Anda di halaman 1dari 20

KONSEP PENDIDIK

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“TAFSIR DAN HADIST TARBAWI”

Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M. Ag

Tim Penyusun :
M. Alfan Fauzi (D01219034)
Wede Amelsadewi Adelia (D71219088)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

‫ميحرلا نمحرلا هللا‬ ‫بسم‬


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“KONSEP PENDIDIK” ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Yusam Thobroni,
M. Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Profil Tenaga Pendidik yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang telah kami pelajari, juga diucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan selalu kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 08 April 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 4
A. Konsep Pendidik .......................................................................................... 4
B. Macam-macam dalil al-Qur‟an tentang pendidik ......................................... 6
C. Konsep Pendidik menurut hadist Rosululloh ............................................... 7
D. Tafsir dan Syarah hadist konsep pendidik .................................................. 12
BAB III KESIMPULAN .......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, guru merupakan salah satu elemen kunci
dalam sistem pendidikan. Apabila interaksi antara guru dengan peserta
didik tidak berjalan dengan baik atau tidak berkualitas, maka semua
komponen lain mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, biaya dan
sebagainya tidak akan banyak berarti dalam suatu pendidikan. Begitu
pentingnya peran guru dalam dalam mentranformasikan input-input
pendidikan, sampai-sampai banyak ahli yang menyatakan bahwa, tidak
akan ada perubahan atau peningkatan kualitas tanpa adanya perubahan
peningkatan kualitas seorang guru.1
Tuntunan Islam sangat menekankan akan urgensi pendidikan bagi
umat manusia. Pada hakikatnya pendidikan sebagai jalan satu-satunya
menuju kehidupan yang tentram dan damai baik di dunia juga di akhirat.
Bagaimana manusia akan tentram di dunia apabila ia tidak mengetahui
ilmu-ilmu dunia? begitu juga untuk memperoleh kedamaian di akhirat
harus mengetahui jalan menuju kedamaian akhirat. Untuk mengetahui
kedua jalan tersebut harus menggunakan kendaraan ilmu, berupa
Pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana potensial menuju keharibaan Tuhan.
Keberhasilan sebuah pendidikan tidak akan terlepas oleh profesionalisme
pendidik yang menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Bila dalam Al-
Qur‟an Allah menjadi subyek sebagai pendidik alam semesta tentunya hal
itu sebagai gambaran bagi manusia untuk bisa mengaplikasikan ajaran
langit dengan menggunakan bahasa yang membumi. Dengan demikian
diharapkan bagaimana Allah sebagai pendidik “menjadi integral dengan
manusia sebagai pendidik”, sehingga pendidikan yang ideal menurut Al-
Qur‟an menjadi realistis di muka bumi ini. Keberhasilan Allah sebagai

1
Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru (Direktorat Tenaga Kependidikan:
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan, 2008), 1.

1
pendidik alam raya menjadi manefestasi manusia untuk meraih kesuksesan
“yang serupa”.
Dalam pendidikan, faktor pendidik merupakan salah satu aspek
terpenting. Guru sebagai pendidik merupakan suatu amanah yang sangat
berat untuk dilaksanakan, karena guru harus bisa membimbing dan
mengarahkan peserta didiknya ke arah yang lebih baik, terhadap semua
aspek yang ada pada peserta didik baik kognitif, afektif, maupun
psikomotoriknya.2
Seorang guru mengemban amanah sebagai pendidik dengan baik,
apabila ia mengerti akan berbagai teori yang menyangkut dirinya yang
bertugas sebagai guru. Banyak sekali guru yang hanya mentransfer materi
ajar kepada murid, guru jenis ini tidak dapat disebut pendidik. Guru belum
tentu disebut pendidik, namun pendidik sudah tentu seorang guru.
Dalam al-Quran dan Hadist banyak makna yang terkandung didalamnya
mengenai hakikat seorang pendidik. Allah SWT., mengajarkan dan
menunjukan kepada manusia bagaimana caranya menjadi seorang
pendidik yang sesunggunya. Dengan melalui petunjuk al-Qur‟an dan
Hadist, akan menciptakan seorang pendidik yang baik, amanah dan
nantinya mampu memberi suri tauladan yang baik untuk anak didiknya
dan menjadikan anak didik berbudi pekerti yang luhur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah, beberapa rumusan
masalah yang penulis dapatkan yakni :
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Pendidik ?
2. Apa saja dalil al-Qu‟an mengenai pendidik ?
3. Bagaimana dengan konsep pendidik menurut Rosululloh ?
4. Bagaimana dengan tafsir dan syarah hadist mengenai pendidik?

