Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


(HAKIKAT METODE DALAM PENDIDIKAN ISLAM)

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Mudzakkir Ali, MA

Kelompok :
Akhmat Nurul Khaeroni (21200011003)
Mutanawwiatul Khoiroh (21200011006)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam dalam pelaksanaan pengembangan potensi peserta didik
(pembelajaran) membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Untuk merealisasikan cita-cita
Islami, metode merupakan suatu faktor pelancar dari proses pendidikan. Oleh karena itu
metode bila dilihat dari fungsinya adalah sebagai sarana, maka secara filosofis memiliki
aspek-aspek monovalent dan polyvalent, yang dalam penerapannya bercorak
monopragmatis (kegunaan tunggal) dan polypragmatis (kegunaan ganda). Oleh karena
itu efektifitas cita-cita suatu metode kembali kepada pemakainya kearah manametode
itu diarahkan dan untuk apa metode itu dipergunakan serta bagaimana metode itu
dipergunakan secara tepat supaya berhasil bagi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Jika ditelaah, setidaknya ada tiga istilah yang digunakan Alquran dan hadis
berkaitan dengan konsep dasar pendidikan Islam. Ketiga istilah tersebut adalah tarbiyah,
ta‘līm, dan ta’dīb.(Al Rasyidin: 2008)
B.     Rumusan Masalah
1. Apa Dasar Metode Pendidikan Islam?
2. Apa saja Karakteristik Metode Pendidikan Islam?
3. Apa saja Jenis Metode Pendidikan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Metode Pendidikan Islam


Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan
individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri.Untuk itu dalam
menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum
metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan
menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang
pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut.
Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis,
psikologis, dan sosiologis (Ramayulis dan Samsu Nizar:2004).
a. Dasar Agamis, maksudnya metode yang digunakan dalam pendidikan Islam
haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al
Qur’an dan Hadits.
b. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam
perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis
seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya.
Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus
memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
c. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan
pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu
pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan
secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta
didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi
psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal
termasuk dalam tataran rohani.
d. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara peserta
didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik,
atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus
memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang
digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini
terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan
harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam
mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok
kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis
peserta didik.

B. Prinsip Metode Pendidikan Islam


Dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang pendidik hendaknya
memperhatikan enam prinsip utama, yaitu: prinsip pembiasaan, prinsip berangsur-
angsur, prinsip pengenalan umum. Prinsip kontinuitas, Prinsip memperhatikan bakat
dan kemampuan peserta didik dan Prinsip menghindari kekerasan dalam mengajar
(Marimba:1997).
1. Prinsip pembiasaan.
Anis Ibnatul M, dkk (2013) mengatakan bahwa pembiasaan merupakan
kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu tersebut dapat
menjadi kebiasaan. Pembiasaan adalah segala sesuatu yang dilakukan secara
berulang untuk membiasakan individu dalam bersikap, berperilaku, dan berpikir
dengan benar. Misalkan membiasakan anak sejak dini untuk melaksanakan solat.
2. Prinsip berangsur-angsur.
Tadarruj menurut bahasa berarti: berangsur-angsur; tahap demi tahap;
sedikit demi sedikit. Menurut prinsip tadarruj ini, bahwa janganlah seorang
pelajar mempelajari materi pelajaran (kognitif) berikutnya sebelum ia benar-benar
memahami materi pelajaran sebelumnya. Franz Rosenthal menamakan tadarruj ini
dengan gradual. (Warul Walidin:2003)
3. Prinsip pengenalan umum.
Pendidikan Islam hendaknya meliputi seluruh aspek kepribadian manusia
dan melihat manusia dengan pandangan yang menyeluruh dari aspek jiwa, badan
dan akal, sehingga pendidikan Islam mampu di arahkan pada pendidikan jasmani,
pendidikan jiwa dan pendidikan akal
4. Prinsip kontinuitas.
Pendidikan Agama Islam diberikan semenjak SD/Ibtidaiyah,
SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah hingga PT. Artinya seorang anak didik yang terus
menerus studi, maka ia menerima pendidikan agama Islam selama 12 tahun di
sekolah/madrasah, selanjutnya disambung 1 semester di PT.
Pendidikan agama yang telah diberikan dalam waktu panjang tersebut mesti
harus relevan dan kontinu dari satu jenjang ke jenjang lainnya. Relevan
dimaksudkan agar bahan ajar yang diberikan sesuai dengan perkembangan anak
didik, tidak terulang- ulang hingga membosankan anak didik, juga relevan dengan
tujuan yang ingin dicapai.
5. Prinsip memperhatikan bakat dan kemampuan peserta didik Menurut Al-
Ghazali, tujuan pendidikan jangka pendek ialah diraihnya profesi manusia
sesuai dengan bakat dan kemampuan. Syarat untuk mencapai tujuan itu,
manusia harus mengembangkan ilmu pengetahuan baik yang termasuk
fardhu ain maupun fardu kifayah. (Amie Primarni dan Khairunnas:2016)
6. Prinsip menghindari kekerasan dalam mengajar.
Kekerasan dalam pendidikan merupakan perilaku yang melampaui
batas dan menyalahi aturan dalam pendidikan. Terdapat beragam kasus yang
terjadi dengan latar belakang persoalan yang berbeda, hingga menimbulkan
beberapa efek negatif bagi para korbannya. Sekolah seharusnya sebagai tempat
bagi anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran, implementasinya
dalam PAI mencakup fungsi dan tugas pendidik untuk bersikap bijaksana dan
terbuka serta mengedepankan sikap dialogis dalam metode pembelajaran yang
relevan.

C. Karakteristik Metode Pendidikan


Suyudi, (2014:128-129) mengemukakan diantara karakteristik metode pendidikan
Islam:
a. Keseluruhan proses penerapan metode pendidikan Islam, mulai dari
pembentukannya, penggunaannya sampai pada pengembangannya tetap
didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran yang universal.
b. Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat
dipisahkan dengan konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari
pendidikan Islam.
c. Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian senantiasa
membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang melingkupi proses kependidikan Islam tersebut, baik dari segi peserta didik,
pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
d. Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk menyeimbangkan
antara teori dan praktik.
e. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan peserta
didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan
dan akhlak karimah.
f. Dari segi pendidik, metode pendidikan Islam lebih menekankan nilai-nilai
keteladanan dan kebebasan pendidik dalam menggunakan serta
mengkombinasikan berbagai metode pendidikan yang ada dalam mencapai tujuan
pengajaran.
g. Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif .
h. Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses
pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

D. Jenis Metode Pendidikan Islam

Dalam dunia islam, filsafat menimbulkan pada garis besarnya dua sistem filsafat
(mazhab dalam filsafat), yaitu:
a) mazhab tradisional, yang dalam sistem filsafatnya (ijtihadnya) berpegang teguh
pada nash-nash AL-Quran dan Sunnah Rasul. Mereka disebut juga sebagai Ahlu
al-Sunnah, ahlu al-naql. Mereka menggunakan akal hanya terhadap hal-hal yang
tidak ada penegasan (nash)nya dalam AL-Quran maupun dalam sunnahnya.
b) mazhab rasional, yang banyak menggunakan akal dalam filsafatnya – ijtihadnya.
Mereka disebut juga sebagai ahlu al-ra’yi atau ahlu al-‘aql. Metodemetode ijtihad
seperti Ijma’, Qiyas, Istihsan, Istishab, maslahah mursalah, al-‘adh muhakkamah,
semuanya adalah berdasarkan penggunaan akal
(https://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/view/11034/5604).
Menurut Zuhairini, dkk (2015) filsafat islam dalam memecahkan problema
pendidikan islam (problema pendidikan yang dihadapi umat islam) dapat
menggunakan metode-metode antara lain:
1. Metode spekulatif dan kontemplatif yang merupakan metode utama dalam setiap
cabang filsafat. Dalam sistem filsafat islam disebut tafakkur, baik kontemplatif
maupun tafakkur adalah berfikir secara mendalam dan dalam situasi yang tenang,
sunyi untuk mendapatkan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang ada dipikiran.
2. Pendekatan Normatif. Norma artinya nilai, juga berarti aturan atau hukum-hukum.
Menurut filsafat islam, sumber nilai adalah Tuhan dan semua bentuk norma akan
mengarahkan manusia kepada islam. Pendekatan normatif dimaksudkan adalah
mencari dan menetapkan aturanaturan dalam kehidupan nyata, dalam filsafat
islam bisa disebut sebagai pendekatan syar’iyah, yaitu mencari ketentuan dan
menetapkan ketentuan tetang apa yang boleh dan yang tidak boleh menurut
syari’at islam.
3. Analisa konsep yang juga disebut sebagai analisa bahasa. Konsep, berarti
tangkapan atau pengertian seseorang terhadap sesuatu objek. Pengertian seseorang
selalu berkaitan dengan bahasa, sebagai alat untuk mengungkapkan pengertian
tersebut. Pengertian tentang suatu objek dirumuskan dalam bentuk definisi yang
menggunakan bahasa atau kalimat tertentu.
4. Pendekatan Historis. Historis artinya sejarah, yaitu mengambil pelajaran dari
peristiwa dan kejadian masa lalu. Suatu kejadian atau peristiwa dalam pandangan
kesejarahan terjadi karena hubungan sebab akibat, dan terjadi dalam suatu setting
situasi kondisi dan waktunya sendiri-sendiri. Dalam sistem pemikiran filsafat,
pengulangan sejarah (peristiwa sejarah) yang sesungguhnya tidah mungkin
terjadi.
5. Pendekatan ilmiah terhadap masalah aktual, yang pada hakikatnya merupakan
pengembangan dan penyempurnaan dari pola berfikir rasional, empiris dan
eksperimental yang telah berkembang pada masa jayanya filsafat dalam islam.
6. Dalam sistem filsafat Islam, menurut AL-Gazali, kebenaran yang sebenarnya,
yaitu kebenaran yang diyakininya betul-betul merupakan kebenaran. Kebenaran
yang mendatangkan keamanan dalam jiwa, bukan kebenaran yang mendatangkan
keragu-raguan. Untuk mencapai kebenaran yang benar-benar diyakini, harus
melalui pengalaman dan merasakan. Pendekatan ini, lebih mendekati pola berpikir
yang empiris dan intuitif.
Menurut Abuddin Nata (2005:147), al-Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan
metode dalam pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan, yaitu:
a. Metode Teladan
Dalam Al Quran kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat di belakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang artinya teladan yang baik.
Suatu hal yang tak dapat dipungkiri bahwa anak-anak cendrung suka dan senang
meniru tingkah laku orang tua, guru/pendidik serta orang lain yang dikaguminya.
Bahwa setiap pribadi secara psikologis akan mencari tokoh yang dapat diteladani.
(Syafaruddin, dkk. 2009: 112).
Kata-kata uswah dalam Alquran diulang sebanyak enam kali dengan
mengambil sampel pada diri para Nabi, yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi
Ibrahim, dan kaum yang beriman teguh pada Allah. Salah satu ayat yang
menyinggung tentang uswah sekaligus menjelaskan bahwa Rasul lah yang menjadi
teladan bagi kita, adalah tedapat pada ayat:

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. ( Q.S. al-
Ahzab: 21).
b. Metode Kisah-kisah
Metode yang menampilkan cerita sejarah faktual tentang kehidupan manusia yang
dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan oleh
kisah-kisah yang terdapat di dalam sumber pendidikan Islam itu sendiri.
Ramayulis (2008: 196) mengartikan metode kisah ialah suatu cara mengajar
dimana guru memberikan materi pembelajaran melalui kisah atau cerita. Prinsip
metode ini diambil dalam AlQur’an:

