Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MEMAHAMI PARAGRAF
“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Bahasa Indonesia dengan dosen pembimbing Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd.”

Disusun oleh:

Andika Rahadianto 2001105062

Muhammad Adrian 2001105041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhaana wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Memahami Paragraf” ini tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pertumbuhan, perkembangan, kedudukan, fungsi,
ragam, serta kongres Bahasa Indonesia bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Hj. Nur Amalia, M.Pd., selaku
dosen matakuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta 13 April 2021

Kelompok 5

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Media cetak atau dengan kata lain melalui tulisan adalah salah satu media
yang banyak digunakan untuk menyebarluaskan hasil pemikiran, baik konseptual
maupun yang disertai bukti empiris. Makin efektif tulisan yang dibuat, makin
tinggi kemungkinan tulisan dipahami oleh pembaca.

Untuk menghasilkan tulisan yang efektif, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah mengenai paragraf. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik. Seluruh isi paragraf memperbincangkan
satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu. Hal ini
menjadi penting agar yang membaca tulisan tersebut dapat menangakap ide yang
disampaikan dengan benar.

Selain pemahaman mengenai apa itu paragraf/alinea,kita juga diharuskan


memahami hal-halyang berkaitan dengan paragraf/alinea itu sendiri.

3
1.2. Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian Paragraf ?


b. Apa Struktur Paragraf ?
c. Bagaimana Unsur-Unsur Paragraf ?
d. Apa Syarat-Syarat Paragraf ?
e. Apa saja Teknik Pengembangan Paragraf ?
f. Apa Macam-Macam Paragraf ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui mengenai paragraf


2. Untuk mengetahui struktur-struktur paragraf
3. Untuk mengetahui Unsur-Unsur paragraf
4. Untuk mengetahui syarat-syarat paragraf
5. Untuk mengetahui teknik pengembangan paragraf
6. Untuk mengetahui macam-macam paragraf

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Paragraf

Paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil


penggabungan beberapa kalimat (Finoza, 2005 : 149).Satu paragraf sekurang-
kurangnya dua kalimat.jika paragraf itu sendiri dari dua kalimat, maka kalimat
pertama merupakan kalimat utama , dan kalimat kedua merupakan kalimat kalimat
penjelas.Pada umumnya sebuah paragraf lebih dari dua kalimat.

Sebuah paragraf terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dijelaskan
dengan kalimat pendukung.Pembuatan paragraf terdiri dari opini dan fakta dan
opini berisi tentang penjelasan berdasarkan kenyataan yang terjadi kemudian
diberi pikiran penjelasan berupa pendapat penulis.Paragraf terdiri dari beberapa
kalimat yang memiliki kepaduan yang sesuai dengan inti dari paragraf tersebut.

Fungsi pembentukan paragraf dapat memudahkan pengarang tersebut membuat


tulisan .Ada beberapa dikemukakan fungsi pembentukan paragraf sebagai berikut:

5
3. Fonem

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri
karena belum mengandung arti. Fonemisasi adalah usaha untuk menemukan
bunyi- bunyi yang berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut.

Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah
bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk
bunyi.Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem
yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab
hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/. Sebaliknya
dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem
yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau
[provinsi] tetap sama saja.

Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting
karena fonem dapat membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika
kedua fonem tersebut berdiri sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna.
Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem tersebut kita gabungkan dengan fonem
lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r] bisa membentuk makna
/marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin mereka
anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l].

Terjadinya perbedaan makna hanya karena pemakaian fonem /b/ dan /p/ pada kata
tersebut. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari, jika satu unsur diganti dengan
unsur lain maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan arti.

B. Morfologi

Morfologi dalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar


bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta
fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi
semantik

6
 Jenis-jenis Morfem

Berdasarkan criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem


menjadi berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni
hubungannya dan distribusinya (Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139).
Agar lebih jelas, berikut ini sariannya.

1. Ditinjau dari Hubungannya

Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat


dari hubungan struktural dan hubungan posisi.

