Disusun Oleh :
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TNGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN
SEMARANG 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1
BAB 1 ........................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
A. Latar Belakang..................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5
PENUTUP ................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran........................................................................................................... 20
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah pengembangan akal manusia dan penata kehidupan
dalam tingkah laku serta emosional dalam agama islam yang berdasarkan Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi sumber dasar Agama Islam. Selain
mempunyai tujuan keilmuan, Pendidikan Islam juga mempunyai tujuan untuk
menjadikan manusia sebagai pemimpin yang dapat melaksanakan tugasnya
sebagai kholifah fil ard dengan baik dan tidak menyalahi Qodratnya sebagai
makhluk tuhan yang sempurna dengan akalnya.
Pendidikan islam sebagai disiplin ilmu tentunya tidak menutup mata bahwa
pendidikan yang terjadi pada zaman ini yang sering disebut sebagai zaman
milenial masih jauh dari yang kita harapkan. Kita berharap bahwa Pendidikan
Islam di Indonesia mampu menghasilkan pendidikan yang lebih baik dan mampu
mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik, namun hal tersebut
belum terealisasikan dengan baik sesuai harapan. Tentu itu semua karena adanya
factor-faktor penyebab yang menghambat dari kemajuan sebuah pendidikan,
seperti hal nya Prinsip-prinsip yang kita acuhkan, padahal Prinsip itu sendiri
sebagai dasar yang menguatkan yaitu sebagai pondasi untuk bekal tercapainya
sebuah tujuan. Namun banyak dari kita yang mengabaikan dan menjadikan prinsip
hanya sebagai formalitas saja, padahal prinsip itu sangat penting dan urgent
didalam Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam
1. Pengertian secara Etimologi
Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah,
ta’lim, ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris.1 Masing-masing istilah tersebut
memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semua disebut secara
bersamaan. Namun, semuanya memiliki makna yang sama jika disebut salah
satunya. Selanjutnya dalam makalah ini hanya dijelaskan mengenai tarbiyah,
ta’lim, dan ta’dib.
Menurut Ahmad D. Marimba istilah tarbiyah memiliki banyak arti, akan tetapi
pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara,
merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.2 Sementara Fahr
al-Razi, istilah rabbayaani tidak hanya mencakup ranah kognitif, tapi juga afektif3
dan Syed Quthub menafsirkan istilah tersebut sebagai pemeliharaan jasmani anak
dan menumbuhkan kematangan mentalnya.4 Dengan demikian tarbiyah
mencakup tiga domain pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor, serta
dua aspek pendidikan, yaitu jasmani dan rohani.
Istilah tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan5, yaitu: (1) Memelihara
dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh). (2) Mengembangkan
seluruh potensi menuju kesempurnaan. (3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan. (4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
1
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. 2, Jakarta: Kencana,
2008, hlm. 10
2
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009,
hlm. 84
3
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 12
4
Ibid.
5
Ramayulis dan Samsul Nizar, Loc. Cit
6
6
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 18
7
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 85
8
Syaamil Al-Qur’an Terjemah Per-Kata, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an
Departemen Agama Republik Indonesia, Bandung: Haekal Media Centre, 2009, hlm. 23
9
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 19
10
Ibid, hlm. 20
7
pembimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam
tatanan wujud dan kepribadiannya.11
Ketiga konsep yang telah dikemukakan, masing-masing memiliki peluang
yang sama untuk dijadikan istilah pendidikan. Al-Abrasyi berpandapat bahwa
tarbiyah lebih patut dijadikan istilah pendidikan karena domainnya luas.
Sedangkan Fatah Jalal menitikberatkan pada ta’lim karena berpandangan pada
fase subjek pendidikan. Sementara Al-Attas lebih memfokuskan pandangannya
pada ta’dib karena tujuan hakiki pendidikan Islam. Maka dalam makalah ini kami
mengambil istilah tarbiyah karena dalam khazanah literatur keislaman, istilah
tarbiyah lebih populer dan sering digunakan oleh para ahli dalam penyebutan
pendidikan Islam.
11
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 87
12
Uraian dalam sub subbab ini di ringkas –tanpa menghilangkan definisi yang telah
diutarakan oleh para ahli- dari Abdul Mujib dan Ahmad Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,
cet. 2, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 25-29
8
13
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 95
14
Ibid.
15
Ibid.
9
Hasan Langgulung yang dikutip oleh Abdul Mujib16 memperluas lagi sumber
pendidikan Islam terdiri dari atas enam macam, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah,
kata-kata sahabat (madzhab shahabi), kemaslahatan umat/sosial (mashalil al-
mursalah), tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘uruf), dan hasil pemikiran
para ahli dalam Islam (ijtihad). Hal ini berarti, semua perangkat pendidikan Islam
haruslah ditegakkan di atas ajaran Islam, baik pendidikan, teori maupun praktek.
