Anda di halaman 1dari 19

Kata Tugas

(Makalah Tata Bahasa Indonesia)

Disusun Oleh

YuliaKartikasari 1823041002
Angelique Delavega Yans 1823041014
Muhammad Yanuardi Zain 1823041016

Dosen Pengampu:

Dr. Sumarti, M.Hum.


Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd.
Dr. Siti Samhati, M.Pd.

PROGRAM STUDI MAGISTER


PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah

memberi petunjuk dan kekuatan sehingga makalah “Afiksasi” ini dapat

diselesaikan tepat waktu.

Makalah ini disusun berdasarkan materi-materi mengenaiafiksasi.

Materi-materi dalam makalah ini disusun bertujuan untuk dapat menambah

pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam pembelajaran mata kuliah

Tata Bahasa Indonesia. Makalah ini mengutip teori-teori yang mendukung

dan berhubungan dengan afiksasi.

Mengingat makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat konstrustif dari semua

pihak.

Bandar Lampung, November 2018

Penyusun,

Kelompok 7

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan
atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang
dapat dipakai dalam berbahasa. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan
menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Dalam
tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu: kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti ( promina ),
kata bilangan dan kata tugas.

Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
kata tugas dan kata majemuk. Jenis kata ini mempunyai peran penting dalam
pembentukan kalimat karena kata ini bertugas semata-mata memungkinkan kata
lain berperanan dalam kalimat. Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal,
melainkan hanya makna gramatikal. Karena itu, sebelum bergabung dengan kata-
kata lain ia masih belum bisa dimaknai. Selain itu, kata tugas, hampir semuanya
tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Sedangkan kata majemuk adalah proses
penggabungan bentuk dasar dengan bentuk dasar untuk mewadahi suatu konsep
yang belum tertampung dalam sebuah kata.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada pembahasan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa itu kata tugas ?

2. Apa saja ciri – ciri kata tugas ?

3. Apa saja jenis – jenis kata tugas ?

3
C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu kata tugas.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri kata tugas.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kata tugas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kata Tugas

Kata tugas merupakan kelas kata yang mempunyai ciri khusus,ciri khusus tersebut
adalah kata dan, ke, karena, dan dari. Berbeda dengan kelas kata lain, kata tugas
hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti
bahwa arti dari suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi
oleh kaitannya dngan kata lain dalam frasa atau kalimat. Jika nomina seperti buku
kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri-benda yang terdiri
atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan sebagainya-,untuk kata tugas kita tidak
dapat berbuat yang sama. Kata tugas dan atau ke baru akan mempunyai arti
apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi,misalnya, ayah dan ibu,ke
pasar.

Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat
mengalami perubahan bentuk. Jika verba datang kita dapat mengubahnya menjadi
mendatangi, mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan dari
tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa pengecualian adalah untuk beberapa
kata tuga seperti sebab, sampai, dan oleh yang dapat berubah mmenjadi kata
lain :menyebabkan, menyampaikan, memperoleh.

Berdasarkan peranan dalam frasa atau kalimat,kata tugas dibagi menjadi lima
kelompok : (1) preposisi, (2) konjungsi, (3) injeksi, (4) artikel, (5) partikel.

a. Preposisi

Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur
pembentuk frasa proposisional. Preposisi terletak di bagian awal frasa dan unsur
yang mengikutinya dapat berupa nomina,adjektiva, atau verba. Dengan demikian,
dari nomina pasar dan verba mengail dapat kita bentuk frasa proposisional ke
pasar dan dengan mengail. Frasa proposisional seperti ini bersifat eksosentrik.

5
Jika ditinjau dari segi bentuknya,pereposisi dapat menomorfemis atau
polimorfemis.

1. Preposisi monomorfermis

Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas satu morfem
dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut adalah preposisi
dalam bahasa Indonesia beserta beberapa fungsinya.