 Ditinjau dari Hubungan Struktur

Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga


macam yaitu morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif
(penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan). Morfem yang bersifat
aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya terdapat pada semua
bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem
tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain. Morfem yang bersifat
replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti bentuk dari morfem
asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan waktu atau
perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa Inggris.
Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf. Bentuk-
bentuk /fiyt/,
/mays/, /mεn/ masing-masing merupakan dua morfem /f…t/, /m…s/, /m…n/ dan
/iy ← u/, /ay ← aw/, /ε/, /æ/. Bentuk-bentuk yang pertama dapat diartikan masing-
masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua
merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang
merupakan morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat
penggantian itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/ diganti
oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh / ε/ pada kata man dan
men. Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis.
Dalam bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina dan
jantan secara ketatabahasaan.

7
Bentuk-bentuk yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi
konsonan akhir. Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu
merupakan morfem jantan.

 Ditinjau dari Hubungan Posisi

Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga
macam yakni; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan. Tiga jenis
morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan
dan morfem lainnya.

Contoh morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-
an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang
lainnya.

Contoh morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk
tunjuk merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.

Morfem simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata
seperti /k∂hujanan/. /k∂siaηgan/ dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari
/k∂…an/ dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/. Bentuk
/k∂-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena
bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/
atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut morfem kontinu ( discontinous
morpheme ).

 Ditinjau dari Distribusinya

Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri
dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :
bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an. Disamping itu ada
bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai oleh salah satu imbuhan baru

8
dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar. Samsuri ( 1982:188 )menamakan
bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah, dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-
bentukseperti di-,ke-, -i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang,
gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar (1984:53)berturut-turut dengan
istilah dasar afiks atau imbuhan dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti
belia, renta, siur yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua,
dan simpang, tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan
morfem unik.

C. Sintaksis

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan
kata tattein yang berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti:
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.

 Struktur Sintaksis

Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba,
ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku,
penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.

Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan
intonasi; bisa juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi.
Peran ketiga alat sintaksis itu tidak sama antara bahasa yang satu dengan yang
lain.

 Kata Sebagai Satuan Sintaksis

Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi
sintaksis, penanda kategori sintaksis, dan perangkai dalam penyatuan satuan-
satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.

Kata sebagai pengisi satuan sintaksis, harus dibedakan adanya dua macam kata
yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh adalah kata yang secara leksikal
mempunyai makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi,
merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan. Yang
9
termasuk kata penuh adalah kata-kata kategori nomina, verba, adjektiva, adverbia,
dan numeralia. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai
makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup, dan di dalam
peraturan dia tidak dapat berdiri sendiri. Yang termasuk kata tugas adalah kata-
kata kategori preposisi dan konjungsi

 Frase

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase
tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.

 Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.


Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang
berungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan
keterangan

 Kalimat

Dengan mengaitkan peran kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan
atau isi yang akan disampaikan, kalimat didefinisikan sebagai “ Susunan kata-kata
yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap ”. Sedangkan dalam kaitannya
dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa) bahwa
kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya
berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan
intonasi final.

2.2. Perkembangan Ejaan

1. Ejaan van Ophuisjen

Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun
1901. Bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa

10
ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A.
van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

2. Ejaan Soewandi

Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19
Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Kenapa disebut Ejaan
Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang
waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.
Ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan Republik. Pembaharuan dari Ejaan Soewandi
terletak dalam penggunaan diftong (gabungan dua huruf vokal) oe yang diganti
menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda apostrof. Tanda apostrof ini diganti
menjadi huruf k atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:

 Jum’at → Jumat
 ra’yat → rakyat
 ma’af → maaf

3. Ejaan Pembaharuan

Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin


menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan
panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar satu
fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain
itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna
tunggal seperti kupukupu dan alunalun.

4. Ejaan Melindo

Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Draft penyusunan ejaan ini disusun
pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, yang

11
dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini tidak jauh
berbeda dari Ejaan Pembaharuan. Ejaan Melindo ini bertujuan untuk
menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara karena Indonesia dan
Malaysia bahasanya lumayan mirip. Namun, ejaan ini gagal diresmikan akibat
ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia pada waktu itu.

