Anda di halaman 1dari 26

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: DR.H.Yusuf, M.pd.

Oleh:

Ubaidillah (2108103140)

Siti Salwa Balqis (2108103039)

KELAS 3 A

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CIREBON

2022

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi Robbil’Alamin, segala puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
yang berjudul “PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM” ini dengan baik.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak DR.H.Yusuf,
M.pd. pada mata Ilmu Pendidikan Islam di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Selain itu, tugas ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan .

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa maupun pembacanya tidak lupa untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dosen pengampu bapak DR.H.Yusuf, M.pd.


2. Kepada teman teman dari prodi bahasa inggris

Semoga semua yang membantu, memberi dukungan, dan partisipasi kepada penulis mendapat
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Cirebon, 19 September 2022

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkaitan dengan pengembangan imtak dan akhlak mulia maka yang perlu dikaji
lebih lanjut ialah peran pendidikan agama. Karena pendidikan keagamaan berfungsi
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli ilmu agama.
Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem adalah suatu kegiatan yang di dalamnya
terkandung aspek tujuan, kurikulum, guru, metode, pendekatan, sarana prasarana,
lingkungan, administrasi, dan sebagainyayang antara satu sama lainnya saling berkaitan
dan membentuk suatu sistem yang terpadu.
Dalam proses pendidikan Islam, pendekatan memiliki kedudukan yang sangat
signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan melalui pendekatan sebagai seni dapat
mentransfer ilmu pengetahuan atau materi pelajaran kepada peserta didik dianggap lebih
signifikan dibanding dengan materi itu sendiri.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak
didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai
makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka penting untuk
meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk itu, pendidik perlu
menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala
perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.
Sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh
peserta didik walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu
menarik. Sebaliknya, sebagus apapun materi yang akan diajarkan, jika cara
penyampaiannya kurang tepat maka semua itu tidak akan bisa dicerna oleh peserta didik,
sehingga tujuan yang sudah ditetapkan akan menjadi sia-sia dan percuma.
Dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan suatu kejelian dan keprofesionalan
pendidik untuk menentukan pendekatan yang akan dilakukan dalam proses mengajar,
pendidik harus dapat menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana agar dapat
tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan karena pandangan guru terhadap anak didik
akan menentukan sikap dan perbuatan anak didik. Setiap pendidik tidak selalu memiliki
suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik. Hal inilah yang dapat memunculkan
penggunaan beberapa pendekatan dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Metode pendidikan islam?
2. Apa saja macam-macam pendekatan dan metode ilmu pendidikan islam?
3. Bagaimana metode pembelajaran dengan pendekatan ilmu pendidikan islam?
4. Bagaimana konsep evaluasi pendidikan islam?
5. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran ilmu pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui metode pembelajaran dengan pendidikan ilmu pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan islam.
5. Untuk Mengetahui tingkat efektifitas metode yang digunakan dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang di pelajari.

BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE PENDIDIKAN ISLAM
a. Pengertian metode pendidikan islam
1. Pengertian Metode

Dari segi bahasa metode barasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berati melalui
dan hodos berarti cara atau jalan. Dengan demikian metode berarti suatu cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan.
Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai
tujuan. Jalan untuk mencapai tujuan ini ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk
menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau
tersistemalisasikannya suatu pemikiran. Metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk
mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau
temuan. Dengan metode serupa itu, ilmu apapun bisa berkembang.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Pendidikan islam adalah pendidikan yang berasaskan ajaran atau tuntunan agama islam
dalam usaha membina dan membentuk pribadi-pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah
SWT, cinta dan kasih terhadap kedua orang tua dan sesama hidupnya, cinta kepada tanah air
sebagai karunia yang diberikan Allah, memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya, alam sekitarnya, hingga memberi
kemaslahatan bagi diri dan bagi masyarakat pada umumnya ( pribadi islami )
Selanjutnya jika metode itu dikaitkan dengan pendidikan islam, dapat diartikan sebagai jalan
untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi
obyek sasaran, yaitu pribadi islami. Selain itu, metode juga dapat membawa arti sebagai cara
untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran islam, sehingga terus berkembang
sesuai perkembangan zaman.

3. Fungsi Metode pendidikan islam

Hampir seluruh disiplin keilmuan dalam menberikan proses belajar mengajarnya


menggunakan metode. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa metode mempunyai
fungsi yang penting. Pada intinya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada obyek
sasaran dengan cara yang sesuai dengan obyek sasaran tersebut.
Metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada penciptanya sebagai
khalifah dimuka bumi dengan melakukan pendekatan dimana manusia ditempatkan sebagai
makhluk yang memiliki potensi jasmaiah dan rohaniah yang keduanya dapat digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu prinsip yang umum dalam
memfungsikan metode yaitu prinsip agar pelajaran dapat disampaikan dalam suasana yang
menyenagkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi. Sehingga dengan mudah
materi dapat disampaikan.

Metode sangat berfungsi dalam penyampaian materi pendidikan. namun, dalam hal itu
menurut perspektif al-Quran harus bertolak dari pandangan yang tepat kepada manusia
sebagai makhluk yang dapat didik melalui pendekatan jasmani, jiwa dan akal pikiran. Karena
itu ada materi yang berkenaan dengan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik dan
kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda-beda.

