Anda di halaman 1dari 21

TELAAH FILOSOFIS KONSEP PENDIDIKAN IDEAL DALAM

PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas UAS
“FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM”
Dosen pengampu :
Sufirmansyah, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Arni Gusmiarti (932124119)


2. Safiratul Qonita

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) KEDIRI
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta taufiq-Nya sehingga
kami mampu menyelesaikan tugas UAS Filsafat Pendidikan Islam berupa
makalah yang berjudul “telaah filosofis konsep pendidikan ideal dalam
pendidikan islam”.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan atas bantuan dari
berbagai pihak,sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Untuk itu kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penulisan ini. Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar
sepenuhnya masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
dalam materi. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik yang
membagun agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi untuk kedepannya.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menginspirasi
untuk pembaca.

Kediri, 10 Juni 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

PENDAHULUAN..................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................4

PEMBAHASAN....................................................................................................................5

A. Pendidik Ideal Perspektif Islam.......................................................................................5


B. Pengertian Pendidik.........................................................................................................5
C. Kepribadian Dan Tugas Pendidik...................................................................................8
D. Kompetensi Pendidik Perspektif Undang-Undang.......................................................10
E. Konsep Kompetensi Guru Dalam Undang-Undang......................................................10
F. Posisi Dan Peran Pendidik Dalam Pendidikan Islam....................................................16
G. Kedudukan Pendidik Dalam Pendidikan Islam.............................................................16
H. Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam.....................................................................18

PENUTUP ................................................................................................................20

Kesimpulan ...............................................................................................20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pendidikan merupakan fenomena yang sangat penting disaat
berbicara pengembangan manusia seutuhnya bahkan kemajuan suatu
masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya.
Dengan adanya mata kuliah filsafat pendidikan islam yang bergerak dalam
bidang pembelajaran akan lebih menunjang para mahasiswa untuk menjadi
pendidik yang baik menurut islam dan perundang-undangan.
Pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap berlangsungnya
proses pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik, baik potensi
kognitif maupun potensi psikomotoriknya. Tugas pendidik dalam perspektif
pendidikan Islami mengacu kepada tiga hal yaitu melanjutkan tugas-tugas para
Nabi dan Rasul, mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan hidupnya
yaitu bersyahadah kepada Allah Swt. dan meneruskan tugas para ulama
sebagai penyampai pesan-pesan agamakepada peserta didiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidik ideal perspektif islam?
2. Bagaimana kompetensi pendidik perspektif undang-undang?
3. Bagaimana posisi dan peran pendidik dalam pendidikan islam?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Mengetahui pendidik ideal perspektif islam
2. Mengetahui kompetensi pendidik perspektif undang-undang
3. Mengetahui posisi dan peran pendidik dalam pendidikan islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidik Ideal Perspektif Islam


1. Pengertian Pendidik
Kata pendidik berasal dari kata dasar didik, artinya memelihara,
merawat dan memberi latihan agar seseorang memiliki ilmu pengetahuan
seperti yang diharapkan (tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan
sebagainya). Selanjutnya dengan menambahkan awalan pe hingga menjadi
pendidik yang artinya orang yang mendidik.
Secara terminologi, pendidik menurut Ahmad Tafsir (2012: 74)
adalah orang yang bertanggungjawab terhadap berlangsungnya proses
pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik, baik potensi kognitif
maupun potensi psikomotoriknya. Sementara pendidik menurut Iman
Barnadib (1993: 61) adalah "tiap orang yang dengan sengaja
mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Pendidik terdiri
dari orang tua dan orang dewasa lain yang bertanggung jawab tentang
kedewasaan anak.
Secara terminologi kaitanya dengan arti pendidik dalam pendidikan

Islam, banyak para ahli atau pakar pendidikan merumuskan dan

memberikan batasan-batasan yang berbeda, antara lain:

a. Moh.Fadli al Djami mengartikan pendidik sebagai orang yang


mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat

derajat kemanusiaan sesuai dengan kemampuandasar.

b. Marimba menjelaskan pengertian penididik sebagai orang yang


memikul pertanggung-jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia

dewasa yang memiliki hak dan kewajibannya serta bertanggung jawab

tentang pendidikan peserta didik.

