Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERAN KONSELOR DALAM MEMAHAMI PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN SISWA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan SD
Dosen Pengampu: Trio Arista, M.Pd.

Disusun Oleh :

Febri Lailatul Badriyah 2286206117


Sephia Nur Afira 2286206135
Septin Wulan Habsari 2286206048
M Niam Rozikul Akbar 2286206116
M Hizamul Fikri 2286206009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
MARET 2024
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran
di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag selaku Rektor Universitas
Nahdlatul Ulama Blitar.
2. Ibu Cindya Alfi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Sosial.

3. Ibu Widyarnes Niwangtika, S.Si., M.Pd selaku Kaprodi Pendidikan


Guru Sekolah Dasar.
4. Trio Arista, M.Pd.. selaku dosen Bimbingan SD.
5. Teman-teman kelas C22 Pendidikan Guru Sekolah dasar, serta
seluruh orang yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan SD dan juga
untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat. Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan
semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini
tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang
membaca makalah ini, terutama Dosen pengampu mata kuliah Bimbingan SD, yang
kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.Wassalamualaikum Wr.Wb

Blitar, 28 Maret 2024

(Penyusun}
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................i

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1.1. Latar belakang.......................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................3

1.3. Tujuan Masalah.....................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................4

PEMBAHASAN.....................................................................................................4

2.1 Perencanaan Pelayanan BK.................................................................4

2.2 Peran Konselor dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa.............8

BAB III..................................................................................................................17

PENUTUP.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di
negara asalnya Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya pakar pendidikan yang telah
menamatkan studinya di Negeri Paman Samitudan kembali di Indonesia dengan membawa
konsep-konsep bimbingan dan konseling yang baru. Hal itu terjadi sekitar tahun 60-an. Tidak
dapat dibantah bahwa para pakar pendidikan itu telah menggunakan dasar-dasar pemikiran
yang diambil dari pustaka Amerika Serikat. Khusus mengenai pandangan terhadap anak didik
yaitu bahwa anak didik mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikan harus
memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi tersebut secara optimal.
Potensiyang dimaksud adalah potensi yang baik,yang bermanfaat bagi anak dan
masyarakatnya. Pandangan itu bersumber dari aliran humanistik, yang menganggap bahwa
manusia adalah unggul dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi segala persoalan
kehidupan didunia.Manusia menjadi sentral kekuatan melalui otaknya. Karena itu pendidikan
harus mengutamakan otak (kognitif dan daya nalar). Akibatnya, manusia itu amat sekuler,
hanya mengutamakan duniawi saja, dan mengabaikan kekuasaan Allah. Terjadilah apa yang
disebut 2 kesombongan intelektual (intellectualarrogance). Namun aspek lain yang dianggap
positif adalah paham demokratis, dimana manusia dihargai harkat kemanusiaan,
mengembangkan sikap empati, terbuka, memahami, dan sebagainya. Sikap-sikap tersebut
amat mendukung bagi kegiatan bimbingan dan konseling.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses
pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan
langsung dan tatap muka antara guru pembimbing / konselor dengan klien dengan tujuan
agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya,
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal,sehingga
ia dapa tmencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
Bimbingan dan konseling disekolah selain meminimalisir angka kenakalan murid juga
mempunyai peran vital dalam meningkatkan kualitas anak didik. Bimbingan dan konseling
tidak hanya merupakan cara yang secara psikologis sangat efektif dalam membantu seseorang
mencapai dan mempertahankan hubungan dengan realistis,yakni melalui pekerjaan yang

2
bermakna dan produktif, tetapi juga menyiapkan sarana ekonomi untuk mempengaruhi
perubahan sosial, misalnya melalui perluasan atau pelebaran rentang pilihan-pilihan bagi
kaum wanita.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Perencanaan Pelayanan BK?
2. Bagaimana Peran Konselor dalam Memahami Pertumbuhan dan Perkembangan
Siswa?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui Perencanaan Pelayanan BK.
2. Untuk mengetahui Peran Konselor dalam Memahami Pertumbuhan dan
Perkembangan Siswa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Pelayanan BK


