Anda di halaman 1dari 22

Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah

“Karakteristik Umum Peserta Didik di SLTP”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah BK Pendidikan Menengah

Dosen Pengampu : Dwi Dasalinda, M.Pd

Disusun Oleh

Kelompok 4 :

Tomy Dwi Apriyanto (1901015101)

Dinda rosanan (1901015021)

Rizka Alvi M (1901015081)

Riyanti Nur Hanifah (1901015060)

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan
Makalah Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah. Makalah yang
berjudul “Karakteristik Umum Peserta Didik di SLTP”.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Menengah yang diampu oleh Ibu Dwi Dasalinda, M.Pd. Disamping itu penulis juga berharap
makalah ini mampu memberikan kontribusi dalam menunjang pengetauhan dan dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca sekalian.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya masih sangat banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat, maupun materi yang tertulis dalam makalah ini. Oleh karena itu, dengan
hati yang terbuka Penulis sangat menerima segala saran dan kritik dari pembaca makalah ini
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi. Wabaraktuh.
Jakarta, 23 Oktober 2020
Penyusun,

Kelompok 4

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian karakteristik peserta didik SLTP..............................................................................3
B. Karakteristik umum perserta didik di SLTP...............................................................................5
C. Perbandingan karakteristik umum perserta didik di SLTP dengan perserta didik di SD dan
SLTA.................................................................................................................................................7
D. Keunikan Peserta Didik SLTP.................................................................................................15
Kesimpulan..........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu komponen dalam unsur pendidikan ialah adanya peserta didik. Karena
seorang tidak akan bisa disebut sebagai pendidik jika tidak ada peserta didik yang
dididiknya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya sebagai seorang peserta
didik, pastinya ia memiliki sebuah potensi yang akan berkembang suatu saat nanti, baik
potensi secara akademik (pelajaran) maupun potensi non-akademik (bukan pelajaran).
Keanekaragaman sifat (karakter), golongan, lingkungan dan kekuatan berfikir dari
individu tersebut (sebagai peserta didik) kadang dapat menjadi suatu hambatan bagi
pendidik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didiknya. Dimana
sebagai seorang pengajar harus mampu mengarahkan dan mengembangkan potensi anak
didiknya, baik secara akademik maupun membekalinya dengan moral/akhlak yang baik,
agar potensinya tidak disalahgunakan oleh peserta didik tersebut saat dia besar kelak.

Disinilah peran penting seorang pendidik, dimana ia harus bisa mengembangkan


potensi anak didiknya yang memiliki karakter-karakter yang berbeda, mungkin dengan cara
ia masuk pada dunia anak didiknya demi mengetahui bagaimana karakter setiap individu
yang diajarnya. Sehingga nantinya anak didik diharapkan tersebut menjadi generasi yang
maju, ulet, juara, rajin dan berbudi luhur demi memajukan perkembangan kehidupan
bangsa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang disebutkan sebelumnya, penulis membuat


rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian karakteristik peserta didik SLTP?
b. Apa saja karakteristik umum peserta didik SLTP?
c. Apa saja perbandingan karakteristik umum perserta didik di SLTP dengan perserta
didik di SD dan SLTA?
d. Keunikan apa saja di Peserta Didik SLTP ?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang disebutkan sebelumnya, penulisan makalah


ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa itu karakteristik peserta didik SLTP.
b. Untuk mengetahui karakteristik umum peserta didik SLTP
c. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik umum perserta didik di SLTP
dengan perserta didik di SD dan SLTA.
d. Untuk mengetahui Keunikan apa saja di Peserta Didik SLTP

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian karakteristik peserta didik SLTP


Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli

psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan

tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu

dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk

kondisi-kondisi tertentu.

 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter memiliki arti sifat-sifat
kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Menurut
Yusuf, masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Masa remaja
merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khas yang dimiliki dan
perannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Masa
ini dapat dibagi menjadi masa remaja awal, remaja madya dan remaja akhir.[1]

Menurut Fatimah, setiap individu dikatakan sebagai peserta didik apabila telah
memasuki usia sekolah, antara lain:[2]

a.    Usia 4-6 tahun (pendidikan di taman kanak-kanak)

b.    Usia 6/7-12/13 tahun (Pendidikan di Sekolah Dasar)

c.    Usia 12/13-15/16 tahu(pendidikan di SMP)

d.   Usia 16-19 tahun (pendidikan di SLTA)

Dapat disimpulkan bahwa, pesertas didik pada usia SMP/MTS adalah anggota
masyarakat  berusia antara 12 sampai 16 tahun yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan formal.

