Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

WAWASAN DASAR BIMBINGAN KONSELING


PRINSIP-PRINSIP DAN AZAS-AZAS BIMBINGAN KONSELING

DOSEN PENGAMPU :
DWI DASALINDA, M. Pd, S.Pd

DISUSUN OLEH :
TOMY DWI APRIYANTO (190101501)
SALSABILA ATHAYA M (1901015076)
SYIFAUL KAMILAH (1901015061)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BK 1A
2019
KATA PENGANTAR

Tidak ada kata lain yang lebih utama  kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Sehingga, kami mampu menyelesaikannya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Wawasan Dasar Bimbingan
Dan Konseling semester 1 pada program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka

Makalah ini berjudul “PRINSIP-PRINSIP DAN AZAS-AZAS BIMBINGAN


KONSELING” Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami serta bagi
Mahasiswa khususnya program studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Muhammadiyah
Prof.DR.Hamka.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan. Oleh karna itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terutama kepada
Dosen mata kuliah Pendidikan Agama di Universitas Muhammadiyah Prof.DR.Hamka

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................................................................1
3. Tujuan..................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Pengertian prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.......................................................................2
B. Rumusan dalam prinsip-prinsip bimbingan dan konseling..............................................................3
1. Prinsip Umum..............................................................................................................................3
2. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan Dengan Siswa..........................................................3
3. Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing.............................................................4
4. Prinsip yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi (Manajemen) Pelayanan
Bimbingan Konseling..........................................................................................................................4
C. Asas-asas Bimbingan dan Konseling...............................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan berpikir, manusia
juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari
keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan
megembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap pontensi tanpa menimbulkan konflik dengan
lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk
membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya. (Nur Ihsan,
2006:1)
Bimbingan dan konseling dilakakukan sebagai suatu upaya pemberian bantuan untuk
menunjukkan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individu sesuai
dengan hakikat kemanusiannya dengan berbagai potensi yang dimilikinya, kelebihan dan kekurangan,
kelemahan serta setiap permasalahan yang ada didalam dirinya.
Disekolah, gerakan atau program bimbingan dan konseling sangat diperlukan karena dengan
adanya bimbingan dan koseling dapat membantu siswa dalam mencapai standar dan kemampuan
profesional dan akademik siswa. Disamping itu dalam program bimbingan dan konseling selain
memberikan pelayanan, program bimbingan dan koseling juga memiliki prinsip-prinsip yang terkait
dengan bimbingan dan konseling.

2. Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian dari Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling?
B. Pada umumnya hal apa sajakah yang berkaitan dengan rumusan dalam prinsip-prinsip bimbingan
dan konseling?

3. Tujuan
A. Mengetahui pengertian dari prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
B. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan rumusan dalam prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian prinsip-prinsip bimbingan dan konseling


Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan suatu
cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaanya tergantung dari pemula itu, prinsip ini
merupakam hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan. (Halaen, 2002:63)
Prinsip dapat diartikan sebagai permulaan untuk suatu cara tertentu yang akan melahirkan
hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari permulaan itu. Bimbingan Konseling
membutuhkan suatu prinsip atau aturan main dalam menjalankan program pelayanan bimbingan.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (1994:220) prinsip bimbingan konseling yaitu rumusan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan,
masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan
pelayanan.
Prinsip Bimbingan dan Konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran
yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam
pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat
landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah pemaduan hasil-hasil kajian teoritik dan
praktik yang dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan suatu pelayanan.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari
kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan,
fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Misalnya Van Hoose (1969)
mengemukakan bahwa:
1. Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-
kebaikan, setiap anak mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu
anak memanfaatkan potensinya itu.
2. Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik, seseoarang anak berbeda
dari yang lain.
3. Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam peertumbuhan dan
perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat.
4. Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai
apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.

2
5. Bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-
latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi
yang khusus pula.
Berdasarkan butir-butir pernyataan yang telah dikemukakan oleh van Hosse itu adalah
benar, akan tetapi belum merupakan prinsip-prinsp yang jelas aplikasinya dalam praktik
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu agar butir-butir pernyataan dari van Hosse dapat
dijadikan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling maka perlu ditambahkan pula aspek-aspek
operasionalnya.

