Anda di halaman 1dari 19

FUNGSI DAN PERAN PENDIDIK

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H.M. Djaswidi Al Hamdani, M.Pd

Disusun Oleh

Kelompok 6

Siti Maspufah (2203004115)


Hilma Maulida (2203004134)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2022/2023
Jl. Kyai Ahmad Fadlil 1 Cijengjing Dewasari, Ciamis 46271
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun judul makalah ini yaitu “Fungsi dan Peran Pendidik”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai pendidikan islam.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. H.M. Djaswidi Al
Hamdani, M.Pd selaku dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 11 Mei 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... I
DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidik ............................................................................... 2
B. Tugas Pendidik ................................................................................. 2
C. Karakteristik dan Kompetensi Pendidik ........................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan era globalisasi, reformasi, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan politik dan lain sebagainya.
Mengakibatkan terjadinya paradigma baru dalam komponen pendidikan yang
terdiri dari visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, pendidik,
peserta didik, manajemen pengelolaan, sarana prasarana, pembiayaan, sistem
komunikasi, lingkungan, dan evaluasi pendidikan. Dari bermacam komponen
pendidikan tersebutlah kegiatan pendidikan dapat berjalan dan mampu
mengimbangi daya saing yang terjadi di era globalisasi ini.
Melalui pendidikan manusia bisa merealisasikan segala keinginannya.
Pendidikan juga dirasa mampu mewujudkan kedamaian dalam hidup. Dan
mampu memberikan banyak hal manfaat di bumi ini. Salah satu faktor terbesar
yang mempengaruhi pendidikan ialah faktor pendidik.
Melihat vitalnya peran pendidik dalam mendidik siswanya diperlukan
peningkatan kualitas pendidik agar mampu menciptakan peserta didik yang
berkualitas juga. Maka dalam makalah ini penulis membahas tentang konsep
pendidik, tugas pendidik ,karakteristik dan komponen pendidik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep pendidik?
2. Apa saja tugas seorang pendidik?
3. Apa saja karakteristik dan komponen seorang pendidik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep pendidik
2. Untuk mengetahui tugas seorang pendidik
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dan komponen yang harus dimiliiki
oleh seorang pendidik

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidik
Secara sederhana pendidik berasal dari kata “didik” yang berarti
memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, dan pemimpin) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran, lalu ditambah awalan “pe” menjadi “pendidik”
yang berarti orang yang mendidik. Jadi secara harfiah pendidik ialah orang
yang memberikan pelatihan dan pengarahan baik itu mengenai akhlak ataupun
ilmu pengetahuan kepada manusia lainnya.
Menurut Ahmad Tafsir, pendidik dalam pandangan islam ialah siapa saja
yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik.
Dalam persfektif pendidikan islam pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi anak didik yang meliputi potensi kognitif,
afektif dan psikomotorik untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani serta
dapat berdiri sendiri memenuhi kewajiban sebagai hamba Allah, makhluk
sosial dan makhluk individu.
Didalam UU Sisdiknas 2003 Bab XI Pasal 40 ayat 2b, guru ialah
pendidik profesional yang wajib memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa secara tidak
langsung mengisyaratkan bahwa pendidik ialah suatu profesi yang berkaitan
dengan mengajar dan mendidik di suatu institusi pendidikan baik itu sekolah,
perguruan tinggi, masjid, majelis ta‟lim, dan lain sebagainya. Adapun orang
yang mengajar dan mendidik disebut sebagai: guru, dosen, professor, ustadz,
mu‟alim, dan lain-lain. Guru merupakan pendidik professional yang memang
ditugaskan untuk mengajari dan mendidik orang yang butuh pendidikan.
B. Tugas Pendidik
Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam Menurut al-Ghazali, tugas
pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan,
serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Karena tujuan pendidikan islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan

2
diri kepada-Nya, dan kesempurnaan insan yang bermuara pada kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikan dengan „gu‟dan‟ru‟ yang
berarti digugu dan ditiru. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
mempunyai seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan
ditiru (diikuti) karena guru mempunyai kepribadian yang utuh, yang karenanya
segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta
didiknya.
Seorang pendidik bukanlah bertugas memindahkan atau mentransfer
ilmunya kepada orang lain atau kepada anak didiknya. Tetapi pendidik juga
bertanggung jawab atas pengelolaan, pengarah fasilitator dan perencanaan.
Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat
disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Sebagai instruksional (pengajar), yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta
mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan.
2. Sebagai educator (pendidik), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT
menciptakannya.
3. Sebagai managerial (pemimpin), yang memimpin, mengendalikan kepada
diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai
masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan
yang dilakukan.
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai
seperangkat prinsip keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa:
1. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan
kesediaan, kemampuan, pertumbuhan dan perbedaan peserta didik.
2. Membangkitkan gairah peserta didik.
3. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik
4. Mengatur proses belajar mengajar yang baik

3
5. Memperhatikan perubahan-perubahan kecendrungan yang mempengaruhi
proses mengajar
6. Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.
Mendidik lebih bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah atau
jangka panjang. Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau
secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah rasa,
dan olah karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran peserta
didik.
Mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap mental/kepribadian bagi
anak didik, sedang mengajar bobotnya adalah penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada
semua usia. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar
menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala
tindakannya.
Tidak setiap guru mampu mendidik walaupun ia pandai mengajar, untuk
menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai materi dan keterampilan
mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan norma-norma
dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu menghubungkan
materi yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang harus
tumbuh sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat. Jadi,
jika hasil pengajaran dapat dilihat dalam waktu singkat atau paling lama tiga
tahun, keluaran pendidikan tidak dapat dilihat sebagai satu hasil yang
segmentatif. Hasil pendidikan tercermin dalam sikap, sifat, perilaku, tindakan,
gaya menalar, gaya merespons, dan corak pengambilan keputusan peserta didik
atas suatu.
Menurut Abuddin Nata, secara sederhana tugas pendidik adalah
mengarahkan dan membimbing para murid agar semakin meningkat
pengetahuannya, semakin mahir keterampilannya dan semakin terbina dan
berkembang potensinya. Sedangkan tugas pokok pendidik adalah mendidik dan
mengajar. Mendidik ternyata tidak semudah mengajar. Dalam proses
pembelajaran pendidik harus mampu mengilhami peserta didik melalui proses

4
belajar mengajar yang dilakukan pendidik sehingga mampu memotivasi peserta
didik mengemukakan gagasan-gagasan yang besar dari peserta didik.
Dalam konteks mengajar, pendidik mesti menyadari bahwa setiap mata
pelajaran mestinya membawa dan mengandung unsur pendidikan dan
pengajaran. Unsur pendidikan, dimaknai dapat membina dan menempa
karakter pendidik agar berjiwa jujur, bekerja secara cermat dan sistematik.
Sedangkan unsur pengajaran dimaknai untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik kepada setiap mata pelajaran yang diterimanya.
Secara khusus, bila dilihat tugas guru pendidikan agama (Islam) adalah di
samping harus dapat memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran
agama, juga diharapkan dapat membangun jiwa dan karakter keberagamaan
yang dibangun melalui pengajaran agama tersebut. Artinya tugas pokok guru
agama menurut Abuddin Nata adalah menanamkan ideologi Islam yang
sesunggunya pada jiwa anak.
Pada uraian yang lebih jelas Abuddin Nata lebih merinci bahwa tugas
pokok guru (pendidik) adalah mengajar dan mendidik. Mengajar disini
mengacu kepada pemberian pengetahuan (transfer of knowledge) dan melatih
keterampilan dalam melakukan sesuatu, sedangkan mendidik mengacu pada
upaya membina kepribadian dan karakter si anak dengan nilai-nilai tertentu,
sehingga nilai-nilai tersebut mewarnai kehidupannya dalam bentuk perilaku
dan pola hidup sebagai manusia yang berakhlak.
Apabila pendidik dilihat dalam konteks yang luas, maka tugas pendidik
bukan hanya di sekolah (madrasah) tetapi dapat juga melaksanakan tugasnya di
rumah tangga. Menurut Ahmad Tafsir, tugas mendidik di rumah tangga dapat
dilaksanakan dengan mudah, karena Tuhan (Allah) telah menciptakan
landasannya, yaitu adanya rasa cinta orang tua terhadap anaknya yang
merupakan salah satu dari fitrahnya. Rasa cinta terlihat misalnya dalam Qur‟an
surat al-Kahfi ayat 46 dan surat al-Furqan ayat 74. Cinta kepada anak-anak
telah diajarkan juga oleh Rasulullah kepada para sahabat. Seorang Baduwi
dating kepada Muhammad saw. dan bertanya, “Apakah engkau menciumi
putra-putri engkau? Kami tidak pernah menciumi anak-anak kami.” Orang

