Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu :

Raicha Oktaviani M.pd

Oleh :

Kelompok 11

Joice Amelia NPM : 2211060072

Marsela Cikal Lestari NPM : 2211060088

KELAS 1 F

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2022 M/ 1444 H


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir
zaman. Atas berkat dan karunia-Nya, kami telah selesai menyusun maklah yang berjudul
“Pendekatan Dalam Pendidikan Islam”

Makalah ini kami susun guna untuk menyelesaikan tugas skelompok dari mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam dengan dosen Raicha Oktaviani M.pd. Dalam penyusunannya, kami
mengambil sumber dari beberapa literatur,baik itu dari internet maupun buku-buku pegangan
yang biasa dipakai di kampus UIN RIL. Pembaca mungkin akan menenmukan beberapa
kekurangan dan kesalahan penulisan dalam makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir
kata,semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi Ilmu Pendidikan Islam

Bandar Lampung, September

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan pada hakikatnya bersumber dari Allah yang kebenarannya bersifat
mutlak. Kebenarannya bisa dibuktikan melalui dua pendekatan, yaitu iman (dalam aspek
metafisik) dan akal (dalam aspek fisik).
Dalam beberapa persoalan, keberadaan akal dapat memperkokoh keyakinan manusia
terhadapa agamanya. Dengan demikian para ilmuwan dalam berbagai bidang keahlian
tersebut sebenarnya bukanlah pencipta ilmu, tetapi penemu ilmu, penciptanya adalah
Tuhan.
Atas dasar paradigma tersebut, seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan
istilahnya, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari
Tuhan yang satu. Atas dasar pandangan ini, maka tidak ada dikotomi yang
mengistimewakan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan esensial bagi manusia. Sehingga Allah swt.
menempatkan perintah membaca sebagai instruksi pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw.
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan firman Allah swt. dalam Q.S. al-Alaq / 96: 1-5.

1.2 Rumusan Masalah

a. Pengertian pendekatan dalam pendidikan Islam


b. Metode pembelajaran pendidikan Islam
c. Evaluasi dan pengembangan pendidikan Islam

1.3 Tujuan Penulisan

a. Menyebar luaskan agama Islam dengan baik


b. Mendidik generasi Islami
c. Membatasi pegaulan bebas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan Islam

Pendekatan atau Approach dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “came near
(menghampiri), go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan). Dalam pengertian ini dapat
dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu. H.M. Habib
Thaha mendefiniskan pendekatan adalah cara pemprosesan subyek atas obyek untuk
mencapai tujuan.

Pendekatan ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan, dimana
cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedangkan Oteng Sutisna, lebih
praktis dalam memahami pengertian ”pendekatan”. Pendekatan adalah apa yang hendak ia
kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu.

Penggunaan istilah ”pendekatan” memiliki arti yang berbeda-beda tergantung kepada


obyek apa yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan
dikembangkan. Dalam konteks belajar, approach dipahami sebagai segala cara atau strategi
yang digunakan peserta didik untuk menunjang efesiensi dan efektifitas dalam proses
pembelajaran tertentu.

Dengan demikian sesungguhnya approach adalah seperangkat langkah operasional yang


direkayasa sedemikian rupa, untuk memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan belajar
tertentu. Approach dalam pengertian tersebut membutuhkan pandangan falsafi (mendasar)
terhadap subyek materi yang diajarkan, selanjutnya akan melahirkan metode mengajar yang
dijabarkan dalam bentuk tehnik penyajian pembelajaran.Pendidikan Islam dalam pandangan
yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam sehingga dengan mudah ia dapat
membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.

Pengertian tersebut mengacu pada perkembangan kehidupan manusia di masa yang akan
datang, tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islam yang diamanahkan Allah kepada manusia,
sehingga ia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beberapa pakar pendidikan memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan
tinjauan yang mereka kembangkan dan dengan demikian maka terjadi variasi dan polarisasi
pengembangan pemikiran pendidikan. Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi pendidikan
Islam menurut para ahli, diantaranya ialah:

1. AL-Toumy al-Syaibany

Pendidikan Islam sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku indivdu pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.

