Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 11
KELAS 1 F
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad ﷺbeserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir
zaman. Atas berkat dan karunia-Nya, kami telah selesai menyusun maklah yang berjudul
“Pendekatan Dalam Pendidikan Islam”
Makalah ini kami susun guna untuk menyelesaikan tugas skelompok dari mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam dengan dosen Raicha Oktaviani M.pd. Dalam penyusunannya, kami
mengambil sumber dari beberapa literatur,baik itu dari internet maupun buku-buku pegangan
yang biasa dipakai di kampus UIN RIL. Pembaca mungkin akan menenmukan beberapa
kekurangan dan kesalahan penulisan dalam makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir
kata,semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi Ilmu Pendidikan Islam
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan pada hakikatnya bersumber dari Allah yang kebenarannya bersifat
mutlak. Kebenarannya bisa dibuktikan melalui dua pendekatan, yaitu iman (dalam aspek
metafisik) dan akal (dalam aspek fisik).
Dalam beberapa persoalan, keberadaan akal dapat memperkokoh keyakinan manusia
terhadapa agamanya. Dengan demikian para ilmuwan dalam berbagai bidang keahlian
tersebut sebenarnya bukanlah pencipta ilmu, tetapi penemu ilmu, penciptanya adalah
Tuhan.
Atas dasar paradigma tersebut, seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan
istilahnya, sedangkan hakikat dan substansi ilmu tersebut sebenarnya satu dan berasal dari
Tuhan yang satu. Atas dasar pandangan ini, maka tidak ada dikotomi yang
mengistimewakan antara satu ilmu dengan ilmu lainnya.
Pendidikan Islam merupakan kebutuhan esensial bagi manusia. Sehingga Allah swt.
menempatkan perintah membaca sebagai instruksi pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw.
Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan firman Allah swt. dalam Q.S. al-Alaq / 96: 1-5.
PEMBAHASAN
Pendekatan atau Approach dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “came near
(menghampiri), go to (jalan ke) dan way path dengan (arti jalan). Dalam pengertian ini dapat
dikatakan bahwa approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu. H.M. Habib
Thaha mendefiniskan pendekatan adalah cara pemprosesan subyek atas obyek untuk
mencapai tujuan.
Pendekatan ini juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan, dimana
cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedangkan Oteng Sutisna, lebih
praktis dalam memahami pengertian ”pendekatan”. Pendekatan adalah apa yang hendak ia
kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu.
Pengertian tersebut mengacu pada perkembangan kehidupan manusia di masa yang akan
datang, tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islam yang diamanahkan Allah kepada manusia,
sehingga ia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beberapa pakar pendidikan memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan
tinjauan yang mereka kembangkan dan dengan demikian maka terjadi variasi dan polarisasi
pengembangan pemikiran pendidikan. Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi pendidikan
Islam menurut para ahli, diantaranya ialah:
1. AL-Toumy al-Syaibany
Pendidikan Islam sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku indivdu pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.
2. Fadhil al-Jamaliy
Pendidikan Islam Secara filosofis, bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau
manusia paripurna. Manusia dalam kepribadiannya selalu mencerminkan sikap seorang
muslim yang merealisasikan dengan penuh tanggung jawab hubungannya dengan sesama
manusia (horizontal) serta ketundukan secara totalitas vertikal kepada Allah swt.
Ahmad Tafsir memberikan suatu pandangan bahwa tujuan umum pendidikan Islam
adalah membentuk muslim yang sempurna dalam artian beriman dan bertakwa atau manusia
yang beribadah kepada Allah. Selain itu al-Gazali dan Ali al-Jumbulati juga mengungkapkan
bahwa tujuan pendidikan adalah bersifat keagamaan dan akhlak untuk mendekatkan diri
kepada Allah swt. dan sekaligus untuk mendapatkan keridhaan-Nya, karena agama
merupakan sistem kehidupan yang menitipberatkan pada pengalaman.