5
yang mulia itu berkata, “Apakah kamu tidak takut Allah akan mencabut kasih
sayang dari hatimu?.”(H.R Bukhari).
Ramayulis, menguraikan tugas pendidik sebagai warasat al-anbiya
(pewaris nabi), pada hakekatnya mengemban misi rahmat li al-„alamin yakni
suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-
hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Untuk
melaksanakan tugas demikian, pendidik harus bertitik tolak pada amar ma‟ruf
nahi mungkar, menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat kegiatan penyebaran
misi iman, islam dan ihsan, kekuatan yang dikembangkan oleh pendidik adalah
individualitas, sosial dan moral. Muh. Uzer Usman, menjelaskan bahwa tugas
guru (pendidik) sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berati meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa.
Pada bagian lain, Usman menyoroti tugas guru dalam bidang
kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua
kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para
siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat motivasi bagi
siswanya dalam belajar. Sedangkan tugas guru pada bagian lain adalah
terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada bidang ini
guru merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
C. Karakteristik dan kompetensi pendidik
1. Karakteristik pendidik
Adapun ciri-ciri guru ideal dalam perspektif Alquran dan Hadis adalah
sebagai berikut:
a. Jujur
Allah Swt. berfirman dalam Alquran Surat Attaubah/9:119
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” Nabi SAW
bersabda yang artinya, “Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran akan

6
menghantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan ke
surga” (H.R. Bukhori dan Muslim dari Ibnu Mas‟ud ra). Kejujuran
harus dijunjung tinggi dalam pendidikan, dan guru harus orang yang
pertama kali memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, guru
harus jujur dalam perkataan, jujur dalam bermu‟amalah, dan jujur
menyampaikan kebenaran.
Dengan contoh yang kongkret dalam penerapan kejujuran di
hadapan murid-muridnya, diharapkan anak didiknya dapat
terkondisikan untuk menjungjung tinggi kejujuran. Anak didik berusaha
untuk jujur dalam segala perbuatan, tidak mencontek dalam
menghadapi ujian, tidak memanipulasi nilai yang diperoleh, tidak
menyuap dalam segala urusan, dan mengerjakan segala kegiatan sesuai
dengan aturan yang benar. Bila jujur sudah menjadi jalan hidupnya,
menjadi habit (kebiasaan) maka diharapkan generasi mendatang akan
tumbuh menjadi generasi yang anti korupsi dan perbuatan yang
manipulatif.
b. Sabar
Firman Allah Swt. dalam Surat Al-Anfal/8:46 Artinya: “Dan
ta‟atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-
bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar.” Seorang guru harus sabar, sabar dalam pengertian
ini adalah mengerjakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan kaidah-
kaidah pembelajaran (prinsip-prinsip belajar).
Adapun menurut Pat Alexander (1992) yang termasuk prinsip of
learning adalah active learning, meaningful material, multi-sense
learning, first and last impressions, practice and reinforcement,
feedback, dan reward. Guru yang sabar adalah guru yang memahami
dan mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan
pembelajaran.

