Disusun Oleh
YuliaKartikasari 1823041002
Angelique Delavega Yans 1823041014
Muhammad Yanuardi Zain 1823041016
Dosen Pengampu:
2018
1
KATA PENGANTAR
diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat konstrustif dari semua
pihak.
Penyusun,
Kelompok 7
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan
atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang
dapat dipakai dalam berbahasa. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan
menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Dalam
tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu: kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti ( promina ),
kata bilangan dan kata tugas.
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
kata tugas dan kata majemuk. Jenis kata ini mempunyai peran penting dalam
pembentukan kalimat karena kata ini bertugas semata-mata memungkinkan kata
lain berperanan dalam kalimat. Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal,
melainkan hanya makna gramatikal. Karena itu, sebelum bergabung dengan kata-
kata lain ia masih belum bisa dimaknai. Selain itu, kata tugas, hampir semuanya
tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Sedangkan kata majemuk adalah proses
penggabungan bentuk dasar dengan bentuk dasar untuk mewadahi suatu konsep
yang belum tertampung dalam sebuah kata.
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Makalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kata Tugas
Kata tugas merupakan kelas kata yang mempunyai ciri khusus,ciri khusus tersebut
adalah kata dan, ke, karena, dan dari. Berbeda dengan kelas kata lain, kata tugas
hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti
bahwa arti dari suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi
oleh kaitannya dngan kata lain dalam frasa atau kalimat. Jika nomina seperti buku
kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri-benda yang terdiri
atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan sebagainya-,untuk kata tugas kita tidak
dapat berbuat yang sama. Kata tugas dan atau ke baru akan mempunyai arti
apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi,misalnya, ayah dan ibu,ke
pasar.
Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat
mengalami perubahan bentuk. Jika verba datang kita dapat mengubahnya menjadi
mendatangi, mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan dari
tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa pengecualian adalah untuk beberapa
kata tuga seperti sebab, sampai, dan oleh yang dapat berubah mmenjadi kata
lain :menyebabkan, menyampaikan, memperoleh.
Berdasarkan peranan dalam frasa atau kalimat,kata tugas dibagi menjadi lima
kelompok : (1) preposisi, (2) konjungsi, (3) injeksi, (4) artikel, (5) partikel.
a. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur
pembentuk frasa proposisional. Preposisi terletak di bagian awal frasa dan unsur
yang mengikutinya dapat berupa nomina,adjektiva, atau verba. Dengan demikian,
dari nomina pasar dan verba mengail dapat kita bentuk frasa proposisional ke
pasar dan dengan mengail. Frasa proposisional seperti ini bersifat eksosentrik.
5
Jika ditinjau dari segi bentuknya,pereposisi dapat menomorfemis atau
polimorfemis.
1. Preposisi monomorfermis
Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas satu morfem
dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut adalah preposisi
dalam bahasa Indonesia beserta beberapa fungsinya.
Bagi
Untuk
Guna
2. Preposisi plimorfemis
Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam : (1) yang dibentuk dengan
memakai afiks dan (2) yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau
lebih. Contoh untuk (1) adalah selama dan bagaikan, sedangkan untuk (2)
adalah selain dari dan sampai dengan/ke.
6
3. Prepposisi polimorfemis dengan afiks
Contoh :
b. Konjungsi
Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa
atau lebih. Seperti kata dan, kalau, dan atau adalah kata konjungsi. Perhatikan
contoh kalimat berikut.
7
3. Engkau berangkat sekarang atau engkau ketinggalan kereta.
Dari contoh di atas tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi adalah
klausa. Meskipun demikian, kita ketahui bahwa ada konjungsi yang juga dapat
menghubungkan dua kata atau frasa. Konjungsi seperti dan serta atau si atas dapat
pula membentuk frasa seperti Toni dan Ali, hidup atau mati. Jika sekarang
kembali pada kelompok preposisi, maka akan kita dapati bahwa sebagian dari
preposisi ada pula yang dapat bertindak sebagai konjungsi. Preposisi seperti
sebab, karena, dan sejak dapat bertindak menghubungkan kata maupun klausa.
Pada contoh di bawah ini kita temukan preposisi yang dapat pula bertindak
sebagai konjungsi.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa ada kata yang membunyai keanggotaan ganda,
yakni sebagai preposisi maupun sebagai konjungsi. Jika kata itu dippakai sebagai
pembentuk frasa ,maka statusnya adalah preposisi. Jika yang dihubungkan adalah
klausa,maka statusnya berubah menjadi konjungsi. Dilihat dari prilaku
sintaktiknya, konjungsi dibagi menjadi lima kelompok (1) kelompok koordinatif,
(2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi korelatif, (4) konjungsi antar kalimat,dan
(5) konjungsi antarparagraf.