5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)

Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu.
Panitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada
tahun
1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan
dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di beberapa kaidahnya saja. Ada pun
huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-
istilah
asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla →
gerilya.

6. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Kamu pasti udah kenal dong sama yang namanya EYD. Ejaan ini berlaku sejak
tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang
paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan
bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian
kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring.
Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing
resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia.

7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun
resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia. Katanya, latar belakang
diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi,
dan
seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini

12
menyempurnakan EYD, terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan
huruf kapital, dan cetak tebal.

Ruangguru sudah rangkum hal yang perlu di-highlight nih.

 Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi


 Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak,
kena, militer
 Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring, dan bagian-bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab.
 Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
 Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.

2.3. Pemakaian Huruf

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf A sampai Z.

B. Huruf Vokal

Huruf vokal adalah huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia
terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf b, c, d, f, h, j, k, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan
oi. Misalnya : pandai, saudara dan amboi.

E. Gabungan Huruf Konsonan

13
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan. Misalnya : khusus, ngilu, nyata dan syarat.

F. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :

 Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, sa-at
 Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf
konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum
huruf konsonan. Misalnya : ba-pak, ba-rang, su-lit.
 Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan
tidak pernah diceraikan. Misalnya : man-di, som-bong, swas-ta.
 Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan antar huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua. Misalnya : in-stru-men, ul-tra, bang-krut.

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami


perubahan bentuk serta partikel yang biasanyaa ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

Misalnya : makan-an, me- rasa-kan, mem-bantu.

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakuakan (1) di antara unsur-
unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d
di atas. Misalnya :

 foto-grafi, fo-to-gr-afi,
 kilo-meter,ki-lo-me-ter
 pasca-panen,pas-ca-pa-nen

14
2.4. Penulisan Huruf

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar


 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh
: Saya membaca buku.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh :
Adik bertanya, “ Kenapa kita pulang ?”
 Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan. Contoh : Tuhan merahmati hamba- Nya.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang di ikuti nama orang. Contoh : Sultan Hasanuddin,
Haji Agus Salim, Nabi Sulaiman, Dia baru saja diangkat menjadi Sultan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang. Contoh : Presiden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sebagi nama orang. Contoh :
Muhammad Maulana Rizki, Syarifah Masitoh
 Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Contoh : bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa
Arab.
 Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari
raya dan peristiwa sejarah. Contoh : tahun Masehi, bulan Januari, hari
Selasa, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan.
 Huruf kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi. Contoh ;
Peta Sumatra, Danau Toba, Sungai Musi.
 Huruf kapital sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi Contoh:
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Luar Negeri, Undang –
Undang Dasar Republik Indonesia.
 Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf pertama nama semua kata didalam
nama buku,majalah,surat kabar , kecuali kata partikel , seperti
di,ke,dari,untuk,dan,yang untuk,yang tidak terletak pada posisi awal.
15
Contoh: Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot Subroto, Gaul, Analisa

16
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama
gelar,pangkat, dan sapaan. Contoh: a.di depan nama : – Dr. Doktor Prof.
Profesor b.di belakang nama: -M.A. Master of Arts
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak,ibu,saudara,kakak,adik dan paman yang dipakai
sebagai ganti sapaan. Contoh : Apakah Ibu jadi ke Belawan besok?

B. Huruf Miring

 Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama


buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf,bagian kata atau kelompok kata. Contoh: Huruf
pertama kata ajeg ialah a
 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing , kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya. Dalam
tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi
garis dibawahnya.
 Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan hidup”.

2.5. Penulisan Kata

Hal-hal yang akan dibicarakan dalam penulisan kata yaitu sebagai berikut:

a. Kata Dasar

Kata Dasar di tulis sebagai satu kesatuan. Contoh: pagar, rumah, tanah

b. Kata Turunan
 Imbuhan (awalan, akhiran, sisipan) di tulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berduri, diangkat.
 Awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikutinya atau mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata.
Contoh: bertanggung jawab, membabi buta.