5
c. Zakiah Daradjat mangatakan bahwa pendidik adalah individu yang
akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku

peserta didik.

d. Ahmad tafsir menjelaskan bahwa secara esensi pendidik dalam Islam


mempunyai kesamaan dengan teori Barat yakni siapa saja yang

bertanggung jawab terhadap perkembangan pesertadidik.

(Ramayulis,2011:58).1

Istilah pendidik dalam konteks islam pada umumnya mengacu kepada


term at-tarbiyah, an al-ta'dib, dan al-ta'lim.
a. Pengertian Murabbi
Dalam kitab kamus Lisān al-Arab, Abu Ṭālib mengatakan makna
dari arrabbānī adalah al-ālim (seorang yang berilmu), Abu al-ʻAbbās
mengartikan rabbānīyūn adalah al-ulufun (persahabatan) dan „ulamā`
(orang-orang yang berilmu). Gassān Himdūn dalam tafsirnya min
Nasamāt al-Qur`ān, menjelaskan kata rabbānīyyīn bentuk jamak dari
kata rabbānī, yang dinisbahkan kepada salah satu asma Allah (Rabb),
yaitu berpegang teguh pada agama Allah dan taat kepada-Nya. Dan
rabbānī juga bermakna orang yang berilmu yang mengamalkan
ilmunya.
Muhammad Abu Zahrah menjelaskan makna penisbahan kata
rabbānī kepada asma Allah, menunjukan agar seorang mukmin
memiliki pancaran cahaya yang tercermin dalam akhlaknya atau
sifatnya seperti:
1) Tidak menyembah selain Allah, semata-mata karena keiklasan
baik akalnya, hatinya dan seluruh anggota tubuhnya.
2) Tidak mencari makna hakikat dalam syariat ini kecuali dari
penjelasan Allah swt.

1
Umar Umar and Sri Jamilah, “PERANAN PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN
ISLAM:(Orang Tua, Guru Dan Tokoh Masyarakat),” EL-Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan
Penelitian Pendidikan Dasar 1, no. 2 (2017): hal. 18.

6
3) Tidak menerapkan hukum selain hukum yang didatangkan
Allah swt.
4) Seluruh amalannya dilakukan karena Allah swt. yang tidak
tercampur dengan kemunafiqkan.2
b. Pengertian Mu'allim
Pengertian muallim adalah seorang guru agama harus alimun
(ilmuwan), yakni menguasai ilmu teoritik, memiliki kreativitas,
komitmen yang sangat tinggi dalam mengembangkan ilmu serta sikap
hidup yang selalu menjunjung tinggi nilai didalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan pengertian ta’dib adalah itegrasi antara ilmu dan
amal.3
c. Pengertian Mu'addib
Mu'addib merupakan al-ism al-fail dari madhi-nya addaba yang
artinya orang yang mendidik. Secara bahasa mu'addib merupakan
bentukan mamashdar dari kata addaba yang berarti memberi adab,
mendidik. (Yunus, 1990: 37). Adab dalam kehidupan sehari-hari
sering diartikan tata krama, sopan santun, akhlak, budi pekerti. Anak
yang beradab biasanya dipahami sebagai anak yang sopan yang
mempunyai tingkah laku yang terpuji. Ini dapat dilihat dari Hadits
Nabi:
‫أدبنى ربى فأحسن تأديبى‬
Artinya: "Tuhanku telah mendidikku dan telah membaguskan
pendidikank".
Hadits Nabi tersebut menjelaskan bahwa adanya proses
pembentukan kepribadian yang secara berangsur angsur ditanamkan
kepada manusia. Beberapa definisi di atas mengisyaratkan, bahwa
pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pekembangan
dan kematangan aspek rohani dan jasmani anak. Pendidik itu bisa saja