A. Kinerja Guru Bimbingan Dan Konseling
Menurut(Syamsul,2011)Kinerja(performance)gurudapatdiartikansebagai
seperangkat perilaku guru yang terkait dengan gaya mengajar,kemampuan berinteraksi
dengan siswadan karakteristik pribadinya yang ditampilkan pada waktu melaksanakan
tugas profesionalnya sebagai pendidik (pembimbing, pengajar, dan pelatih). Sedangkan
menurut (Khairul, 2010) kinerja merupakan gabungan dari kemampuan, usaha, dan
kesempatan yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya. Guru bimbingan dan
konseling atau konselor adalah seorang yang berkualifikasi akademik Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus Pendidikan
Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor. Guru bimbingan dan konseling atau
konselor merupakan tenaga profesional dalam aktivitas layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Jadi yang dimaksud dengan kinerja guru bimbingan konseling di
sekolah adalah unjuk kerja yang dilakukan seorang guru bimbingan konseling yang
salah satunya yaitu dalam melaksanakan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingandan konseling untuk mencapai pengembangan potensi siswa secara
optimal.Didalam (Permendiknas, 2009) tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai guru
Bimbingan dan Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu:
1. Kompetensi pedagogik,adalah kemampuan mengelola pembelajaran
pesertadidik
2. Kompetensi kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang
mantap ,berakhlak mulia, dan adil berwibawa serta menjadi teladan peserta
didik
3. Kompetensi sosial, adalah kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali, dan
masyarakat sekitar
4. Kompetensi professional,adalah kemampuan penguasaan materi pelayanan
secara luas dan mendalam (Nursalim, 2015) memaparkan kinerja guru
bimbingan konseling dapat dilihat dan diukur berdasarkan kriteria kompetensi
yang harus dimiliki oleh setiap guru bimbingan konseling.
4
Berkaitan dengan kinerja guru bimbingan konseling, wujud perilaku yang
dimaksud adalah kegiatan guru bimbingan konseling dalam proses bimbingan dan
konseling, yaitu bagaimana guru bimbingan konseling merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program bimbingan dan konseling. Didalam
penelitian (Hesty,2015) mengatakan bahwa berkenaan dengan kompetensi
menyelenggarakan, merancang, melaksanakan,mengevaluasi program bimbingan
dan konseling ,masih ditemui guru bimbingan dan konseling yang belum memiliki
kemampuan optimal dalam menyelenggarakanprogram bimbingan dan konseling
terutamadalam merancang dan menyusun program bimbingan dan konseling.
Diduga adanya jual beli program tahunan, adanya kesamaan program
bimbingan konseling pada tiap sekolah, adanya program yang sama tiap tahunnya,
padahal kegiatan ini adalah kegiatan pertama dan utama untuk melakukan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Pelaksanaan program akan sulit
dilaksanakan jika program yang dibuat bukan dari pemikiran dan perencanaan dari
guru bimbingan dan konseling sendiri,sehingga masih terlihatdalam pelaksanaan
program, bahwa guru bimbingan dan konseling bingung dan tidak mengerti dalam
melaksanakan program bimbingan dan konseling. Disamping itu Dalam sebuah
organisasi atau setiap individu (guru) mempunyai karakter yang berbeda-beda,
begitupun dengan kinerjanya juga berbedabeda. Menurut (Kunandar, 2007) ada tiga
faktor kinerja guru yaitu:
a. Faktor usaha yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh masalah sumber daya
manusia, seperti motivasi, dan rancangan pekerjaan
b. Faktor dukungan organisasi meliputi pelatihan,peralatan yang disediakan,
mengetahui tingkat harapan, dan keadaan kelompok yang produktif.
c. Kemampuan(ability) yaitu sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

B. Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Perencanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dimulai
dari:
1. Analisis kebutuhan konseling
Dalam rangka merencanakan program yang dimaksud perlu dilakukan analisis
kebutuhan (need assessment), untuk mendapatkan informasi-informasi yang
akurat mengenai kebutuhan program. Kegiatan analisis kebutuhan dalam
5
bimbingan dan konseling mencakup informasi-informasi mengenai kebutuhan
peserta didik, lingkungan peserta didik, dan layanan bimbingan dan konseling.
Pelaksanaan analisis kebutuhan dalam program bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan mengelompokkan masalah yang berkaitan atau yang ada
pada peserta didik. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat diidentifikasi
melalui mengenali:
a) Karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar,
temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah tersinggung), dan
karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab);
b) Harapan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat dianalisis dari tugas-
tugas perkembangan yang dijabarkan dalam rumusan kompetensi dan
materi pengembangan kompetensi yang ada.Pada prinsipnya apapun
pendekatan yang digunakan, pengukuran kebutuhan bertujuan untuk
menentukan prioritas kebutuhan yang akan diprogramkan dalam layanan
bimbingan dan konseling. Oleh karena itu,perludi perhatikan kriteria yang
digunakanuntuk menganalisis dan mengkonversi data yang menjadi
prioritas. Misalnya dengan menggunakanStandar Kompetensi
Kemandirian Peserta Didik (SKKPD), atau bidang bimbingan (pribadi,
sosial, belajar, dan karier). Kegiatan pengumpulan data tentang program
akan memberikan informasi kualitatif tentang program, dan detail yang
menujukkan isi dari stuktur program bimbingan yang sedang berlaku
(Gysbers & Henderson, 2006).
2. Penyusunan program bimbingan dan konseling. Pencapaian tujuan program
BK secara efektif dan efisien memerlukan penyusunan program yang
memadai. Penyusunan program tersebut terdiri atas asesmen kebutuhan
konseli dan lingkungannya. Asesmen kebutuhan konseli berkaitan dengan
identifikasi karakteristik konseling dan harapannya terhadap program layanan
BK. Asesmen lingkungan konseli berkaitan dengan identifikasi visi dan misi
serta tujuan sekolah, harapan sekolah dan orang tua konseling,kondisi dan
kualifikasi guru dan konselor,sarana dan prasarana pendukung program
BK,dan kebijakan pimpinan sekolah. Kemudian, perumusan tujuan BK dapat
merujuk SKKPD, dan yang terakhir perancangan program layanan

6
BK,Berdasarkan hasil asesmen kebutuhan konseling dan lingkungannya serta
pencermatan tujuan program BK maka dilakukan perancangan program
bimbingan dan konseling dengan menetapkan elemen dan komponen program
bimbingan dan konseling (Ramli & Flurentin, 2012);(Depdiknas, 2008).
3. Pengembangan rencana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
(RPLBK)sebagaimana yang dilakukan oleh guru bidang studi, maka guru
bimbingan dan konseling/konselor juga membuat perencanaan pelayanan
dalam bentuk program dan RPLBK. RPLBK dijabarkan dari kalender kegiatan
BK, sebagai upaya mengarahkan proses pelayanan BK bagi konseli dalam
rangka mencapai kompetensi dasar. Di dalam RPLBK, setidaknya memuat
identitas RPLBK, rumusan kompetensi dan tujuan pelayanan, materi
bimbingan, rincian kegiatan pelayanan, metode, sumber dan penilaian proses
dan hasil.
4. Perencanaan sarana penyelenggaraan program bimbingan dan konseling
Sarana dan prasarana yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi setempat,
namun untuk keperluan ini perlu diprogramkan sebelum tahun ajaran baru,
agar pelayanan bimbingan dapat berjalan lancar. Dalam hal memprogramkan
pengadaan 11 sarana dan prasarana, konselor mengkonsultasikannya dengan
kepala sekolah, guru, wali kelas, dan komite sekolah. Berikut ini sarana dan
prasarana yang perlu disediakan untuk pelayanan BK (Depdiknas, 2008);
(Flurentin,2012)(PermendikbudRI,2014). Pertama yaitu Ruang bimbingan dan
konseling, merupakan salah satu sarana penting yang turut mempengaruhi
keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Letak atau lokasi
ruang bimbingan dan konseling di suatu sekolah dipilih lokasi yang mudah
diakses (strategis) oleh siswa tetapi tidak terlalu terbuka. Jumlah ruang
bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan jenis layanan dan
jumlah ruangan.
Sebaiknya antar ruangan tidak tembus pandang. Jenis ruangan yang diperlukan
meliputi:
a. Ruang kerja,
b. Ruang administrasi/data,
c. Ruang konseling individual,
d. Ruang bimbingan dankonseling kelompok,

7
e. Ruang bibli oterapi,
f. Ruang relaksasi/desensitisasi,dan
g. Ruang tamu.
Adapun besaran ukuran ruangan disesuaikan dengan jumlah konseli dan
jumlah konselor yang ada di suatu sekolah. Fasilitas ruangan yang diharapkan
tersedia ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur, serta
perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses pelayanan bimbingan
dan konseling yang bermutu dan membuat konseling yang datang keruang
konseling nyaman. Di dalam ruangan hendaknya juga dapat disimpan segenap
perangkat instrumen bimbingan dan konseling,himpunan data siswa,dan berbagai
data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga mampu memuat
berbagai penampilan, seperti penampilan informasi pendidikan dan jabatan.
5. Perencanaan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling
Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen
bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran
yang diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus
masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah (Flurentin, E., 2012;
(Permendikbud, 2014).

