Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampu: Amberanasyah, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
Kelas 1D PGSD
Kelompok 2
Annisa Nur Syifa (2110125120012)
Jamilatur Rahmah (2110125220056)
Muhammad Rizqy Ramadhani (2110125210098)
Nur Annisa (2110125220088)
Rabiatul Adawiah (2110125120019)
Rezka Mahfuzah (2110125220061)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini, adapun penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah Pengantar Pendidikan yang berjudul “Hakikat Pendidikan Dan

Pengembangan Dalam Pendidikan”.

Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan,

sampai penulisan kami mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari

banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami

ucapkan terima kasih terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar

Pendidikan yakni Bapak Amberansyah, S.Pd., M.Pd yang telah membimbing

kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini

memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran dari Bapak untuk perbaikan dimasa yang akan

datang, dan kami juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-

teman. Demikian kata pengantar kami sampaikan atas perhatian bapak dan

pembaca sekalian penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Barabai, 24 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
D. Manfaat..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
A. Pengertian Hakikat Manusia..................................................................................4
B. Wujud Sifat Hakikat Manusia.................................................................................6
C. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia.........................................................................9
D. Pendidikan Berlangsung Seumur Hidup...............................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................................17
B. Saran....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki kedudukan yang paling tinggi di antara ciptaan

Tuhan lainnya. Dengan kekuatan dan keterbatasannya, manusia dapat

berbuat apa saja atas dirinya sendiri maupun lingkungannya. Potensi

manusia seperti itu secara mendasar telah dimiliki manusia sejak dari awal

penciptaannya. Dalam kondisi keberadaan manusia yang dilandasi oleh

tujuan penciptaannya, manusia berkembang dan memperkembangkan diri

mengukir budaya yang semakin tinggi dan modern, serta mengejar

kebahagiaan yang diciptakannya.

Manusia memiliki sifat hakikat yang merupakan karakteristik

manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Sifat hakikat

inilah merupakan landasan dan arah dalam merancang dan melaksanakan

komunikasi transaksional di dalam interaksi edukatif. Oleh karena itu,

yang menjadi sasaran pendidikan adalah manusia karena pendidikan

bertujuan membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-

potensi kemanusiaannya.

Agar pendidikan dapat dilakukan dengan tepat dan benar,

pendidikan harus memiliki gambaran yang jelas siapa manusia sebenarnya.

Selain itu, gambaran yang jelas tentang manusia perlu dimiliki oleh

pendidik karena adanya perkembangan sains dan teknologi yang sangat

1
pesat dewasa ini. Memang banyak manfaat yang didapat bagi kehidupan

manusia darinya, tetapi disisi lain juga terdapat dampak negatif yang

muncul. Tanpa disadari hal tersebut merugikan bahkan mengancam

keutuhan eksistensi manusia, seperti ditemukannya bom kimia dan bakteri,

video, dan DBS (Direct Broadcasting System), rekayasa genetika dan lain-

lain yang digunakan secara tidak bertanggung jawab.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hakikat manusia?

2. Apa saja wujud sifat hakikat manusia?

3. Apa saja dimensi-dimensi hakikat manusia?

4. Apa maksud dari pendidikan berlangsung seumur hidup?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian hakikat manusia

2. Untuk mengetahui wujud sifat hakikat manusia

3. Untuk mengetahui dimensi-dimensi hakikat manusia

4. Untuk mengetahui maksud dari pendidikan berlangsung seumur hidup

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

materi “Hakikat Manusia Dan Pengembangan Dalam Pendidikan”

yang nantinya akan berguna untuk ke depannya.

2
2. Bagi Dosen

Dosen dapat mengetahui kemampuan mahasiswa dalam

penguasaan materi “Hakikat Manusia Dan Pengembangan Dalam

Pendidikan” dan sebagai bahan pertimbangan dosen dalam mencegah

kesalahan mahasiswa dalam mengerjakan tugas untuk ke depannya,

serta dosen dapat menemukan langkah-langkah yang tepat dalam

memperbaiki strategi belajar mengajar pada materi “Hakikat Manusia

Dan Pengembangan Dalam Pendidikan”.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hakikat Manusia

Hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang

secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari

hewan. Adanya sifat hakikat tersebut memberikan tempat kedudukan pada

manusia sedemikian rupa sehingga derajatnya lebih tinggi daripada hewan.

Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk

mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia

tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi

juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu,

manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat

manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah,

filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi,

antropobiologi, psikologi, politik). Dalam kehidupannya yang riil manusia

menunjukkan keragaman dalam berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata

sosialnya, kebiasaannya, bahkan sebagaimana dikemukakan di atas,

pengetahuan tentang manusia pun bersifat ragam sesuai pendekatan dan

sudut pandang dalam melakukan studinya. Alasannya bukankah karena

mereka semua adalah manusia maka harus diakui kesamaannya sebagai

manusia? (M.I. Soelaiman, 1988).

4
Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap

manusia ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan

karakteristik esensialnya itulah manusia mempunyai martabat khusus

sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya. Contoh: manusia adalah

animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homo sapiens, homo

sicius, dan sebagainya. Mencari pengertian hakikat manusia merupakan

tugas metafisika, lebih spesifik lagi adalah tugas antropologi (filsafat

antropologi). Filsafat antropologi berupaya mengungkapkan konsep atau

gagasan-gagasan yang sifatnya mendasar tentang manusia, berupaya

menemukan karakteristik yang sifatnya mendasar tentang manusia,

berupaya menemukan karakteristik yang secara prinsipil (bukan gradual)

membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lain berkenaan

dengan:

1. Asal-usul keberadaan manusia, yang mempertanyakan apakah

beradanya manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasil

evolusi atau hasil ciptaan Tuhan?

2. Struktur metafisika manusia, apakah yang esensial dari manusia itu

badannya atau jiwanya atau badan dan jiwa.

3. Berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara

lain berkenaan dengan individualitas dan sosialitas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian

hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar

tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian

hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre)

5
manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat

gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki karakteristik

khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985).

E. Wujud Sifat Hakikat Manusia

Pada bagian ini dipaparkan wujud sifat hakikat manusia (yang

tidak dimiliki oleh hewan) yang dikembangkan oleh paham

eksistensialisme, dengan masuk menjadi masukan dalam membenahi

konsep pendidikan. Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2005:3). Berikut

uraiannya.

1. Kemampuannya Menyadari diri

Berkat adanya kemampuan diri yang dimiliki oleh manusia, maka

manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau

karakteristik diri. Hal inilah yang bahkan manusia dapat membedakan

dirinya dengan aku aku yang lain, lebih dari itu manusia juga dapat

membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya.

Kemampuan membuat jarak dengan lingkungannya menurut

Ritarahardja dan Sulo (2005:4) berarah ganda berikut ini.

a. Ke Arah Luar

Aku memandang dan menjadikan lingkungan sebagai objek dan

aku memanipulasi ke dalam lingkungan untuk memenuhi

kebutuhannya.

b. Ke Arah Dalam

6
Aku memberi status kepada lingkungan (dan hal ini kamu, dia,

mereka) sebagai subyek berhadapan dengan aku sebagai objek.

2. Kemampuan bereksistensi

Dengan keluar dari dirinya, dengan membuat jarak antara aku

dengan objek, lalu melihat objek sebagai sesuatu, berarti manusia itu

dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang

membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan hanya soal

ruang melainkan juga waktu. Dengan demikian, manusia tidak

terbelenggu oleh keadaan dia, tetapi mampu menembus ke situasi

sekarang, masa depan atau pun mengenang kembali waktu masa

lampau. Kemampuan menempatkan diri pada situasi sekarang, ke

depan dan lampau inilah yang disebut dengan kemampuan

bereksistensi.

Kemampuan bereksistensi adalah upaya mengembangkan potensi

diri perlu dibina melalui pendidikan. Peserta didik diajak agar belajar

dari pengalamannya, belajar mengantisipasi sesuatu keadaan dan

belajar mengenali diri, belajar melihat potensi yang dimilikinya

sehingga jika potensi diri mampu berkembang secara dinamis, maka

sebagai manusia, makhluk yang memiliki jiwa dan raga sosial dan

individu akan mampu menjadi manusia yang kreatif.

3. Pemilikan kata hati (Conscience of man)

7
Kata hati atau Conscience of man juga di sering disebut dengan

istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati, dan sebagainya.

Conscience adlah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang

mengikut perbuatan”. Dengan sebutan “pelita hati’ atau “hati nurani”

menunjukkan bahwa kata hati itu adalah kemampuan pada diri

manusia yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang

buruk.

Kata hati di kategorikan menjadi 2 ditemukan di bawah ini.

a. kata hati yang tajam yaitu kemampuan mengambil keputusan

karena dapat membedakan yang baik/benar dengan buruk/salah bagi

manusia sebagai manusia.

b. kata hati tumpul yaitu kemampuan manusia membedakan yang

baik/buruk, benar/salah bagi manusia untuk kepentingannya.

4. Moral

Moral berhubungan dengan perbuatan. Moral dan kata hati harus

sinkron (sejajar). Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam

yaitu yang benar-benar baik bagi manusia merupakan moral yang baik

(luhur). Sebaliknya, moral yang tidak sinkron dengan kata hati yang

tajam (tumpul) disebut moral yang buruk (tidal bermoral).

5. Kemampuan Bertanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesediaan menanggung semua perbuatan

sebagai akibat dari tindakan seseorang dan pertanda pula dari sifat

orang yang bertanggung jawab. Wujud orang yang bertanggung jawab

itu antara lain dikemukakan di bawah ini.

8
a. Tanggung jawab kepada diri sendiri.

Tanggung jawab kepada diri sendiri berarti menanggung tuntutan

kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam.

b. Tanggung jawab kepada masyarakat.

Tanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan

norma-norma sosial. Bentuk tuntutannya berupa sanksi-sanksi

sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara, dan lain-

lain.

c. Tanggung jawab kepada tuhan.

Tanggung jawab kepada tuhan berarti menanggung tuntutan

norma-norma agama, misalnya perasaan berdosa, dan terkutuk.

6. Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu),

tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak

Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai

manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial.

8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah istilah yang lahir dari kehidupan manusia.

Masalah kebahagiaan dapat diusahakan peningkatannya. Dikenal 2 hal

yang dapat dikembangkan, yaitu: kemampuan berusaha dan

kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir.

9
F. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia

1. Manusia Sebagai Makhluk Tuhan


Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran

(consciousness) dan penyadaran diri (self–awarness). Karena itu,

manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu

membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya

(objek) selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan

alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun,

sekalipun manusia menyadari perbedaannya dengan alam bahwa

dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian

dari padanya.

Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka

dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri

adanya fenomena kemakhlukkan (M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena

kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan

adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada tuhannya.

Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan

Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan

dan tidak berdayaannya dibanding tuhannya Yang Maha Kuasa dan

Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba

Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi,

manusia merasakan kasih sayang Tuhan-Nya, namun ia pun tahu

pedih siksa-Nya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri

manusia terhadap tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan

10
rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena Tuhan-Nya begitu

luhur dan suci. Semua itu menggugah kesediaan manusia untuk

bersujud dan berserah diri kepada Pencipta-Nya. Selain itu, menyadari

akan Maha Kasih Sayang-Nya Sang Pencipta maka kepada-Nya-lah

manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa

cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang

mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam

hidupnya.

2. Manusia Sebagai Makhluk Individu

Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari

keberadaan dirinya sendiri. Kesadaran manusia akan dirinya sendiri

merupakan perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai

individu atau pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam

kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan

yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia lainnya

sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom.

Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan

hidupnya sendiri. Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan

eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri atau bebas bercita – cita

untuk menjadi seseorang tertentu dan masing-masing mampu

menyatakan “inilah aku” di tengah segala yang ada. Setiap manusia

mampu mengambil distansi, menempati posisi, berhadapan,

menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan

11
bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnya sendiri atau

otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan tidak sebagai objek.

3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk individual, namun demikian ia

tidak hidup sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan tidak pula

hidup untuk dirinya sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan

sesamanya. Dalam hidup bersama dalam sesamanya (bermasyarakat)

setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Di samping

itu, setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-

masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup

bersama dengan sesamanya. Selain dengan adanya kesadaran diri,

terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan

sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya.

Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai

makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat.

Setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya

hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya

maka idealnya situasi hubungan antara individu dengan sesamanya itu

tidak merupakan hubungan antara subjek dengan objek, melainkan

subjek dengan subjek.

4. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya

Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan

kebudayaan, hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan

12
sesuatu yang ada di luar manusia, bahkan hakikatnya meliputi

perbuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak terlepas dari

kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan

bersama kebudayaannya (C.A. Vanpeursen,1957). Sejalan dengan ini

Ernt Cassirer menegaskan bahwa “manusia tidak menjadi manusia

karena sebuah faktor di dalam dirinya, misalnya naluri atau akal budi,

melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, kebudayaanya.

Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat manusia” (C.A.

Vanpeursen, 1988).

Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis.

Kodrat dinamika pada diri manusia mengimplikasikan adanya

perubahan dan pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung

pula oleh pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap

kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat

adanya dampak positif dan negatif dari kebudayaan terhadap manusia,

masyarakat kadang-kadang terombang-ambing di antara 2 relasi

kecenderungan. Di satu pihak ada yang mau melestarikan bentuk lama

(tradisi), sedang yang lain terdorong untuk menciptakan hal-hal yang

baru (inovasi).

5. Manusia Sebagai Makhluk Susila

Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia

sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan

kemampuan untuk berpikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab,

13
serta punya potensi untuk berbuat baik. Karna itulah, eksistensi

manusia memiliki aspek kesusilaan.

Sebagai makhluk yang otonom atau memiliki kebebasan,

manusia selalu dihadapkan pada suatu alternatif tindakan yang harus

dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan

dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus

dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan

menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian

moral atau tuntunan pertanggung jawaban atas perbuatannya.

6. Manusia Sebagai Makhluk Beragama

Aspek beragama merupakan salah satu karakteristik

esensial eksistensi manusia  yang terungkap dalam bentuk pengakuan

atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam

sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia mana pun, baik

dalam rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam

rintang geografis di mana manusia berada. Beragama menyiratkan

adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.

Dilain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui

utusan-utusan-Nya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta

untuk dipikirkan manusia agar manusia beriman dan bertakwa kepada-

Nya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-

masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan beragama akan

tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing

14
individu. Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, sistem

peribadatan maupun berkenaan dengan pelaksanaan tata kaidah yang

mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, hubungan manusia

dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam.

G. Pendidikan Berlangsung Seumur Hidup

Pendidikan seumur hidup adalah konsep pendidikan yang

menjelaskan tentang kegiatan belajar mengajar dalam membina

kepribadian yang berjalan secara berkelanjutan dalam hidup manusia.

Pembinaan kepribadian memerlukan proses yang memakan waktu yang

relatif lama, bahkan berlangsung seumur hidup, pendidikan tersebut bisa

didapat atau dijalani di jalur pendidikan formal, non-formal maupun

informal.

Proses pendidikan seumur hidup berlangsung terus-menerus, tidak

dibatasi waktu, dan tempat sejak dilahirkan sampai meninggal dunia.

Proses pendidikan seumur hidup tidak hanya dijalani seorang individu

yang sedang belajar saja, tetapi juga dilakukan semua lapisan masyarakat.

Konsep pendidikan seumur hidup sebetulnya telah lama

dirumuskan oleh para tokoh pendidikan dan pendidikan seumur hidup

telah lama dikenal dalam Islam, jauh sebelum masyarakat barat

mempopulerkannya. Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia

sangat ditekankan untuk umat Islam.

15
Selain itu Islam juga menekankan untuk tidak hanya ayat qauliyah

saja yang dipelajari, tapi juga dengan ayat-ayat kauniyah, atau kejadian-

kejadian di sekitar manusia. Dari itu maka sudah jelas adanya pendidikan

seumur hidup di kehidupan.

Dengan pendidikan muncullah ranah dalam diri manusia yang akan

dikembangkan yaitu perasaan, kemauan, pikiran dan keterampilan.

Pendidikan yang dilangsungkan secara kontinyu akan menanamkan

kesimbangan hidup antara jasmani dan rohani, sehingga menciptakan

seorang khalifah yaitu manusia yang beriman dan memiliki pengetahuan

yang dapat mengelola sekitarnya dengan penuh tunduk kepada pencipta.

Tujuan pendidikan manusia sebenarnya dan dilangsungkan seumur hidup

adalah untuk menyesuaikan potensi pendewasaan manusia agar sesuai

kodrat dan hakekatnya, serta untuk meningkatkan kesadaran proses

pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia untuk meningkatkan

mutu kehidupan.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemikiran pendidikan sejak dulu kini dan masa yang akan datang

terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau

gerakan baru dalam pendidikan. Aliran atau gerakan tersebut

mempengaruhi pendidikan di seluruh dunia, termasuk pendidikan di

Indonesia. Dari sisi lain, Indonesia juga muncul gagasan-gagasan tentang

pendidikan yang dapat dikategorikan sebagai pendidikan yaitu taman

siswa dan INS kayu tanam.

Kajian tentang berbagai aliran atau gerakan pendidikan itu akan

memberikan pengetahuan dan wawasan historis kepada tenaga

kependidikan. Hal itu sangat penting, agar para pendidik dapat memahami

dan pada gilirannya kelak dapat memberikan kontribusi terhadap dinamika

pendidikan itu dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa dengan

pengetahuan dan wawasan historis tersebut setiap tenaga kependidikan

diharapkan memiliki bekal yang mewadahi dalam meninjau berbagai

masalah yang dihadapi serta pertimbangan yang tepat dalam menetapkan

kebijakan atau tindakan sehari hari.

17
B. Saran

Demikian makalah yang dapat penulis sampaikan. Penulis

menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis

harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pendidik terkhusus

dosen dan para mahasiswa diharapkan dapat memahami konsep tentang

Hakikat Manusia Dan Pengembangan Dalam Pendidikan dan dapat

mengimplementasikannya untuk masa yang akan datang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, Fathul. 2013. Pendidikan Sumur Hidup dan Implikasinya. Samarinda

Mansur, Hamsi, dkk. 2020. Pengantar Pendidikan, Buku Ajar MAtakuliah

Fakultas (MKDK) FKIP ULM. Banjarmasin. Nizamia Learning Center

Neolaka Amos dan Neolaka Amilia Grace. 2017. Pengantar Pendidikan. Jakarta.

Kencana

Syafril dan Zen Zelhendri. 2017. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Kencana

Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. Hasbulloh. 2012, Dasar-

Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada (Rajawali Pers)

Anda mungkin juga menyukai