2
Abdul Rahman, “Konsep Murabbi Dalam Al-Qur’an,” 2017, hal. 21.

3
MANAJEMEN GURU RAUDLATUL ATHFAL, “STPI Bina Insan Mulia Yogyakarta Arifnoor@
Gmail. Com,” n.d., hal. 115.

7
orang tua dari si terdidik itu sendiri, atau orang lain yang diserahi
tanggung jawab oleh orang tua.4
2. Kepribadian dan Tugas Pendidik
Hakikat pendidik adalah Allah Swt., para Nabi dan Rasul dan
ulama. Mereka adalah murabbi, mu‘allim dan mu’addib. Sebagai pendidik,
Allah Swt. dan para Nabi dan Rasul memiliki kepribadian yang harus
ditiru oleh para pendidik Muslim. Dalam Shahih ibn Hibban, Nabi
menjelaskan bahwa Allah Swt. memiliki 99 nama, dalam bahasa Al-
Qur’an disebut al-asma’ al-husna(Q.S. al-Hasyr ayat 24). Para sufi,
menurut Sachiko Murata, menjelaskan bahwa nama-nama Allah Swt.
terbagi menjadi dua, yaitu nama-nama keindahan (jamaliyah) dan nama-
nama keagungan (jalaliyah). Jadi, nama-nama Allah Swt. memiliki dua
dimensi, nama-nama keindahan (jamaliyah) dan nama-nama keagungan
(jalaliyah). Manusia sempurna (al-insa>n al-ka>mil) adalah manusia yang
dapat menyatukan kedua dimensi nama-nama Allah Swt. tersebut(Murata,
2004: 103). Dalam mendidik alam dan para Nabi dan Rasul, Allah Swt.
menampilkan diri-Nya sebagai Maha Pendidik yang memiliki kepribadian
yang baik sebagaimana termanifestasi dalam nama-nama-Nya.
Dalam konteks inilah, menurut Al Rasyidin, para pendidik Muslim
harus meneladanikarakter Allah Swt. yang tersimpul dalam al-asma’ al-
husna(Al Rasyidin, 2018: 144). M. Quraish Shihab (2018: 512)
menguatkan bahwa seorang Muslim harus berakhlak dengan akhlak Allah
Swt. sesuai dengan kemampuannya sebagai makhluk, dan ini merupakan
perintah Nabi kepada umatnya. Karenanya, pendidik Muslim harus bisa
mengaktualisasikan al-asma’al-husnadalam kehidupannya sebagai
pendidik. Sekadar contoh, seorang pendidik Muslim harus memiliki sifat
seperti pengasih, penyayang, penyabar, adil, bijaksana dan pemaaf.
Nabi dan Rasul sebagai murabbi, mu‘allim dan mu’addib
menampilkan diri mereka sebagaimanusia sempurna yang memiliki akhlak
yang agung(khuluq ‘azhim). Dalam kajian teologi, wujud iman kepada
para Nabi dan Rasul adalah meyakini bahwa para Nabi dan Rasul memiliki
4
Rijal Sabri, “Karakteristik Pendidik Ideal Dalam Tinjauan Alquran,” SABILARRASYAD:
Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kependidikan 2, no. 1 (2017): hal. 12.