2.2 Peran Konselor dalam Memahami Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa

A. Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal


Istilah "bimbingan dan konseling" telah diperkenalkan dalam level.
internasional dengan cara yang berbeda. Beberapa konsep dasar tentang
bimbingan dan konseling akan didefinisikan secara jelas untuk memberikan arah
yang tepat dalam mengimplementasikan bimbingan dan konseling secara
memadai dalam jalur pendidikan formal.Bimbingan secara harfiah berarti
membimbing, menginformasikan, mengawasi, membantu individu dalam
membuat pilihan, penyesuaian, dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam
situasi dan proses belajar mengajar. Individu dibantu untuk memahami diri
sendiri dan dunianya, menerima,menggunakan kemampuan, bakat, dan minat
untuk mencapai tujuan dan aspirasi hidup (Odemelam & Uwani, 2009; Mogbo,
2005; Shertzer & Stone 1981, dalam Mogboet.al,2011).Bimbingandiberikanbagi
8
individuuntukmelihat dirinya sendiri secara realistis dan obyektif sehingga
individu memperoleh selfinsight motivasi, dan keterampilan pengambilan
keputusan yang bijaksana. Tujuan utama bimbingan ialah memfasilitasi
perkembangan pribadi individu.
Di sisi lain, konseling merupakan proses di mana konselor terlatih
memberikan bantuan kepada individu atau konseli dalam satu pertemuan atau
lebih. Dalam konseling, informasi yang diberikan lebih banyak berhubungan
dengan masalah-masalah pribadi dan emosional secara lebih mendalam. Individu
dibantu untuk memahami perasaan,pemikiran,dan perilaku terutama perilaku
yang membuat individu merasa bahagia. Konseling lebih bersifat pribadi
dibandingkan dengan bimbingan.Konseling membantu individu untuk melihat
dirinya sendiri secara jujur, menemukan kelemahan dan kekuatannya,
mempertimbangkan alternatif, dan membuat keputusan pribadi yang bijaksana.
Konseling membantu pertumbuhan, kebebasan berpikir,dan kemandirian.
Konseling membantu individu menjadi pribadi yang mandiri dan mencapai
aktualisasi diri sehingga dapat memecahkan masalahnya.
Dilengkapi oleh Makinde (1987, dalam Ajowi & Simatwa, 2010) yang
mendefinisikan bimbingan dan konseling sebagai suatu proses interaksi antara
konselor yang terlatih dan terdidik untuk memberikan bantuan kepada konseling
yang rentan dan membutuhkan bantuan, bertujuan untuk membantu konseling
dalam belajar menangani permasalahan diri sendiri secara lebih efektif dan sesuai
dengan realitas lingkungannya. Ajowi & Simatwa (2010) menekankan perlunya
tanggung jawab sekolah,guru,dan konselor untuk memastikan bahwa setiap
peserta didik akan terus mencapai kematangan dan kemandirian pribadinya. Hal
ini berarti bahwa pihak sekolah perlu merencanakan pengalaman belajar peserta
didik, kegiatan, sikap dan hubungan, serta pemenuhan kebutuhan pikologis
peserta didik melalui pendidikan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan sebuah layananpsikologis yang
diimplementasikan pada jalur pendidikan formal oleh konselor profesional
kepada konseli untuk membantu memahami diri secara obyektif dan realistis,
menerima kelemahan dan kekuatan diri, mengaktualisasikan diri sehingga
tercapai kemandirian, kematangan, dan perkembangan yang optimal. Kebutuhan