17
 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan
dan akhiran maka kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh:
memberitahukan, penyalahgunaan.
 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka
gabungan itu ditulis serangkai. Contoh: Pancasila, antarkota,
c. Kata Ulang

Kata ulang ditulis lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Contoh: lari-lari,
sayur-mayur.

d. Gabungan Kata
 Gabungan kata yang biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, kambing
hitam.
 Gabungan kata yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda
hubungun untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh: alat pandang- dengar, ibu-bapak, anak pegawai-teras, buku
sejarah- lama.
 Gabungan kata yang sudah di anggap satu kata di tulis serangkai. Contoh:
Alhamdulillah, akhirulkalam, daripada, bumiputra.

e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kau,
mu¸dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh:

 Buku ini ku baca.


 Jangan sampai kau melupakan hal itu! Itu bukan milikmu.

f. Kata Depan di, ke dan dari

Kata Depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:

18
 Kiki pergi ke Jakarta.
 Lilis berasal dari Sumatera Utara.
 Erva berdiri di depan tugu Monas.

g. Kata Sandang si dan sang

Kata sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:

 Anak itu digelari sang pengembara.


 Syarifah tidak menyukai si malas itu.

h. Partikel

Terdapat lima partikel dalam bahasa Indonesia, yaitu lah, kah, tah, per, dan pun.

 Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh: Apakah kucing ini milik Anda?; Tengoklah ke kiri dan ke kana
jika hendak menyeberang jalan!
 Partikel per yang berarti ‘tiap-tiap,’ ‘demi,’ ‘dan ‘mulai’ ditulis terpisah
dari bagian kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Namun, partikel
per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh: Harga kain itu adalah sepuluh ribu rupiah per
meter; dua pertiga.
 Partikel pun yang sudah dianggap padu benar ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya. Sedangkan partikel pun yang ditulis setelah kata
benda, kata sifat, kata kerja, dan kata bilangan, dituliskan terpisah. Contoh:
walaupun; meskipun; biarpun; adapun; bagaimanapun; kendatipun;
maupun; sekalipun; sungguhpun;
 Contoh yang ditulis terpisah: Jika tak ada yang kuning, merah pun tidak
masalah, asal bunganya bisa dipajang.

19
i. Singkatan dan Akronim
 Singkatan

Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih, macam-macam singkatan sebagai berikut:

 Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
tanda titik. Contoh: W.R. Supratman, Dr.
 Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan
organisasi serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia).
 Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik. Contoh: dll. (dan lain-lain), Yth. (Yang terhormat).
 Singkatan Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan
dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Contoh: Cm (sentimeter), kg
(kilogram).
 Akronim

Akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari kata ditulis dengan huruf awal kapital. Macam-macam
akronim sebagai berikut:

 Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia), SIM (Surat Izin Mengemudi).
 Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh:
Akabri (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Kowani (Kongres
Wanita Indonesia).
 Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis

20
dengan huruf kecil. Contoh: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru
kendali).

2.6. Penulisan Angka dan Lambang

 Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.

Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000), V (5.000), M (1.000.000)

 II.I.1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian.

Misalnya:

a. Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.


b. Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
c. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan
5 orang abstain.
d. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
minibus, dan 250 sedan.

 Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

Misalnya:

a. Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.


b. Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

 Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan


huruf supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

21
a. Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya.
b. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
c. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

 Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan
waktu serta (b) nilai uang.

Misalnya:

a. 0,5 sentimeter
b. 5 kilogram
c. 4 hektare
d. 10 liter
e. 2 tahun 6 bulan 5 hari

 Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen,


atau kamar.