B. Rumusan dalam prinsip-prinsip bimbingan dan konseling


Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan objek
dalam pelayanan bimbingan yaitu prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan,
prinsip yang berkenaan dengan permasalahan idividu, prinsip yang berkenaan dengan program
pelayanan dan yang terakhir prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
Dari empat rumusan tersebut, bimbingan dan konseling akan tercapai sesuai keinginan konselor
dan klien.
1. Prinsip Umum
a. Bimbingan harus berpusat pada individu yang di bimbingnya.
b. Bimbingan diberikan untuk memberikan bantuan agar individu yang dibimbing mampu
mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.
c. Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang dibimbing.
d. Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
e. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan yang
dirasakan individu yang dibimbing.
f. Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
g. Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan program pendidikan
dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
h. Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya harus
bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dokter psikiater, serta pihak-
pihak yang terkait lainnnya.
i. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan dan konseling
harus diadakan penilaian atau ekuivalensi secara teratur dan berkesinambungan.

2. Prinsip-Prinsip Khusus yang Berhubungan Dengan Siswa


a. Pelayanan bimbingan dan konseling harus diberikan kepada semua sisiwa.
b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas pelayanan bimbingan dan konseling kepada
individu atau siswa.
c. Program pemberian bimbingan dan konseling harus berpusat pada siswa.
d. Pelayanan dan bimbingan konseling di sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan individu yang bersangkutan beragam dan luas.

3
e. Keputusan akhir dalam proses bimbingan dan konseling dibentuk oleh siswa sendiri.
f. Siswa yang telah memperoleh bimbingan harus secara berangsur-angsur dapat
menolong dirinya sendiri.

3. Prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Pembimbing


a. Konselor harus melakukan tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
b. Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan,
pengalaman, dan kemampuan.
c. Sebagai tuntutan profesi, pembimbing atau konselor harus senantiasa berusaha
mengembangkan dirinya dan keahliannya melalui berbagai kegiatan.
d. Konselor hendaknya selalu mempergunakan berbagai informasi yang tersedia
tentang siswa yang dibimbing beserta lingkungannya sebagai bahan yang
membantu innsividu yang bersangkutan kearah penyesuaian diri yang lebih baik.
e. Konselor harus menghormati, menjaga kerahasiaan informasi tentang siswa yang
dibimbingnya.
f. Konselor harus melaksanakan tugasnya hendaknya mempergunakan berbagai
metode yang sama.

4. Prinsip yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi (Manajemen) Pelayanan


Bimbingan Konseling
a. Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan.
b. Pelaksanaan bimbingan dan konseling ada di kartu pribadi (commulative record)
bagi setiap siswa.
c. Program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun sesuai dengan
kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
d. Harus ada pembagian waktu antar pembimbing, sehingga masing-masing
pembimbing mendapat kesempatan yang sama dalam memberikan bimbingan dan
konseling.
e. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam situasi individu atau kelompok
sesuai dengan masalah yang dipecahkan dan metode yang dipergunakan dalam
mememcahkan masalah terkait.
f. Dalam menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling, sekolah harus
bekerja sama dengan berbagai pihak.
g. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab utama dalam penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Pada umumnya dalam bimbingan dan konseling terdapat berbagai rumusan yang terkait
dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling, diantaranya adalah yang berkaitan dengan
tujuan, sasaran pelayanan, masalah yang dihadapi oleh klien, program pelayanan, proses yang
akan dibutuhkan dalam melakukan penanganan terhadap masalah, serta penyelenggaraan dalam
pelayanannya.