2
Ahmad Syafi‟I, Konsep Pendidik Dalam Perspektif Al-Quran Dan Hadis, Qiro‟ah, Vol. 1. No.1,
Juni 2018, 2.

2
C. Tujuan Masalah
Setelah melihat rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi pengertian konsep pendidik
2. Untuk mengidentifikasi dalil-dalil al-Qur‟an menegani pendidik.
3. Mendefinisikan konsep pendidik menurut Rosululloh
4. Mendefinisikan tafsir dan syarah hadist mengenai konsep pendidik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidik
Kata pendidik berasal dari didik, artinya memelihara, merawat dan
memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang
diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya)
selanjutnya dengan menambahkan awalan pe- hingga menjadi pendidik,
artinya orang yang mendidik. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
pendidik artinya orang yang mendidik. Secara etimologi dalam bahasa Inggris
ada beberapa kata yang berdekatan arti pendidik seperti kata teacher artinya
pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, di pusat-pusat pelatihan disebut
sebagai trainer atau instruktur.3
Demikian pula dalam bahasa Arab seperti kata al-mu’alim (guru),
murabbi (mendidik), mudarris (pengajar) dan uztadz. Secara terminology
beberapa pakar pendidikan berpendapat, Menurut Ahmad Tafsir, bahwa
pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik dengan upaya . mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa). Sedangkan Abdul Mujib mengemukakan bahwa
pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang
memberikansantapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan prilakunya yang buruk. Pendidik dapat pula berarti orang
bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kematangan aspek rohani dan
jasmani anak. Secara umum dijelaskan pula oleh Maragustam Siregar, yakni
orang yang memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
lain-lain baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah.4
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidik
dalam Islam adalah orang yang mempunyai tanggung jawab dan
3
M. Ramli, Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik, Jurnal Tarbiyah Islamiyah, Vol. 5, No. 1,
Januari-Juni 2015. 62.
4
Ibid., 63.

4
mempengaruhi jiwa serta rohani seseorang yakni dari segi pertumbuhan
jasmaniah, pengetahuan, keterampilan, serta aspek spiritual dalam upaya
perkembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut sesuai
dengan prinsip dan nilai ajaran Islam sehingga menjadi insan yang
berakhlakul karimah.
Berdasarkan pendapat para ahli sungguh banyak fungsi guru yang
diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah yang
menerjunkan diri menjadi guru. Semua fungsi yang diharapkan dari guru
seperti diuraikan dibawah ini, sebagai:
1. Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana
nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul
dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah
anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum
anak didik masuk sekolah.
2. Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan
belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik.
Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar
yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari teori-teori belajar,
dari penaglaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar
yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan
masalah yang dihadapi anak didik.
3. Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu
pengeahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap
mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi
yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah
racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif,
penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan bahan yang
akan diberikan kepada anak didik.
4. Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru.
Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan
akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik

5
dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai
efektivitas dan efesiensi belajar pada diri anak didik.
5. Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah
dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat
menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas
belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Peranan guru sebagai
motivator sangat penting dalam intrkasi edukatif. karena menyangkut
esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan kemahiran sosial,
menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.
6. Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi
pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan pengajaran. proses intraksi
edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.
7. Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan
belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap,
meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang memadai
akan menyebabkan anak didik malas belajar.
8. Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua
peranan yang telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing.
Peranan ini harus lebih dipentingkan. Karena kehadiran guru di sekolah
adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa. Tanpa
bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi
perkembangan dirinya.
B. Dalil Al-Qur’an tentang Pendidik
1. Mengajar (Mu’allim) adalah tugas seorang pendidik atau guru.
QS. Ar-Rahman : 2-4 :

ِْ ‫علَّم الْ ُقراٰ ََۗن خلَق‬


‫اْلنْ َسا َن َعلَّ َمهُ الْبَ يَا َن‬ َ َ ْ ََ
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia menciptakan manusia.
mengajarnya pandai berbicara.