Kedua pandangan di atas memberikan makna bahwa pendidikan Islam tidak hanya
bertujuan untuk mengembangkan aspek kognitif tetapi juga mengembangkan aspek afektif
dan psikomotorik yang menyangkut bagaimana akhlak dan sikap yang baik ditengah
masyarakat, serta pengamalan ajaran agama Islam secara kaffah. Untuk mempengaruhi
perubahan sosial ke arah yang lebih baik, maka pendidik haruslah mendidik dan
membimbing peserta didik untuk mengaktualkan ajaran Islam dalam bentuk pengamalan
dengan penuh tanggung jawab dan niat karena Allah swt. karena pada hakikatnya pendidikan
Islam adalah pendidikan yang mengarahkan manusia untuk memiliki wawasan keilmuan
yang luas serta merealisasikan pengetahuannya dalam bentuk pengamalan. Karena, sumber
kebahagiaan di dunia dan di akhirat adalah ilmu yang diamalkan.
Sehingga dapat dipahami bahwa manusia yang diberi rezki oleh Allah berupa ilmu,
kemudian mengamalkan ilmu yang dimilikinya itu untuk memikirkan hal-hal yang positif dan
memikirkan perjuangan dijalan Allah. Manusia yang sedemikian ini akan mendapatkan
derajat yang tinggi dihadapan Allah swt.
2. Pendekatan Pengalaman
3. Pendekatan Rasional
5. Pendekatan Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan merupakan suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis
tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Pembiasaan
pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terbiasa mengamalkan ajaran
agamanya, baik secara individu maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Metode Pembelajaran Pendidikan Islam
1.Metode Qudwah
Bahkan Nabi Muhammad juga dikenal dengan sebutan 'uswatun hasanah'. Ini
menandakan posisi guru begitu penting sebagai panutan baik di lingkungan sekolah dan
masyarakat. Tingkah laku pendidik punya daya sentuh yang lebih besar bagi siswa daripada
apa yang diceramahkan.
2. Metode Khitabah/Qoul
Berceramah masih menjadi metode yang efektif diterapkan dalam setiap suasana.
Sebagaimana kita lihat para dai/kyai yang istiqomah menerapkan metode ini.
Dengan kemampuan bahasa yang fasih dan komunikatif, metode ceramah akan
membuktikan keberhasilan belajar apalagi jika dilengkapi dengan teknologi
terkini/multimedia.
3. Metode Kitabah/Khat
Satu tingkat lebih tinggi dari berceramah adalah kitabah (menulis). Sejarah mencatat,
Nabi Muhammad pernah meminta tawanan perang dan mereka mengajar baca tulis kepada
sahabat yang saat itu belum mampu.
4. Metode hiwar
Syaratnya, topik/materi yang dipelajari dengan jelas batasannya dan memiliki kegunaan
tinggi. Metode ini juga efektif untuk melatih siswa membaca peristiwa dan kejadian terbaru
yang terjadi di lingkungan sekitar.
5. Metode as'ilah wa ajwibah
Santri (siswa) tidak punya keberanian untuk bertanya apalagi bertanya kepada ustadz.
Padaha tidak demikian. hubungan guru dan murid terjalin atas dasar tawadhu'. Sehingga
proses tanya-jawab tidak bisa dilihatnya.
6. Metode musyawarah
Ada banyak manfaat pelatihan. Selain itu, kreativitas kreativitas siswa, juga
membantu membantu belajar di saat ia memahami siswa yang lebih mampu.
Bahtsul masail telah menjadi tradisi di lingkungan pesantren. Inilah salah satu metode
menemukan solusi / dasar hukum dari setiap masalah kontemporer.
8. Metode Tafakkur-tadzakkur
Meskipun metode ini merupakan tradisi para sufi dan Islam terdahulu, tidak ada
salahnya dicoba untuk siswa pendidikan dasar sekalipun. Tentu saja harus menyesuaikan usia
dan kemampuan berpikirnya.
9. Metode Muhasabah an-nafs
Muhasabah an-nafs atau introspeksi diri dilakukan sebagai bentuk rasa cinta terhadap
diri sendiri sekaligus ungkapan syukur kepada Tuhan atas ilmu yang telah diberikan.
Jika dicermati, inilah metode yang jarang dilakukan guru sehingga berdampak pada
kurangnya pengenalan siswa terhadap potensinya masing-masing.
Muhasabah bisa dilakukan setiap akhir pekan atau akhir semester, untuk mengukur
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Metode bercerita sangat tepat untuk menjelaskan kisah para tokoh muslim atau
peristiwa sejarah lainnya. Namun, perhatikan target yang ingin dicapai. Metode qishah
disebut berhasil manakala siswa mampu mengambil pelajaran yang baik yang bisa dijadikan
contoh untuk diikuti.