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan

dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu

dipenuhi (pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk

3
mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya

sendiri sesuai dengan potensinya). Setiap peserta didik mempunyai kemampuan dan

pembawaan yang berbeda. Peserta didik juga berasal dari lingkungan sosial yang tidak

sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial peserta didik membentuknya

menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu.

Pola perilaku yang terbentuk tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan peserta

didik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk

mencapai cita-cita peserta didik, tentunya dengan bimbingan guru. Beberapa karakteristik

anak didik yang perlu dipahami oleh pendidik terutama dalam rangka melaksanakan

praktek pendidikan, karakteristik tersebut antara lain:

a. Anak didik adalah subjek

Maksudnya yaitu pribadi yang memiliki kedirisendirian, dan kebebasan dalam

mewujudkan dirinya sendiri untuk mencapai kedewasaaannya. Jadi, tidak dibenarkan

jika anak didik sebagai “objek”, maksudnya sebagai sasaran yang dapat diperlakukan

dan dibentuk dengan semena-mena oleh pendidiknya.

b. Anak didik sedang berkembang

Setiap anak didik memiliki perkembangan, dalam setiap proses perkembangan

tersebut terdapat tahapan-tahapannya. Oleh karena itu setiap anak didik yang berada

dalam tahap perkembangan tertentu menuntut perlakuan tertentu pula dari orang

dewasa terhadapnya.

c. Anak didik hidup dalam “dunia” tertentu

Setiap anak didik hidup dalam “dunia” nya sesuai tahap perkembangannya, jenis

kelaminnya, dan lain-lain. Anak didik harus diperlakukan sesuai dengan keanakannya

atau sesuai dengan dunianya. Sebagai contoh adalah kehidupan anak SD berbeda

4
dengan anak, SMP atau SMA. Oleh karena itu perlakuan pendidik terhadap anak SD,

SMP dan SMA berbeda, sesuai dengan kebutuhan dan masanya.

d. Anak didik hidup di dalam lingkungan tertentu

Anak didik adalah subjek yang berasal dari keluarga dengan latar belakang

lingkungan alam dan sosial budaya tertentu.oleh karena itu, anak didik akan memiliki

karakteristik tertentu yang berbeda – beda sebagai akibat pengaruh lingkungan

dimana ia dibesarkan atau dididik. Dalam praktek pendidikan, pendidik perlu

memeperhatikan dan memperlakukan anak didik dalam konteks lingkungan dan sosial

budayanya

e. Anak didik memiliki ketergantungan kepada orang tua

Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan tertentu.dalam perjalanan hidupnya,

anak masih memerlukan perlindungan, anak masih perlu belajar berbagai

pengetahuan, perlu latihan dan keterampilan, anak belum tahu mana yang benar dan

salah, yang baik dan tidak baik, serta bagaimana mengantisipasi kebutuhan dimasa

depannya. Dibalik kebebasannya untuk mewujudkan dirinya sendiri dalam rangka

mencapai kedewasaan, anak masih memerlukan bantuan orang dewasa.

f. Anak didik memiliki potensi dan dinamika

Bantuan orang dewasa berupa pendidikan agar anak didik menjadi dewasa akan

mungkin dicapai oleh anak didik. Hal ini disebabkan anak didik memiliki potensi

untuk menjadi manusia dewasa dan memiliki dinamika, yaitu aktif sedang

berkembang dan mengembangkan diri, serta aktif dalam menghadapi lingkungannya

dalam upaya mencapai kedewasaan. Meninjau dari beberapa karakteristik peserta

didik tersebut, tugas pendidik adalah memberikan berbagai jenis bantuan secara

positif agar anak mampu mewujudkan diri sebagai manusia dewasa.

5
B. Karakteristik umum perserta didik di SLTP
Berbicara tentang kejiwaan, usia peserta didik SMP berkisar antara 13 sampai dengan
15 tahun dan masuk pada kelompok masa remaja awal, seperti yang dijelaskan oleh Rumini
& Sundari (2004). Rumini dan Sundari menyatakan bahwa masaremaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21
tahun = masa remaja akhir. Perkembangan psikologi. Terdapat sejumlah karakteristik yang
menonjol pada anak usia SMP:

1) Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan


2) Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder
3) Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan
dan bantuan dari orangtua.
4) Senang membandingkan kaedah-kaeadah, nilai-nilai etika atau norma
dengankenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
5) Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan
dan keadilan Tuhan.
6) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
7) Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiriyang
sesuai dengan dunia sosial.
8) Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.