2. Fadhil al-Jamaliy

Pendidikan Islam diartikan sebagai upaya mengembangkan, mendorong dan


mengajak manusia ke arah yang lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan
kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan
dengan akal, perasaan maupun perbuatan.

Berdasarkan beberapa rumusan tentang defenisi pendekatan dan pendidikan Islam di


atas, maka penulis mencoba menawarkan suatu bentuk rumusan pengertian pendekatan dalam
pendidikan Islam, yaitu suatu upaya atau cara yang dilakukan oleh pendidik dalam proses
kegiatan belajar mengajar untuk mendekati dan mengantarkan peserta didik dalam mengenal
dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia serta
mempersiapkan peserta didik tersebut untuk hidup secara layak dan berguna di tengah-tengah
komunitas sosialnya dan mampu meraih kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.
1.Pendekatan Pengalaman

Pendidikan Islam Secara filosofis, bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau
manusia paripurna. Manusia dalam kepribadiannya selalu mencerminkan sikap seorang
muslim yang merealisasikan dengan penuh tanggung jawab hubungannya dengan sesama
manusia (horizontal) serta ketundukan secara totalitas vertikal kepada Allah swt.

Ahmad Tafsir memberikan suatu pandangan bahwa tujuan umum pendidikan Islam
adalah membentuk muslim yang sempurna dalam artian beriman dan bertakwa atau manusia
yang beribadah kepada Allah. Selain itu al-Gazali dan Ali al-Jumbulati juga mengungkapkan
bahwa tujuan pendidikan adalah bersifat keagamaan dan akhlak untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt. dan sekaligus untuk mendapatkan keridhaan-Nya, karena agama
merupakan sistem kehidupan yang menitipberatkan pada pengalaman.

Kedua pandangan di atas memberikan makna bahwa pendidikan Islam tidak hanya
bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif tetapi juga mengembangkan aspek afektif
dan psikomotorik yang menyangkut bagaimana akhlak dan sikap yang baik ditengah
masyarakat, serta pengamalan ajaran agama Islam secara kaffah. Untuk mempengaruhi
perubahan sosial ke arah yang lebih baik, maka pendidik haruslah mendidik dan
membimbing peserta didik untuk mengaktualkan ajaran Islam dalam bentuk pengamalan
dengan penuh tanggung jawab dan niat karena Allah swt. karena pada hakikatnya pendidikan
Islam adalah pendidikan yang mengarahkan manusia untuk memiliki wawasan keilmuan
yang luas serta merealisasikan pengetahuannya dalam bentuk pengamalan. Karena, sumber
kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah ilmu yang diamalkan.

Sehingga dapat dipahami bahwa manusia yang diberi rezki oleh Allah berupa ilmu,
kemudian mengamalkan ilmu yang dimilikinya itu untuk memikirkan hal-hal yang positif dan
memikirkan perjuangan dijalan Allah. Manusia yang sedemikian ini akan mendapatkan
derajat yang tinggi dihadapan Allah swt.

2. Pendekatan Pengalaman

Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta


didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun
kelompok. Pengalaman adalah suatu hal yang sangat berharga dalam kehidupan manusia.
Syaiful Bachri Djamrah menjelaskan bahwa pengalaman adalah guru tanpa jiwa, namun
selalu dicari oleh siapapun juga.

3. Pendekatan Rasional

Pendekatan Rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam


memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Ajaran agama Islam sebagian
harus diyakini tanpa ada interpretasi karena, tetapi dalam konteks yang lain terdapat ajaran
yang harus dicerna dengan pendekatan rasio.
4. Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk


mengubah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat
merasakan mana yang baik dan yang buruk. Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan peserta
didik akan menjadi bangunan emosi atau perasaan mereka. Proses belajar di sekolah adalah
proses belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Untuk meraih prestasi yang tinggi,
seseorang harus memiliki Intelligence Quetient (IQ) yang tinggi, karena intelegensi
merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar dan pada giliranya akan
menghasilkan prestasi belajar yang optimal

5. Pendekatan Pembiasaan

Pendekatan pembiasaan merupakan suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis
tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Pembiasaan
pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terbiasa mengamalkan ajaran
agamanya, baik secara individu maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Metode Pembelajaran Pendidikan Islam

1.Metode Qudwah

Mengajar dengan contoh/keteladanan adalah metode paling kuat dalam pembelajaran


Islam. Ada ungkapan “tindakan lebih efektif daripada ucapan”. Bahasa perilaku (guru) lebih
bermakna daripada bahasa lisan.