Jadi, dalam penggunaan metode dapat dilakukan dengan menyelidiki obyek yang akan
menerima materi sehingga dapat ditentukan metode apa yang cocok untuk dipakai karena
tepat dan tidaknya metode yg digunakan akan menentukan keberhasilan siswa.

b. Konsep Metode Pendidikan Islam

Ada beberapa konsep metode pendidikan islam menurut para pemikir pendidikan
islam diantaranya:

1. Al Ghazali

Perhatian Al-Ghazali terhadap metode pengajaran lebih dikhususkan bagi pengajaran


pendidikan agama untuk anak-anak. Untuk ini ia telah mencontohkan suatu metode
keteladanan bagi mental anak-anak, pembinaan budi pekerti, dan penanaman sifat-sifat
keutamaan pada diri mereka. Metode pengajaran menurut Al-Ghazali dapat dibagi menjadi
dua bagian antara pendidikan agama dan pendidikan akhlak.

Metode pendidikan agama menurut Al-Ghazali pada prinsipnya dimulai dengan hapalan dan
pemahaman, kemudian dilanjutkan dengan keyakinan dan pembenaran, setelah itu penegakan
dalil-dalil dan keterengan-keterangan yang menguatkan akidah.
Al-Ghazali berpendapat bahwa pendidikan agama harus mulai diajarkan kepada anak-anak
sedini mungkin. Sebab dalam tahun-tahun tersebut, seorang anak mempunyai persiapan
menerima kepercayaan agama semata-mata dengan mengimankan saja dan tidak dituntut
untuk mencari dalilnya. Sementara itu berkaitan dengan pendidikan akhlak, pengajaran harus
mengarah kepada pembentukan akhlak yang mulia. Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak
adalah suatu sikap yang mengakar di dalam jiwa yang akan melahirkan berbagai perbuatan
baik dengan mudah dan gampang tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.

2. Ibnu Khaldun

Menurut Ibn Khaldun bahwa mengajarkan pengetahuan kepada pelajar hanyalah


bermanfaat apabila dilakukan dengan berangsur-angsur, setapak demi setapak dan sedikit
demi sedikit. Pertama-tama harus diberi pelajaran tentang soal-soal mengenai setiap cabang
pembahasan yang dipelajarai. Keterangan-keterangan harus diberikan secara umum sesuai
dengan kekuatan pikiran dan kesanggupan untuk menerima pelajaran. Setelah memahami hal
itu barulah mempelajari hal hal pokok tentang seluk beluknya. 

3. Ikhwanus Shafa

Dia mengemukakan prinsip “mengajar dari hal yang konkrit ke abstrak”. Berkata
ikhwanus Shafa dalam rasailnya: seharusnya orang yang ada (maujudat), ialah agar
mengetahui dasar-dasar itu menurut hakikatnya maka pertama-tama supaya dia mempelajari
dasar-dasar segala yang konkrit yang dapat diraba. Dengan demikian akan terbuka pikirannya
dan menjadi kuat untuk mempelajari segala yang abstrak. Karena pengenalan hal yang
konkret lebih banyak menolong bagi pelajar-pelajar pemula untuk memahami.

Metode pemberian contoh-contoh menurut mereka sangat perlu dalam pengajaran. Anak akan
mudah menerima pelajaran-pelajaran, contoh-contoh dan misal-misal dalam penulisan
karangan-karangan mereka (Rasaail) ikhwanus shafa. Banyak sekali keruwetan-keruwetan
falsafiyah dapat diuraikan mereka dengan jelas dengan menggunakan contoh-contoh dan
perumpamaan-perumpamaan.

4. Az –Zarnuji
Prinsip metodologi pendidikan selalu menunjukan aspek berganda. Satu aspek
menunjukan anak belajar di aspek lain menunujukan guru mengajar. Untuk mengadakan
tinjauan terhadap pikiran syekh az Zarnuji. Maka terebih dahulu dikemukakan dua prinsip
pendidikan modern untuk dijadikan patokan.

Metode belajar tergantung pada kualitas mental tiap individu. Beberapa kualitas
mental itu lebih kurang bersamaan diantara anak-anak. Hal ini memungkinkan untuk
menyusun metode umum dalam mengajar sehingga anak-anak dapat diorganisir ke dalam
kelas. Namun, perlu diingat secara mendetail anak-anak itu berbeda satu sama lain baik
fisiknya, tempramennya ataupun kecerdasanya. Karena itu masih diperlukan metode
mengajar yang dapat memenuhi kebutuhan khusus tiap individu.

 Prinsip pertama. menghafal dan memahami

Mengemukakan cara belajar menghafal dan memahami, karena kedua cara ini berkaitan
dengan sifat khusus individu. Mengulang dan menghafal. Cara ini sudah umum dalam
pendidikan islam. Belajar satu huruf mengulang ribuan kali, makin bayak mengulang makin
baik. Lalu menghafalkan diluar kepala.untuk memudahkan menghafal, para ulama menyusun
mata pelajaran dalam bentuk syair (poetis).
Memahami dan mencatat, sebelum dihafal haruslah lebih dl dipahami sesudah hafal dan
paham barulah dicatat. Mencatat sebelum menghafal menuru Az Zurnuji menyebabkan
kelelahan jiwa, mengurangi kecerdasan dan membuang waktu.