 Anak usia SMP adalah anak-anak yang memasuki uisa remaja, pada masa tersebut, konsep
diri mereka mengalami perkembangan yang kompleks dan melibatkan sejumlah aspek diri
mereka. Santrock (1998) dalam Desmita (2014) menyebutkan sejumlah karakteristik penting
perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu :

 Abstract and idealistic.

Pada masa remaja, anak-anak lebih meungkin membuat gambaran tentang diri mereka
dengan kata-kata yang abstrak dan idealistic. Meskipun tidak semua remaja
menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, namun sebagian besar remaja
membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan diri yang diidamkan. 

6
 Differentiated

Konsep diri remaja menjadi semakin terdeferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang
lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan
konteks atau situasi yang semakin terdeferensiasi.

 Contradiction within them self

Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam


konteks yang berbeda-beda maka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang yang
terdeferensiasi.

 The Fluctuating Self

Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada akhirnya memunculkan fluktuasi diri
dalam berbagai situasi. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga
masa di mana remaja berhasil membentuk teori tentang dirinya.

 Real and Ideal, true and False Selves

Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di


samping diri yang sebenarnya merupakan sesuatu yang membingungkan remaja.
Kemampuan menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang
ideal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan secara kognitif.

 Self Conscious

Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih
memikirkan tentang pemahaman diri mereka. Remaja menjadi lebih introspektif dan
kadang-kadang meminta dukungan dan penjelasan dari teman-temannya.

 Self Protective

Merupakan mekanisme untuk mempertahankan diri , dimana di dalam upaya


melindungi dirinya remaja cenderung menolak adanya karakteristik negatif di dalam
dirinya. Gambaran diri yang positif seperti menarik, suka bersenang-senang, sensitive,

7
penuh kasih saying, dan ingin tahu lebih sering disebutkan sebagai bagian inti diri
remaja yang penting.

C. Perbandingan karakteristik umum perserta didik di SLTP dengan perserta didik di


SD dan SLTA
a) Karakter umum Peserta didik SD

Masa usia sekolah dasar sebagai mesa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia
enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama
siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam
banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam
kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak
mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap
ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping
itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah. Sedang menurut Thornburg (1984)
anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi
diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik
maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi
lingkungan sosial maupun non sosial meningkat.

Anak kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih
tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku
anak remaja permulaan.
Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu :
kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika
matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan
proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson
mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar.

Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuan dan pencapaian


yang baik dan relevan. Meskipun anak-anak membutuhkan keseimbangan antara perasaan

8
dan kemampuan dengan kenyataan yang dapat mereka raih, namun perasaan akan kegagalan
atau ketidakcakapan dapat memaksa mereka berperasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
sehingga menghambat mereka dalam belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan
perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu :

 tahap sensorik motor usia 0-2 tahun


 tahap operasional usia 2-6 tahun
 tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun
 tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas.

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional kongkrit,
pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta
perseptual, artinya anak mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek
kongkrit, dan mampu melakukan konservasi. Bertitik tolak pada perkembangan intelektual
dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai
karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari
dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia
sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan
dari hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.
Pada usia ini mereka masuk sekolah umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di
lingkungan sekolah, karena mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di
dalam lingkungan masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah
dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut :

 adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit,


 amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar,
 menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran
khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor
 pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikan sendiri,
 pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat
mengenai prestasi sekolah,
 anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain
bersama-sama.
9
Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang
mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan
badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak
sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini
suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar
walaupun mereka dalam usia yang sama. Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan
seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar
yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di
lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari
tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan
untuk pro aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam
kelompok. Karakteristiknya antara lain:

1. Senang bermain, Maksudnya dalam usia yang masih dini anak cenderung untuk ingin
bermain dan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain karena anak masih polos
yang dia tahu hanya bermain maka dari itu agar tidak megalami masa kecil kurang
bahagia anak tidak boleh dibatasi dalam bermain. Sebagai calon guru SD kita harus
mengetahui karakter anak sehingga dalam penerapan metode atau model
pembelajaran bisa sesuai dan mencapai sasaran, misalnya model pembelajran yang
santai namun serius, bermain sambil belajar, serta dalam menyusun jadwal pelajaran
yang berat(IPA, matematika dll.) dengan diselingi pelajaran yang ringan
(keterampilan, olahraga dll.)
2. Senang bergerak,
Anak senang bergerak maksudnya dalam masa pertumbuhan fisik dan mentalnya anak
menjadi hiperaktif lonjak kesana kesini bahkan seperti merasa tidak capek mereka
tidak mau diam dan duduk saja menurut pengamatan para ahli anak duduk tenang
paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, kita sebagai calon guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Mungkin dengan permaianan, olahraga dan lain sebagainya.