6
2. Membimbing atau menyuluh adalah tugas seorang pendidik atau
guru dalam memberikan kejelasan dan petunjuk
(QS. An-Nahl : 43) :

‫اسَلُْْٓوا اَ ْه َل ال ِّذ ْك ِر اِ ْن ُكْن تُ ْم َْل تَ ْعلَ ُم ْو َن‬ ِ ِ ِ ِ‫ومآْ اَرس ْلنا ِمن قَبل‬
ْ َ‫ك اَّْل ِر َج ااْل ن ُّْوح ْْٓي الَْي ِه ْم ف‬
َ ْ ْ َ َ ْ ََ
Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan
orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,

3. Pentingnya mengajarkan pendidikan syariat kepada anak didik.


(QS. Luqman : 17)

‫ك ِم ْن َع ْزِم‬ ِ‫ف وانْه ع ِن الْمْن َك ِر واصِِب ع ٰلى مآْ اَصاب َۗك اِ َّن ٰذل‬
ِ َّ ‫َن اَقِ ِم‬
َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ َ َ َ ‫الص ٰلوةَ َوأْ ُم ْر ِِبلْ َم ْع ُرْو‬ ََّ ُ‫يٰ ب‬
‫ْاْلُُم ْوِر‬
Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat
yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu
termasuk perkara yang penting.

C. Istilah pendidik berdasarkan tinjauan hadist


Sosok Rasulullah sebagai pendidik ideal dapat dilihat dari
profil Rasulullah sebagai Murabbi, Muallim, Mudarris, Muzakki, Mursyid,
Mudarris dan Mutli.5
1. Rosululloh sebagai Murobbi
Dalam konsep murabbi sebagai pendidik ia berusaha untuk
mencontoh sifat-sifat tuhan, sehingga muncul sifat-sifat yang baik
pada diri seorang pendidik. Keberadaan murabbi di samping
mengaplikasikan sika-sikap terpuji tersebut ia juga berkewajiban
mengajarkn sifat-sifat terpuji kepada peserta didik. Keberadaan
murabbi di samping mengaplikasikan sifat-sifat terpuji tersebut, ia

5
Samsul nizar dan zainal efendi hasibuan, Hadis Tarbawi (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), 117.

7
juga berkewajban mengajarkan sifat-sifat terpuji itu kepada peserta
didik.6
Peranan murabbi sebagai pendidik memiliki cakupan yang
sangat luas. Pendidik bertanggung jawab memelihara dan
melestarika aspek jasmani dan ruhani anak agar tetap terus
berkembang.
2. Rosululloh sebagai Mu’allim
Dalam pendidikan islam istilah pendidikan yang kedua setelah
tarbiyah adalah ta‟alim. Dalam buku Samsul Nizar dkk menurut Rasyid
Rida mengartikan Al-Ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu. Hal ini sesuai dengan firman alalh
dalam surah al-baqarah/2:151.
ِ ِْ ‫َكمآْ اَرس ْلنَا فِي ُكم رسواْل ِمْن ُكم ي ْت لُوا علَي ُكم اٰ ٰيتِنَا وي َزّكِي ُكم وي علِّم ُكم الْ ِكتٰب و‬
ْ‫ْمةَ َويُ َعلّ ُم ُك ْم َّما ََل‬
َ ‫اْلك‬ َ َ ُ ُ ََُ ْ ْ َُ ْ ْ َ ْ َ ْ ّ ُْ َ ْ ْ َ ْ َ
َۗ
‫تَ ُك ْونُ ْوا تَ ْعلَ ُم ْو َن‬