Bagi

Untuk

Buat menandai hubungan perutukan

Guna

Dari : menandai hubungan asal,arah dari suatu tempat,atau mlik

Dengan : menandai hubungan kesetaraan atau car

Di : menandai hubungan tempat berada

Karena : menandai hubungan sebab

Sebab : menandai hubungan sebab

Ke : menandai hubungan arah menuju suatu tempat

Oleh : menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku

2. Preposisi plimorfemis

Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam : (1) yang dibentuk dengan
memakai afiks dan (2) yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau
lebih. Contoh untuk (1) adalah selama dan bagaikan, sedangkan untuk (2)
adalah selain dari dan sampai dengan/ke.

6
3. Prepposisi polimorfemis dengan afiks

Posisi polimorfemis yang berafiks dibentuk dengan menempelkan afiks pada


dasar. Dasar itu dapat merupakan morfem bebas(sama, serta) atau morfem
terikat (jelang, kitar).

Contoh :

Bersama : menandai hubungan kesetaraan

Beserta : menandai hubungan kesetaraan

Menuju : menandai hubungan tujuan ke suatuu tempat

Menurut : menandai hubungan sumber

Sekeliling : menandai hubungan ruang lungkup geografis

Sekitar : menandai hubungan ruang lingkup geografis atau waktu

Selama : menandai hubungan kurun waktu

Sepanjang : menandai hubungan kurun waktu bentangan lokasi

Mengenaio : menandai hubungan sasaran atau objektif

Terhadap : menandai hubungan arah

Bagaikan : menandai hubunganpemiripan

b. Konjungsi

Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa
atau lebih. Seperti kata dan, kalau, dan atau adalah kata konjungsi. Perhatikan
contoh kalimat berikut.

1. Farida sedang membaca dan adiknya sedang bermain gitar.


2. Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya selesai.

7
3. Engkau berangkat sekarang atau engkau ketinggalan kereta.

Dari contoh di atas tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi adalah
klausa. Meskipun demikian, kita ketahui bahwa ada konjungsi yang juga dapat
menghubungkan dua kata atau frasa. Konjungsi seperti dan serta atau si atas dapat
pula membentuk frasa seperti Toni dan Ali, hidup atau mati. Jika sekarang
kembali pada kelompok preposisi, maka akan kita dapati bahwa sebagian dari
preposisi ada pula yang dapat bertindak sebagai konjungsi. Preposisi seperti
sebab, karena, dan sejak dapat bertindak menghubungkan kata maupun klausa.
Pada contoh di bawah ini kita temukan preposisi yang dapat pula bertindak
sebagai konjungsi.

1. Dia tidak kuliah karena kematian ayahnya.


Dia tidak kuliah karena ayahnya meninggal.
2. Dia sudah dapat membaca sejak bulan Agustus.
Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lima tahun.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa ada kata yang membunyai keanggotaan ganda,
yakni sebagai preposisi maupun sebagai konjungsi. Jika kata itu dippakai sebagai
pembentuk frasa ,maka statusnya adalah preposisi. Jika yang dihubungkan adalah
klausa,maka statusnya berubah menjadi konjungsi. Dilihat dari prilaku
sintaktiknya, konjungsi dibagi menjadi lima kelompok (1) kelompok koordinatif,
(2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi korelatif, (4) konjungsi antar kalimat,dan
(5) konjungsi antarparagraf.

1. Konjungsi koordinatif

Adalah konjunsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur itu
memiliki status sintakis yang sama. Anggota darti kelompok itu adalah :

Dan : menandai hubungan penambahan,

Atau : menandai hubungan pemilihan,

Tetapi : menandai hubungan perlawanan.

8
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu,
di samping menghubungkan klausa,, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun
demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposional. Perhatikan contoh :

- Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.


- Dia mencari sayadan adik saya.
- Saya atau kamu yang menjemput ibu?

Jika salah satu kedua-duanya akan dinyatakan,maka orang sering memakai dua
konjungsi secara bersamaan, yakni dan/atau dengan garis miring di antara kedua
kata itu. Contoh :

- Para dekan dan/atau pembantu dekan pertama diminta hadir.


