkan bentuk prakategorial sama seperti temu dan sua yang
tidak pernah berdiri sendiri. Jika tanpa awalan ber- dalam bahasa tulis dan lisan ragam
resmi bentuk pada kata tesebut tidak benar.
Kesalahan umum
1) Sampai jumpa lagi di Ibu Kota tercinta.
2) Ketika saya datang, mereka sudah kumpul di rumah.
Kata – kata seperti jumpa dan kumpul merupakan kata dasar yang dijadikan predikat
kalimat. Contoh kalimat di atas merupakan kalimat aktif intransitif yang seharusnya
memiliki kata kerja intransitif.
Yang dianjurakan
1) Sampai berjumpa lagi di Ibu Kota tercinta.
2) Ketika saya datang, mereka sudah berkumpul di rumah.
Seorang pejabat tinggi memberikan ceramah dalam suatu pertemuan Bulan Bahasa
pada Oktober 1988. Ceramah tersebut memperoleh sambutan hadirin yang luar biasa. Hal itu
tercermin dari gelak tawa dan tepuk tangan yang riuh rendah. Hampir setiap kalimat yang
diucapkan pejabat disambut gelak tawa dan tepuk tangan. Karena ceramahnya agak panjang,
gelak tawa dan tepuk tangan pun meledak bertubi-tubi, berkepanjangan.
Apakah sambutan riuh hadirin karena ceramah pejabat tersebut sangat berkenan di
hati mereka. Ternyata bukan itu alasannya. Hadirin menyambut pidato pejabat dengan sangat
antusias karena pejabat sering menggunakan kata daripada bukan pada tempatnya. Salah
seorang peserta pertemuan yang suka iseng bergumam sambil beranjak dari kursinya, “Sekian
belas kata daripada,”katanya. Yang lain berkomentar, “Pemakaian kata daripada sudah
keterlaluan.”
Kesalahan Umum
a. Putusan daripada pemerintah tentang jenjang kepangkatan guru sangat membesarkan hati
kaum pendidik Indonesia.
b. Kita harus dapat memelihara dan mengamankan daripada hasil pembangunan.
Kata daripada di atas tidak diperlukan karena dalam konteks itu daripada hanya
menyatakan milik, bukan menyatakan perbandingan.
Yang Dianjurkan
a. Putusan pemerintah tentang jenjang kepangkatan guru sangat membesarkan hati kaum
pendidik Indonesia.
Pemakaian daripada tidak dilarang asalkan saja pemakaiannya harus tepat. Dalam
bahasa kita, kata daripada digunakan untuk menyatakan perbandingan. Misalnya, Nilai
ekspor Indonesia pada tahun 1989 lebih besar daripada nilai ekspor tahun-tahun sebelumnya.
Kalau bukan menunjukkan makna perbandingan, penggunaan kata daripada tergolong
pemakaian yang keliru.
Pebggunaan kata di mana yang bukan pada tempatnya masih terdapat di mana-mana
dan cukup memprihatinkan. Bahkan, di kalangan ahli bahasa pun ada yang masih khilaf,
yaitu masih ada yang memperagakan penggunaan kata ini yang buka pada tempatnya.
Bukankah kata di mana dipakai untuk bertanya tentang tempat? Selain kata di mana, masih
ada lagi kata yang serupa itu yang keliru pemakaiannya, yakni yang mana, hal mana, kala
mana, penjelasan mana, di atas mana, dan sambutan yang mana.
Kesalahan Umum
Perlu disinggung di sini bahwa kata di mana dianggap tepat jika digunakan dalam
konteks bertanya, yakni untuk menanyakan tempat. Misalnya, Di mana dia sekarang?
Dalam ragam tulis tidak dibenarkan kita menggunakan kata-kata atau struktur dialek
daerah seperti itu karena pembaca dari daerah lain tidak dapat memahami kalimat yang kita
tulis. Selain itu, penggunaan kata dialek dalam tulisan resmi akan mempengaruhi tingkat
keresmian bahasa yang digunakan. Dalam hubungan itu, yang banyak mempengaruhi
pemakaian bahasa Indonesia adalah dialek Jakarta, seperti bikin, bilang, lagi dan dikasih.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut.
Kesalahan Umum
Kata-kata yang dicetak miring termasuk kata dialek Jakarta atau kata dari bahasa
daerah yang digunakan dalam konteks bahasa Indonesia resmi. Penggunaan kata dialek atau
kata daerah dalam bahasa Indonesia baku harus dihindari. Kata-kata tersebut harus diganti
dengan kata bahasa Indonesia resmi. Kata bikin diganti dengan membuat; bilang diganti
dengan mengatakan; lagi diganti dengan sedang sehingga perbaikan kalimat itu menjadi
sebagai berikut.
Yang Dianjurkan
Kata dialek lain yang sering digunakan dalam bahasa resmi adalah kagak yang harus
diganti dengan tidak; belon yang harus diganti dengan belum; betulin yang harus diganti
dengan memperbaiki; entar yang harus diganti dengan nanti atau sebentar lagi; cuman yang
harus diganti dengan hanya; kepengen yang harus diganti dengan ingin; ditabok yang harus
diganti dengan dipukul.
Dalam bahasa kita terdapat beberapa pasangan idiomatik, yakni pasangan yang harus
selalu hadir bersama-sama karena sudah tetap, padu dan senyawa. Andaikata salah satu
unsurnya ditinggalkan, ungkapan idiomatik itu menjadi pincang dan dikategorikan pemakaian
yang salah. Perhatikan contoh berikut.
Kesalahan Umum
a. Sesuai anjuran menteri Alhilal Hamdi, tenaga kerja Indonesia akan dikirim ke Iran dan
Irak.
b. Banyak jalan di Sumbar rusak karena tak sesuai konstruksi yang digariskan semula.
Yang Dianjurkan
a. Sesuai dengan anjuran menteri Alhilal Hamdi, tenaga kerja Indonesia akan dikirim ke Iran
dan Irak.
b. Banyak jalan di Sumbar rusak karena tak sesuai dengan konstruksi yang digariskan
semula.
Ungkapan idiomatik yang lain yang berpasangan dengan kata dengan adalahsejalan
dengan, seirama dengan, bertalian dengan, bersamaan dengan dan berkenaan dengan.
5. TIPE TERDIRI SEPULUH ORANG
Seperti halnya sesuai dengan, ungkapan terdiri atas atau terdiri dari juga harus
lengkap. Sebagai ungkapan idiomatik, kedua unsurnya harus tampil serempak. Penanggalan
salah satu unsurnya merupakan pelanggaran, seperti contoh berikut.
Kesalahan Umum
a. Rombongan pemain PSSI PPD akan didampingi oleh 7 ofisial terdiri 3 pelatih, 2 manajer,
1 dokter, dan 1 masseur.
b. Para peserta pertemuan itu terdiri beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.
Yang Dianjurkan
a. Rombongan pemain PSSI PPD akan didampingi oleh 7 ofisial terdiri atas/dari 3 pelatih, 2
manajer, 1 dokter, dan 1 masseur.
b. Para peserta pertemuan itu terdiri atas beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
http://www.bisnet.or.id/vle/mod/resource/view.php?id=1057
http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-kalimat-efektif.html
http://dewirahmawati001.blogspot.com/2013/09/diksi-atau-pilihan-kata.html