Artinya: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul


(Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami,
menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan
Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”

Berdasarkan ayat diatas muallim adalah orang yang


mampu mengkontruksikan bangunan ilmu secara sistematis dalam
pemikiran peserta didik dalam bentuk ide wawasan, kecakapan, dan
sebagainya yang ada kaitannya dengan hakekat sesuatu. Samsul Nizar
dan Zainal Efendi Hasibuan (2011: 119).
Istilah muallim dalam hadis adalah istilah yang paling sering
digunakan untuk gelar atau sebutan bagi pendidik. Disamping itu
istilah muallim sebagai pendidik juga terdapat kata-kata allim dan
ulama. Adapun hadis yang dikutip Samsul Nizar dan Zainal Efendi
Hasibuan (2011: 120) dalam Abi Isa Muhammad Ibn Isa Ibn Surat al-
tarmizi mengatakan muallim sebagai berikut:

6
Ibid.

8
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan ahli ilmu atas
ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah
di antara kalian." Setelah itu beliau melanjutkan, "Sesungguhnya Allah,
para malaikat, para penduduk langit dan bumi, bahkan semut di
lubangnya, dan para ikan mendoakan pengajar kebaikan pada manusia."
(HR At-Turmidzi).
Hal ini membicarakan tentang keutamaan yang dimiliki
muallim yaitu keutamaan atas abid (orang yang sering ibadah
tanpa ilmu yang memada). Kemudian allah beserta ciptaanya
akan bershalawat kepada muallim yang mengajarkan kebaikan.
Muallim yang mendapat kebaikan adalah pendidik manusia yang
cukum berkompetensi dalam bidangnya dan mampu mengamalkan
ilmu-ilmunya.
3. Rosululloh sebagai Mu’addib
Muaddib artinya mendidik atau pendidik yang asal katanya adalah
adaba. Adab dalam kehidupan sehari hari sering diartikan tata krama,
sopan santun, akhlak,dan budi pekerti.
Sebagai pendidik dalam penddiikan isla memainkan perannya
sebagi berikut: (1) muaddib sebagi pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap bimbingan , pendidikan pesera didik agar
bertingkah laku, berbudi pekerti dan beradab sesuai ketentuan di
masyarakat. (2) Al-quran sebagai ma‟dabah atau hidangan yang menjadi
sumber adab dan tingkah laku. (3) muaddib adalah orang yang
semestinya bisa menajadi contoh teladan bagi peserta didik. (4)
melaksanakan fungsi muaddib dalam membina adab anak lbih utama dari
bersedekah. (5) sebelum melaksanakan tugasnya sebagai muadib, maka
terlebih dahulu ia mengamalkan adab dan tingkah laku terpuji. (Samsul
Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, 2011: 126).
4. Rosululloh sebagai Mudarris
Muhaimin mengatakan dalam buku Samsul Nizar (2011: 127),
Secara terminologi mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan

9
intelektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan
keahlian secara berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan peserta
didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Adapun hadis yang dikutip Samsul Nizar dan Zainal Efendi
Hasibuan (2011: 128) dalam Abu Daud Sulaiman Ibn Al-Asy‟ats Ibn
Syadad Ibn Umar Ibn Amir, Shahih Sunan Abu Daud: Maktabah Al
Tarbiyah Liduwali Al-Khalij No Hadis 3112 mengatakan mudarris
sebagai berikut:
Dari Ummu Salamat Dari Nabi Muhammad saw terhadap
hadis ini keduanya perpegang teguh terhadap warisan dan sesuatu
yang telah dipelajari, maka Rasulullah saw bersada,
sesungguhnya aku memutuskan di antara kamu menurut pendapatku
terhadap apa yang tidak diturunkan atasku padanya.
Berdasarkan hadis di atas, konsep mudarris sebagai pendidik
memiliki makna yang mendalam diantaranya: (1) mudarris adalah
orang yang memiliki profesionalitas untuk mengembangkan potensi
peserta didik. (2) mudarris mampu menciptakan suasana yang
harmonis. (3) mudarris mampu menciptakan kerja sama diantara
pelajar untuk memperdalam ilmu pengetahuan. (4) mudarris
mampu mengelola dan memilih materi pelajaran dan menyajikan
kepada peserta didik dengan baik. (5) mudarris adalah orang yang
sering menelaah Alquran, Karena Alquran adalah suatu mukjizat
yang banyak mengandung nilai-nilai pendidikan. Maka dari itu
sorang pendidik harus memiliki ke lima konsep itu agar pendidikan
lebih berkualitas yang berlandaskan Alquran dan sunah Rasulullah
SAW.
5. Rosululloh sebagai Mursyid
Mursyid secara terminologi adalah satu sebutan pendidik atau
guru dalam pendidikan islam yang bertugas untuk membimbing peserta
didik agar ia mampu menggunakan akal pikirannya secara tepat,