 Prinsip kedua, muzakarah, munzarah dan mutharahah

Muzakarah ( metode soal jawab antara sesame pelajar) Pelajar yg satu menyampaikan soal ke
yang lain dengan maksud membangkitkan ingatan terhadap pelajaran yang sudah diterima.
Munazarah diambil dari kata nazharun yang berarti pandamgan dapat dikatakan sebagai
metode diskusi kelompok kecil (small group discussion) jumlah anggota 5-6 orang. Masing-
masing anggota mempunyai pandangan (nazhar) untuk menyampaikan pandanganya kepada
orang lain. Dalam kelompok ini lahir kerjasama antara anggota kelompok untuk membahas
mata pelajaran yang telah diterima atau membahas isi kitab
Muthaharahah dari kata tharahum menurut bahasa melontari. Metode ini dapat dinamakan
metode kelas (class discussion). Anggota yang satu mengkritik pendapat anggota yang lain
jika diskusi kelompok dipmpin anggota, jika diskusi kelas dipimpin oleh guru. Dalam diskusi
ini sudah dibawa problem untuk dipecahkan secara bersama.
Kesemuanya ini bersifat musyawarah karena dilakukan lebih dari satu orang untuk mencari
kebenaran dan kebenaran itu dapat ditemukan dengan pemikiran masing-masing anggota.

5. Ibnu Sina

Konsep metode yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain terlihat pada setiap materi pelajaran.
Dalam setiap pembahasan materi pelajaran Ibnu Sina selalu membicarakan tentang cara
mengajarkan kepada anak didik. Berdasarkan pertimbangan psikologinya, Ibnu Sina
berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada
bermacam-macam anak didik dengan satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai
cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya.

Penyampaian materi pelajaran pada anak menurutnya harus disesuaikan dengan sifat dari
materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak akan
kehilangan daya relevansinya. Metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain
metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi, dan penugasan.
 

C. Macam-macam Metode Pendidikan Islam

Al Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam
penyampaian pendidikan, antara lain:

1. Metode Teladan

Dalam Q.S. Al Ahzab: 21 yang artinya: “Dalam diri Rosulluloh itu kamu dapat menemukan
teladan yang baik” dari ayat itu mengandung makna bahwa dalam ayat itu diangkat sebagai
bukti adanya metode keteladanan dalam al-Quran. Muhammad Quthb mengisyaratkan bahwa
didalam diri Rosulluloh, Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi islam, suatu
bentuk yang hidup dan abadi sepanjang sejarah masih berlangsung. Metode ini dianggap
penting karena aspek agama yang termasuk kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk
tingkah laku (behavioral).
2. Metode Kisah –kisah

Dalam al-Quran juga terdapat kisah-kisah, yang menurut Quraish Shihab bahwa dalam
mengemukakan kisah al-Quran tidak segan untuk menceritakan kelemahan manusiawi.
Namun hal itu menurutnya digambarkan sebagaimana adanya. Kisah tersebut biasanya
menggaris bawahi akibat kelemahan itu atau dengan melukiskan saat kesadaran manusia dan
kemenangannya mengalahkan kelemahannya tadi.

3. Metode Nasihat

Didalam al-Quran terdapat kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan


manusia kepada ide yang dikehendakinya. Nasihat yang disampaikan selalu disertai panutan
atau teladan dari si pemberi nasehat. Ini menunjukan bahwa dalam satu metode yakni nasehat
dengan metode lain dalam hal ini keteladanan bersifat melengkapi.

4. Metode Pembiasaan

Cara lain yang digunakan al-Quran dalam memberikan pelajaran adalah dengan melalui
kebiasaan yang sifatnya bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang
bersifat negatif. Al-Quran menjadikan kebiasaan itu sebagai salah satu metode pendidikan
yang merubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan.

5. Metode ceramah (Khutbah)

Ceramah merupakan metode yang paling banyak dilakukan untuk menyampaikan atau
mengajak orang lain mengikuti ajaran yang telah ditentukan. Metode ceramah adalah cara
penyajian pelajaran, yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara
langsung terhadap peserta didik. 

Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis
besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan
bahan yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil jika mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari peserta didik, disajikan secara sistematik, menggairahkan dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merespons serta motivasi belajar yang kuat
dari peserta didik.
6. Metode Diskusi

Metode diskusi diperhatikan dalam al-Quran dalam mendidik dan mengajar manusia dengan
tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masalah.
Misalnya dalam Q.S. al-Ankabut: 49 yang artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengn
ahli kutab, melinkan dengan cara yang baik”. Metode diskusi sangat diakui dalam
pendidikan islam. Namun, sebagaimana disebutkan diskusi itu harus didasarkan kepada cara-
cara yang baik.

7. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang
dikemukakan oleh guru yang harus dijawab oleh siswa. Dalam praktiknya, metode tanya
jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran
yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses tanya jawab yang berlangsung
dan diakhiri tindak lanjut.

Metode tanya jawab banyak digunakan karena banyak menarik perhatian, merangsang daya
pikir, membangun keberanian, melatih kemampuan berbicara dan berpikir secara teratur serta
sebagai alat untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik secara objektif.