9
akan layanan bimbingan dan konseling di sekolah lahir sebagai konsekuensi dari
karakteristik dan laju perkembangan peserta didik. Pendekatan tugas
perkembangan merupakan cara yang tepat dalam melaksanakan program
bimbingan dan konseling di sekolah karena memperhatikan aspek psikologi
perkembangan peserta didik dan memberikan kesempatan kepada konselor untuk
mengidentifikasi keterampilan dan pengalaman peserta didik agar berhasil
disekolah dan dalam kehidupannya (Ahman,1998).
Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah diorientasikan pada
upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseling,yang meliputi aspek
pribadi,sosial,belajar,dan karier,atau terkait dengan pengembangan pribadi
konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososio spiritual (biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual).Depdiknas (2008) yang dirumuskan oleh
ABKIN, bahwa terdapat banyak fungsi bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal, diantaranya:
a) Fungsi pemahaman,
b) Fungsi fasilitasi,
c) Fungsi penyesuaian,
d) Fungsi penyaluran,
e) Fungsi adaptasi,
f) Fungsi pencegahan(preventif),
g) Fungsiperbaikan
h) Fungsi penyembuhan,
i) Fungsi pemeliharaan,dan
j) Fungsi pengembangan
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan bimbingan dan konseling di sekolah
adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan dan menggunakan
perasaan positif tentang diri, sikap positif dalam kehidupan, nilai-nilai
individualitas, memahami perasaan, memiliki kesadaran tentang esensi nilai,
danmengembangkan nilai-nilai konsisten yang penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Sementara itu, struktur program bimbingan dan konseling yang
komprehensif terdiri atas empat komponen,yaitulayanan dasarbimbingan,layanan
responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Penjelasan masing-
masing komponen dapat dicermati sebagai berikut.

10
a. Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah layanan umum yang diperuntukkan bagi
semua peserta didik. Layanan ini terarah kepada pengembangan perilaku atau
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan tugas
perkembangannya. Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi
seluruh peserta didik melalui kegiatan-kegiatan kelas atau diluar kelas yang
disajikan secara sistematis dalam rangka membantu peserta didik
mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Layanan ini bertujuan untuk
membantu semua peserta didik agar memperoleh perkembangan yang normal,
memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar dalam
hidupnya. Tujuan layanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya membantu
peserta didik agar:
a) Memiliki kesadaran dan pemahaman tentang diri dan lingkungannya;
b) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang memadai bagi
penyesuaian diri dan lingkungannya;
c) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya,dan
d) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.

b. Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi peserta didik yang
memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera (immediate needs and concerns). Layanan ini bertujuan untuk
membantu peserta didik dalam memenuhi kebutuhan yang dirasakan pada saat
ini atau peserta didik yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu
berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah,
atau salah suai (maladjustment).

c. Perencanaan Individual

Perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua

11
peserta didik agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa
depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Tujuan layanan ini adalah membantu peserta didik membuat dan
mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, dan sosial-pribadinya.
Tujuan lebih lanjut adalah membantu peserta didik memantau dan memahami
pertumbuhan dan perkembangan sendiri kemudian merencanakan dan
mengimplementasikan rencana-rencana itu sesuai dengan pemantauan dan
pemahamannya.

Penjelasan konkrit dapat dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk


membimbing seluruh peserta didik agar:memiliki kemampuan untuk
merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan
dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier dapat
belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya dan dapat melakukan
kegiatan atau tindakan yang telah dirumuskan secara proaktif.Ketiga
komponen program tersebut (layanan dasar, layanan responsif, dan
perencanaan individual), merupakan pemberian layanan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik secara langsung. Sementara itu dukungan
sistem adalah komponen program yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
peserta didik. Dukungan Sistem Keberhasilan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah sangat ditentukan oleh kualitas pribadi,kesadaran akan
peran,serta kualitas hubungan yang dibina oleh konselor. Konselor berperan
menjadi agen pengubah perilaku sosial sebagai komponen utama di dalam
sekolah (House & Martin, 1998). Demikian juga halnya Beeckman (1986)
menjelaskan bahwa pekerjaan konselor dan guru menjadi efektif karena
menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan
perasaannya, menjaga kerahasiaan permasalahan peserta didik, memfasilitasi
lingkungan yang stabil, adanya komunikasi yang mendukung, dan mengelola
harapan-harapan yang konsisten.

12
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif yang


mengacu pada jumlah, besar, serta luas yang bersifat konkret yang biasanya
menyangkut ukuran danstruktur biologis.Pertumbuhan merupakan perubahansecara
fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu. Hasil pertumbuhan
berupa bertambahnya ukuran kuantitatif dari fisik anak seperti tinggi dan berat
badan, kekuatan, ataupun proporsi sehingga secara ringkas pertumbuhan adalah
proses perubahan dan kematangan fisik yang menyangkut perubahan ukuran atau
perbandingan.Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu
pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut
sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses
perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan proses
pertumbuhan seringkali akan berhenti jika seseorang telah mencapai kematangan
fisik.