8
sifat-sifat istimewa, dan terpeliharan dari sifat-sifat tercela. Menurut M.
Taib, di antara sifat para Nabi dan Rasul yang terpenting adalah siddik,
amanah, tabligh dan fathanah(Muin, 1986: 151). Dalam kitab al-Jawahir
al-Kalamiyah,makna siddik adalah para Nabi membawa ajaran yang benar,
sehingga tidak mungkin mereka berbohong. Para Nabi juga bersifat
amanah, maksudnya adalah bahwa mereka mereka terpelihara dari segala
hal yang tidak diridai Allah Swt. Para Nabi juga bersifat tabligh, artinya
mereka menyampaikan semua perintah Allah Swt., dan menjelaskannya
dengan penjelasan yang jernih. Para Nabi juga bersifat fathanah, artinya
mereka merupakan manusia paling sempurna dari aspek kecerdasan dan
pemahaman terhadap kehidupan. Karena itu, para Nabi dan Rasul tidak
memiliki sifat al-kazib (dusta), al-‘ishyan (durhaka), al-kitman
(menyembunyikan) dan al-ghaflah (pelupa) (al-Jazairi, 2000: 42-43).
Dalam konteks ini, para pendidik Muslim harus meniru sifat-sifat mulia
para Nabi dan Rasul sebagai bentuk ketaatan kepada mereka (Bandingkan
dengan Ja’far dalam Asrul dan Ja’far, 2016: 279-296).
Secara khusus, Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasul
memiliki sifat-sifat yang luhur dan agung. Allah Swt., menurut Quraish
Shihab, (2018: 57-58) memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk
meneladani sifat-sifat terpuji para Nabi dan Rasulsebagaimana dijelaskan
dalam Q.S. al-An‘am ayat 90. Shihab menyebutkan bahwa Nabi Nuh
memiliki sifat gigih dan tabah, Nabi Ibrahim memiliki sifat pemurah dan
tekun beribadah, Nabi Daud memiliki sifat syukur, Nabi Yahya dan Nabi
‘Isa memiliki sifat zuhud, Nabi Yusuf memiliki sifat gagah dan sabar,
Nabi Musa memiliki sifat berani dan tegas, sedangkan Nabi Harun
memiliki sifat yang lembut(Shihab, 2018: 68). Sebagaimana Nabi
Muhammad Saw. diperintahkan untuk meneladani sifat-sifat terpuji para
Nabi dan Rasul, para pendidik Muslim juga harus meneladani sifat-sifat
istimewa dan terpuji yang ditampilkan orang para Nabi dan Rasul yang
sukses memainkan peran sebagai murabbi, mu‘allimdan mu’addibbagi
umatnya masing-masing.

9
Sedangkan tugas pendidik dalam perspektif pendidikan Islami
mengacu kepada tiga hal berikut.
a. pendidik Muslim bertugas melanjutkan tugas-tugas para Nabi dan
Rasul sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. al-Baqarah ayat 151, Q.S.
Ali ‘Imran ayat 164 dan Q.S. al-Jumu‘ah ayat 2. Ketiga ayat ini
menjelaskan bahwa Allah sebagai Maha Pendidik mengurus para Nabi
dan Rasul untuk tiga tugas. Pertama, membacakan ayat-ayat Allah
kepada manusia. Kedua, mengajarkan hikmah kepada manusia. Ketiga,
mengajarkan ilmu kepada manusia. Karena itu, tugas pendidik Muslim
adalah melanjutkan tugas-tugas para Nabi dan Rasul yaitu mendidik
peserta didik dalam hal ayat-ayat Allah, hikmah dan ilmu.
b. pendidik Muslim bertugas mengantarkan peserta didik untuk mencapai
tujuan hidupnya yaitu bersyahadah kepada Allah Swt. (Q.S. al-A’raf
ayat 172), menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah yang
senantiasa beribadah kepada-Nya (Q.S. al-Dzariyat 53), dan
mengemban tugasnya sebagai khalifah Allah Swt. di bumi (Q.S. al-
Baqarah ayat 30)(Al Rasyidin, 2018: 142-143).
c. pendidik bertugas untuk meneruskan tugas para ulama sebagai
penyampai pesan-pesan agamakepada peserta didiknya, pemutus
masalah peserta didiknya secara bijaksana, penjelas masalah agama
kepada peserta didiknya berdasarkan kitab suci, dan pemberi teladan
yang baikkepada peserta didiknya.5
B. Kompetensi Pendidik Perspektif Undang-Undang
1. Konsep kompetensi guru dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru Dan Dosen (Kajian Ilmu Pendidikan Islam)
a. Kompetensi Pedagogik.
Berikut ini penyajian data dan analisis data tentang kompetensi
pedagogik:
1) Penyajian data

5
Maisyaroh Maisyaroh, “Hakikat Pendidik Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islami,”
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 4, no. 2 (2019): hal. 6.