Misalnya:

a. Jalan Tanah Abang I No. 15 atau


b. Jalan Tanah Abang I/15
c. Jalan Wijaya No. 14
d. Hotel Mahameru, Kamar 169
e. Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

 Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:

a. Bab X, Pasal 5, halaman 252


b. Surah Yasin: 9
c. Markus 16: 15—16

22
 Penulisan bilangan dengan huruf

Misalnya:

a. dua belas (12)


b. tiga puluh (30)
c. setengah atau seperdua (1/2)
d. seperenam belas (1/16)

 Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

a. abad XX
b. abad ke-20
c. abad kedua puluh
d. Perang Dunia II
e. Perang Dunia Ke-2
f. Perang Dunia Kedua
 Penulisan angka yang mendapat akhiran -an

Misalnya:

a. lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)


b. tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
c. uang 5.000-an (uang lima ribuan)

 Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam


peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.

Misalnya:

a. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

23
b. Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus
lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

 Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf

Misalnya:

a. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus


ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
b. Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas
harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

 Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf

Misalnya:

a. Kelapadua
b. Kotonanampek
c. Rajaampat

2.7. Penulisan Unsur Serapan

Penulisan unsur serapan biasanya masih menggunakan bahasa asing, namun tetap
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia.Unsur asing tersebut sudah diserap dan
disesuaikan ke dalam bahasa Indonesia, sehingga sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Seiring perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap
berbagai unsur asing agar lebih singkat dan mudah dipahami. Hal inilah yang
membuat unsur serapan bisa diterima oleh masyarakat pada umum dengan lebih
mudah. Berikut adalah kategori penulisan unsur serapan asing:

1. Adaptasi

Unsur serapan satu ini terbentuk karena terjadinya proses adaptasi yang dilakukan
bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Kebanyakan kata serapan yang disesuaikan
akan memiliki arti yang sama dengan kata sebelumnya. Contohnya maksimal yang
merupakan kata serapan dari maximal.

24
2. Kreasi

Secara garis besar, proses kreasi ini menggunakan sistem terjemahan untuk
melakukan serapannya. Hanya saja, bentuk fisik yang diterapkan tidak harus sama.
Misalnya ketika terdapat dua kata asing yang terdiri dari 2 kata atau lebih, maka
unsur serapannya bisa saja berbentuk satu kata. Contohnya adalah spare part yang
berubah menjadi suku cadang.

3. Terjemahan

Sesuai dengan namanya, penulisan unsur serapan ini menggunakan konsep arti
dari bahasa asing itu sendiri. Setelah diartikan, bahan tersebut akan disesuaikan
dengan kaidah penulisan Indonesia. Contohnya adalah uji coba yang diambil dari
bahasa asing try out.

4. Adopsi

Proses adopsi akan menyerap bahasa asing untuk disusun kembali dalam bahasa
Indonesia dengan cara mengambil keseluruhan arti, namun penulisannya sering
kali berbeda. Misalnya kata sembahyang dalam bahasa Indonesia menjadi sholat
dalam bahasa Arab. Perubahan yang diakibatkan dari penyerapan unsur ini
membuat kebanyakan orang menjadi lebih nyaman ketika melafalkannya tanpa
mengurangi artinya. Kebanyakan kata yang menggunakan proses penyerapan
adopsi memiliki arti yang sama.

2.8. Pemakaian Tanda Baca (Pungtuasi)

A. Tanda Titik (.)

Tanda baca yang satu ini hampir selalu bisa dijumpai dalam sebuah kalimat.
Menjadi penanda akhir dari rangkaian kata, tanda titik lazim diletakkan di akhir
sebuah kalimat. Namun, ada juga beberapa penulisan dan pemakaian tanda baca
titik (.) lainnya yang harus kamu pahami.

 Dipakai untuk mengakhiri singkatan yang belum resmi. Sebagai contoh,


tanda ini ditaruh setelah yang merupakan singkatan yang terhormat, hlm.

25
yang merupakan singkatan dari halaman, ataupun a.n. yang merupakan
singkatan dari atas nama.
 Tanda titik (.) tidak dipakai pada judul ataupun keterangan pengirim
maupun tujuan pada surat.
 Dipakai untuk membatasi singkatan pada gelar sarjana dengan bidang yang
diambilnya, contohnya S.Pd yang merupakan sarjana pendidikan, S.E yang
merupakan sarjana ekonomi, maupun S.Hum yang merupakan singkatan
dari sarjana humaniora.
 Dipakai untuk mengakhiri angka ataupun huruf pada bentuk laporan
ataupun tabel.
 Dipakai dalam daftar pustaka sebagai pembatas antara keterangan yang
satu dengan yang lain.
 Dipakai sebagai pembatas untuk angka atau bilangan ribuan ataupun
kelipatannya dan dipakai pada pembatas jam dan menit dalam hitungan
waktu.