Meskipun antara pertumbuhan dan perkembangan mempunyai perbedaan


pengertian, tetapi selalu harus dipahami bahwa antara keduanya merupakan proses
yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Misalnya, ketika membahas
perkembangan kecerdasan anak tidak akan dapat terlepas; dari pembahasan tentang
berfungsinya sel-sel otak sebagai faktor fisiologis yang menunjang manifestasi
kecerdasan itu sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan manusia mengikuti pola
yang bersifat umum, tetapi irama dang tempo perkembangan bersifat individual.
Irama pertumbuhan dan perkembangan menyangkut urutan dari kemampuan
spesifik seseorang termasuk sikap dalam menerima perubahan tersebut, sedangkan
tempo perkembangan menyangkut waktu atau satuan waktu untuk memperoleh
perubahan.Kata perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan
kematangan. Ketiganya memang mempunyai hubungan yang sangat erat.

Pertumbuhandan perkembangan pada dasarnya adalah


perubahan,perubahan menuju ke tahap yanglebih tinggi atau lebih baik. Terdapat
beberapa perbedaan antara pertumbuhan dengan perkembangan. Pertumbuhan lebih
banyak berkenaan dengan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, sedangkan
13
perkembangan berhubungan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah.
Pertumbuhan menunjukkan perubahan atau penambahan secara kuantitas, yaitu
penambahan dalam ukuran besar atau tinggi, sedangkan perkembangan berkenaan
dengan peningkatan kualitas,yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan
penyempurnaan struktur, sedangkan perkembangan dengan penyempurnaan fungsi
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan
penyempurnaan struktur, sedangkan perkembangan dengan penyempurnaan fungsi
Baik pada pertumbuhan maupun pada perkembangan tersangkut pula masalah
kematangan yang merupakan masa yang terbaik bagi berfungsinya atau
berkembangnya aspek-aspek kepribadian tertentu dengan cepat. Misalnya, usia satu
tahun merupakan masa kematangan bagi bayi untuk berjalan, usia enam tahun bagi
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Terdapat perbedaan
kedudukankematangan tersebut dalam pertumbuhan dengan perkembangan. Suatu
pertumbuhan aspek tertentu akan berakhir apabila telah mencapai tingkat
kematangannya, sedangkan perkembangan terus berlangsung sampai akhir
hidupnya. Perkembangan berisi suatu rentetan masa-masa kematangan. Dalam
uraian selanjutnya ,kedua istilah tersebut akan menggunakan satu istilah saja, yaitu
perkembangan yang didalamnya juga tersangkut makna kematangan.

Susilo Windradini (1995:2) menyatakan bahwa proses pertumbuhan dan


perkembanganharusberjalanseiringdanmerupakanprosesyangtidakberdirisendiri
tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

a) hereditas,

b) lingkungan,

c) kematangan fisik dan psikis

d) serta aktivitas anak sebagai subjek bebas yang punya otoritasuntuk membuat
pilihan, menerima, atau menolak, serta memiliki emosi.

Perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang


menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia hidup. Irama dan tempo
perkembangan manusia yang tidak sama antara manusia yang satu dengan yang
lain tersebut sering menimbulkan ketidakseimbangan antara pertumbuhan dengan
14
perkembangan yang pada gilirannya sering menyebabkan tidak tercapainya
penyesuaian yang harmonis dengan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang atau sekelompok orang
terhadap perubahan dalam perkembangan adalah:

1. Penampilandiri

Perubahan yang dapat meningkatkan tampilan diri akan cenderung di terimadan


diulangi lagi, sedangkan perubahan-perubahan yang dapat mengurangi penampilan
akan ditolak atau berusaha untuk ditutupi.

2. Perilaku

Perubahan perilaku memalukan seperti yang terjadi pada masa pubertas dan usia
lanjut akan berpengaruh pada perkembangan perilaku selanjutnya.

3. Stereotip Budaya

Dari berbagai media, orang mempelajari stereotip budaya yang seringkali


dikaitkan dengan ciri khas manusiapadatahap perkembangan tertentu. Stereotip
budaya tersebut dipakai untuk menilai orang lain dalam usia tertentu atau pada
tahapan perkembangan tertentu.