4
Berdasarkan beberapa sumber yaitu menurut (Bernard & Fullmer, 1969 dan 1979, Crow
& Crow, 1960, Miller & Fruehling, 1978) bahwa prinsip dalam bimbingan dan konseling itu
antara lain terdiri dari:

1. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan


2. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Masalah Individu
3. Prisip-Prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan
4. Prisip-Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
5. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prayitno dan Erman Amti (1999) mengklasifikasikan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling ke dalam empat bagian, yaitu:
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan
2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan individu
3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Berikut adalah uraian dari rumusan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling pada
umumnya:
1. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara
perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu bervariasi dan berbeda satu dengan yang
lainnya, misalnya dalam hal umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan,
pangkat dan jabatan, keterkaitannya terhadap suatu lembaga tertentu, dan variasi lainnya.
Di samping itu, yang menjadi sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah sikap
dan tingkah laku individu. Sikap dan tingkah lakunya ini amat dipengaruhi oleh aspek-aspek
kepribadian, kondisi diri sendiri, serta kondisi lingkungannya. Adapun prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan sasaran pelayanan itu, antara lain:
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur,
jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang
terbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik. Oleh karena
itu, pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan
kekompleksan pribadi individu.
c. Untuk mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan
kebutuhan individu itu sendiri, perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap
individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
d. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung
faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah
laku yang setimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling yang

5
bertujuan mengembangkan penyesuain individu terhadap segenap bidang
pengalaman harus mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan invidu.
e. Meskipun individu yang satu dan lainnya serupa dalam berbagai hal, tetapi
perbedaan individu harus dipahami dan dipertimbangkan dalam upaya yang
bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu,
baik anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa.

2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu


Perkembangan dan kehidupan individu tidak selalu dipengaruhi faktor positif. Faktor
yang berpengaruh negatif akan menimbulkan hambatan-hambatan terhadap perkembangan dan
kehidupan individu serta akan menimbulkan masalah tertentu pada individu. Secara ideal
pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu berbagai masalah individu, tetapi
pelayanan dan bimbingan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas
karena keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri. Prinsip-prinsip yang berkenaan adalah:
a. Bidang bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental dan fisik terhadap penyesuaian diri individu dengan
lingkungan serta kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya.
b. Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan menuntut
perhatian dari konselor dalam mengentaskan masalah klien.

3. Prinsip-Prinsip Berkenaan Dengan Program Pelayanan


Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan dengan 2 cara yaitu
insidental dan terprogram. Pelayanan insidental merupakan pelayanan dari konselor yang sedang
menjalankan praktik pribadi. Pelayanan ini diberikan kepada klien-klien yang secara langsung
(tidak terprogram atau terjadwal) meminta bantuan kepada konselor dan pelaksanaan
pelayanannya secara langsung pula pada waktu mereka datang berkonsultasi, sehingga konselor
tidak menyediakan program khusus.
Berbeda dengan pelayanan terprogram. Pelayanan ini ditujukan kepada warga lembaga
tempat konselor bertugas. Disini konselor dituntut untuk menyusun program pelayanan yang
berorientasi kepada seluruh warga lembaga tersebut dengan memperhatikan variasi masalah dan
jenis layanan yang dapat diselenggarakan, rentan dan unit-unit waktu yang tersedia, ketersediaan
staf, kemungkinan hubungan antar personal dan lembaga, dan faktor lainnya yang dapat
dimanfaatkan di lembaga tersebut.
Ada pula prinsip-prinsip tentang program layanan bimbingan dan konseling sebagai
berikut:
a. Sebagai bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan individu,
program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan sejalan dengan
program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi
lembaga, kebutuhan individu, dan masyarakat.

6
c. Program pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun dan diselenggarakan
secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai dengan orang dewasa.
d. Diadakan penilaian yang teratur dan terarah terhadap isi dan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling untuk mengetahui hasil dan manfaat yang diperoleh,
serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dengan
pelaksanaannya.