B. PENDEKATAN PENDIDIKAN ISLAM


a. Pengertian pendekatan pendidikan islam
Kata pendekatan berasal dari kata dasar "dekat" yang artinyatidak jauh, hampir, akrab,
kemudian mendapat awalan dan ahiran sehingga menjadi pendekatan yang mengandung
arti proses pembuatan,cara mendekati Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk
mengadakan hubungan yang diteliti. Metode-metode untuk mencapai suatu pengertian
terhadap apa yang diteliti. Menurut istilah, Taufik Abdullah yang dikutip oleh Dr. Abuddin
Nata memberikan interpretasi tentang pendekatan adalah cara pandang atau paradigma
yang terdapat dalam suatu bidang yang digunakan untuk memahami agama. Melihat dari
persepsi tersebut diatas maka istilah pendekatan merupakan suatu proses yang dilalui oleh
seseorang untuk mendapatkan suatu hasil yang semaksimal mungkin. Pendekatan dapat
diklasifikasikan kepada pendekatan yang subyektif dan obyektif.
Sedangkan Istilah pendidikan berasal dari kata "didik" dengan memberikan awalan
"pe" dan ahiran "kan" mengandung arti "perbuatan" (hal, cara, dan sebagainya) Istilah
pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani yaitu "paedagogis" yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam
bahasa inggris dengan "education" yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa Arabistilah ini sering diterjemahkan dengan "Tarbiyah" yang berarti pendidikan.
Dari pengertian-pengertian di atas dapatlah dikatakan bahwa pendidikan islam (al-
tarbiyahal-islamiyah) mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan
bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya),
teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, halus tutur katanya baik
dengan lisan atau tulisan.?

Jadi, pendekatan dalam pendidikan Islam adalah cara pandang atau paradigm yang
dipakai dalam menginterpretasikan nilai-nilai agama Islam lewat pendidikan dengan
tujuan untuk membentuk manusia seutuhnya yang beriman kepada Allah SWT.

Ada beberapa istilah yang mempunyai arti yang hampir sama dan menunjukkan
tujuan yang sama dengan pendekatan, yaitu theoritical framework, conceptual framework,
approach, perspective, point of view (sudut pandang), dan paradigm. Semua istilah ini bisa
diartikan sebagai cara memandang dan menjelaskan gejala atau peristiwa.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah 1) proses perbuatan, cara
mendekati. 2) Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang diteliti; metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan: “approach” dalam
bahasa Arab disebut dengan ”madkhal”.
Secara terminologi Mulyanto Sumardi menyatakan bahwa pendekatan bersifat
axiomatic. Ia terdiri dari serangkaian asumsi mengenai hakikat bahasa dan pengajaran
agama Islam serta belajar agama Islam.
Pendekatan selalu terkait dengan tujuan, metode, dan teknik. Karena teknik yang
bersifat implementasional dalam pengajaran tidak terlepas dari metode apa yang
digunakan. Sementara metode sebagai rencana yang menyeluruh tentang penyajian materi
pendidikan selalu didasarkan dengan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

1
Nurjannah Rianie, Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, vol.1 No.1, hal.106
Dalam proses pendidikan Islam, pendekatan mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang sangat bermakna
bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat
dipahami atau diserap oleh anak didik dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional
terhadap tingkah lakunya.
Pendidikan tidak akan efektif apabila tidak melakukan pendekatan ketika
menyampaikan suatu materi dalam proses belajar mengajar. Dalam proses pendidikan
agama Islam pendidikan tepat guna adalah pendidikan yang mengandung nilai-nilai yang
sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan
nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pendekatan merupakan proses kegiatan
yang dilakukan dalam hal mendekati sesuatu. Jika dikaitkan dengan pendekatan
pendidikan berarti suatu proses kegiatan, perbuatan, dan cara mendekati bidang
pendidikan sehingga mempermudah pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut. Jika dalam
kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode
tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan.

b. Macam-macam Pendekatan Ilmu Pendidikan Islam


1. Pendekatan Ilmu Pendidikan Islam
Perwujudan strategi pendidikan islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk
metode pendidikan yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach). Untuk
pendekatan pendidikan islam, dapat berpijak pada firman Allah swt. Sebagai berikut:
QS. Al-Baqarah ayat 151
‫ا َل ْم‬RR‫ ةَ َويُ َعلِّ ُم ُك ْم َم‬R‫اب َو ْال ِح ْك َم‬Rَ
َ ‫ َز ِّكي ُك ْم َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ْال ِكت‬Rُ‫ا َوي‬RRَ‫َك َما َأرْ َس ْلنَا فِي ُك ْم َرسُوال ِم ْن ُك ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ُك ْم آيَاتِن‬
)١٥١( َ‫تَ ُكونُوا تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami
telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-
Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.
QS. Al-Imran ayat 104:
ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
)١٠٤( َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوُأولَِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬

Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hal. 99-100
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah
orang-orang yang beruntung”.
Macam-macam pendekatan pembelajaran ilmu pendidikan islam akan
dijelaskan lebih lanjut, sebagai berikut;
a. Pendekatan Filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, ilmu pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai studi tentang proses kependidikan yang didasari oleh nilai-nilai ajaran
Islam yang bersumber pada kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad
saw. Para ulama salaf dan khalaf (baru) serta para ilmuwan muslim, terutama yang
menaruh minat terhadap ilmu pendidikan Islam telah banyak menginterpretasikan
dan menganalisis sistem nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadits
menjadi ajaran dan pedoman yang mendasari proses kependidikan Islam.
Sedangkan operasionalisasinya dalam bentuk teknis diwujudkan dalam berbagai
ragam model dan pola serta metode sesuai dengan taraf kemampuan berpikir
konsepsional mereka masing-masing dari zaman ke zaman.
Yang esensial dari pendekatan filosofis ini adalah lahirnya sikap dan
pandangan dasar yakni meyakini bahwa Islam sebagai wahyu mengandung
konsep, wawasan, dan ide dasar yang memberi inspirasi terhadap pemikiran umat
manusia dalam rangka menyelesaikan permasalahan kehidupannya. Pendekatan
filosofis ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau “homo
ratonal” sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan
kepada sejauh mana pengembangan berpikir dapat dikembangkan.
Dalam proses belajar mengajar, pendekatan filosofis dapat diaplikasikan
ketika guru mengajar. Contohnya pada pelajaran mengenai proses terjadinya
penciptaan alam, atau pada proses penciptaan manusia, dari mana manusia
berasal, bagaimana proses kejadiannya sampai pada terciptanya bentuk manusia.
Hal ini terus berlangsung sampai batas maksimal pemikiran manusia (hingga pada
zat yang tidak dapat dijangkau oleh pemikiran, yaitu Allah SWT.).
Dalam hal ini, al-Qur’an benar-benar memberikan motivasi kepada manusia
untuk selalu menggunakan pikirannya (rasio) secara tepat guna untuk menemukan
hakikatnya selalu hamba Allah, selaku makhluk sosial dan selaku khalifah bumi.
Pendekatan filosofis.
Mengenai pendektan filosofis ini, dalam al-Qur’an memberikan konsep secara
konkrit dan mendalam. Terbukti dengan adanya penghargaan Allah kepada
manusia yang selalu menggunakan pemikirannya (rasio). Ungkapan pengahargaan
tersebut terulang sebanyak 780 kali salah satu di antaranya yaitu QS. al-Baqarah
[2]:269 :

‫يُْؤ تِى ا ْل ِح ْك َمةَ َمن يَشَا ُء َو َمن يُْؤ تَ ا ْل ِح ْك َمةَ فَقَ ْد ُأوتِ َى َخ ْي ًرا َكثِي ًرا َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإالَّ ُأ ْولُو ْا االلباب‬

269. Allah memberikan hikmah, kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan


barang siapa yang telah diberi hikmah itu, maka sungguh ia telah diberi
kebaikan yang banyak. Dan tiadalah yang dapat mengambil pelajaran kecuali
orang-orang berakal. (QS. al-Baqarah [2]:269).

Tujuan pendekatan ini dimaksudkan agar siswa dapat menggunakan


pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya.
Sehingga siswa terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan
berpikirnya.2

b. Pendekatan Sosio-Kultural
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk
yang bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai “homo
socius” dan “homo sapiens” dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan.
Pada hakikatnya, manusia itu di samping sebagai makhluk individual juga sebagai
makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendiri ataupun terpisah dari
manusia-manusia yang lain. manusia senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok
kecil, seperti keluarga atau kelompok yang lebih luas lagi yaitu masyarakat.
Pendekatan ini sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa
dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pola
pendekatan ini ditekankan pada aspek tingkah laku di mana guru hendaklah dapat
menanamkan rasa kebersaman, dan siswa dapat menyesuaikan diri, baik dalam
individu maupun sosialnya. Semua bentuk-bentuk konkrit mengenai manusia
sebagai makhluk bermasyarakat juga dilakukan guru untuk mencapai pemahaman
atau memberikan satu pengertian kepada anak didik yang secara fungsional dapat
memberikan perubahan tingkah laku pada pemikirannya.
c. Pendekatan Fungsional