10
Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik
adalah “Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.
2) Analisis data
Guru memiliki tugas utama sebagai pendidik. Oleh karena itu,
kompetensi pedagogik adalah salah satu kompetensi yang harus
dimiliki dan dikuasai untuk dapat menjalankan tugas
profesinya. Guru merupakan seorang manajer dalam
pembelajaran, yang bertanggungjawab terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian perubahan atau perbaikan program
pembelajaran.
Dalam psikologi pendidikan agama Islam, menurut Tohirin
(2006 : 177-180) melalui proses pembelajaran, siswa akan
berkembang kearah pembentukan manusia sebagaimana tersirat
dalam tujuan pendidikan. Supaya pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, guru harus mampu mewujudkan
proses pembelajaran dalam suasana kondusif. Proses
pembelajaran yang efektif dapat terwujud melalui kegiatan
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Berpusat pada siswa.
b) Interaksi edukatif antara guru dan siswa.
c) Suasana demokratis.
d) Variasi metode mengajar.
e) Guru profesional.
f) Bahan yang sesuai dan bermanfaat.
g) Lingkungan yang kondusif.
h) Sarana belajar yang menunjang.
Di bawah ini terdapat ayat tentang pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, yang artinya “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

11
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(Q.S. An-Nahl : 125). Dengan demikian dalam ilmu pendidikan Islam
sangat memperhatikan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,
sehingga seorang pendidik/guru harus mampu memperhatikan proses
pembelajaran terutama dalam penggunaan metode yang akan
digunakan sehingga bahan pengajaran menjadi bisa dipahami oleh
siswa dan menjadi sajian yang dapat dicerna oleh siswa secara tepat
dan bermakna.
b. Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti


kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu.
Suatu pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemapuan atau
kecakapan. Sedangkan secara istilah, kompetensi menurut Gorky
Sembiring adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Abdul Majid menyatakan bahwa
kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab
yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
melaksanakan tugas dalam bidang pekerjaan tertentu”. Selanjutnya ia
mengartikan tindakan intelegen sebagai kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan bertindak. Sedang tanggung jawab menunjukkan bahwa
tindakannya benar dilihat dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi, hukum
dan etika.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 nomor 10 tentang
Guru dan Dosen menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi sosial, dan spiritual yang secara totalitas membentuk
kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi terbagi menjadi

12
empat macam yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Kepribadian guru merupakan faktor yang menentukan terhadap
keberhasilan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, tidak
seorangpun yang dapat menjadi seorang guru yang sejati kecuali bila ia
menjadikan dirinya sebagai bagian dari peserta didik dan berusaha untuk
memahami seluruh peserta didiknya. Sebagaimana guru itu sebagai
teladan, yang dapat dijadikan profil dan idola bagi peserta didik, mitra
peserta didik dalam kebaikan, memahami tentang kesulitan anak didik
dalam hal belajar dan kesulitan lainnya di luar masalah belajar yang bisa
menghambat aktivitas belajar anak didik.
Menurut Cece Wijaya dan A. Tabrani Ruslan sifat-sifat yang
menggambarkan kompetensi kepribadian guru, antara lain :
1) Kemantapan dan integritas pribadi
2) Berpikir alternative
3) Adil, jujur dan objektif
4) Berdisiplin dalam melaksanakan tugas
5) Ulet dan tekun bekerja
6) Berupaya memperoleh hasil kerja yang sebaikbaiknya
7) Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam
bertindak
8) Bersifat terbuka
9) Kreatif
10) Berwibawa.6
c. Kompetensi Sosial
Menurut Suharsimi, kompetensi sosial berarti bahwa guru
harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial dengan siswa,
sesama guru, kepala sekolah dan masyarakatnya.
Suherli Kusmana mendefinisikan kompetensi sosial dengan
kompetensi guru dalam berhubungan dengan pihak lain. Rubin Adi
6
Azizah Akmalul Ulinnuha, “Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Ki Hadjar
Dewantara Perspektif Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen,”
2019, hal. 26.