4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan


Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dimulai dengan pemahaman tentang
tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses tertentu yang
dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya.
a. Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu, oleh
karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk
mengembangkan individu agar mampu membimbing dirinya sendiri dalam
menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya.
b. Dalam proses konseling keputusan yang diambil akan dilakukan oleh klien
hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari
konselor.
c. Permasalahan khusus yang dialami oleh klien (untuk semua usia) harus ditangani
oleh (dan kalau perlu dialihtangankan kepada) tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
d. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional, oleh karena itu
dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan dan latihan
khusus dalam bimbingan dan konseling.
e. Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu bekerja sama antar konselor dengan
guru dan orang tua amat diperlukan.
f. Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh kerena itu
keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk
mengurangi hambatan-hambatan yang ada pada lingkungan peserta didik.
g. Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan memenuhi
tuntutan peserta didik, program pengukuran dan penilaian terhadap peserta didik
hendaknya dilakukan dan himpunan data yang memuat hasil pengukuran dan
penilaian itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik. Dengan
pengadministrasian instrumen yang dipilih dengan baik, data khusus tentang
kemampuan mental, hasil belajar, bakat dan minat, dan berbagai ciri kepribadian
hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan dipergunakan sesuai dengan keperluan.
h. Organisasi program bimbingan dan konseling hendaknya fleksibel disesuaikan
dengan kebutuhan individu dan lingkungannya.
i. Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya
diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara
khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerja sama dengan staf dan

7
personal lembaga di tempat dia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat
menunjang program bimbingan dan konseling.
j. Penilaian periodik perlu dilakukan terhadaap program yang sedang berjalan.

5. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi memang ada di sekolah akan tetapi
pelaksanaannya belum sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kaitan ini Belkin (1975)
menegaskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuhkan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
a. Pertama, konselor harus memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang
jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.
Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan
siswa untuk mengetahui program-program yang hendak di jalankan itu.
b. Kedua, konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa
mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah
lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus menonjolkan
keprofesionalannya, tetapi menghindari sikap elitis atau kesombongan atau
keangkuhan personal.
c. Ketiga, konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai
konselor profesional dan menerjemahkan perananya itu kedalam kegiatan nyata.
Konselor harus pula mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-
orang dengan siapa ia akan bekerja sama tentang tujuan yang hedak dicapai oleh
konselor serta tanggung jawab yang terpikul di pundak konselor.
d. Keempat, konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswi
yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinanan putus
sekolah, yang mengalamui permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan
belajar, maupun siswa-siswi yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-
rata, yang pemalu, dan menarik diri dari khalayak ramai, serta yang bersikap
menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor, dan profesional sekolah
lainnya.
e. Kelima, konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk
membantu siswa-siswi yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah
dan siswa-siswi yang menderita gangguan emosional, khusussnya melalui
penerapan program-program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan
kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
f. Keenam, konselor harus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala
sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan
kecemasan-kecemasannya. Konselor memiliki kesempatan yang baik untuk
menegakkan citra bimbingan dan konseling profesional apabila ia memiliki
hubungan yang saling menghargai dan saling memperhatikan dengan kepala
sekolah.

8
Prinsip-prinsip tersebut menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh-kembangan
pelayan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor profesional
yang tahu dan mau bekerja, memiliki program nyata dan dapat dilaksanakan, sadar akan
profesinya, dan mampu menerjemahkannya kedalam program dan hubungan dengan sejawat dan
personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan
segenap variasinya di sekolah, dan mampu bekerjasama serta membina hubungan yang
harmonis-dinamis dengan kepala sekolah. Konselor yang demikian itu tidak akan muncul dengan
sendiri, melainkan melalui perkembangan dan peneguhan dan keterampilan wawasan dan
pemahaman profesional yang mantap.
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, sekolah menjadi
suatu lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara baik, hal ini mengingat
bahwa sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, keadaan sekolah semakin
cenderung menuntut adanya pelayanan bimbingan dan konseling yang lebih tinggi. Kondisi
siswa yang sedang mengalami tahap perkembangan yang “meranjak” memerlukan berbagai jenis
layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya.
Peranan guru sangat diperlukan untuk terlibat secara langsung dalam suatu pengajaran
agar pengajaran yang dimaksudkan tersebut dapat mencapai suatu tingkatan keberhasilan yang
tinggi, oleh karena itu untuk mencapai keberhasilan ini diperlukan pula adanya upaya penunjang
terhadap optimalisasi di dalam proses belajar siswa. Terkait dengan hal ini menurut Bernad &
Fullmer (1969) bahwa “guru amat memperhatikan bagaimana pengajaran berlangsung,
sedangkan konselor amat memperhatikan bagaimana murid belajar” seiring dengan itu, Crow &
Crow (1960) mengemukan perubahan materi kurikulum dan prosedur pengajaran hendaklah
memuat kaiadah-kaidah bimbingan. Dengan demikian jika hal tersebut sungguh-sungguh terjadi ,
maka materi dan prosedur pengajaran yang didasarkan pada program bimbingan, yang
melibatkan kerjasama yang erat antara guru dan konselor, akan dapat mewujudkan proses belajar
mengajar yang sukses.
C. Asas-asas Bimbingan dan Konseling
            Para pengkaji mata kuliah bimbingan dan konseling mengemukakan beberapa asas dalam
bimbingan dan konseling. Di antaranya adalah Ferdy Pantar dan Wawan Junaedi yang di dalam
blognya menguraikan secara panjang lebar tentang asas-asas tersebut.