4. Nilai-nilaiBudaya

Setiap budaya memiliki nilai yang dikaitkan dengan usia-usia yang berbeda. Hal
tersebut akan mempengaruhi penyikapan masyarakat terhadap kelompok usia
tertentu lebih menyenangkan atau meremehkan dibandingkansikap terhadap usia
lainnya.

5. PerubahanPeranan

Sikap terhadap orang dari berbagai usia dipengaruhi oleh peran yang mereka
mainkan. Adakalanya berupa sikap yang lebih baik atau sebaliknya, misalnya sikap
terhadap lanjut usia yang memasuki masa pensiun.

6. PengalamanPribadi

Pengalaman pribadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap individu


dalam menghadapi perubahan dalam perkembangan. Kewenangan dan kewibawaan
dapat dipertajam dari pengalaman yang pernah diperoleh. Oleh
15
karenaitu,orangakan cenderung Meninggalkan pengalaman yangmenyebabkan
mereka menjadi diremehkan.

C. Peran Konselor Dalam Memahami Perkembangan dan Pertumbuhan


Siswa

Konselor Dalam sekolah memiliki peran penting dalam memahami pertumbuhan


dan perkembangan siswa. Berikut adalah beberapa fungsi yang konselor harus
lakukan:

a. Memantau, Membuat, dan Memastikan Siswa Berperilaku Baik: Konselor


membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan yang baik dan
memastikan mereka berperilaku baik dalam lingkungan sekolah.

b. MemberiMotivasiBelajar:Konselordapatmemberimotivasikepadasiswauntu
k belajar lebih baik dan meningkatkan semangat belajar mereka.

c. Memberi Materi Pengembangan Diri dan Pelajaran Budi Pekerti: Konselor


membantu siswa mengenali dan mengolah sumber-sumber dari diri mereka
dan memberi dukungan yang diperlukan untuk mengembangkan diri
mereka.

d. Membantu Guru Lainnya: Konselor dapat membantu guru lainnya dalam


mengetahui karakteristik siswa dan metode belajar yang tepat bagi mereka,
sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik.

e. Konseling Tentang Pertumbuhan Fisik: Konselor dapat membantu siswa


dalam mengenali dan mengelola sumber-sumber dari diri mereka,
memberi dukungan, dan memberikan bimbingan tentang pertumbuhan
fisik.

f. Pengembangan Karir: Konselor dapat membantu siswa dalam


mengembangkan karir mereka dan menjadi koordinator dan konsultan
dalam program pendidikan karir.

g. Membantu Siswa dalam Mengatasi Masalah Konselor dapat menjadi


asesor yang memberikan pemahaman tentang siswa beserta dengan
potensi-potensinya, dampak budaya pada perkembangan siswa,dan
pengaruh faktor-faktor lingkungan lain pada perilaku siswa.
16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perencanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting


untuk membantu siswa mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya dan
mencapai perkembangan yang optimal. Kinerja guru bimbingan konseling dalam
melaksanakan tugasnya memegang peranan penting dalam keberhasilan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Kompetensi guru bimbingan konseling juga
menjadi faktor penentu dalam efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Selain itu, pemahaman konselor tentang perkembangan siswa sangat
diperlukan dalam membantu siswa mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
Dengan pemahaman yang baik tentang perkembangan siswa, konselor dapat
memberikan bimbingan dan konseling yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa tersebut.

3.2. Saran

Makalah ini tentunya masih terdapat kelemahan ataupun kekurangan dalam


penulisan maupun penyusunannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dan membangun dari pihak manapun demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang
peran konselor dalam memahami pertumbuhan dan perkembangan siswa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan: Model Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Dasar (Studi Kearah Penemuan Model Bimbingan pada Beberapa Sekolah
Dasar di Jawa Barat). Disertasi. Bandung : Program Pascasarjana UPI
Bandung.
Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional Bekerjasama dengan
ABKIN.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor
dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.
Diperbanyak oleh Jurusan PPB FIP UPI untuk lingkungan terbatas.
Gibson, R.L. dan Mitchell, M.H. 2001. Bimbingan dan Konseling. Alih Bahasa oleh Yudi
Santoso dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irman, M. & Wiyani, N.A. 2014. Bimbingan dan Konseling: Teori dan Aplikasi di Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan
dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kemendikbud RI.
Rusmana,N.2009.Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode,Teknik, dan
Aplikasi). Bandung: Rizqi.

18
12

Anda mungkin juga menyukai