13
Abraham mendefinisikan kompetensi sosial yaitu kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) No.14 pasal
10 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kompetensi sosial guru
adalahkemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dan efisien dengan siswa, sesama guru, orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat.
Pakar psikologi pendidikan Gadner (1983) menyebut
kompetensi sosial itu sebagaisocial intellegenceatau kecerdasan sosial.
Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari 9 kecerdasan (logika,
bahasa, musik, raga, uang, pribadi, alam skuliner) yang berhasil
diidentifikasi oleh Gadner.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka kompetensi sosial
guru berarti kemampuan dan kecakapan seorang guru (dengan
kecerdasan sosial yang dimiliki) dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain yakni siswa secara efektif dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan
interaksidalam proses komunikasi. Sedangkan kompetensi sosial guru
dianggap sebagai salah satu daya atau kemampuan guru untuk
mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang baik serta
kemampuan untuk mendidik dan membimbing masyarakat dalam
menghadapi masa yang akan datang.Selain itu, guru dapat
menciptakan kondisi belajar yang nyaman.
Dapat disimpulkanbahwa berkaitan dengan pelaksanaan proses
pembelajaran, guru di tuntut untuk memiliki kompetensi sosial. Dalam
melakukan pendekatan dengan siswa guru harus memperhatikan
bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Dengan
demikian, guru akan diteladani oleh siswa.
1) Karakteristik Kompetensi Sosial Guru

14
Suharsimi Arikunto mengemukakan, kompetensi sosial
mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi dengan
siswa.Beberapa pendapat mengenai karakteristik guru yang memiliki
kompetensi sosial. Menurut Musaheri, karakteristik guru yang memiliki
kompetensi sosial adalah berkomunikasi secara santun dan bergaul secara
efektif.
Berkomunikasi secara santun. Made Pidarta dalam bukunya
Landasan Kependidikan, menuliskan pengertian komunikasi adalah
proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain
atau sekelompok orang. Ada sejumlah alat yang dapat dipakai untuk
mengadakan komunikasi. Alat dimaksud adalah sebagai berikut:
a) Melalui pembicaraan dengan segala macam nada seperti berbisik-
bisik, halus, kasar dan keras bergantung kepada tujuan
pembicaraan dan sifat orang yang berbicara. Melalui mimik, seperti
raut muka, pandangan dan sikap.
b) Dengan lambang, contohnya bicara isyarat untuk orang tuna
rungu, menempelkan telunjuk di depan mulut, menggelengkan
kepala, menganggukkan kepala, membentuk huruf “O” dengan
tujuan dengan tangan dan sebagainya. Dengan alat-alat, yaitu alat-
alat eletronik, seperti radio, televisi, telepon dan sejumlah media
cetak seperti; buku, majalah, surat kabar, brosur, dan sebagainya.7
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan
materi pelajaran secara mendalam dan luas” (Undang - Undang
Guru dan Dosen, 2005). Untuk menerapkan kompetensi ini ke
dalam pembelajaran, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
oleh seorang guru menurut Janawi (2012), yaitu:
1) Memahami tujuan pelajaran;
2) Mengenali karakteristik peserta didik
3) Membuat tujuan pengajaran
4) Mengenali subyek dan isi setiap materi
7
Hasbi Ashsiddiqi, “Kompetensi Sosial Guru Dalam Pembelajaran Dan
Pengembangannya,” Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 17, no. 01 (2012): hal. 62.