2
Ibid, hal.100-101
Sesuai dengan pengertian fungsional yaitu dilihat secara fungsi, maka yang
dimaksud dengan pendekatan fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan
Islam yaitu penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi
kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan kepada pendekatan ini, materi yang dipersiapkan untuk
disampaikan kepada anak didik adalah materi yang sesuai dengan kebutuhan anak
didik dalam kehidupan bermasyarakat. Karena harus disadari sepenuhnya, bahwa
materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik tidak hanya sekedar untuk
memajukan aspek kognitifnya, tetapi juga untuk kelangsungan kehidupannya di
masa mendatang.
Melalui pendekatan fungsional, hendaknya setiap sekolah di tanah air dapat
menjembatani keinginan tersebut di atas. Oleh karena itu dibutuhkan metode
mengajar yang serasi, seimbang, dan progresif guna mencapai tujuan yang
dimaksud. Seiring dengan itu, ada beberapa metode yang bisa digunakan dalam
merealisasikan pendekatan yang dimaksud antara lain metode latihan, metode
ceramah, metode tanya jawab, metode pemberian tugas dan metode demonstrasi.
d. Pendekatan Emosional
Emosional secara lughawi berarti menyentuh perasaan, mengharukan. Secara
terminologi, pendekatan emosional yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan
emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya.
Melalui pendekatan emosional, setiap guru tau pendidik selalu berusaha untuk
membakar semangat anak didiknya dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama
yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an. Memberikan sentuhan ruhani kepada
anak didik diyakini sangat besar kontribusinya dalam memicu dan memacu
semangat mereka dalam beribadah dan menuntut ilmu.
Asumsi di atas didukung oleh sebuah keyakinan bahwa setiap manusia
memiliki emosi, dan emosi selalu berhubungan dengan perasaan, setiap orang
yang disentuh perasaannya, secara otomatis emosinya juga akan tersentuh.3
e. Pendekatan Peda (strategi mengajar) dan Psikologis
Pendekatan ini menuntut kita untuk berpandangan bahwa manusia adalah
makhluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan
rohaniah dan jasmaniah yang memerlukan bimbingan dan pengarahan melalui
proses kependidikan.
3
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, hal. 103-106
Sedangkan, menurut Ramayulis setidaknya ada tujuh pendekatan yang dapat
digunakan pendidikan Islam dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu :
a. Pendekatan pengalaman.
Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada
peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan
ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan,
baik secara individual maupun kelompok. Ada pepatah yang mengatakan bahwa
pengalaman adalah guru yang paling baik.
Meskipun pengalaman diperlukan dan dicari selama hidup, namun tidak
semua pengalaman dapat bersifat mendidik (educatif) karena ada pengalaman
yang tidak bersifat mendidik. Pemberian pengalaman yang educatif kepada
peserta didik berpusat kepada tujuan yang member arti terhadap kehidupan anak,
interaktif dengan lingkungan.
b. Pendekatan pembiasaan.
Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadang kala tanpa
dipikirkan. Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan
kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajaran agamanya baik
secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Menumbuhkan pembiasaan yang baik tidaklah mudah, sering memakan waktu
yang panjang. Tetapi bila sudah membudaya kebiasaaan itu sulit pula untuk
mengubahnya.
c. Pendekatan emosional.
Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik
dan mana yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri
seseorang. Emosi tersebut berhubungan dengan perasaan. Seseorang yang
mempunyai peraasaan pasti daapt merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah
maupun perasaan rohaniah. Di alam perasaan rohaniah tercakup perasaan
intelektual, estetis, etis, sosial, dan perasaan harga diri.
d. Pendekatan Rasional
Pendekatan Rasional yaitu suatu pendekatan mempergunakan rasio dalam
memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Manusia adalah
makhluk ciftaan Allah yang sempurna dan berbeda dengan makhluk yang lainnya.
Perbedaan manusia dengan makhluk lain terletak pada akal, dengan kekuatan
akalnya manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk,
bahkan dengan akal yang dimilikinya juga manusia juga dapat membenarkan dan
membuktikan adanya Allah.
e. Pendekatan fungsional
Pendekatan fungsional yaitu suatu pendekatan dalam rangka usaha
menyampaikan materi agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatan pada
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Ilmu Agama yang dipelajari anak di sekolah bukanlah hanya
sekedar melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam
kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial. Dengan agama anak
anakdapt meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan demikian pendekatan
fungsional berarti anak dapat memanfaatkan ajaran dalam kehidupan sehari-hari
baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat. Sabda Rasulullah saw:
‫خيرالناس انفعهم لناس‬
“Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang member manfaat (nilai guna) bagi
manusia”.
f. Pendekatan keteladanan.
Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan baik yang
berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal
sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lainnya yang mencerminkan
akhlak terpuji, maupun yang tidak langsungmelalui suguhan ilustrasi berupa
kisah-kisah ketauladanan.
Kecenderungan mnausia untuk belajar lewat peniruan menyebabkan
keteladanan menjadi sangat penting artinya dlam proses pendidikan. Rasulullah
merupakan suri tauladan bagi umat manusia. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab
ayat 21
)٢١( ‫ُول هَّللا ِ ُأس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬
ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.4

4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006, hal. 246
g. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau terpusat pada siswa (student centered approuach). Di dalam
pembelajraan dengan pendekatan saintifik peserta didik mengkonstruksi
penegetahuan bagi dirinya.