Telah disebutkan bahwa dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional
yang dijadikan untuk merealisasikan dasar ideal/sumber pendidikan Islam.
Menurut Abdul Mujib,17 dasar operasional pendidikan Islam ada tujuh macam,
yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis, filosofis,
dan Agama. Beliau menambahkan dasar ketujuh, karena menurutnya dasar kesatu
hingga keenam bersifat sekuler. Sebab, dasar operasional segala sesuatu adalah
agama, karena agama menjadi frame bagi aktivitas yang bernuansa keislaman.
Dengan agama maka semua aktivitas kependidikan menjadi bermakna, mewarnai
dasar lain, dan bernilai ubudiyah.18
Pertama dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman
pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun
peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih
baik.
Kedua dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosio-
budaya, yang mana sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan yang
berfungsi sebagai tolok ukur dalam prestasi belajar. Artinya, tinggi
rendahnya suatu pendidikan dapat diukur dari tingkat relevansi output
pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Ketiga dasar ekonomi adalah yang memberikan perspektif tentang potensi-
potensi finansial, menggali dan mengatur sumber-sumber, serta
bertanggungjawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaannya.
16
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 31-32
17
Ibid, hlm. 44
18
Ibid.
10
19
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 95-97
11
20
Ibid, hlm. 97-104
12
21
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 73-74
13
1) Ilmu
Ilmu merupakan padanan kata bahasa Inggris science, atau scienta (bahasa
Latin). Kata kerja bahasa Latin adalah scire, yang artinya tahu atau mengetahui.
Kata ini harus dengan pengetahuan (knowledge). Seperti dijelaskan di atas, ilmu
bukannya sekedar pengetahuan melainkan scientific knowledge.
Ada banyak definisi ilmu, namun disini dikemukakan definisi ilmu menurut Jhon
G. Kemeny yang dikutip oleh J. B. Blikololong, yaitu all knowledge collected by
means of the scientific method (semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan
metode ilmiah). Jadi, ilmu adalah pengetahuan sistematis.23
22
J. B. Blikololong, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, seri diktat kuliah, Universitas
Gunadarma, tt., hlm. 36
23
Ibid, hlm. 37
14
24
Ibid, hlm. 38-41
25
Ibid.
15
berbeda dengan pengetahuan karena ciri sistematis, dan berbeda dengan filsafat
karena ciri empirisnya. Ciri sistematis berarti bahwa kumpulan pengetahuan-
pengetahuan itu memiliki hubungan-hubungan ketergantungan dan teratur. Ciri
obyektif ilmu berarti bahwa pengetahuan ilmiah bebas dari prasangka
perseorangan (personal bias) dan pamrih pribadi. Ilmu harus berisi data yang
menggambarkan secara tepat gejala-gejala. Ilmu berciri analitis artinya ilmu
melakukan pemilihan-pemilihan atas pokok soal ke dalam bagian-bagian untuk
mengetahui sifat dan hubungan bagian-bagian tersebut. Ciri verifikatif ilmu
berarti bahwa tujuan yang ingin dicapai ilmu ialah kebenaran ilmiah. Kebenaran
ini dapat berupa kaidah-kaidah atau azas-azas yang universal. Dengan demikian,
manusia dapat membuat ramalan dan menguasai alam. Abu Ahmadi
menyebutkan bahwa sebuah pengetahuan disebut ilmu harus memenuhi beberapa
syarat, yaitu: (1) obyek formal sendiri; (2) metode penelitian; (3) sistematika
uraian.26
2) Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam memenuhi syarat sebagai Disiplin Ilmu
Sebagaimana disebutkan, bahwa ilmu harus mempunyai syarat-syarat adanya
obyek formal, metode penelitian dan sistematika. Adakah ketiga syarat tersebut
terpenuhi oleh prinsip-prinsip pendidikan Islam?
1) Obyek material dan obyek formal
Pendidikan Islam merupakan aktivitas antara pendidik dan peserta didik, yaitu
dengan melalui proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada
peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan,
pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan
kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
Peserta didik adalah manusia, berarti obyek material pendidikan Islam adalah
manusia. Tetapi manusia juga digunakan menjadi obyek oleh ilmu-ilmu lain.
Peserta didik dalam pendidikan Islam lebih rinci dijelaskan. Ramayulis27
berpandangan bahwa manusia tersusun atas dua unsur, yaitu roh dan jasad.