1. Konjungsi koordinatif
Adalah konjunsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur itu
memiliki status sintakis yang sama. Anggota darti kelompok itu adalah :
8
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu,
di samping menghubungkan klausa,, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun
demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposional. Perhatikan contoh :
Jika salah satu kedua-duanya akan dinyatakan,maka orang sering memakai dua
konjungsi secara bersamaan, yakni dan/atau dengan garis miring di antara kedua
kata itu. Contoh :
2. Konjungsi Subordinatif
Adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak
memiliki status sintaktis yang sama. Berikut adalah kelompok– kelompok
konjungsi subordinatif.
- Konjungsi subordinatif waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak,\
selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara,
sambil,seraya, selagi, selama, sehingga,
sampai.
- Konjungsi subordinatif syarat : jika, kalau ,jikalau, asa(kan), bila,
manakala.
- Konjungsi subordinatif pengandaian : andaikan, seandainya, andaikan,
umpanya, sekiranya.
- Konjungsi subordinatif tujuan : agar, supaya, agar supaya, biar.
- Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, mesi(pun), sekalipin,
walau(pun), sesungguhpun,
kendati(pun).
- Konjungsi subordinatif pemiripan : seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai,
laksana.
9
- Konjungsi subordinatif penyebaban : sebab, karena, oleh karena.
- Konjungsi subordinatif pengakibatan : (se)hingga, sampai, maka(nya).
- Konjungsi subordinatif penjelasan : bahwa
- Konjungsi subordinatif cara : dengan
Seperti halnya dengan kelompok koordinatif, dalam kelompok subdormatif ada
pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisis. Kata seperti sebelum dan
karena dapat diikuti oleh klausa tetapi dapat pula dikuti oleh kata. Dalam hal yang
pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi, dalam hal yang kedua sebagai
preposisi. Bandingkan kalimat dia berangkat sebelum saya dating dengan dia
berangkat sebelum pukuul lima.
3. Konjungsi Korelatif
Adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, fraa atau klausa ; dan kedua
unsur itu memiliki status sintakis yang sama. Konjungsi korelatif terdirir atas dua
bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.
Baik ……maupun….(maupun)..
Tidak hanya….,tetapi (..)juga…
Demikian (rupa)….sehingga…
Apa(kah)…atau…
Entah…entah…
Jangankan….pun…
4. Konjungsi Antarkalimat
10
- Biarpun demikian/ begitu sekalipun demikian/ begitu sesungguhpun
demikian / begitu walaupun demikian.
- Meskipun demikian / begitupun kemudian, sesudah itu, setelah itu,
selanjutnya.
- Tambahan pula, lagi pula, selain itu.
- Sebaliknya.
- Sesungguhnya, bahwasannya.
- Malah(an), bahkan.
- Kecuali itu.
- Dengan demikian.
- Oleh karena itu, moleh sebab itu.
- Sebelum itu.
5. Konjungsi Antarparagraf
11
- Adapun terbongkarnya rahasia bahwa di bawah pohon itu tersimpan harta
karun, bermula dari cerita Pak Kisah yang pernah menjadi pembantu raja
dan turut menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang lalu.
- Akan hal lamarannya menjadi salah seorang guru di Sekolah Dasar Impres
Raya ini telah kami bicarakan pada rapat guru minggu lalu.
- Syahdan maka pada suatu hari datanglah seorang laki-laki tua yang
bungkuk dan sangat mengerikan ke istana raja dan mengemukakan niat
untuk melamar putri dari raja tersebut.
- Sebermula pada zaman dahulu itu datanglah malapetaka yang dahsyat
memusnahkan penduduk daerah ini denga air yang bah ganas, dan setelah
itu orang menamai daerah itu “kelenglengen” yang bermakna “tenggelam”
atau “terbenam”.
c. Interjeksi
Interjektif atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati
manusia. Untuk memperkuat rasa hati, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata
tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang di maksud. Di
samping interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yag
berasal dari bahasa asing, kedua-duanya biasanya dipakai di permulaan kalimat
dan diikuti oleh tanda koma. Pada umumnya interjeksi mengacu ke sikap yang (1)
negative, (2) positif, (3) keheranan, (4) netral atau bercampur, bergantung pada
makna kalimat yang mengiringinya. Berikut adalah contoh-contohnya.