2. Metode Pembelajaran Ilmu Pendidikan Islam


Metode adalah cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Metode
Pendidikan Islam adalah cara-cara yang ditempuh dan dilaksanakan dalam pendidikan
islam agar mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. Adapun pendidikan islam
yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal, di sekolah umum sampai perguruan
tinggi, masih tetap menggunakan metod ceramah, diskusi, penugasan, praktik, dan
pelatihan.
Metode pendidikan islam harus diterapkan sejak awal dalam keluarga, dan
pendidikan islam yang paling intensif dan efisien adalah pendidikan islam yang
menggunakan metode yang interaksional dalam keluarga, sebagaimana pembelajaran
yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak-anaknya.5 Adapun metode pendidikan
yang digunakan antara lain : sebaimana yang dikemukakan Ustaz Muhammad Said
Ramadhan Al-buwy-thi dalam bukunya yang berjudul : “Al-Man hajut Tarbawi Faried
fil Quran”, menyatakan bahwa ada tiga macam asas/dasar yang dipakai Al-Qur’an
untuk menanamkan pendidikan, yaitu:
a. Muhakamah Aqliyah, mengetok akal pikiran untuk memecahkan segala
sesuatu. Di dalam tingkat ini Al-Qur’an menyadarkan setiap akal manusia
untuk memikirkan asal-usul dirinya, mulai dari mula jadinya, kemudian
perkembangan baik fisik maupun akal dan ilmunya ataupun mental
spiritualnya.
b. Al-Qisah Wat Tarikh, menggunakan cerita-cerita dan pengetahuan sejarah.
Dengan menggunakan cerita atau peristiwa, dan dengan membuka lembaran-
lembaran sejarah diamsa lampau, Tuhan mengajak manusia supaya supaya
bercermin kepada fakta dan data dimasa dahulu itu, untuk melihat dirinya.
Berbagai cerita yang disebut oleh Al-Qur’an dan dengan caranya yang khas Al-
Qur’an menghidupkan sejarah-sejarah untuk memberanikan hati manusia untuk

5
Beni Ahmad Saebani. Dkk, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PUSTAKA SETIA, 2009, hal.260-261
zaman yang dihadapinya dan masa-masa depan terbentang untuk diisi dengan
pendidikan kepada anak-anak atau pemuda-pemuda.
c. Al-Itsarah Al-Wijdaniyah, memberikan perangsang kepada kepada perasaan-
perasaan. Membangkitkan rangsangan perasaan-perasaan, adalah jalan yang
terpendek untuk menanamkan suatu karakter kepada anak-anak atau pemuda-
pemuda. Dan perasaan-perasaan itu terbagi terbagi kepada :
1) Perasaan pendorong, yaitu rasa gembira, harapan, hasrat yang besar dan
seumpamanya
2) Perasaan penahan, yaitu rasa takut (berbuat kejahatan), rasa sedih
(berbuat kezaliman) dan seumpamanya.
3) Perasaan kekaguman, yaitu rasa hormat dan kagum, rasa cinta, rasa
bakti dan pengabdian, dan lain sebagainya.6

C. EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM


a. Pengertian evaluasi pendidikan islam
Makna evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang lazim di artikan
dengan makna penafsiran atau penilian. Yang kata kerjanya evaluate, di artikan
menaksir (Evelina Siregar & Hartini Nara, 2014141-142). Adapun makna evaluasi
dalam bahasa arab disebut al-Thaqdir ( ) bermakna penilaian. Akar katanya adalah
al-Qimah ( ) bermakna nilai. Dengan demikian secara harfiah evaluasi pembelajaran
(Educational evaluation= al-Taqdir al Tarbawy) diartikan sebagai penilaian dalam
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegitan
pendidikan dan pembelajaran (Anas Sudijono, 2009: 1). Dalam Al-Qur’an
terminologi evaluasi pendidikan terdapat beberapa makna dengan mengacu kepada
makna kalimat; Al-Hisāb/al-Muhāsabah.

b. Tujuan evaluasi pembelajaran pendidikan islam


Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:
1. Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa
adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada
peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
2. Mengetahui tingkat efektifitas metode yang digunakan dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang di pelajari,
6
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : PUSTAKA MULIA, 1997, Hal.219
serta melatih keberanian, dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali
materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat perubahan perilakunya
(Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, 2008: 211).
3. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga
yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya (Abdul
Mujib & Jusuf Mudzakir, 2008: 211).
4. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang telah
dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya (Arief, 2002: 53).

c.Fungsi evaluasi pembelajaran pendidikan islam

Di antara kegunaan yang dapat di ambil dari kegiatan evaluasi pendidikan dan
pembelajaran di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang
hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan dan
pembelajaran.
2. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya.
3. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
4. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami
pendidikan dan pengajaran.
5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai
penyesuaian dalam kls.
6. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport, ijazah,
piagam dan sebagainya (Sudijono, 2009: 17).

Hamalik, menjelaskan bahwa fungsi evaluasi adalah untuk membantu peserta


didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara
sadar, serta memberi bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat
sebagaimana mestinya, selain itu juga dapat membantu seorang pendidik dalam
mempertimbangkan adequate (cukup memadai) metode pengajaran serta
membantu dan mempertimbangkan administrasinya (Oemar Hamalik, 1982:212).
d. Jenis-jenis evaluasi dalam pembelajaran pendidikan islam

Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi dan ruang lingkup sistem pembelajaran,
maka pada hakekatnya pembelajaran adalah adalah suatu program. Artinya evaluasi
yang digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi penilaian hasil belajar. Zainal
Arifin (2016: 35-36) menjelaskan ada empat jenis evaluasi penilaian hasil belajar
yang dapat digunakan. Yakni penilaian formatif, penilaian sumatif, penempatan dan
penilaian diagnostik. Hal senada juga dikemukanan Yahya Qahar, (t.th: 14-210).
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:

1. Evaluasi Formatif

yaitu penilaian untuk mengetahui dan memantau kemajuan hasil belajar yang
dicapai oleh para peserta didik selama proses belajar berlangsung dan setelah
menyelesaikan satuanprogram pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran
tertentu, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan,
sehingga hasil belajar peserta didik dan proses belajar guru menjadi lebih
baik.Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses
pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Jenis ini
diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki banyak kelemahan seperti
tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 28 “Allah hendak memberikan keringanan
kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”. Dan pada mulanya tidak
mengetahui apa-apa, tercantum dalam QS. An-Nahl: 78, sehingga pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap itu tidak dibiasakan.