B. Tanda Tanya (?)

Tidak terlalu sulit memakai dan meletakkan tanda baca yang satu ini dalam
kalimat. Berfungsi sebagai penunjuk kalimat tanya, tanda tanya kerap
menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir kalimat. Hanya saja, jika (.) lebih
mengarah pada kalimat pernyataan, tanda tanya (?) cenderung mengarah pada
kalimat yang bersifat pertanyaan.

C. Tanda Seru (!)

Satu lagi tanda baca yang sering menggantikan posisi tanda titik (.) di akhir
kalimat adalah tanda seru (!). Tanda baca yang satu ini membentuk sebuah kalimat
menjadi bersifat perintah atau seruan. Akan tetapi, penggunaan tanda seru (1) juga
biasa berfungsi untuk menegaskan, mengajak, atau memengaruhi seseorang.

D. Tanda Koma (,)

26
Ada beberapa fungsi dari tanda koma (,) yang cenderung ditemukan dalam
percakapan ataupun kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah pemakaian dan
penulisan tanda koma (,) yang tepat dalam bahasa Indonesia.

 Menjadi pemerinci dalam sebuah kalimat yang memiliki subjek, objek,


maupun keterangan yang lebih dari dua. Pemakaiannya selalu berada di
akhir kata yang dirincikan. Khusus pada kata terakhir, pastikan (,) berada
sebelum dan maupun atau yang menjadi kata hubung.
 Menjadi pemisah antara anak kalimat yang letaknya berada mendahului
induk kalimat.
 Menjadi pemisah antara petikan kalimat langsung dengan kalimat utama.
Jika petikannya berada belakang pengujar, tanda koma (,) diletakkan
sebelum petikan langsung. Namun, jika petikan kalimat langsungnya
mendahului pengujar, tanda koma (,) diletakkan di akhir petikan, sebelum
tanda kutip (“).
 Menjadi pemisah antara nama dengan gelar.
 Menjadi pemisah nama pengarang yang dibalik pada daftar pustaka.
 Menjadi pembatas antara satu keterangan dengan keterangan lain yang ada
di catatan kaki.
 Mengapit keterangan tambahan di dalam kalimat.

E. Tanda Titik Dua (:)

Meskipun jarang ditemui pada kalimat sehari-hari, kenyataannya tanda baca yang
satu ini masih penting digunakan dalam beberapa tipe tulisan, seperti berikut ini.

 Dipakai untuk membatasi antara sebuah keterangan dengan rinciannya.


 Dipakai dalam dialog pada naskah drama yang membatasi antara pengujar
dan kalimat yang diucapkan.
 Dipakai sebagai batas antara penerbit dengan kota penerbit dalam daftar
pustaka.
 Dipakai sebagai pembatas keterangan dalam tulisan yang bersifat laporan.

27
F. Tanda Titik Koma (;)

Pada dasarnya, tanda baca yang satu ini bersifat hampir sama dengan tanda koma
(,) di dalam kalimat. Namun, titik koma (;) baru digunakan jika ada dua
penempatan tanda koma (,) yang salah satunya bersifat lebih tinggi daripada yang
lain. Contohnya pada kalimat majemuk yang memiliki rincian di dalamnya.

G. Tanda Hubung (-)

Tanda baca yang satu ini juga termasuk yang sering dijumpai penggunaannya
dalam kalimat sehari-hari. Berikut ini adalah kondisi-kondisi yang membaut tanda
hubung harus dicantumkan dalam sebuah kalimat.

 Dipakai sebagai penghubung antara kata-kata yang mengalami


pengulangan.
 Dipakai sebagai penghubung antara imbuhan Indonesia dengan kata asing.