Bahkan Nabi Muhammad juga dikenal dengan sebutan 'uswatun hasanah'. Ini
menandakan posisi guru begitu penting sebagai panutan baik di lingkungan sekolah dan
masyarakat. Tingkah laku pendidik punya daya sentuh yang lebih besar bagi siswa daripada
apa yang diceramahkan.

2. Metode Khitabah/Qoul

Berceramah masih menjadi metode yang efektif diterapkan dalam setiap suasana.
Sebagaimana kita lihat para dai/kyai yang istiqomah menerapkan metode ini.

Dengan kemampuan bahasa yang fasih dan komunikatif, metode ceramah akan
membuktikan keberhasilan belajar apalagi jika dilengkapi dengan teknologi
terkini/multimedia.

3. Metode Kitabah/Khat

Satu tingkat lebih tinggi dari berceramah adalah kitabah (menulis). Sejarah mencatat,
Nabi Muhammad pernah meminta tawanan perang dan mereka mengajar baca tulis kepada
sahabat yang saat itu belum mampu.

Begitu pentingnya aktivitas baca tulis. Metode menulis sendiri di lembaga-lembaga


pendidikan Islam diterapkan dengan berbagai teknik, seperti imla' (dekte) atau khat
(kaligrafi)

4. Metode hiwar

Hiwar (dialog) bagus diterapkan untuk mengunggah ide kreatif siswa.

Syaratnya, topik/materi yang dipelajari dengan jelas batasannya dan memiliki kegunaan
tinggi. Metode ini juga efektif untuk melatih siswa membaca peristiwa dan kejadian terbaru
yang terjadi di lingkungan sekitar.
5. Metode as'ilah wa ajwibah

Banyak yang bilang di lingkungan lembaga pendidikan Islam/pondok pesantren


kurang terbentuk iklim tanya jawab (as'ilah wa ajwibah).

Santri (siswa) tidak punya keberanian untuk bertanya apalagi bertanya kepada ustadz.
Padaha tidak demikian. hubungan guru dan murid terjalin atas dasar tawadhu'. Sehingga
proses tanya-jawab tidak bisa dilihatnya.

6. Metode musyawarah

Berdiskusi dilakukan untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran, diskusi


berarti menemukan solusi atas suatu permasalahan yang diberikan guru tentang topik yang
sedang dibahas.

Ada banyak manfaat pelatihan. Selain itu, kreativitas kreativitas siswa, juga
membantu membantu belajar di saat ia memahami siswa yang lebih mampu.

7. Metode mujadalah/bahtsul masail

Bahtsul masail telah menjadi tradisi di lingkungan pesantren. Inilah salah satu metode
menemukan solusi / dasar hukum dari setiap masalah kontemporer.

Melalui debat/brainstorming dengan referensi kitab/buku karya ulama klasik, tempat


berpikir dan kerangka logika dibangun. Tak salah saat ini bermunculan cendekia-cendekia
dengan latar belakang pesantren.

8. Metode Tafakkur-tadzakkur

Refleksi-kontemplasi di lembaga pendidikan Islam dilakukan dengan mengambil satu


topik khusus untuk menemukan solusi dengan mempertimbangkan dua ha l: wahyu (dalil
naqli) dan pemikiran/penelitian..

Meskipun metode ini merupakan tradisi para sufi dan Islam terdahulu, tidak ada
salahnya dicoba untuk siswa pendidikan dasar sekalipun. Tentu saja harus menyesuaikan usia
dan kemampuan berpikirnya.
9. Metode Muhasabah an-nafs

Muhasabah an-nafs atau introspeksi diri dilakukan sebagai bentuk rasa cinta terhadap
diri sendiri sekaligus ungkapan syukur kepada Tuhan atas ilmu yang telah diberikan.

Jika dicermati, inilah metode yang jarang dilakukan guru sehingga berdampak pada
kurangnya pengenalan siswa terhadap potensinya masing-masing.