10
sehingga ia mencapai keinsyafan dan kesadaran tentang hakekat
sesuatu atau mencapai kedewaaan berpikir.7 Mursyid berkedudukan
sebagai pemimpin, penunjuk jalan, pengarah, bagi peserta didik agar ia
memperoleh jalan yang lurus.
6. Rosululloh sebagai Multi
Tidak terdapat kata multi dalam hadis rasulullah. Akan tetapi ada
akar katanya yang sama dengan multi yaitu talla yang artinya
membaca. Multi secara etimologi berarti adalah orang yang
membacakan sesuatu kepada orang lain. apabila dihubungkan denga
konsep pendidikan islam adalah seseorang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik, terutama yang
berhubungan dengan kemampuan membaca baik secara lisan ataupun
tertulis serta mampu memahami dan menterjemahkannya dalam
kehidupannya. Secara ringkas multi adalah pendidik yang mengajarkan
kepada peserta didik keterampilan membaca.
7. Rosululloh sebagai Muzakki
Istilah muzakki adalah orang yang membersihkan mensucikan
sesuatu agar ia menjadi bersih dan suci terhindar dari kotoran. Apabila
dikaitkan dengan pendidikan islam, maka muzaki adalah pendidik
yang bertanggung jawab untuk memelihara, membimbing dan
mengembangkan fitrah peserta didik agar ia selalu berada dalam
kondisi suci dalam keadaan taat kepada allah terhindar dari
perbuatan tercela.8
Suatu bangsa akan maju jika pendidikan dalam negeri tersebut
berkualitas dan pendidik hanya akan maju dengan pendidik
berkualitas. Pendidik sebagai muzakki adalah pribadi yang senantiasa
menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan tercela. Muzakki mempunyai
tugas utama yaitu tetap menjaga kesucian jiwa anak dengan cara
mengarahkan dan membimbing sehingga kebal terhadap pengaruh
negatif baik dari lingkungan eksternal maupun internal.

7
Ibid, 131.
8
Ibid, 133.

11
Hal ini didasarkan dari hadis Rasulullah yang dikutip Samsul
Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan dari kitab Muhammad Ibn Yazid
Al- Qazwaini, Barnamij Sunan Ibn Majah No Hadis 3722, yang
berbunyi:
‫ حدثنا أبو بكر حدثنا غندر عن شعبة عن عطاء بن أيب ميمونة قال مسعت‬:٢٢٣٣ ‫سنن ابن ماجه‬

‫أن زينب كان اسمها برة فقيل لها تزكي نفسها فسماها رسول هللا صلى هللا‬ ‫أِب رافع حيدث عن أيب هريرة‬
‫عليه وسلم زينب‬
Sunan Ibnu Majah 3722: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu'bah dari 'Atha` bin
Abu Maimunah dia berkata: saya mendengar Abu Rafi' bercerita dari Abu
Hurairah bahwa “Zainab dulunya bernama Barrah, maka di katakan
kepadanya supaya dia menyucikan diri, setelah itu Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menamainya dengan Zainab."9
Apabila hadis tersebut dikaitkan dengan konsep muzakki,
sebagai pendidik, untuk mensukseskan pendidikan pendidik tidak boleh
memberikan kata- kata yang dapat mematahkan semangat peserta
didik, seperti penyebutan gelar yang tidak sepantasnya bagi peserta
didik.10