26
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, cet. 2, Jakarta: Rineka Cipta, 2003,
hlm. 79
27
Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, hlm. 98
16
28
Abdul Mujib dan Ahmad Mudzakkir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, cet. 3, Jakarta:
Raja Grafindo, 2002, hlm. 39
29
Lihat catatan kaki Abdul Mujib dan Ahmad Mudzakkir dalam Nuansa-Nuansa
Psikologi Islam, cet. 3, Jakarta: Raja Grafindo, 2002, hlm. 39
30
Muzayyin Arifin, Ed. A. Syai’I, Kapita Selekta Pendidikan Islam Edisi Revisi, cet. 6,
Jakarta: Bumi Aksara, 2014, hlm. 22-23
17
Begitu rincinya Islam memperhatikan manusia dan dengan kata lain obyek
formal pendidikan Islam adalah proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai
Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan,
pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai
keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
2) Metode penelitian
Banyak metode ilmiah yang dipergunakan dalam pendidikan Islam.
Metode-metode yang digunakannya dapat dipertanggungjawabkan, dapat
dikontrol dan dapat dibuktikan kebenarannya, baik metode pengumpulan
keterangan atau data maupun metode penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan sama halnya dengan metode
pendidikan, yaitu metode angket, metode test, metode interview, metode
observasi, dan lain-lain. Metode penelitian misalnya adalah metode
eksperimen yang digunakan untuk menyelidiki dalam bidang pengajaran,
sistem pendidikan Islam dan lain-lain. Dalam menganalisa data digunakan
metode kualitatif dan metode kuantitatif sesuai dengan sifat datanya. Abdul
Mujib menyebutkan langkah-langkah yang ditempuh pendidik sebelum
pembuatan metode pendidikan Islam adalah memperhatikan persiapan
mengajar (lesson plan) yang meliputi pemahaman terhadap tujuan pendidikan
Islam, penguasaan materi pelajaran dan pemahaman teori-teori pengajaran.31
31
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 168
18
3) Sistematika
Menurut Abu Ahmadi,33 sistematika adalah uraian sejumlah
komponen/unsur yang berkaitan satu dengan yang lain menurut susunan
tertentu sehingga merupakan satu kesatuan yang berfungsi untuk mencapai
suatu tujuan.
Oleh karena sistematika adalah sejumlah komponen. Maka komponen
pendidikan islam adalah tujuan pendidikan Islam, isi/materi pendidikan Islam,
metode pendidikan Islam, dan evaluasi.
Tujuan pendidikan Islam menurut Abdul Mujib adalah terbentuknya insan
kamil yang di dalamnya memiliki wawasan khaffah agar mampu menjalankan
tugas-tugas kehambaan, kekhalifaan, dan pewaris Nabi.34
32
Ibid, hlm. 168-169
33
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Op. Cit., hlm. 81
34
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit, hlm. 83-84
19
Adapun metode pendidikan Islam sangat banyak, namun disini kami ingin
menyebutkan metode mengajar qurani dan bahasa qurani oleh al-Nahlawi yang
menurut ramayulis menggugah perasaan:35 (1) metode hiwar (percakapan) Qurani
dan Nabawi; (2) metode kisah Qurani dan Nabawi; (3) metode amtsal
(perumpamaan) Qurani dan Nabawi; (4) metode keteladanan; (5) metode
pembiasaan; (6) metode ‘ibadah dan man’izah; (7) metode targhib dan tarhib.
Dengan menggolongkan berbagai problem-problem/berbagai masalah ke dalam
beberapa unsur komponen dan dengan pembahasan masalah demi masalah
pendidikan Islam, menunjukkan bahwa penyusunan ilmu pendidikan Islam itu
telah menggunakan sistematika. Dengan demikian, ilmu pendidikan Islam karena
telah memenuhi syarat-syarat sebagai ilmu, maka ilmu pendidikan Islam terhitung
sebagai ilmu yang otonom/yang berdiri sendiri.
35
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, cet. 6, Jakarta: Kalam Mulia 2010,
hlm. 282
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan
seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam,
sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran
Islam.
Prinsip endidikan diambil dari dasar pendidikan, baik berupa agama ataupun
ideologi negara yang dianut. Adapun dasar pendidikan Islam yang dikemukakan
oleh Ahmad D. Marimba dalam Ramayulis, adalah Alquran dan hadits-hadits
Nabi saw. yang merupakan sumber pokok ajaran Islam. Sa’id Ismail Ali dan
Hasan Langgulung yang dikutip oleh Abdul Mujib memperluas lagi sumber
pendidikan Islam terdiri dari atas enam macam, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah,
kata-kata sahabat (madzhab shahabi), kemaslahatan umat/sosial (mashalil al-
mursalah), tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘uruf), dan hasil pemikiran
para ahli dalam Islam (ijtihad). Hal ini berarti, semua perangkat pendidikan Islam
haruslah ditegakkan di atas ajaran Islam, baik pendidikan, teori maupun praktek.
B. Saran
Berjalan sesuaia dengan jalan pendidikan islam, dan saya berharap pendidikan
terbebas dari kata politik
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana.
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia.
Syaamil Al-Qur’an Terjemah Per-Kata. 2009. Lajnah Pentashih Mushaf Al-
Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung: Haekal Media Centre.