12
- Bah, pergi saja kau dari ruah ini.
- Aduahi,indahya pemandangan danau ini.
- Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat
- Ai, kurusnya sekkarang kamu ini.
- Lo, kamu kan teman saya SMP dulu?
- Wah, kalau begini bisa hancur kita.
- Wah, kalau begini bisa kaya kita sebentar lagi.
- Nah, terjebak hujan lagi.
- Nah, bersyukurlah kita karena malapetaka sudah lewat.
- Oh, malang benar nasib kita ini.
- Oh, bukan main indahnya bulan ini.
Pada contoh kelompok (4) di atas dapat kita lihat bahwa interjeksi dapat di
berbagai situasi. Perlu kiranya di perhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu
dipakai dalam bahas alisan atau bahas tulis yang berbentuk percakapan, karena itu
injeksi pada umumnya interjeksi seperti itu bersifat tidak formal. Interjeksi seperti
berengsek, asyik, duilah, dan idih termasuk dalam kategori itu. Pada bahasa
tertulis bukan merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi
jarang dipakai.
d. Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam bahasa
Indonesia ada tiga kelompok artikel : (1) artikel yang menyatakan jumlah tunggal,
(2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, (3) artikel yang menyatakan makna
netral.
13
2. Artikel yang mengacu ke makna kelompok
Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para. Karena artikel ini
mengisyaratkan ketaktunggalan, maka makna yang diiringinya tidak
dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru
sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah para guru dan para guru – guru.
Adapula kata lain seperti kaum dan umat yang menyatakan kekelompokan,
tetapi kata itu termasuk noomina, buakan artikel. Dengan demikian, kita
temukan klausa seperti kita adalah umat/kaum yang beragama.
Artikel ini dapat mengacu pada makna tunggal atau generik, bergantung pada
konteks kalimatnya. Artikel si mengacu pada makna tunggal atau generik.
Berikut ini contohnya:
Kelompok kata tugas yang terakhir adalah berupa klitika, karena selalu diletakkan
pada kata yang mendahuluinya. Ada empat partikel, yaitu :-kah, -lah, pun, -tah.
1. Partikel –kah
Contoh :
14
(bandingkan : hari ini pekerjaan itu harus selesai)
ii. Jika dalam kalimat tanya sudah ada kata tanya seperti apa, di mana,
bagaimana, maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan
kalimatnya lebih formal dan sedikit halus.
Contoh :
- Apakah ayahmu sudah dating?
- Bagaimanakah penyelesaian persoalan ini?
- Ke manakah anak-anak pergi?
iii.Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya, maka –kah akan memperjelas bahwa
Contoh :
2. Partikel –lah
Partikel –lah dipakai dalam kalimat perintah atau kalimat berita. Berikut kaidah
pemakaiannya.
15
- Dialah yang menggugat soal itu.
3. Partikel pun
Partikel –pun hanya dipakai dalam kalimat berita. Berikut kaidah pemakainnya.
i. Pun di pakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan,
pun dipisahkan dari kata depannya.
Contoh :
- Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
- Yang tidak perlu pun dibelinya juga.
- Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.
Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungsi ditulis seringkali; jadi,
sesungguhpun.
ii. Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama –
lah.
Contoh :
- Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
- Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
- Para anggota yang menolak pun mulailah berfikir-fikir lagi.
4. Partikel –tah
Partikel –tah dipakai dalam kalimat tanya, tetapi si penanya sebenarnya tidak
mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya-tanya pada diri sendiri
tentang hal yang di kemukakannya. Partikel –tah itu banyak dipakai dalam
sastra lama, tetapi tidak bbanyak dipakai lagi sekarang.
Contoh :
16
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata
memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat.
2. Kata tugas dibagi menjadi lima kelompok,yaitu : preposisi, konjungsi,
interjeksi, artikel, dan partikel.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Abdul Chaer (lahir di Jakarta, 8 November 1940; umur 78 tahun) adalah ahli linguistik bahasa Indonesia. Ia
pernah mengajar linguistik umum, semantik, sosiolinguistik, dan psikolinguistik di Universitas Negeri
Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka. Selain sebagai pengajar, Abdul Chaer aktif menjadi
pemakalah dalam berbagai konferensi bahasa serta menjadi penulis buku beragam topik bahasa Indonesia.
19