H. Tanda Pisah (—)

Sepintas tanda baca yang satu ini mirip dengan tanda hubung (-), hanya saja
bentuknya lebih panjang. Namun, tentu penggunaannya berbeda. Berikut ini
adalah pemakaian dan penulisan tanda pisah (—) yang tepat dalam bahasa
Indonesia.

Seperti fungsi tanda koma (,); tanda baca yang satu ini juga dipakai sebagai
pengapit keterangan tambahan dalam sebuah kalimat dan menjadi pengganti kata
sampai atau hingga dalam keterangan waktu.

I. Tanda Petik (‘…’)

Ada dua pemakaian tanda petik yang penting dalam kalimat di bahasa Indonesia,
seperti berikut ini.

 Dipakai mengapit istilah yang maknanya bersifat konotatif atau tidak


sebenarnya.
 Dipakai untuk mengapit makna kata yang memang dicantumkan dalam
kalimat.

28
J. Tanda Kutip (“…”)

Tanda baca yang satu ini sebenarnya adalah penggunaan ganda dari tanda petik.
Hanya saja, fungsinya jauh berbeda dari tanda petik. Beberapa pemakaian tanda
kutip (“…”) yang tepat kalimat di bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

 Dipakai untuk mengapit judul rubrik, judul makalah, bab buku, atau judul
karangan lain yang berlum diterbitkan.
 Dipakai sebagai pengapit kalimat langsung.

K. Tanda Garis Miring (/)

Sering dianggap sebagai tanda baca yang kurang formal, sebenarnya garis miring
(/) punya peran penting dalam persuratan, yaitu menjadi pembatas dalam nomor
surat. Selain itu, pada dasarnya fungsi tanda baca ini adalah menggantikan kata
tiap.

29
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari uraian di atas maka kita bisa menarik kesimpulan atau penulis
mencoba memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta di lapangan
yang menunjukkan bahwa masih banyak orang yang tidak memahami pemakain
bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidahnya.

Jika dilihat dari fungsinya, bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini
karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama yang lain.

Maka dari itu, kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga
keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar karena dipandangnya suatu
bangsa itu tidak lepas dari bagaimana kita menggunakan bahasa yang dapat
dipahami atau mudah dimengerti oleh bangsa lain.

30
DAFTAR PUSTAKA

Novitaanisaa. (2013). Ejaan. Retrieved from novitaanisaa.wordpress.


https://novitaanisaa.wordpress.com/2013/12/10/ejaan/

Aristha Serenade. (2011). Fonologi, Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia.


Retrieved from aristhaserenade.blogspot.
http://aristhaserenade.blogspot.com/2011/01/fonologi-morfologi-
dan-sintaksis-bahasa.html

Studio Belajar. (Tanpa Tahun). Tanda Baca. Retrieved from studiobelajar.


https://www.studiobelajar.com/tanda-baca/

Mendy Aisha. (Tanpa Tahun). Penulisan Unsur Serapan. Retrieved from


tukangkonten. https://tukangkonten.com/penulisan-unsur-serapan/

PUEBI Daring. (Tanpa Tahun). Penulisan Kata (Angka dan Bilangan). Retrieved
from puebi.readthedocs.
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/kata/angka-dan-bilangan/

Riski. (Tanpa Tahun). Pemakaian Huruf dan Penulisan Kata dalam EYD.
Retrieved from
berwirausaha. https://www.berwirausaha.net/2019/03/pemakaian-
huruf-dan- penulisan-kata-dalam-eyd.html/

Samhis Setiawan. (2021). Singkatan Dan Akronim – Pengertian, Perbedaan,


Pedoman, Judul, Contoh. Retrieved from gurupendidikan.
https://www.gurupendidikan.co.id/singkatan-dan-akronim/

Yeptirani. (2009). Penulisan Partikel dalam Bahasa Indonesia. Retrieved from


eyddalamlayar.wordpress.
https://eyddalamlayar.wordpress.com/2009/10/07/penulisan-partikel-
dalam-bahasa-indonesia/

31

Anda mungkin juga menyukai