D. Tafsir dan syarah Hadist tentang Pendidik


1. Tafsir Surah Ar-Rahman ayat 2-4. (Tugas seorang pendidik adalah
mengajar (Mu’allim))
Patron kata allama/ mengajarkan memerlukan dua objek. Banyak
ulama yang menyebut objeknya adalah kata al-insan/manusia yang
diisyaratkan oleh ayat berikut. Thabathaba‟i menambahkan bahwa jin
juga termasuk, karena surah ini ditujukan kepada manusia dan jin. Hemat
penulis, bisa saja objeknya mencakup selain kedua jenis tersebut. Di sisi
lain, tidak disebutkannya objek kedua dari kata tersebut, mengisyaratkan
bahwa ia bersifat umum dan mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkau oleh pengajaran-Nya.

9
Sunan Ibnu Majah dalam aplikasi Hadis Soft No. 3722.
10
Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, ..., 128.

12
Kata Al-Bayan bukan hanya bermakna potensi mengungkapkan
sesuatu, tetapi juga bahwa Allah Yang Maha Esa mcnjadikan manusia —
dengan mengilhaminya — mampu memahami makna-suara yang keluar
itu, yang dengannya dia dapat menghadirkan sesuatu dari alam nyata ini,
betapapun besar atau kecilnya, yang wujud atau tidak wujud, yang
berkaitan dengan masa lampau atau datang, juga menghadirkan dalam
benaknya hal-hal yang Bersifat abstrak yang dapat dijangkau oleh
manusia dengan pikirannya walau tidak dapat dijangkau oleh indranya.
Itu semua dihadirkan oleh manusia kepada pendengar dan ditampilkan ke
indranya seakan-akan pendengar itu melihatnya dengan mata kepala.11
kata ‘allama/ mengajar tidak selalu dalam bentuk mendiktekan
sesuatu atau menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat juga dalam
arti mengasah potensi yang dimiliki peserta didik sehingga pada akhirnya
potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.
2. Tafsir Surah An-Nahl ayat 43. (Tugas seorang pendidik sebagai
pembimbing atau penyuluh (memberikan petunjuk dan
penjelasan)).
Kata ahl adz-Dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam
arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang
yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para rasul yang
diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh
berpihak pada informasi al-Qur‟an sebab mereka juga termasuk yang
tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan para
rasul, mereka akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti
sejarawan, baik muslim ataupun non muslim.12
Kata in / jika pada ayat di atas yang biasanya digunakan menyangkut
sesuatu yang tidak pasti atau diragukan, mengisyaratkan bahwa persoalan
yang dipaparkan oleh Nabi saw. dan al-Qur‟an sudah demikian jelas,
sehingga diragukan adanya ketidaktahuan, dan dengan demikian

11
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jilid 13 (Tangerang: Lentera Hati, 2005), 493.
12
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jilid 07 (Tangerang: Lentera Hati, 2005), 43.

13
penolakan yang dilakukan kaum musyrikin itu bukan lahir dari
ketidaktahuan, tetapi dari sikap keras kepala. Walaupun penggalan ayat
ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan, serta siapa yang
ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat umum,
maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang
tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun yang tahu
dan tidak tertuduh objektivitasnya.
Di sisi lain, perintah untuk bertanya kepada ahl al-Kitab - yang
dalam ayat ini mereka digelari ahl adz-Dzikr - menyangkut apa yang tidak
diketahui, selama mereka dinilai berpengetahuan dan objektif,
menunjukkan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan.
Memang seperti sabda Nabi saw.: „„Hikmah adalah sesuatu yang
didambakan seorang mukmin, di mana pun dia menemukannya, maka dia
yang lebih wajar mengambilnya.” Demikian juga dengan ungkapan yang
populer dinilai sebagai sabda Nabi saw. walaupun bukan, yaitu:
“Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina.” Itu semua merupakan landasan
untuk menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan Islam bersifat universal,
terbuka, serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan oleh dan untuk
kemaslahatan seluruh manusia.
3. Tafsir Surah Luqman ayat 17. (Pentingnya mengajarkan pendidikan
syariat kepada anak didik).
Nasihat Luqman di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan
denganamal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal
kebajikan yang tercermin dalam amr ma'ruf dan nahi munkar, juga
nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu
sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan ma'ruf, mengandung pesan
untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri
sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran,
menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu
agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan
anaknya melaksanakan ma'ruf dan menjauhi mungkar, tetapi