1. Asas Kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap dat dan keterangan siswa (klien) yang
menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketaui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing (konselor) berkewajiban
memeliraha dan menjaga semua dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar
terjamin.
2. Asas Kesukarelaan

9
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa (klien)
mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru pembimbing
(konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang
dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor) berkewajiban
mengembangkan keterbukaan siswa (klien). Agar siswa (klien) mau terbuka, guru
pembimbing (konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas
keterbukaan ini bertalian erat dengan asas kerahasiaan dan kesukarelaan.
4. Asas Kegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang menjadi sasaran layanan dapat
berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru pembimbingan
(konselor) harus mendorong dan memotivasi siswa untuk aktif dalam setiap
layanan/kegiatan yang diberikan kepadanya.
5. Asas Kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum  bimbingan dan konseling yaitu siswa (klien)
sebagai sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi invidu-
individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing
(konselor) hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan pembimbing dan konseling
bagi berkembang kemandirian siswa.
6. Asas Kekinian
Asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling, yakni
permasalahan yang dihadapi siswa/ klien dalam kondisi sekarang. Adapun kondisi masa
lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa
yanga ada dan diperbuat siswa (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan (siswa/klien) hendaknya selalu bergerak maju,
tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,
baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis, dan terpadu. Dalam hal ini, kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak
yang terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat penting dan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada norma-norma, baik norm agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
10. Asas keahlian

10
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
11. Asas alih tangan kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan
bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien)
dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dapat menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada siswa (klien) untuk maju.

Kedua belas asas bimbingan dan koseling tersebut pada dasarnay menegaskan bahwa
para konselor merupakan para ahli yang memiliki kemampuan untuk membimbing klienya, baik
secara ikhlas maupun profesional sehingga mereka mampu meningkatkan taraf kehidupannya
yang lebih baik, terutama berkaitan dengan persoalan mentalitas klien, baik dalam menghadapi
lingkungannya maupun orang-orang yang ada disekelilingnya.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuai dengan tuntutan keilmuan dan prosedur pelaksanaannya, bimbingan dan konseling
dilesenggarakan menurut berbagai asas, yaitu: Asas Kerahasiaan, Kesukarelaan, Keterbukaan,
Kekinian, Kemandirian, Kegiatan, Keterpaduan, Kenormatifan, keahlian, dan Tut wuri
handayani. Asas-asas ini perlu terlaksana dengan baik, demi penyelenggaraan serta tercapainya
tujuan bimbingan dan konseling yang diharapkan.
     Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pedoman dasar peyelenggaraan
pelayanan oleh konselor. Prinsip-prinsip itu berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah
individu, program dan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling.

12
DAFTAR PUSTAKA

Awalya,dkk.2013.Bimbingan dan Konseling.Semarang: Unnes Press


Erman, Amti dan Marjohan.1992/1993.Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Tohrin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

13

Anda mungkin juga menyukai