7
c. Arif dan bijaksana
Allah swt. berfirman dalam Alquran surat Ali Imran: 159 yang
artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma‟afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.” Ayat ini menceritakan tentang peristiwa yang terjadi setelah
perang uhud berlalu. Allah membimbing dan menuntun Rasulallah saw.
untuk bersikap lemah lembut kepada kaum muslimin yang melakukan
kesalahan dan pelanggaran dalam perang uhud. Sebenarnya cukup
banyak hal dalam peristiwa perang uhud yang dapat mengundang emosi
manusia untuk marah.
Namun demikian cukup banyak pula bukti yang menunjukkan
kelamahlembutan nabi saw. Beliau bermusyawarah dengan mereka
sebelum memutuskan berperang, beliau meminta usul mayoritas
mereka walau beliau sendiri kurang berkenan; beliau tidak memaki dan
mempersalahkan para pemanah yang meninggalkan markas mereka
tetapi hanya menegurnya dengan halus. Dalam ayat ini dijelaskan
bahwa ada tiga sifat penting yang harus dimiliki manusia, yang pertama
berlaku lemah lembut, tidak kasar dan tidak berhati keras. Kedua,
memberi maaf dan membuka lembaran baru. Dan yang ketiga yaitu
melaksanakan segala sesuatu dengan proses musyawarah dan apabila
musyawarah telah disepakati maka bertawakallah kepada Allah swt.
Pribadi yang arif bijaksana seperti ini sangat perlu dimiliki seorang
guru yang menginginkan anak didiknya memiliki perilaku-perilaku
yang baik menurut syariat.
Ketiga sifat di atas tentunya menunjukkan sikap seorang yang arif
dan bijaksana. Dalam konteks pendidikan guru juga harus memiliki
ketiga sifat di atas, berlaku lemah lembut, tidak kasar dan tidak berhati

8
keras, memberi maaf dan membuka lembaran baru, kemudian
melaksanakan segala sesuatu dengan proses musyawarah dan apabila
musyawarah telah disepakati maka bertawakallah kepada Allah swt.
d. Berkepribadian Baik
Allah swt. berfirman dalam Alquran surat Ali Imran: 31, yang
artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ayat ini berbicara
tentang konsep cinta hamba kepada Tuhannya. Cinta manusia kepada
Allah adalah suatu kualitas yang mengejewantahkan pada diri
seseorang yang beriman sehingga menghasilkan ketaatan kepadaNya,
penghormatan dan pengaguman dan dengan demikian dia
mementingkan Tuhannya dari selain-Nya. Dia menjadi tidak sabar dan
resah untuk tidak memandang dan memenuhi kehendakNya, dia tidak
bisa tenang bersama yang lain kecuali bersama-Nya, dia tidak
menyebut yang lain kecuali mengingatNya pula dan kenikmatan yang
dikecupnya adalah ketika menyebut-nyebut (berdzikir) sambil
memandang keindahan dan kebesaranNya. Dengan demikian seorang
guru yang memiliki kepribadian mantap adalah seorang guru yang
melaksanakan segala aktifitas keprofesiannya sebagai wujud
kecintaannya kepada sang khalik. Dengan demikian akan lahir sebuah
karya dan kinerja yang luar biasa sebagai persembahan kepada sang
yang dicinta yaitu Allah Swt.
e. Berwibawa
Allah swt. berfirman dalam Alquran surat al-Anbiya: 81, yang
artinya: “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang
sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke
negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha
Mengetahui segala sesuatu.” Ayat ini berbicara tentang keistimewaan
yang diberikan Allah kepada nabi Sulaiman as. berupa pengendalian
terhadap angin. Ini berarti bahwa nabi Sulaiman as. atas izin Allah Swt.
dapat mengendalikan angin sesuai dengan perintah dan kebutuhannya.

9
Jika misalnya beliau menghendaki bergesernya perahu-perahu yang
mengangkut barang atau pasukan, beliau berdoa kepada Allah kiranya
angin itu berhembus keras guna mendorong lajunya perahu, dan beliau
menghendaki angin segar yang berhembus sepoi, yang itupun terjadi
atas izin Allah. Atau dapat juga dikatakan bahwa angin yang
ditundukkan untuk beliau itu pada dasarnya adalah angin yang baik,
yang tidak merusak. Karena itu walaupun angin tersebut dalam keadaan
„asifah, yakni sangat kencang, ia tetap tidak memporakporandakan
sesuatu.
f. Dewasa
Allah swt. berfirman dalam Alquran surat An-Nisa ayat 58, yang
berbunyi: Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Ayat ini berbicara tentang amanah dan siapa yang berhak
menerima amanah tersebut. Wewenang seseorang yang menerima
amanah adalah orang yang sudah memiliki syarat tertentu, diantaranya:
akil baligh (dewasa), mempunyai pengetahuan tentang sesuatu bidang
yang akan diembannya, mengetahui tatacara dalam pelaksanaan
tugasnya serta mampu memutuskan yang terbaik dalam pengambilan
keputusan (kematangan berfikir). Salah satu amanah yang diembankan
kepada manusia adalah untuk menjadi seorang pendidik. Untuk seorang
yang diberikan amanah sebagai seorang pendidik maka harus memiliki
syarat sebagaimana yang diungkapkan di atas, yaitu memiliki usia yang
cukup memadai (dewasa), memiliki pengetahuan yang mendalam dan
matang serta memiliki pola berfikir yang matang.
g. Menjadi Teladan Peserta Didik dan Masyarakat
Allah swt. berfirman dalam Alquran surat Ali Imran: 104, yang
artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