Muhasabah bisa dilakukan setiap akhir pekan atau akhir semester, untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

10. Metode Qishah

Anak usia dini biasanya sangat suka jika guru bercerita.

Metode bercerita sangat tepat untuk menjelaskan kisah para tokoh muslim atau
peristiwa sejarah lainnya. Namun, perhatikan target yang ingin dicapai. Metode qishah
disebut berhasil manakala siswa mampu mengambil pelajaran yang baik yang bisa dijadikan
contoh untuk diikuti.

11. Metode tathbiq

Di pendidikan umum lebih dikenal dengan metode demontrasi. Tujuan penggunaan


metode ini agar teori yang dipelajari bisa langsung dialami dan diaplikasikan sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam memahami suatu materi ajar.

12. Metode Mumarasat

Latihan secara berkelanjutan (drill) sering dipakai untuk digunakan ketika hendak
mengikuti tes/ujian akhir. Selain itu, metode ini sangat efektif untuk melatih keterampilan
bahasa asing (Arab, Inggris, dan lain-lain).

Saat ini banyak lembaga pendidikan Islam yang berhasil menciptakan lingkungan
bahasa (bi'ah lughawiyah), bahasa asing dijadikan sebagai bahasa ibu dan alat komunikasi
sehari-hari.
13. Metode Tathbiq

Di pendidikan umum lebih dikenal dengan metode demontrasi.

Tujuan penggunaan metode ini agar teori yang dipelajari bisa langsung dialami dan
diaplikasikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami suatu materi ajar.

14. Metode Mumarasat

Latihan secara berkelanjutan (drill) sering dipakai untuk digunakan ketika hendak
mengikuti tes/ujian akhir.

Selain itu, metode ini sangat efektif untuk melatih keterampilan bahasa asing (Arab,
Inggris, dan lain-lain). Saat ini banyak lembaga pendidikan Islam yang berhasil menciptakan
lingkungan bahasa (bi'ah lughawiyah), bahasa asing dijadikan sebagai bahasa ibu dan alat
komunikasi sehari-hari.
2.3 Evaluasi Dan Pengembangan Pendidikan Islam

A.Pengertian Dan Tujuan Evaluasi Dan Pengembangan Pendidikan

Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian
dan penaksiran.

Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan yang berarti ujian, dan khataman yang
berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.

Selanjutnya evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada
dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk
menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.

Adapun kata pengembangan merupakan terjemahan dari kata development, yang berarti
perkembangan terakhir atau keadaan baru dalam suatu perkara, dengan evaluasi ini, maka
suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya, serta diketahui pula
tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan
kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, sarana prasarana,
lingkungan, dan lain sebagainya.

B. Unsur – Unsur Evaluasi Dan Pengembangan Serta Kedudukannya


Dalam Pendidikan Islam

Evaluasi dan pengembangan pendidikan sebagaimana tersebut di atas amat


dipentingkan dan diperhatikan dalam Islam.

Hal ini misalnya dapat dipahami dari ayat sebagai berikut:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

mengemukakannya kepada para malaikat, lalau Allah berfirman; “Sebutkanlah kepada-Ku

nama-nama benda itu, jika kamu memang orang-orang yang benar”.

Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah

engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi

Mahabijaksana “

(QS. Al-Baqarah (2): 31-32)


C. Macam – macam Evaluasi Dan Pengembangan Pendidikan Islam

1. Evaluasi Formatif.

Evaluasi ini ditujukan untuk mengetahui hasil kegiatan belajar mengajar yang
telah dilakukan oleh guru dan dicapai oleh peserta didik

2. Evaluasi Sumatif

Yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
peserta didk setelah mengikuti pelajaran dalam suatu caturwulan, satu semester
atau akhir tahun dalam rangka menentukan jenjang berikutnya

3. Evaluasi Placement (penempatan)

Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan peserta


didik sebelum mengikuti pelajaran, serta menentukan bidang studi atau jurusan
yang akan dipilihnya.