3. Senang bekerja dalam kelompok


Anak senang bekerja dalam kelompok maksudnya sebagai seorang manusia, anak-
anak juga mempunyai insting sebagai makhluk social yang bersosialisasi dengan
orang lain terutama teman sebayanya, terkadang mereka membentuk suatu kelomppok

10
tertentu untuk bermain. Dalam kelompok tersebut anak dapat belajar memenuhi
aturan aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing
dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga, belajar keadilan dan
demokrasi. Hal ini dapat membawa implikasi buat kita sebagai calon guru agar
menetapkan metode atau model belajar kelompok agar anak mendapatkan pelajaran
seperti yang telah disebutkan di atas, guru dapat membuat suatu kelompok kecil
misalnya 3-4 anak agar lebih mudah mengkoordinir karena terdapat banyak perbedaan
pendapat dan sifat dari anak-anak tersebut dan mengurangi pertengkaran antar anak
dalam satu kelompok. Kemudian anak tersebut diberikan tugas untuk mengerjakannya
bersama, disini anak harus bertukar pendapat anak menjadi lebih menghargai
pendapat orang lain juga.
4. Senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung.
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional
konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep
konsep baru dengan konsep-konsep lama. Jadi dalam pemahaman anak SD semua
materi atau pengetahuan yang diperoleh harus dibuktikan dan dilaksanakan sendiri
agar mereka bisa paham dengan konsep awal yang diberikan. Berdasarkan
pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu,
fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Dengan demikian kita
sebagai calon guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih
memahami tentang arah mata angina, dengan cara membawa anak langsung keluar
kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit
menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
5. Anak cengeng
Pada umur anak SD, anak masih cengeng dan manja. Mereka selalu ingin
diperhatikan dan dituruti semua keinginannya mereka masih belum mandiri dan harus
selalu dibimbing. Di sini sebagai calon guru SD maka kita harus membuat metode
pembelajaran tutorial atau metode bimbingan agar kita dapat selalu membmbing dan
mengarahkan anak, membentuk mental anak agar tidak cengeng.
6. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Pada pendidikan dasar yaitu SD, anak susah dalam memahami apa yang diberikan
guru, disini guru harus dapat membuat atau menggunakan metode yang tepat

11
misalnya
dengan cara metode ekperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan
dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan
ceramah yang dimana guru Cuma berbicara didepan membuat anak malah tidak
pmemahami
isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
7. Senang diperhatikan
Di dalam suatu interaksi social anak biasanya mencari perhatian teman atau
gurunya mereka senang apabila orang lain memperhatikannya, dengan berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya. Di sini peran guru untuk mengarahkan
perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak
yang
ingin diperhikan akan berusaha menjawab atau bertantya dengan guru agar anak lain
beserta guru memperhatikannya.
8. Senang meniru
Dalam kehidupan sehari hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat dan dia
temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenakan orang yang
ingin dia tiru tersebut. Dalam kehidupan nyata banyak anak yang terpengaruh acara
televisi dan menirukan adegan yang dilakukan disitu, misalkan acara smack down
yang dulu ditayangkan sekarang sudah ditiadakan karena ada berita anak yang
melakukan gerakan dalam smack down pada temannya, yang akhirnya membuat
temannya terluka. Namun sekarang acara televisi sudah dipilah-pilah utuk siapa acara
itu ditonton sebagai calon guru kita hanya dapat mengarahkan orang tua agar selalu
mengawasi anaknya saat dirumah. Contoh lain yang biasanya ditiru adalah seorang
guru yang menjadi pusat perhatian dari anak didiknya.

b) Katarkter Umum Peserta didik SMP dan SMA


Suatu pembelajaran terjadi apabila terdapat interaksi anatara guru dan siswa. Dalam
berinteraksi guru perlu memahami karakter siswa untuk menciptakan suasana yang
menyenangkan dan efektif dalam pembelajaran. Siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama)
dan siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan individu yang tergolong pada periode