10
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” Ayat ini memerintahkan orang yang beriman untuk
menempuh jalan yang berbeda dengan ahli kitab, yaitu menempuh jalan
luas dan lurus serta mengajak orang lain menempuh jalan kebajikan dan
makruf.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa perlu adanya sekolompok orang
yang dapat mengajak kepada kebaikan, menyeru kepada yang makruf
dan mencegah kepada yang munkar. Orang tersebut adalah seorang
pendidik yang beriman yang dapat menjadi tauladan bagi peserta didik
dan masyarakat melalui ucapannya (lisan), melalui karya ilmiahnya
(tulisan) dan melalui berbagai aktivitas kehidupannya serta melalui
akhlakul karimahnya. Dengan demikian pengetahuan pendidik tersebut
mendorong kepada pengalaman dan meningkatkan kualitas amal
peserta didik dan masyarakat, sedangkan pengalaman yang terlihat
dalam kenyataan hidup para pendidik merupakan guru yang mengajar
individu dan masyarakat sehingga mereka pun belajar
mengamalkannya.
h. Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri
Allah swt. berfirman dalam Alquran surat al-Hasyr: 18 -20, yang
artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka
itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka
dengan penghunipenghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah
orang-orang yang beruntung.”
Seorang pendidik yang memiliki keyakinan bahwa yang
mengevaluasi dirinya kata hati yang dilandasi iman kepada Allah swt.
Kapan pun dan dimanapun dia berada, sekalipun di tempat yang sepi

11
dan tersembunyi dari penglihatan manusia, perbuatannya selalu jujur,
baik dan benar, sebab dalam berbuat mereka akan selalu merasa
diperhatikan dan dilihat oleh Allah yang pengetahun-Nya tidak terbatas
waktu dan tempat. Dengan demikian seorang pendidik yang baik adalah
pendidik yang secara berkelanjutan terus mengevaluasi dirinya atas apa
yang ia lakukan, atas apa yang ia katakan, atas apa yang ia tuliskan, atas
apa yang ia rencanakan dan atas apa yang telah dipersembahkannya
untuk peserta didik, agama dan bangsa. Dengan demikian maka
pendidik tersebut akan memandang bahwa evaluasi diri secara
berkelanjutan merupakan wahana untuk menatap masa depan yang
lebih baik.
i. Mau dan siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
Allah swt. berfirman dalam Alquran surat Thaha: 114, yang
artinya: “Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
Ayat ini mengulas tentang seorang pendidik yang mau dan siap
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan adalah seoarang
pendidik yang berkulaitas dan bermutu dan pendidik yang secara
berkelanjutan mau mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.
Apakah pengembangan kualifikasi akademik, kompetensi, kesehatan
jasmani dan rohani serta kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan Islam dan nasional.
2. Kompetensi pendidik
a. Kompetensi kepribadian
Apa yang menjadi hakikat kompetensi kepribadian itu? Menurut
Djam‟an Satori dalam bukuya “Profesi Keguruan” menyebutkan bahwa
kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilai-niai
(Value), kepribadian (personality), sebagai elemen perilaku (behavior)
dalam kaitannya dengan (personality) yang ideal sesuai dengan bidang
pekerjaan yang dilandasi oleh latar balakang pendidikan, peningkatan