4. Evaluasi Diagnosis

Yaitu evaluasi yang ditunjukan untuk mengetahui dan menganalisis tentang


keadaan peserta didik, baik yang berkenan dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi, maupun hambatan yang dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar.
D. Syarat Syarat Dan Prinsip Evaluasi

Syarat-syarat evaluasi tersebut di antaranya, persyaratan validity, reliable, dan


efisiensi. Validity terkait dengan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yang ingin diketahui dan
diselidiki, dan soal-soal yang disusun dapat memberikan gambaran keseluruhan dari
kesanggupan anak mengenai bidang tertentu.

Reliable terkait dengan keterpercayaan, yaitu bahwa soal yang disusun dapat
memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang sesungguhnya, serta tidak
menimbulkan tafsiran yang beraneka ragam. Adapun efisiensi, berkaitan dengan kemudahan
dalam pengadministrasian, penilaian, dan interpretasinya.
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Adapun kesimpulan jawaban atas masalah pokok yang diajukan dalam


makalah ini, dikemukakan sebagai berikut:

1.Kata pendekatan memiliki arti yang berbeda-beda tergantung kepada obyek apa
yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan
dikembangkan. Namun dalam hal ini pendekatan yang dimaksud adalah suatu cara
untuk memproses subyek atas obyek dalam mencapai tujuan.

Pendekatan ini juga berarti suatu cara pandang terhadap sebuah obyek
permasalahan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas.
Sedangkan pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh pendidik kepada
peserta didik agar ia mampu berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.
Sehingga secara sederhana dapat dipahami bahwa pendekatan dalam
pendidikan Islam ialah suatu upaya atau cara yang dilakukan oleh pendidik dalam
proses kegiatan belajar mengajar untuk mendekati dan mengantarkan peserta didik
dalam mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk
berakhlak mulia serta mempersiakan peserta didik tersebut untuk hidup secara layak
dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya dan mampu meraih kesempurnaan
hidup dalam segala aspeknya.

2. Keberhasilan dalam menyampaikan materi sangat tergantung bagaiamana pendidik


menggunakan pendekatan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Dalam konteks pendidikan Islam dikenal banyak pendekatan. adapun pendekatan
yang dimaksud dalam makalah ini adalah Pendekatan pengamalan, pengalaman,
rasional, emosional dan pembiasan yang merupakan bagian dari sekian banyak
pendekatan dalam pendidikan Islam.adapu pengertian dari pendekatan yang dimaksud
adalah sebagai berikut;
- Pendekatan pengamalan adalah usaha memberikan materi agama menekankan
kepada segi kemanfaatan kepada peserta didik agar terbiasa mengamalkan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya.

- Pendekatan pengalaman adalah pemberian pengalaman keagamaan peserta didik


dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
-Pendekatan emosional merupakan usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik
mana yang buruk

-Pendekatan pembiasaan merupakan suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya


otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan
lagi.

Melalui pendekatan tersebut diharapkan peserta didik dibawa ke dalam nuansa


pembelajaran yang di dalamnya dapat memberi pengalaman yang berarti melalui
proses pembelajaran sehingga dari proses tersebut diharapkan mereka dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.
DAFTAR PUSTAKA

[1]Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka


tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h.174

[2]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV. J-ART,


2005), h. 598.

[3]A. Qodry Azizy, Pendidikan Untuk Mebangun Etika Sosial: Mendidik Anak
Sukses Masa Depan Pandai dan Bermanfaat (Cet. 2: Anggota IKAPI, 2003), h. 60.

[4]Software “Word Web” (soft ware untuk mencari arti kalimat dalam bahasa
Inggris).

[5]Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoristis untuk Praktek Profesional,


(Bandung: Angkasa, 1983), h. 35-36.

[6]H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 3

[7]Oemar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Al-Falsafah al-Tarbiyah al-Islam


diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul, Filsafat Pendidikan Islam
(Cet.1; Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 399

[8]Muhammad Fadhil al-Jamaly, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an (Cet. 1;


Surabaya: Bina Ilmu, 1986), h. 3

[9]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Isam (Cet. 8; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 51

[10]Ali al- Jumbulati, Dirasatun Muqaaranatun fit-Tarbiyyatil Islamiyah,


diterjemahkan oleh M. Arifin, dengan judul, Perbandingan Pendidikan Islam (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1994)

Anda mungkin juga menyukai