2. Evaluasi Sumatif

istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang berarti “total obtained by adding
together items, numbers or amounst, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun
untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti tercantum dalam QS. Al-Insyiqaq ayat
19 “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). Dan juga
dalam QS. Al-Qamar ayat 49 yaitu “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.” Dengan demikian, ujian akhir semester dan ujian nasional
termasuk penilaian Sumatif. Penilaian sumatif diberikan dengan maksud untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah dapat menguasai standar kompetensi yang
telah ditetapkan atau belum. Tujuan penelian sumatif adalah untuk menentukan nilai
(angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai
sebagai angka rapor.

3. Evaluasi penempatan (placement)

yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam


situasi belajar yang sesuai dengan kondisi peserta didik.

4. Evaluasi Diagnostik
yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil penganalisaan tentang keadaan
belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan-kesulitan maupun hambatan-
hambatan yang ditemui dalam situasi belajar mengajar:

OPINI MAKALAH
Kemajuan sebuah Negara sangat tergantung kepada kemajuan pendidikannya
(termasuk di dalamnya pendidikan Islam), dan dalam pendidikan itu erat kaitannya
dengan penggunaan pendekatan dan metode yang dilakukan selama proses belajar
mengajar terjadi. Pendekatan dan metode selayaknya dikuasai oleh seorang pengajar
supaya bisa mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penggunaan pendekatan dan
metode yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta situasi dan kondisi yang
ada akan mengantarkan anak didik ke dalam penguasaan isi pelajaran yang
diharapkan. Begitu pentingnya pendekatan dan metode dalam pendidikan, maka
pendidik dituntut profesionalitasnya dalam mengembangkan pendekatan dan metode
tersebut.
Pendidik harus menentukan pilihan pendekatan dan metode yang paling tepat
sehingga peserta didik lebih aktif dan kritis dalam proses pembelajaran. Dan yang
paling terpenting adalah dengan pendekatan dan metode itu, peserta didik sampai
kepada tujuan yang diinginkan. Keberhasilan penggunaan suatu pendekatan dan
metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi
sebagai diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga pendekatan dan metode pendidikan
yang dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan
keterampilan.
Pendidikan pada saat ini mengarah pada pendekatan saintific yaitu pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau terpusat pada siswa (student centered approuach).
Dalam proses pembelajarannya berusaha menggabungkan cara belajara aktif
berorientasi pada proses mengarahkan peserta didik lebih mandiri dan reflektif. Dan
demikian dapat dikatan metode aau pendekatan ini adalah suatu metode atau
pendekatan dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan peserta
didik menemukan sendiri informasi yang di butuhkan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik simpulan bahwa pendekatan merupakan
proses kegiatan yang dilakukan dalam hal mendekati sesuatu. Jika dikaitkan dengan
pendekatan pendidikan berarti suatu proses kegiatan, perbuatan, dan cara mendekati
bidang pendidikan sehingga mempermudah pelaksanaan kegiatan pendidikan tersebut.
Jika dalam kegiatan pendidikan, metode berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan
metode tersebut mengalami kemudahan dan keberhasilan.
Macam-macam pendekatan pembelajaran dalam ilmu pendidikan islam
meliputi pendekatan filosofis, pendekatan sosio-kultural, pendekatan Peda (strategi
mengajar) dan psikologis, pendekatan emosional, dan pendekatang fungsional,
pendekatan keteladanan, dan pendekatan saintific. Sedangkan metode pembelajaran
ilmu pendidikan islam yang digunakan Ustaz Muhammad Said Ramadhan Al-buwy-
thi dalam bukunya yang berjudul : “Al-Man hajut Tarbawi Faried fil Quran antara lain
, menyatakan bahwa ada tiga macam asas/dasar yang dipakai Al-Qur’an untuk
menanamkan pendidikan, yaitu: Muhakamah Aqliyah, Al-Qisah Wat Tarikh, Al-
Itsarah Al-Wijdaniyah
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan
mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran.

B. Kritik saran
Kami ucapkan terimakasih banyak pada pihak yang sudah membaca dan
membantu dalam penyusunan makalah kami. Penulis menyadari bahwa makalah ini
belum dapat menjelaskan semua pendekatan ilmu pendidikan islam. Maka dari itu
kritik dan saran kami butuhkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber dari buku:
Armai,Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006.
Saebani, Beni Ahmad,Dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PUSTAKA SETIA, 2009.
Uhbiyati,Nur.Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : PUSTAKA MULIA, 1997.
Sumber dari jurnal:
Nasution,Khairiyah. Penerapan Pendekatan Saintific Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Pada Siswa Tingkat Dasar Dan Menengah, 19 Mei 2014.
Rianie,Nurjannah.Pendekatan dan Metode Pendidikan Islam, vol.1 No.1,tt

Anda mungkin juga menyukai