15
5) Mengembangkan alat ukur awal
6) Menyaring kegiatan-kegiatan belajar beserta sumber-
sumbernya.
7) Mengerahkan layanan-layanan yang mampu mendukung
(dana, alat, jadwal); dan mengembangkan alat evaluasi
belajar.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru perlu merancang terlebih
dahulu program pembelajarannya, artinya seorang guru sebelum
mengajar perlu merancang pengorganisasian bahan pelajaran yang
jelas, merancang pengelolaan kelas, merancang strategi pembelajaran,
merancang media pembelajaran serta merancang evaluasi
pembelajaran siswa. Meskipun banyak para ahli dan hasil penelitian
yang menyimpulkan bahwa begitu pentingnya kemampuan guru atau
kompetensi yang harus dikuasai guru dalam upaya meningkatkan
proses belajar mengajar, namun kenyataan di lapangan masih banyak
kita jumpai guru yang kurang kompeten dalam melaksanakan
tugasnya.8
C. Posisi dan Peran Pendidik dalam Pendidikan Islam
1. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam
Pendidik adalah spiritual father(bapak rohani), bagi peserta didik yang
memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik memiliki
kedudukan tinggi. Dalam beberapa Hadits disebutkan: “Jadilah engkau
sebagai guru, atau pelajar atau pendengar atau pecinta, dan Janganlah engkau
menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi rusak”. Bahkan
Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Al-
Syawki bersyair: “Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan,
seorang guru itu hampir saja merupakan seorang Rasul”.
Al-Ghazali menukil beberapa Hadits Nabi tentang keutamaan seorang
pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai orang-orang besar
8
Murniati AR Cut Fitriani and Nasir Usman, “Kompetensi Profesional Guru Dalam
Pengelolaan Pembelajaran Di MTs Muhammadiyah Banda Aceh,” Jurnal Administrasi
Pendidikan: Program Pascasarjana Unsyiah 5, no. 2 (2017): hal. 69.

16
yang aktivitasnya lebih baik daripada ibadah setahun, selanjutnya Al-Ghazali
menukil dari perkataan para ulama yang menyatakan bahwa pendidik
merupakan pelita segala zaman, orang yang hidup semasa dengannya akan
memperoleh pancaran cahaya keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada
pendidik, niscaya manusia seperti binatang, sebab: pendidikan adalah upaya
mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas maupun
binatang jinak) kepada sifat insaniyah dan ilahiyah.
Kedudukan seorang guru menjadi penerang dalam kehidupan di dunia
terlebih di akherat. Dalam konteks pendidikan Islam kedudukan guru
sedemikan sangat penting.
Kedudukan guru dalam seluruh kehidupan si murid demikian pentingnya,
sehingga seorang murid harus mempertimbangkan betul-betul sebelum
memutuskan untuk belajar dengan seorang guru tertentu. Dalam Ta‟lim Al-
Muta‟allim dijelaskan agar menimbang-nimbang guru yang akan dipilihnya,
paling tidak selama 2 bulan sehingga ia yakin bahwa guru tersebut adalah
orang yang betul-betul alim dan arif, orang yang selalu menahan diri dari
perbuatan-perbuatan, baik yang dilarang, dimakruhkan maupun belum jelas
diperkenankan oleh agama (dalam kalangan pesantren orang seperti ini disebut
wira‟i); dan guru tersebut harus seorang yang sudah penuh pengalaman untuk
menjadi guru (asann). Di samping itu juga disarankan agar seorang calon
murid mencari keterangan dan meminta nasihat dari orang-orang yang pernah
belajar dengan guru tersebut, dan tidak meninggalkan gurunya sebelum ia
menyelesaikan mata pelajaran yang ia tuntut, sebab bila demikian ia tidak
akan memperoleh manfaat atau berhasil dalam studinya (fala yubaraku fit
ta‟allumi).9
2. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam
Menurut al-Ghazali, tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati
manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena tujuan
pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-

9
Moh Asnawi, “Kedudukan Dan Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam,” Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman 23, no. 2 (2012).

17
Nya, dan kesempurnaan insan yang bermuara pada kebahagiaan di dunia dan
di akhirat.
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikan dengan (gudan ru) yang
berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
mempunyai seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan
ditiru (di ikuti) karena guru mempunyaikepribadianyang utuh, yang karenanya
segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta
didiknya.
Seorang pendidik bukanlah bertugas memindahkan atau mentrasfer ilmunya
kepada orang lain atau kepada anak didiknya. Tetapi pendidik juga
bertanggungjawab atas pengelolaan, pengarah fasilitator dan perencanaan. Oleh
karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Sebagai instruksional (pengajar), yang bertugas merencanakan
program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun
serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program
dilakukan.
b. Sebagai educator(pendidik), yang mengarahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan tujuan
Allah SWT menciptakannya.
c. Sebagai managerial (pemimpin), yang memimpin, mengendalikan
kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap
berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program
pendidikan yang dilakukan.
Dalam tugas itu, seorang pendidik dituntut untuk mempunyai
seperangkat prinsip keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa:
a. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memerhatikan:
kesediaan, kemampuan, pertumbuhan dan perbedaan peserta didik.
b. Membangkitkan gairah peserta didik
c. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik

18
d. Mengatur proses belajar mengajar yang baik
e. Memerhatikan perubahan-perubahankecendrungan yangmempengaruhi
proses mengajar
f. Adanya hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar10

10
Asnawi, hal. 46.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hakikat seorang pendidik kaitannya dalam pendidikan Islam adalah mendidik
dan sekaligus di dalamnya mengajar sesuai dengan keilmuwan yang dimilikinya.
Secara umumnya pendidik adalah orang yang memiliki tanggungjawab mendidik.
Bila dipersempit pengertian pendidik adalah guru yang dalam hal ini di suatu
lembaga sekolah. Sedangkan pengajar adalah pendidik yang baik. Adapun hakekat
pendidik adalah Allah SWT yang mengajarkan ilmu kepada manusia dan manusia
pula yang mempunyai sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu itu
kepada orang lain demi kemaslahatan ummat, hakekat peserta didik merupakan
individu yang akan dipenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan, sikap dan tingkah
lakunya, karena peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran.
Tugas dan peran pendidik sangat berkaitan dan tak tidak dapat dipisahkan,
tugas pendidik adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi
terhadap diri dan berbagai tantangan kehidupannya, sedangkan peran pendidik
adalah sebagai pemimpin dan pelaksana pendidikan dalam suatu masyarakat dan
sekaligus sebagai anggota masyarakat, sehingga dengan demikian dituntut guru
atau pendidik dalam meningkatkan tugas dan perannya. Karakteristik pendidik
dan peserta didik adalah norma atau kaidah yang mengatur hubungan dan
interaksi pendidik dan peserta didik dalam lingkungan sekolah maupun
masyarakat sehingga pendidik dan peserta didik dapat memahami posisinya secara
benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ashsiddiqi, Hasbi. “Kompetensi Sosial Guru Dalam Pembelajaran Dan


Pengembangannya.” Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam 17, no. 01 (2012):
61–71.
Asnawi, Moh. “Kedudukan Dan Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam.”
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman 23, no. 2 (2012).
ATHFAL, MANAJEMEN GURU RAUDLATUL. “STPI Bina Insan Mulia
Yogyakarta Arifnoor@ Gmail. Com,” n.d.
Cut Fitriani, Murniati AR, and Nasir Usman. “Kompetensi Profesional Guru
Dalam Pengelolaan Pembelajaran Di MTs Muhammadiyah Banda Aceh.”
Jurnal Administrasi Pendidikan: Program Pascasarjana Unsyiah 5, no. 2
(2017).
Maisyaroh, Maisyaroh. “Hakikat Pendidik Dalam Perspektif Falsafah Pendidikan
Islami.” Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah 4, no. 2 (2019): 1–9.
Rahman, Abdul. “Konsep Murabbi Dalam Al-Qur’an,” 2017.
Sabri, Rijal. “Karakteristik Pendidik Ideal Dalam Tinjauan Alquran.”
SABILARRASYAD: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kependidikan 2, no. 1
(2017).
Ulinnuha, Azizah Akmalul. “Kompetensi Kepribadian Guru Perspektif Ki Hadjar
Dewantara Perspektif Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru Dan Dosen,” 2019.
Umar, Umar, and Sri Jamilah. “PERANAN PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN
ISLAM:(Orang Tua, Guru Dan Tokoh Masyarakat).” EL-Muhbib: Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar 1, no. 2 (2017): 16–27.

21

Anda mungkin juga menyukai