- Kami mengundang Ketua dan/atau Sekertaris.

2. Konjungsi Subordinatif
Adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak
memiliki status sintaktis yang sama. Berikut adalah kelompok– kelompok
konjungsi subordinatif.
- Konjungsi subordinatif waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak,\
selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara,
sambil,seraya, selagi, selama, sehingga,
sampai.
- Konjungsi subordinatif syarat : jika, kalau ,jikalau, asa(kan), bila,
manakala.
- Konjungsi subordinatif pengandaian : andaikan, seandainya, andaikan,
umpanya, sekiranya.
- Konjungsi subordinatif tujuan : agar, supaya, agar supaya, biar.
- Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, mesi(pun), sekalipin,
walau(pun), sesungguhpun,
kendati(pun).
- Konjungsi subordinatif pemiripan : seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai,
laksana.

9
- Konjungsi subordinatif penyebaban : sebab, karena, oleh karena.
- Konjungsi subordinatif pengakibatan : (se)hingga, sampai, maka(nya).
- Konjungsi subordinatif penjelasan : bahwa
- Konjungsi subordinatif cara : dengan
Seperti halnya dengan kelompok koordinatif, dalam kelompok subdormatif ada
pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisis. Kata seperti sebelum dan
karena dapat diikuti oleh klausa tetapi dapat pula dikuti oleh kata. Dalam hal yang
pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi, dalam hal yang kedua sebagai
preposisi. Bandingkan kalimat dia berangkat sebelum saya dating dengan dia
berangkat sebelum pukuul lima.

3. Konjungsi Korelatif
Adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, fraa atau klausa ; dan kedua
unsur itu memiliki status sintakis yang sama. Konjungsi korelatif terdirir atas dua
bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.
Baik ……maupun….(maupun)..
Tidak hanya….,tetapi (..)juga…
Demikian (rupa)….sehingga…
Apa(kah)…atau…
Entah…entah…
Jangankan….pun…

Perhatikan contoh berikut ini.


- Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok
- Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh.

4. Konjungsi Antarkalimat

Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antarkalimat menghubungkan


kalimat satu dengan kalimat yang lain. Karena itu, konjungsi macam itu selalu
memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan
huruf kapital. Berikut contoh penggunaan konjungsi antarkalimat.

10
- Biarpun demikian/ begitu sekalipun demikian/ begitu sesungguhpun
demikian / begitu walaupun demikian.
- Meskipun demikian / begitupun kemudian, sesudah itu, setelah itu,
selanjutnya.
- Tambahan pula, lagi pula, selain itu.
- Sebaliknya.
- Sesungguhnya, bahwasannya.
- Malah(an), bahkan.
- Kecuali itu.
- Dengan demikian.
- Oleh karena itu, moleh sebab itu.
- Sebelum itu.

Cotoh dalam kalimat:

- Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak menghalanginya.


Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak
menghalanginya.
- Mereka berbelanja ke Gelodok. Mereka ke saudaranya ke Ancol.
Mereka belanja ke Geldok. Sesudah itu, mereka pergi ke saudaranya di
Ancol.

5. Konjungsi Antarparagraf

Jika konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat dan mellalui suatu


kalimat baru, konjungsi antarparagraf pada umunya memulai pada sautu
paragraph. Hubungannya dengan paragraph sebelumnya berdasarkan makna yang
terkandung pada paragraph sebelum itu. Konjungsi pada kelompok (1) berikut ini
masih sering dipaikai, sedangkan yang ada pada kelompok (2) umumnya terdapat
pada naskah sastra yang lama.

- Adapun, akan hal, mengenai, dalam pada itu.


- Alkisah, arkian, sebermula, syahdan.