14
memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak
melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa
kepemimpinan serta kepedulian sosial.
Ma'ruf adalah “Yang baik menurut pandangan umum suatu
masyarakat dan telah mereka kenal luas”, selama sejalan dengan al-khair
(kebajikan), yaitu nilai-nilai Ilahi. Mungkar adalah sesuatu yang dinilai
buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.
Ma'ruf, karena telah merupakan kesepakatan umum,
masyarakat,maka sewajarnya ia diperintahkan. Sebaliknya dengan
mungkar yang juga telah menjadi kesepakatan bersama, ia perlu dicegah
demi menjaga keutuhan masyarakat dan keharmonisannya. Di sisi lain,
karena keduanya merupakan kesepakatan umum masyarakat maka ia bisa
berbeda antara satu masyarakat muslim dengan masyarakat muslim yang
lain, bahkan bisa berbeda antara satu waktu dan waktu yang lain dalam
satu wilayah/masyarakat tertentu.13

13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jilid 11 (Tangerang: Lentera Hati, 2005), 137.

15
BAB III
KESIMPULAN

Pendidik dalam Islam adalah orang yang mempunyai tanggung jawab


dan mempengaruhi jiwa serta rohani seseorang yakni dari segi pertumbuhan
jasmaniah, pengetahuan, keterampilan, serta aspek spiritual dalam upaya
perkembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut sesuai
dengan prinsip dan nilai ajaran Islam sehingga menjadi insan yang
berakhlakul karimah. Fungsi guru yang diperlukan dari guru sebagai
pendidik, atau siapa saja yang telah yang menerjunkan diri menjadi guru.
Antara lain: sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator,
inisiator, fasilitator, dan pembimbing.
Sosok Rasulullah sebagai pendidik ideal dapat dilihat dari
profil Rasulullah sebagai Murabbi, Muallim, Mudarris, Muzakki, Mursyid,
Mudarris dan Mutli.
Kata ‘allama/ mengajar tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu
atau menyampaikan suatu kata juga ide, tetapi dapat juga dalam arti
mengasah potensi yang dimiliki peserta didik sehingga pada akhirnya potensi
itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan. Kata ahl adz-Dzikr pada
ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka agama Yahudi
dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi informasi
tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Ma'ruf adalah “Yang baik
menurut pandangan umum suatu masyarakat dan telah mereka kenal luas”,
selama sejalan dengan al-khair (kebajikan), yaitu nilai-nilai Ilahi. Mungkar
adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan
nilai-nilai Ilahi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru, Direktorat Tenaga


Kependidikan: Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
kependidikan, 2008.

Hasibuan, Samsul Nizar dan Zainal Efendi. Hadis Tarbawi, Jakarta: Kalam
Mulia, 2011.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jilid 7, 11, 13, Tangerang: Lentera Hati,
2005.

Ramli, M. Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik, Jurnal Tarbiyah Islamiyah, Vol.
5, No. 1, Januari-Juni 2015.

Sunan Ibnu Majah dalam aplikasi Hadis Soft No. 3722.

Syafi‟I, Ahmad. Konsep Pendidik Dalam Perspektif Al-Quran Dan Hadis,


Qiro’ah, Vol. 1. No.1, Juni 2018, 2.

17

Anda mungkin juga menyukai