12
remaja. Remaja merupakan masa transisi dari periode anak-anak menuju dewasa, dimana
individu mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral dan agama. Menurut Stanley
Hall, masa remaja adalah masa “stress and strain” (masa kegoncangan dan kebimbangan).
Oleh karena itu, seorang guru perlu memahami karakter siswa dengan baik untuk membantu
perkembangan siswa kea rah yang positif.
Meskipun siswa SMA dan siswa SMP tergolong remaja, tetapi terdapat batasan umur
yang membedakan tahap perkembangannya. WHO membagi dua tahap usia remaja, yaitu
tahap remaja awal (10 – 14 tahun) dan tahap remaja akhir (15 – 20 tahun). Jadi, siswa SMP
tergolong remaja awal, sedangkan siswa SMA tergolong remaja akhir. Perbedaan batasan
umur ini menyebabkan karakter yang dimilikinya pun berbeda, meliputi aspek fisik,
psikomotor, bahasa, kognitif, konatif, emosi afektif dan kepribadian.
Berikut ini adalah tabel perbandingan karakter remaja yang dikemukakan Abin
Samsuddin (2003):

13
Siswa SMP Siswa SMA
Tahap Remaja Awal (10 – 14 tahun) Tahap Remaja Akhir (15 – 20 tahun)
Fisik
Laju perkembangan secara umum Laju perkembangan secara umum
berlangsung pesat. kembali menurun, sangat lambat.
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan Proporsi ukuran tinggi dan berat badan
sering- kali kurang seimbang. lebih seimbang mendekati kekuatan
orang dewasa.
Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbul Siap berfungsinya organ-organ
bulu pada pubic region, otot reproduktif seperti pada orang dewasa.
mengembang pada bagian – bagian
tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi
kelenjar jenis kelamin (menstruasi pada
wanita dan day dreaming pada laki-laki.
Psikomotor
Gerak – gerik tampak canggung dan Gerak gerik mulai mantap.
kurang terkoordinasikan.
Aktif dalam berbagai  jenis cabang Jenis  dan jumlah cabang permainan
permainan. lebih selektif dan terbatas pada
keterampilan yang menunjang kepada
persiapan kerja.
Bahasa
Berkembangnya penggunaan bahasa Lebih memantapkan diri pada bahasa
sandi dan mulai tertarik mempelajari asing tertentu yang dipilihnya.
bahasa asing.
Menggemari literatur yang bernafaskan Menggemari literatur yang bernafaskan
dan mengandung segi erotik, fantastik, dan mengandung nilai-nilai filosofis,
dan estetik. ethis, religius.
Perilaku Kognitif
Proses berfikir sudah mampu Sudah mampu meng-operasikan
mengoperasikan kaidah-kaidah logika kaidah-kaidah logika formal disertai
formal (asosiasi, diferen-siasi, kemampuan membuat generalisasi
komparasi, kausalitas) yang bersifat yang lebih bersifat konklusif dan
abstrak, meskipun relatif terbatas. komprehensif.
Kecakapan dasar intelektual menjalani Tercapainya titik puncak kedewasaan 
laju perkembangan yang terpesat. bahkan mungkin mapan (plateau) yang
suatu saat (usia 50-60) menjadi
deklinasi.
Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai Kecenderungan bakat tertentu
menujukkan kecenderungan-kecende- mencapai titik puncak dan
rungan yang lebih jelas. kemantapannya.
Konatif, Emosi,  Afektif dan Kepribadian
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa Sudah menunjukkan arah
14
aman, kasih sayang, harga diri dan kecenderungan tertentu yang akan
aktualisasi diri) mulai menunjukkan mewarnai pola dasar kepribadiannya.
arah kecenderungannya.
D. Keunikan Peserta Didik SLTP
Remaja memiliki keunikan-keunikan yang terletak pada individu-individunya. Tampak
jelas bahwa para remaja dari keluarga sama memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam
besar badan, intelegensi, minat dan sifat sosial. Para remaja dari kelas sosial yang satu
berbeda dengan para remaja dari kelas yang lain dalam sikap dan cita-citanya. Pendeknya,
beberapa keunikan para remaja terletak dalam individualitasnya, bukan pada masa remajanya
tetapi dalam perkembanganya seperti

Setiap anak adalah pribadi yang unik. Meskipun dalam proses perkembangannya
terdapat banyak kesamaan, namun tetap setiap anak akan memiliki keunikan tersendiri yang
berbeda-beda dengan anak yang lainnya. Walaupun anak tersebut adalah anak kembar
sekalipun, Keunikan tersebut dapat berasal dari faktor genetis. Misalnya berbeda bentuk
fisiknya, ataupun dapat berasal dari lingkungan.

Adanya keunikan yang dimiliki anak, seorang pendidik, baik guru maupun orang tua
hendaknya melakukan pendekatan individu atau kelompok. Sehingga, keunikan anak dapat
terakomodasi dengan baik. Misalnya, ada anak senang jika diajak bernyanyi dan menari,
tubuhnya sangat luwes dan mudah mengikuti irama musik, Namun ada yang lebih suka diam
sambal mencoret-coret dinding, Seorang pendidik, harus peka melihat keunikan anak agar
perkembangan anak dapat berjalan dengan optimal sesuai dengan minat dan bakat yang
mereka miliki.

Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mulai dari
pendidikan, pekerjaan, bahkan sampai dengan urusan jodoh. Namun, apakah semua
keinginan orang tua untuk membuat anak-anak mereka menjadi yang terbaik sudah sesuai
dengan keinginan anak? Rasanya belum semua sesuai harapan dan hak anak, Setiap anak
mempunyai keunggulan baik dalam pengetahuan, keterampilan, maupun perilaku. Anak yang
berhasil meraih juara olimpiade matematika dikatakan pandai. Ada lagi yang mahir menari
juga termasuk anak yang pandai.

15
Bahkan ada yang berhati baik, mau berbagi, dan mempunyai simpati yang lebih pada
sesama, juga dikatakan pandai. Ketiga anak tersebut semuanya bisa dikatakan pandai, hanya
saja kepandaian mereka berada dalam bidang yang berbeda. Sekali lagi, setiap anak bisa saja
unggul dalam pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.

Para orang tua di Indonesia kebanyakan memandang kepandaian hanya di bidang


pengetahuan. Ada beberapa orang tua yang sudah mengenalkan berbagai macam pengetahuan
kepada anak sejak usia dini, ketika anak masuk jenjang pendidikan PAUD atau TK, misalnya
pengetahuan membaca, berhitung, les bahasa asing, dan sebagainya. Semua itu memang baik
untuk perkembangan anak, namun jangan lupakan juga kemampuan anak untuk menerima
semua pengetahuan itu.

Sebagai orang tua harus memahami setiap anak mempunyai kapasitas yang berbeda.
Satu anak bisa saja berhasil, namun anak yang lain belum tentu bisa mengikuti. Jika orang tua
sadar anaknya tidak bisa mengikuti, ada baiknya untuk mengurangi porsi pemberian
pengetahuan itu. Jangan sampai anak dipaksakan karena akan berdampak buruk bagi
perkembangan anak ke depannya.

Jika idealisme orang tua dan anak sudah berbeda, lalu siapa yang harus mengalah? Jika
orang tua yang mengalah, mereka masih bisa terus mengawasi anak mereka dengan
memberikan perhatian, dukungan, doa agar anak bisa sukses dengan pilihannya. Jika anak
yang harus mengalah, ini bisa saja dianggap sebagai bentuk tanda bakti kepada orang tua
yang sudah membesarkannya. Meskipun bisa saja dari luar, dari pandangan orang tua
maupun masyarakat si anak bisa sukses, tapi siapa tahu hati si anak terasa beku.

16
Kesimpulan

Karakteristik Umum Peserta Didik di SLTP adalah Kebiasaan anak – anak memasuki
masa remaja konsep diri mereka mengalami perkembangan yang sangat kompleks dan
melibatkan sejumlah aspek dalam diri mereka. Karakteristik Peserta Didik di SLTP dilihat
dalam beberapa aspek, yaitu dari Pertumbuhan fisik, Bahasa, psikomotor, kognitif, Konatif,
Emosi,  Afektif dan Kepribadian

17
DAFTAR PUSTAKA

Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.


Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25.
https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362

18
Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta : Andi, 2003), hlm. 210
http://digilib.uinsby.ac.id/10828/5/bab%202.pdf

Oswalt, A. (2010). An Introduction to Adolescent Development.


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/196605162000122-HERLINA/PERKEMBANGAN
%20MASA%20REMAJA.pdf

Yunial, Lutfi. Bahaya dan Masalah Pada Remaja. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta Press.
https://www.academia.edu/9180588/isi_makalah_Bahaya_dan_Masalah_pada_Remaja

Sumantri, M. (2014). Perkembangan Peseta Didik. Pertumbuhan Dan Perkembangan


Anak, 1–52. https://bit.ly/2VT9PWh

Suraja, H. N. ; M. (2013). pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual anak


smp/mts. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

19

Anda mungkin juga menyukai