Contoh pada kalimat:

11
- Adapun terbongkarnya rahasia bahwa di bawah pohon itu tersimpan harta
karun, bermula dari cerita Pak Kisah yang pernah menjadi pembantu raja
dan turut menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang lalu.
- Akan hal lamarannya menjadi salah seorang guru di Sekolah Dasar Impres
Raya ini telah kami bicarakan pada rapat guru minggu lalu.
- Syahdan maka pada suatu hari datanglah seorang laki-laki tua yang
bungkuk dan sangat mengerikan ke istana raja dan mengemukakan niat
untuk melamar putri dari raja tersebut.
- Sebermula pada zaman dahulu itu datanglah malapetaka yang dahsyat
memusnahkan penduduk daerah ini denga air yang bah ganas, dan setelah
itu orang menamai daerah itu “kelenglengen” yang bermakna “tenggelam”
atau “terbenam”.

c. Interjeksi

Interjektif atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati
manusia. Untuk memperkuat rasa hati, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata
tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang di maksud. Di
samping interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yag
berasal dari bahasa asing, kedua-duanya biasanya dipakai di permulaan kalimat
dan diikuti oleh tanda koma. Pada umumnya interjeksi mengacu ke sikap yang (1)
negative, (2) positif, (3) keheranan, (4) netral atau bercampur, bergantung pada
makna kalimat yang mengiringinya. Berikut adalah contoh-contohnya.

- Cih, cis, bah, ih,idih, berengsek, sialan.


- Aduhai, amboi, asyik, Alhamdulillah, insya Allah, syukur.
- Ai, lo, astaghfirullah, masya Allah.
- Netral (ayo, hai, halo, he, wahai, astaga, wah), campuran ( nah,ah, eh, oh,
ya aduh,hem).

Contoh dalam kalimat:

- Cih,tidah tau malu mengemis belas kasihan orang lain.


- Cis, muak aku melihat rupamu lagi

12
- Bah, pergi saja kau dari ruah ini.
- Aduahi,indahya pemandangan danau ini.
- Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat
- Ai, kurusnya sekkarang kamu ini.
- Lo, kamu kan teman saya SMP dulu?
- Wah, kalau begini bisa hancur kita.
- Wah, kalau begini bisa kaya kita sebentar lagi.
- Nah, terjebak hujan lagi.
- Nah, bersyukurlah kita karena malapetaka sudah lewat.
- Oh, malang benar nasib kita ini.
- Oh, bukan main indahnya bulan ini.

Pada contoh kelompok (4) di atas dapat kita lihat bahwa interjeksi dapat di
berbagai situasi. Perlu kiranya di perhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu
dipakai dalam bahas alisan atau bahas tulis yang berbentuk percakapan, karena itu
injeksi pada umumnya interjeksi seperti itu bersifat tidak formal. Interjeksi seperti
berengsek, asyik, duilah, dan idih termasuk dalam kategori itu. Pada bahasa
tertulis bukan merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi
jarang dipakai.

d. Artikel

Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam bahasa
Indonesia ada tiga kelompok artikel : (1) artikel yang menyatakan jumlah tunggal,
(2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, (3) artikel yang menyatakan makna
netral.

1. Artikel yang menyatakan jumlah tunggal, berikut contohnya:


- Sang juara, Elly Pical, dapat merobohkan petinju Australia.
- Sang Merah Putih berkibar dengan jaya di seluruh tanah air.
- Dang Merdu adalah tokoh yang terkenal dalam hikayat sastra Melayu.

13
2. Artikel yang mengacu ke makna kelompok

Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para. Karena artikel ini
mengisyaratkan ketaktunggalan, maka makna yang diiringinya tidak
dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru
sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah para guru dan para guru – guru.
Adapula kata lain seperti kaum dan umat yang menyatakan kekelompokan,
tetapi kata itu termasuk noomina, buakan artikel. Dengan demikian, kita
temukan klausa seperti kita adalah umat/kaum yang beragama.

3. Artikel yang bermakna netral.

Artikel ini dapat mengacu pada makna tunggal atau generik, bergantung pada
konteks kalimatnya. Artikel si mengacu pada makna tunggal atau generik.
Berikut ini contohnya:

- Si Amat akan meminang si Halimah minggu depan.


- Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
- Si terdakwa tidak dapat menjawab pertanyaan hakim.
- Mengapa si dia tidak kamu ajak dating?

e. Partikel : -kah, -lah, pun, -tah.

Kelompok kata tugas yang terakhir adalah berupa klitika, karena selalu diletakkan
pada kata yang mendahuluinya. Ada empat partikel, yaitu :-kah, -lah, pun, -tah.

1. Partikel –kah

Partikel –kah kadang-kadang bersifat manasuka dan kadang-kadang wajib,


bergantung pada macam kalimatnya. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.

i. Partikel –kah membentuk kalimat Tanya.

Contoh :

- Diadakan yang akan datang?


(bandingkan : dia yang akan dating.)
- Hari inikah pekerjaan itu harus selesai?

14
(bandingkan : hari ini pekerjaan itu harus selesai)
ii. Jika dalam kalimat tanya sudah ada kata tanya seperti apa, di mana,
bagaimana, maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan
kalimatnya lebih formal dan sedikit halus.
Contoh :
- Apakah ayahmu sudah dating?
- Bagaimanakah penyelesaian persoalan ini?
- Ke manakah anak-anak pergi?
iii.Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya, maka –kah akan memperjelas bahwa

kata itu adalah kalimat tanya.

Contoh :

- Dia akan datangkah nanti malam?


- Haruskah aku yang mulai dahulu?
- Tidak dapatkah dia mengurus masalah sekecil itu?

2. Partikel –lah

Partikel –lah dipakai dalam kalimat perintah atau kalimat berita. Berikut kaidah
pemakaiannya.

i. Dalam kalimat perintah, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada


perintahnya.
Contoh:
- Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
- Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi.
- Kalau Anda mau, ambillah saja.
ii. Dalam kalimat berita, -lahi dipakai untuk memberikan tegasan yang
sedikit keras.
Contoh :
- Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
- Ambil beberapa sajalah yang Saudara perlukan.
- Cara seperti itu tidaklah pantas.

15
- Dialah yang menggugat soal itu.

3. Partikel pun

Partikel –pun hanya dipakai dalam kalimat berita. Berikut kaidah pemakainnya.

i. Pun di pakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan,
pun dipisahkan dari kata depannya.
Contoh :
- Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
- Yang tidak perlu pun dibelinya juga.
- Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.

Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungsi ditulis seringkali; jadi,

ejaannyawalaupun, meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, dan

sesungguhpun.

ii. Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama –
lah.
Contoh :
- Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
- Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
- Para anggota yang menolak pun mulailah berfikir-fikir lagi.

4. Partikel –tah

Partikel –tah dipakai dalam kalimat tanya, tetapi si penanya sebenarnya tidak
mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya-tanya pada diri sendiri
tentang hal yang di kemukakannya. Partikel –tah itu banyak dipakai dalam
sastra lama, tetapi tidak bbanyak dipakai lagi sekarang.

Contoh :

- Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?


- Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku?
(Darjowidjojo ,dkk,1997).

16
BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah sebagai
berikut:

1. Kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata
memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat.
2. Kata tugas dibagi menjadi lima kelompok,yaitu : preposisi, konjungsi,
interjeksi, artikel, dan partikel.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono.


2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

E,Kosasih. 2006. Ketatabahasaan Dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).


Diakses pada 29 November 2018 dari http://bahasa.kemdiknas.go.id/
kbbi/index.php.

18
Abdul Chaer (lahir di Jakarta, 8 November 1940; umur 78 tahun) adalah ahli linguistik bahasa Indonesia. Ia
pernah mengajar linguistik umum, semantik, sosiolinguistik, dan psikolinguistik di Universitas Negeri
Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka. Selain sebagai pengajar, Abdul Chaer aktif menjadi
pemakalah dalam berbagai konferensi bahasa serta menjadi penulis buku beragam topik bahasa Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai