Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan
atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang
dapat dipakai dalam berbahasa. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan
menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Dalam
tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori,
yaitu: kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti ( promina ),
kata bilangan dan kata tugas.
Jenis kata dalam bahasa Indonesia yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
kata tugas dan kata majemuk. Jenis kata ini mempunyai peran penting dalam
pembentukan kalimat karena kata ini bertugas semata-mata memungkinkan kata
lain berperanan dalam kalimat. Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal,
melainkan hanya makna gramatikal. Karena itu, sebelum bergabung dengan katakata lain ia masih belum bisa dimaknai. Selain itu, kata tugas, hampir semuanya
tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Sedangkan kata majemuk adalah proses
penggabungan bentuk dasar dengan bentuk dasar untuk mewadahi suatu konsep
yang belum tertampung dalam sebuah kata.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu kata tugas dan kata majemuk?
2. Apa saja ciri ciri kata tugas dan kata majemuk?
3. Apa saja jenis jenis kata tugas dan kata majemuk?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu kata tugas dann kata majemuk.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri kata tugas dan kata majemuk.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kata tugas dan kata majemuk.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kata Tugas
Kata tugas merupakan kelas kata yang mempunyai ciri khusus,ciri khusus tersebut
adalah kata dan, ke, karena, dan dari. Berbeda dengan kelas kata lain, kata tugas
hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti
bahwa arti dari suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi
oleh kaitannya dngan kata lain dalam frasa atau kalimat. Jika nomina seperti buku
kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri -benda yang terdiri
atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan sebagainya-,untuk kata tugas kita tidak
dapat berbuat yang sama. Kat tugas dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila
dirangkai dengan kata lain untuk menjadi,misalnya, ayah dan ibu,ke pasar.
Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat
mengalami perubahan bentuk. Jika verba datang kita dapat mengubahnya menjadi
mendatangi, mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan dari
tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa pengecualian adalah untuk beberapa
kata tuga seperti sebab, sampai, dan oleh yang dapat berubah mmenjadi kata lain :
menyebabkan, menyampaikan, memperoleh.
Berdasarkan peranan dalam frasa atau kalimat,kata tugas dibagi menjadi lima
kelompok : (1) preposisi, (2) konjungsi, (3) injeksi, (4) artikel, (5) partikel.
a. Preposisi
Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur
pembentuk frasa proposisional. Preposisi terletak di bagian awal frasa dan unsur
yang mengikutinya dapat berupa nomina,adjektiva, atau verba. Dengan demikian,
dari nomina pasar dan verba mengail dapat kita bentuk frasa proposisional ke
pasar dan dengan mengail. Frasa proposisional seperti ini bersifat eksosentrik.
Jika ditinjau dari segi bentuknya,pereposisi dapat menomorfemis atau
polimorfemis.
1. Preposisi monomorfermis

Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas satu morfem
dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut adalah preposisi
dalam bahasa Indonesia beserta beberapa fungsinya.
Bagi
Untuk
Buat

menandai hubungan perutukan

Guna
Dari

: menandai hubungan asal,arah dari suatu tempat,atau mlik

Dengan : menandai hubungan kesetaraan atau car


Di

: menandai hubungan tempat berada

Karena

: menandai hubungan sebab

Sebab

: menandai hubungan sebab

Ke

: menandai hubungan arah menuju suatu tempat

Oleh

: menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku

2. Preposisi plimorfemis
Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam : (1) yang dibentuk dengan
memakai afiks dan (2) yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau
lebih. Contoh untuk (1) adalah selama dan bagaikan, sedangkan untuk (2)
adalah selain dari dan sampai dengan/ke.

3. Prepposisi polimorfemis dengan afiks


Posisi polimorfemis yang berafiks dibentuk dengan menempelkan afiks pada
dasar. Dasar itu dapat merupakan morfem bebas(sama, serta) atau morfem
terikat (jelang, kitar).

Contoh :
Bersama

: menandai hubungan kesetaraan

Beserta

: menandai hubungan kesetaraan

Menuju

: menandai hubungan tujuan ke suatuu tempat

Menurut

: menandai hubungan sumber

Sekeliling

: menandai hubungan ruang lungkup geografis

Sekitar

: menandai hubungan ruang lingkup geografis atau waktu

Selama

: menandai hubungan kurun waktu

Sepanjang

: menandai hubungan kurun waktu bentangan lokasi

Mengenaio

: menandai hubungan sasaran atau objektif

Terhadap

: menandai hubungan arah

Bagaikan

: menandai hubunganpemiripan

b. Konjungsi
Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa
atau lebih. Seperti kata dan, kalau, dan atau adalah kata konjungsi. Perhatikan
contoh kalimat berikut.
1. Farida sedang membaca dan adiknya sedang bermain gitar.
2. Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya selesai.
3. Engkau berangkat sekarang atau engkau ketinggalan kereta.
Dari contoh di atas tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi adalah
klausa. Meskipun demikian, kita ketahui bahwa ada konjungsi yang juga dapat
menghubungkan dua kata atau frasa. Konjungsi seperti dan serta atau si atas dapat
pula membentuk frasa seperti Toni dan

Ali,hidup atau mati. Jika sekarang

kembali pada kelompok preposisi, maka akan kita dapati bahwa sebagian dari
preposisi ada pula yang dapat bertindak sebagai konjungsi. Preposisi seperti
sebab, karena, dan sejak dapat bertindak menghubungkan kata maupun klausa.
5

Pada contoh di bawah ini kita temukan preposisi yang dapat pula bertindak
sebagai konjungsi.
1. Dia tidak kuliah karena kematian ayahnya.
Dia tidak kuliah karena ayahnya meninggal.
2. Dia sudah dapat membaca sejak bulan Agustus.
Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lima tahun.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa ada kata yang membunyai keanggotaan ganda,
yakni sebagai preposisi maupun sebagai konjungsi. Jika kata itu dippakai sebagai
pembentuk frasa ,maka statusnya adalah preposisi. Jika yang dihubungkan adalah
klausa,maka statusnya berubah menjadi konjungsi. Dilihat dari prilaku
sintaktiknya, konjungsi dibagi menjadi lima kelompok (1) kelompok koordinatif,
(2) konjungsi subordinatif, (3) konjungsi korelatif, (4) konjungsi antar kalimat,dan
(5) konjungsi antarparagraf.
1. Konjungsi koordinatif
Adalah konjunsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur itu
memiliki status sintakis yang sama. Anggota darti kelompok itu adalah :
Dan

: menandai hubungan penambahan,

Atau

: menandai hubungan pemilihan,

Tetapi

: menandai hubungan perlawanan.

Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu,
di samping menghubungkan klausa,, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun
demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposional. Perhatikan contoh :
-

Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu.


Dia mencari saya dan adik saya.
Saya atau kamu yang menjemput ibu?

Jika salah satu kedua-duanya akan dinyatakan,maka orang sering memakai dua
konjungsi secara bersamaan, yakni dan/atau dengan garis miring di antara kedua
kata itu. Contoh :
-

Para dekan dan/atau pembantu dekan pertama diminta hadir.


Kami mengundang Ketua dan/atau Sekertaris.

2. Konjungsi Subordinatif
Adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak
memiliki status sintaktis yang sama. Berikut adalah kelompok kelompok
konjungsi subordinatif.
-

Konjungsi subordinatif waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak,\


selesai, ketika, tatkala, sewaktu,
sementara,

sambil,seraya, selagi, selama, sehingga,


sampai.
Konjungsi subordinatif syarat : jika, kalau ,jikalau, asa(kan), bila,
manakala.
Konjungsi subordinatif pengandaian : andaikan, seandainya, andaikan,
umpanya, sekiranya.
Konjungsi subordinatif tujuan
: agar, supaya, agar supaya, biar.
Konjungsi subordinatif konsesif
: biarpun, mesi(pun), sekalipin,
walau(pun), sesungguhpun,
kendati(pun).
Konjungsi subordinatif pemiripan : seakan-akan, seolah-olah,
sebagaimana, seperti, sebagai,
laksana.
Konjungsi subordinatif penyebaban : sebab, karena, oleh karena.
Konjungsi subordinatif pengakibatan : (se)hingga, sampai, maka(nya).
Konjungsi subordinatif penjelasan : bahwa
Konjungsi subordinatif cara
: dengan

Seperti halnya dengan kelompok koordinatif, dalam kelompok subdormatif ada


pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisis. Kata seperti sebelum dan
karena dapat diikuti oleh klausa tetapi dapat pula dikuti oleh kata. Dalam hal yang
pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi, dalam hal yang kedua sebagai
preposisi. Bandingkan kalimat dia berangkat sebelum saya dating dengan dia
berangkat sebelum pukuul lima.
3. Konjungsi Korelatif
Adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, fraa atau klausa ; dan kedua
unsur itu memiliki status sintakis yang sama. Konjungsi korelatif terdirir atas dua
bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.
Baik maupun.(maupun)..
Tidak hanya.,tetapi (..)juga

Demikian (rupa).sehingga
Apa(kah)atau
Entahentah
Jangankan.pun
Perhatikan contoh berikut ini.
-

Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok


Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh.

4. Konjungsi Antarkalimat
Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antar kalimat menghubungkan
kalimat satu dengan kalimat yang lain. Karena itu, konjungsi macam itu selalu
memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan
huruf kapital. Berikut contoh penggunaan konjungsi antar kalimat.
-

Biarpun demikian/ begitu sekalipun demikian/ begitu sesungguhpun

demikian / begitu walaupun demikian.


Meskipun demikian / begitupun kemudian, sesudah itu, setelah itu,

selanjutnya.
Tambahan pula, lagi pula, selain itu.
Sebaliknya.
Sesungguhnya, bahwasannya.
Malah(an), bahkan.
Kecuali itu.
Dengan demikian.
Oleh karena itu, moleh sebab itu.
Sebelum itu.

Cotoh dalam kalimat:


-

Kami tidak sependapat dengan dia. Kami tidak menghalanginya.


Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak
menghalanginya.
Mereka berbelanja ke Gelodok. Mereka ke saudaranya ke Ancol.
Mereka belanja ke Geldok. Sesudah itu, mereka pergi ke saudaranya di
Ancol.

5. Konjungsi Antarparagraf

Jika konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat dan mellalui suatu


kalimat baru, konjungsi antar paragraf pada umunya memulai pada sautu
paragraph. Hubungannya dengan paragraph sebelumnya berdasarkan makna yang
terkandung pada paragraph sebelum itu. Konjungsi pada kelompok (1) berikut ini
masih sering dipaikai, sedangkan yang ada pada kelompok (2) umumnya terdapat
pada naskah sastra yang lama.
-

Adapun, akan hal, mengenai, dalam pada itu.


Alkisah, arkian, sebermula, syahdan.

Contoh pada kalimat:


-

Adapun terbongkarnya rahasia bahwa di bawah pohon itu tersimpan harta


karun, bermula dari cerita Pak Kisah yang pernah menjadi pembantu raja

dan turut menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang lalu.
Akan hal lamarannya menjadi salah seorang guru di Sekolah Dasar Impres

Raya ini telah kami bicarakan pada rapat guru minggu lalu.
Syahdan maka pada suatu hari datanglah seorang laki-laki tua yang
bungkuk dan sangat mengerikan ke istana raja dan mengemukakan niat

untuk melamar putri dari raja tersebut.


Sebermula pada zaman dahulu itu datanglah malapetaka yang dahsyat
memusnahkan penduduk daerah ini denga air yang bah ganas, dan setelah
itu orang menamai daerah itu kelenglengen yang bermakna tenggelam
atau terbenam.

c. Interjeksi
Interjektif atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati
manusia. Untuk memperkuat rasa hati, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata
tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang di maksud. Di
samping interjeksi yang asli, dalam bahasa Indonesia ada pula interjeksi yag
berasal dari bahasa asing, kedua-duanya biasanya dipakai di permulaan kalimat
dan diikuti oleh tanda koma. Pada umumnya interjeksi mengacu ke sikap yang (1)
negative, (2) positif, (3) kkeheranan, (4) netral atau bercampur, bergantung pada
makna kalimat yang mengiringinya. Berikut adalah contoh-contohnya.

Cih, cis, bah, ih,idih, berengsek, sialan.


Aduhai, amboi, asyik, Alhamdulillah, insya Allah, syukur.
Ai, lo, astaghfirullah, masya Allah.
Netral (ayo, hai, halo, he, wahai, astaga, wah), campuran ( nah,ah, eh, oh,
ya aduh,hem).

Contoh dalam kalimat:


-

Cih,tidah tau malu mengemis belas kasihan orang lain.


Cis, muak aku melihat rupamu lagi
Bah, pergi saja kau dari ruah ini.
Aduahi,indahya pemandangan danau ini.
Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat
Ai, kurusnya sekkarang kamu ini.
Lo, kamu kan teman saya SMP dulu?
Wah, kalau begini bisa hancur kita.
Wah, kalau begini bisa kaya kita sebentar lagi.
Nah, terjebak hujan lagi.
Nah, bersyukurlah kita karena malapetaka sudah lewat.
Oh, malang benar nasib kita ini.
Oh, bukan main indahnya bulan ini.

Pada contoh kelompok (4) di atas dapat kita lihat bahwa interjeksi dapat di
berbagai situasi. Perlu kiranya di perhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu
dipakai dalam bahas alisan atau bahas tulis yang berbentuk percakapan, karena itu
injeksi pada umumnya interjeksi seperti itu bersifat tidak formal. Interjeksi seperti
berengsek, asyik, duilah, dan idih termasuk dalam kategori itu. Pada bahasa
tertulis bukan merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi
jarang dipakai.

d. Artikel
Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam bahasa
Indonesia ada tiga kelompok artikel : (1) artikel yang menyatakan jumlah tunggal,
(2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, (3) artikel yang menyatakan makna
netral.
1. Artikel yang menyatakan jumlah tunggal, berikut contohnya:
- Sang juara, Elly Pical, dapat merobohkan petinju Australia.
- Sang Merah Putih berkibar dengan jaya di seluruh tanah air.
- Dang Merdu adalah tokoh yang terkenal dalam hikayat sastra Melayu.
10

2. Artikel yang mengacu ke makna kelompok


Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para. Karena artikel ini
mengisyaratkan ketaktunggalan, maka makna yang diiringinya tidak
dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru
sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah para guru dan para guru guru.
Adapula kata lain seperti kaum dan umat yang menyatakan kekelompokan,
tetapi kata itu termasuk noomina, buakan artikel. Dengan demikian, kita
temukan klausa seperti kita adalah umat/kaum yang beragama.
3. Artikel yang bermakna netral.
Artikel ini dapat mengacu pada makna tunggal atau generik, bergantung pada
konteks kalimatnya. Artikel si mengacu pada makna tunggal atau generik.
Berikut ini contohnya:
-

Si Amat akan meminang si Halimah minggu depan.


Aduh, cantiknya si hitam manis itu.
Si terdakwa tidak dapat menjawab pertanyaan hakim.
Mengapa si dia tidak kamu ajak dating?

e. Partikel : -kah, -lah, pun, -tah.


Kelompok kata tugas yang terakhir adalah berupa klitika, karena selalu diletakkan
pada kata yang mendahuluinya. Ada empat partikel, yaitu : -kah, -lah, pun, -tah.
1. Partikel kah
Partikel kah kadang-kadang bersifat manasuka dan kadang-kadang wajib,
bergantung pada macam kalimatnya. Berikut adalah kaidah pemakaiannya.
i.

Partikel kah membentuk kalimat Tanya.


Contoh :
-

Diadakan yang akan datang?


(bandingkan : dia yang akan dating.)
Hari inikah pekerjaan itu harus selesai?
(bandingkan : hari ini pekerjaan itu harus selesai)

11

ii.

Jika dalam kalimat tanya sudah ada kata tanya seperti apa, di mana,
bagaimana, maka kah bersifat manasuka. Pemakaian kah menjadikan
kalimatnya lebih formal dan sedikit halus.
Contoh :
- Apakah ayahmu sudah dating?
- Bagaimanakah penyelesaian persoalan ini?
- Ke manakah anak-anak pergi?
iii.Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya, maka kah akan memperjelas bahwa
kata itu adalah kalimat tanya.
Contoh :
-

Dia akan datangkah nanti malam?


Haruskah aku yang mulai dahulu?
Tidak dapatkah dia mengurus masalah sekecil itu?

2. Partikel lah
Partikel lah dipakai dalam kalimat perintah atau kalimat berita. Berikut kaidah
pemakaiannya.
i.

Dalam kalimat perintah, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada

perintahnya.
Contoh:
- Pergilah sekarang, sebelum hujan turun.
- Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi.
- Kalau Anda mau, ambillah saja.
ii. Dalam kalimat berita, -lahi dipakai untuk memberikan tegasan yang sedikit
keras.
Contoh :
- Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
- Ambil beberapa sajalah yang Saudara perlukan.
- Cara seperti itu tidaklah pantas.
- Dialah yang menggugat soal itu.
3. Partikel pun
Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat berita. Berikut kaidah pemakainnya.
i.

Pun di pakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan,
pun dipisahkan dari kata depannya.
Contoh :
- Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
12

Yang tidak perlu pun dibelinya juga.


Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi.

Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungsi ditulis seringkali; jadi,
ejaannya walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, dan
sesungguhpun.
ii. Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama lah.
Contoh :
- Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.
- Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
- Para anggota yang menolak pun mulailah berfikir-fikir lagi.
4. Partikel tah
Partikel tah dipakai dalam kalimat tanya, tetapi si penanya sebenarnya tidak
mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanya-tanya pada diri sendiri
tentang hal yang di kemukakannya. Partikel tah itu banyak dipakai dalam
sastra lama, tetapi tidak bbanyak dipakai lagi sekarang.
Contoh :
-

Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?


Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku?
(Darjowidjojo ,dkk,1997).

B. Kata Majemuk
a. Pengertian Pemajemukan
Pemajemukan atau komposisi adalah proses penggabungan bentuk dasar dengan
bentuk dasar untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah
kata. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemajemukan
merupakan proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan bentuk dasar
yang satu dengan bentuk dasar yang lain sehingga menghasilkan kata majemuk
dan kata majemuk yang terbentuk itu memiliki makna baru yang menyimpang
dari makna konvensionalnya (Chaer ,2008).

13

b. Ciri Kata Majemuk


Sebagai kata yang telah mengalami proses morfologis, kata majemuk memiliki
dua ciri umum sebagaimana kata berimbuhan dan kata ulang, yaitu (1)
polimorfemis dan (2) memiliki makna gramatikal. Kata majemuk juga memiliki
berapa ciri khusus yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Menimbulkan Makna Baru
Dalam kata majemuk, terjadi pertalian makna di antara bentuk dasar yang
membentuknya sehingga penafsiran makna terhadap kata majemuk tidak dapat
dilakukan terhadap makna bentuk dasarnya. Sebagai contoh, kamar mandi adalah
kata majemuk, sedangkan kamar saya bukan kata majemuk. Alasannya, bentuk
kamar mandi merujuk pada ruangan yang dirancang khusus untuk dipakai mandi,
sedangkan bentuk kamar saya menjelaskan bahwa kamar itu milik saya.
Dapat disimpulkan bahwa terjadi penyimpangan makna terhadap makna
konvensional yang dimiliki setiap bentuk dasar pada kata majemuk.
Penyimpangan ini bervariasi mulai dari yang agak menyimpang, misalnya rumah
sakit hingga yang sangat menyimpang misalnya silat lidah.
2. Hubungan Antarunsur Sangat Padu
Hubungan antarunsur pembentuk kata majemuk sangat padu sehingga di antara
unsur pembentukya tidak dapat disisipi satuan gramatis yang lain. Untuk
memperjelas pernyataan tersebut, bandingkan kata majemuk rumah makan dan
frasa rumah untuk makan. Kata majemuk rumah makan memang bisa
didefinisikan sebagai rumah untuk makan sehingga seakan-akan tidak ada
bedanya dengn frase rumah untuk makan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kata
majemuk rumah makan telah memiliki rujukan tertentu, misalnya restoran, depot,
dan kafe. Jadi, tidak semua rumah yang digunakan untuk makan bisa disebut
rumah makan. Selain itu kata majemuk juga diberi keterangan yang digunakan
sebagai penanda bahwa hubungan antarunsur pembentuknya sangat padu.
3. Memiliki Struktur yang Tetap

14

Karena hubungan di antara satuan gramatis pembentuk kata majemuk itu sangat
erat, maka posisinya tidak dapat dipertukarkan sehingga strukturnya tetap.
Sebagai contoh, kata majemuk kamar tidur, tanggung jawab, dan mata air tidak
dapat diubah menjadi tidur kamar, jawab tanggung, dan air mata (bentuk ini ada,
tetapi maknanya tentu berbeda dengan mata air) (Chaer ,2008).
c. Jenis Kata Majemuk
Ada empat dasar yang biasanya digunakan untuk menjeniskan kata majemuk,
yaitu (1) berdasarkan hubungan gramatik antar usurnya, (2) berdasarkan
hubungan semantis antarunsurnya, (3) berdasarkan jumlah bentuk dasar yang
membentuk kata majemuk itu, dan (4) berdsarkan kelas kata bentuk dasar yang
membentuknya.
1 Berdasarkan Hubungan Gramatis Antarunsurnya
Berdasarkan hubungan gramatis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas kata
majemuk endosentris dan kata majemuk eksosentris . Kata majemuk endosentris
adalah kata majemuk yang unsur pembentuknya ada yang diterangkan (D) dan ada
yang menerangkan (M). Strukturnya bisa berupa D-M, misalnya kamar mandi dan
hari besar, atau M-D yamg pada umumnya berasal dari unsur serapan, misalnya
perdana menteri dan akil balig ( Muslich, 2008).
Sementara itu, kata majemuk eksosentris atau dwanda adalah kata majemuk yang
hubungan gramatis antarunsurnya sejajar dan tidak saling menerangkan sehingga
hanya bersifat kopulatif. Contoh kata majemuk jenis ini adalah kaki tangan, tua
muda, dan sunyi senyap. Penulisan kata majemuk endosentris berstruktur D-M
apabila diulang, cukup D-nya saja yang diulang. Adapun penulisan kata majemuk
endosentris berstuktur M-D dan kata majemuk eksosentris apabila diulang,
seluruhnya harus diulang.
2. Berdasarkan Hubungan Sematis Antarunsurnya.
Berdasarkan hubungan sematis antarunsurnya, kata majemuk terdiri atas (1) kata
majemuk yang hubungan antarunsurnya setara, misalnya tanggung jawab (2) kata
15

majemuk yang hubungan makna antarunsurnya bersinonim, misalnya pucat pasi,


dan (3) kata majemuk yang hubungan makna antarunsurnya berantonim, misalnya
simpan pinjam.
3. Berdasarkan Jumlah Bentuk Dasar yang Membentuknya.
Berdasarkan jumlah bentuk dasarnya, kata majemuk dapat dipilah menjadi (1)
kata majemuk yang terdiri atas dua bentuk dasar, misalnya meja tulis, kepala
dingin, dan membabi buta, serta (2) kata majemuk yang terdiri atas tiga bentuk
dasar, misalnya telur mata sapi, kereta api cepat, dan setali tiga uang.
4. Berdasarkan Kelas Kata Bentuk Dasar yang Membentuknya
Berdasarkan kelas kata bentuk dasarnya, kata majemuk dapat dipilah menjadi
delapan belas, yaitu sebagai berikut.
a. KB-KB, misalnya tuan tanah, tanah air, dan kepala batu.
b. KB-KK, misalnya kamar tidur dan kamar mandi.
c. KB-KS, misalnya orang tua, istri muda, dan kursi malas.
d. KB-KBil, misalnya roda dua, roda empat, dan langkah seribu.
e. KK-KS, misalnya tertangkap basah dan adu untung.
f. KK-KB, misalnya makan hati dan adu mulut.
g. KS-KB, misalnya keras kepala dan haus darah.
h. KBil-KB, misalnya setengah hati dan empat mata.
i. KBil-Kbil, misalnya sekali dua.
j. KBil-KK, misalnya setengah hati.
k. KB-PKK, misalnya roti bakar, buku tulis, dan ruang kerja.
l. KS-PKK, misalnya buruk sangka dan salah paham.
m. PKK-PKK, misalnya jual beli dan kerja paksa.
n. KB-KB-KB, misalnya telur mata sapi.
o. KB-KB-KS, misalnya kereta api cepat.
p. KB-KB-KBil, misalnya pedagang kaki lima.
q. KB-KK-KB, misalnya senjata makan tuan.

16

r. KB-KS-KK, misalnya bus cepat terbatas.


( Muslich, 2008).
5. Kata Majemuk dengan Frasa, Idiom, dan Reduplikasi Berubah Bunyi.
Kata majemuk sering rancu dengan frasa dan idiom. Sebagian yang lain ada yang
mengatakan ada jenis kata majemuk yang dibahas dalam reduplikasi berubah
bunyi, contohnya: cantik-molek, basah-kuyup, tua renta, dan hancur luluh.
Sebenarnya, antara kata majemuk, frasaa, idiom, dan reduplikasi berubah bunyi
tidaklah sama.
Dilihat dari pengertiannya, perbedaannya nampak sebagai berikut. Frasa
merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang bersifat
nonpredikatif, lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa. Non predikatif
yang dimaksud ialah kata-kata pembentuk frasa tidak ada yang berkedudukan
sebagai predikat. Misalnya, rumah saya, makan sate, mereka semua, dan hari
Sabtu.
Idiom merupakan satuan bahasa yang maknanya tidak sama dengan gabungan
makna unsurnya, tidak dapat diramalkan dari makna leksikal dan makna
gramatikal unsurnya. Misalnya, meja hijau, kambing hitam, panjang tangan, dan
membanting tulang.

Reduplikasi berubah bunyi merupakan salah satu jenis kata ulang atau reduplikasi
yang dibentuk dengan cara mengulang bentuk dasar secara utuh tetapi disertai
dengan adanya perubahan bunyi vokal maupun konsonan bentuk dasarnya.
Misalnya,

mondar-mandir,

warna-warni,

corat-coret,

dan

sayur-mayur.

Perbedaan yang nampak dari kata majemuk dan frasa antara lain
1.

kata majemuk terdiri atas dua bentuk dasar atau lebih (dapat berupa kata,
pokok kata, dan morfem unik), sementara frasa dibentuk dari pengabungan
dua kata atau lebih. Misalnya, kata majemuk yang terbentuk dari kata
dengan pokok kata: jagung bakar, dan kata dengan morfem unik: gelap
gulita. Sementara frasa terbentuk dari gabungan kata dengan kata: sudah
datang.
17

2. Kata majemuk menimbulkan makna baru yang menyimpang, sementara


frasa tidak menimbulkan makna baru melainkan tetap sesuai makna
leksikal. Misalnya, pada kata majemuk kepala dua yang bermakna
berumur 2029 berbeda jauh dari makna bentuk dasar penyusunnya,
yaitu kepala bagian tubuh yang di atas leher dan dua angka dua.
Sementara pada frasa makan nasi, makna kata makan memasukkan
makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya dan
nasi beras yang sudah dimasak sehingga makna makan nasi memakan
nasi atau memasukkan beras yang sudah dimasak ke dalam mulut serta
mengunyah dan menelannya.
3. Kata majemuk tidak dapat disisipi satuan gramatis yang lain sedangkan
frasa dapat disisipi. Kata kamar mandi tidak dapat disisipi satuan gramatik
yang lain, memang ada sebagian pengamat bahasa yang mengatakan
bahwa bentuk kamar mandi dapat disisipi konjungsi untuk. Namun perlu
dicermati bahwa kamar mandi dan kamar untuk mandi berbeda makna.
Kamar mandi tidak hanya untuk mandi, bisa digunakan untuk buang air
kecil atau sekadar cuci muka. Frasa adik mandi dapat disisipi kata sedang
dan makna antara adik mandi dengan adik sedang mandi artinya sama saja.
4. Struktur kata majemuk tetap sehingga tidak bisa dibolak-balik, sementara
frasa dapat dibolak-balik. Diambil dua contoh yaitu sangat cantik dan mati
suri. Pada pola sangat cantik dapat diutarakan dengan mmembalik unsurunsurnya menjadi cantik sangat dan keduanya memiliki makna yang sama,
itulah yang disebut frasa, mempunyai sifat dapat dibolak-balik. Berbeda
keadaanya dengan kata majemuk (contoh 2), mati suri yang berarti orang
yang mati tetapi hanya sebentar jika kedua unsurnya dibalik menjadi suri
mati, komposisi tersebut tidak memiliki makna apa-apa, sehingga hal
itulah yang disebut bahwa kata majemuk tidak dapat dibolak-balik.

Mengenai kata majemuk dengan reduplikasi berubah bunyi, ada ahli bahsa yang
mengatakan bahwa kata cantik molek, basah kuyup, tua renta,dan hancur luluh

18

juga lazim dibahas dalam reduplikasi berubah bunyi. Sementara di atas telah
dijelaskan bahwa perubahan bunyi yang dimakksud adalah pengulangan bentuk
dasar pertama secara utuh yang mengalami perubahan bunyi vokal maupun
konsonan. Lantas, apakah pada kata cantik molek, basah kuyup, tua renta dan
hancur luluh bentuk keduanya merupakan pengulangan bentuk pertama? Tentu
bukan. Kata molek, kuyup, renta, dan luluh bukan pengulangan dari bentuk
cantik, basah, tua dan hancur, sehingga cantik molek, basah kuyup, tua renta, dan
hancur luluh tidak bisa dikategorikan sebagai kata ulang atau reduplikasi berubah
bunyi, kata itu merupakan golongan kata majemuk (Chaer, 2008).

19

BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata
memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat.
2. Kata tugas dibagi menjadi lima kelompok,yaitu : preposisi, konjungsi,
interjeksi, artikel, dan partikel.
3. Pemajemukan merupakan proses pembentukan kata dengan cara
menggabungkan bentuk dasar yang satu dengan bentuk dasar yang lain
sehingga menghasilkan kata majemuk dengan makna baru yang
menyimpang dari makna konvensionalnya.
4. Pemajemukan memiliki ciri umum dan khusus. Ciri umum, berupa
polimorfemik dan menimbulkan makna gramatikal. Sementara ciri
khususnya ialah (1) menimbulakan makna baru, (2) hubungan antar unsur
sangat padu, dan (3) strukturnya tetap.
5. Kata majemuk dapat diberi afiks, khususnya prefiks dan konfiks. Dan kata
majemuk berbeda dengan frasa dan idiom, juga tidak bisa dianggap
sebagai reduplikasi berubah bunyi.

20

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono.


2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia( Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta.
Muslich, Masnur. 2008. Tatabentuk Bahasa Indonesia (Kajian ke Arah
Tatabahasa Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara.

21

KATA TUGAS DAN KATA MAJEMMUK

Oleh
Kelompok 8:
Elyani

(1417041023)

Khoirul Effendi

(1417041043)

Zahra Maria Ulfa

(1417041097)

JURUSAN FISIKA

22

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

23

Anda mungkin juga menyukai