12
kemampuan dan pelatihan secara ligalitas kewenangan mengajar yang
linearitas.
b. Kompetensi sosial
Menurut D.T Amijaya kompetensi sosial seorang guru sudah
barang tentu berkaitan dengan partisipasi sosial seseorang dalam
kehidupannya sehari-hari di masyarakat di mana ia berada baik secara
formal maupun informal. Jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki
guru menurut Cece Wijaya dalam Profesi Keguruan, Djam‟an Satori dkk.
(2009:2:17) adalah sebagai berikut:
1. Teramapil berkomunikasi baik dengan siswa, maupun dengan orang
tua siswa
2. Bersikap Simpatik
3. Melakukan Kebersamaan
4. Pandai Bergaul dengan Teman Sejawat dan Mitra Pendidikan
5. Memahami Lingkungan sekitar
c. Kompetensi professional
Ada dua hal yang perlu diketahui, dipahami dan dukuasai sehubungan
dengan kompetensi professional yaitu kemampuan dasar dan
keterampilan dasar guru.
1. Penguasaan Bahan Pelajaran
Kompetensi pertama yang harus dikuasai seorang guru adalah
penguasaan bahan pelajaran. Penguasaan ini adalah landasan pokok
untuk keterampilan mengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan
menguasai bahan pelajaran adalah “kemampuan menguasai,
memahami, menganalisis, mensintesikan dan mengevaluasi sejumlah
pengetahuan keahlian yang diajarkan”.(Wijaya 1982 Profesi
Keguruan Djam‟an Saroti).
2. Pengelolaan Program Belajar Mengajar
Kemampuan mengelola program belajar mengajar mencakup
kemampuan merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal
dan menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih dan
menyusun prosedur instruksional yang tepat, kemampuan

13
melaksanakan program belajar mengajar, kemampuan mengenal
potensi (entry behavior) siswa, serta kemampuan merencanakan dan
melaksanakan pengajaran remedial.
d. Kompetensi memberi penguatan
Pemberian penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespon secara
positif suatu tingkah laku siswa yang memungkinkan tingkah laku
tersebut timbul kembali. Ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan dalam keterampilan memberi peguatan, antara lain”
1. Penguatan verbal
Penguatan veral dinyatakan dalam bentuk ujaran atau ucapan
kalimat atau kata-kata seperti: bagus sekali, tepat sekali, setuju atau
berupa kalimat: saya setuju dengan pendapatmu, silahkan lanjutkan
pendapatmu itu.
2. Penguatan non verbal
Penguatan non verbal adalah pemberian yang dilakukan tidak
dengan ujaran, penguatan non verbal ini ada beberapa macam,
seperti:
a) Acungan jempol, anggukan, senyuman.
b) Tindakan mendekati seperti: guru duduk deket siswa atau
kelompok atau berdiri disamping siswa.
c) Sentuhan, seperti: menepuk pundak siswa, menjabat tangan
siswa, mengangkat tangan siswa.
d) Tugas yang menyenangkan seperti: siswa yang berhasil
diminta memimpin kegiatan atau membantu guru
melakukan kegiatan dikelas.
e) Penguatan berupa hadiah, seperti: memberi buku tulis,
coklat atau yang lain.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam persfektif pendidikan islam pendidik adalah orang dewasa yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik yang meliputi
potensi kognitif, afektif dan psikomotorik untuk mencapai kedewasaan
jasmani dan rohani serta dapat berdiri sendiri memenuhi kewajiban sebagai
hamba Allah, makhluk sosial dan makhluk individu.
2. Tugas pendidik yaitu, sebagai instruksional (pengajar), sebagai educator
(pendidik), dan sebagai managerial (pemimpin).
3. Karakteristik pendidik ada 9 yaitu, jujur, sabar, arif dan bijaksana,
berkepribadian baik, berwibawa, dewasa, menjadi teladan bagi peserta didik
dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, mau dan siap
mengembangkan diri dan berkelanjutan.
4. Kompetensi pendidik ada 4, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, kompetensi professional, dan kompetensi memberikan penguatan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Irawan Muhamad Wahyu, 2018, Konsep Pendidik dan Peserta Didik Menurut
Abuddin Nata, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hatta M, 2018, Empat Kompetensi Dasar untuk Membangun Profesionalisme
Guru, Sidoarjo:Nizamia Learning Center
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/artcle/view/28/24

16

Anda mungkin juga menyukai