Latihan secara berkelanjutan (drill) sering dipakai untuk digunakan ketika hendak
mengikuti tes/ujian akhir. Selain itu, metode ini sangat efektif untuk melatih keterampilan
bahasa asing (Arab, Inggris, dan lain-lain).
Saat ini banyak lembaga pendidikan Islam yang berhasil menciptakan lingkungan
bahasa (bi'ah lughawiyah), bahasa asing dijadikan sebagai bahasa ibu dan alat komunikasi
sehari-hari.
13. Metode Tathbiq
Tujuan penggunaan metode ini agar teori yang dipelajari bisa langsung dialami dan
diaplikasikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami suatu materi ajar.
Latihan secara berkelanjutan (drill) sering dipakai untuk digunakan ketika hendak
mengikuti tes/ujian akhir.
Selain itu, metode ini sangat efektif untuk melatih keterampilan bahasa asing (Arab,
Inggris, dan lain-lain). Saat ini banyak lembaga pendidikan Islam yang berhasil menciptakan
lingkungan bahasa (bi'ah lughawiyah), bahasa asing dijadikan sebagai bahasa ibu dan alat
komunikasi sehari-hari.
2.3 Evaluasi Dan Pengembangan Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian
dan penaksiran.
Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan yang berarti ujian, dan khataman yang
berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.
Selanjutnya evaluasi dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada
dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk
menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan.
Adapun kata pengembangan merupakan terjemahan dari kata development, yang berarti
perkembangan terakhir atau keadaan baru dalam suatu perkara, dengan evaluasi ini, maka
suatu kegiatan dapat diketahui atau ditentukan tarap kemajuannya, serta diketahui pula
tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, menemukan
kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan materi, metode, fasilitas, sarana prasarana,
lingkungan, dan lain sebagainya.
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah
engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana “
1. Evaluasi Formatif.
Evaluasi ini ditujukan untuk mengetahui hasil kegiatan belajar mengajar yang
telah dilakukan oleh guru dan dicapai oleh peserta didik
2. Evaluasi Sumatif
Yaitu evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
peserta didk setelah mengikuti pelajaran dalam suatu caturwulan, satu semester
atau akhir tahun dalam rangka menentukan jenjang berikutnya
4. Evaluasi Diagnosis
Reliable terkait dengan keterpercayaan, yaitu bahwa soal yang disusun dapat
memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang sesungguhnya, serta tidak
menimbulkan tafsiran yang beraneka ragam. Adapun efisiensi, berkaitan dengan kemudahan
dalam pengadministrasian, penilaian, dan interpretasinya.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
1.Kata pendekatan memiliki arti yang berbeda-beda tergantung kepada obyek apa
yang akan menjadi tema sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan
dikembangkan. Namun dalam hal ini pendekatan yang dimaksud adalah suatu cara
untuk memproses subyek atas obyek dalam mencapai tujuan.
Pendekatan ini juga berarti suatu cara pandang terhadap sebuah obyek
permasalahan, dimana cara pandang tersebut adalah cara pandang yang luas.
Sedangkan pendidikan Islam ialah bimbingan yang diberikan oleh pendidik kepada
peserta didik agar ia mampu berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
Islam.
Sehingga secara sederhana dapat dipahami bahwa pendekatan dalam
pendidikan Islam ialah suatu upaya atau cara yang dilakukan oleh pendidik dalam
proses kegiatan belajar mengajar untuk mendekati dan mengantarkan peserta didik
dalam mengenal dan mencari keridhaan Allah, membangun budi pekerti untuk
berakhlak mulia serta mempersiakan peserta didik tersebut untuk hidup secara layak
dan berguna di tengah-tengah komunitas sosialnya dan mampu meraih kesempurnaan
hidup dalam segala aspeknya.
[3]A. Qodry Azizy, Pendidikan Untuk Mebangun Etika Sosial: Mendidik Anak
Sukses Masa Depan Pandai dan Bermanfaat (Cet. 2: Anggota IKAPI, 2003), h. 60.
[4]Software “Word Web” (soft ware untuk mencari arti kalimat dalam bahasa
Inggris).
[6]H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Cet. 1; Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 3
[9]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Isam (Cet. 8; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 51