Artinya: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan


mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami
mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (Q. S,
Yusuf: 3)
Salah satu contohnya menurut Abdurrahman Shaleh (2010: 206) adalah di dalam
Alquran diceritakan kisah antara Nabi Musa a.s dengan Raja Fir’aun, dari kisah ini
terdapat beberapa contoh perbuatan baik yang dilakukan oleh Nabi Musa dan
contoh perbuatan buruk oleh Fir’aun.
c. Metode Nasihat
Al Quran juga menggunakan kalimatkalimat yang menyentuh hati untuk
mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian
dikenal dengan nasehat. Dalam mewujudkan intraksi antara pendidik dan pesrta
didik, nasehat merupakan cara mendidik yang bertumpu pada bahasa. Cara ini
banyak sekali dijumpai dalam Alquran, karena nasehat pada dasarnya bersifat
penyampain pesan dari sumbernya kepada pihak yang dipandang memerlukannya.
Dalam surah Luqman ayat 13 dan 14 misalnya, merupkan contoh menarik dalam
menasehati anaknya. Berikut kutipan ayat tersebut:

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman
yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S,
Luqman: 13-14).
d. Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang, agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan (habituation) ini
berintikan pengalaman. Karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan.
Dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Oleh karenanya, menurut para pakar,
metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter dan kepribadian anak.
Orang tua membiasakan anak-anaknya untuk bangun pagi, maka bangun pagi itu
akan menjadi kebiasaan (Heri Gunawan, 2014: 267).
Ahmad Tafsir (1996: 144), Inti pembiasaan adalah pengulangan. Jika guru setiap
masuk kelas mengucapkan salam, itu telah dapat diartikan sebagai usaha
membiasakan. Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka guru
mengingatkan agar bila masuk ruangan hendaklah mengucapkan salam, ini juga
satu cara membiasakan.
Dalam upaya menciptakan kebiasaan yang baik ini al Qur’an menempuhnya
melalui dua cara sebagaimana diungkapkan oleh Abuddin Nata (2005:154), yaitu
sebagai berikut:
1) Melalui bimbingan dan latihan.
2) Melalui cara mengkaji aturan-aturan Tuhan yang terdapat di alam raya yang
bentuknya amat teratur.
e. Metode Hukun dan Ganjaran
Metode hukuman ini digunakan dalam pendidikan Islam adalah sebagai sarana
untuk memperbaiki tingkah laku manusia yang melakukan pelanggaran dan dalam
taraf sulit untuk dinasehati sementara ganjaran itu diberikan sebagai hadiah atau
penghargaan kepada orang yang melakukan kebaikan atau ketaatan atau
berprestasi yang baik. Penekanan-penekanan yang lebih besar hendaknya
diberikan disini kepada metode hukuman karena perbuatan yang sangat
bertentangan, namun hukuman hendaknya menjadi pijakan awal yang tidak akan
diberikan kecuali ganjaran telah gagal membawa hasil yang diinginkan.
Salah satu contoh yang berkaitan dengan hukuman di dalam Al-Quran adalah
tentang hukuman potong tangan bagi yang mencuri (Q.S. Al-Maidah: 38). Dan
yang berkaitan dengan ganjaran adalah tentang pahala yang didapat oleh orang
yang beramal yaitu ampunan dari Tuhan dan surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai (Q.S.Ali-Imran: 135).
f. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Ceramah dimulai
dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang
akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan
bahan yang telah disajikan.
Ceramah akan berhasil jika mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh
dari peserta didik, disajikan secara sistematik, menggairahkan dan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk merespons serta motivasi belajar yang kuat
dari peserta didik.
g. Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Dalam proses pembelajaran, metode ini mendapatkan
perhatian yang lebih khusus, karena dengan metode diskusi dapat merangsang
siswa berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri.
Menurut Abuddin Nata (2005:159), metode diskusi juga diperhatikan oleh al-
Qur’an dalam mendidik dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan
pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap suatu masala. Selanjutnya ia
menjelaskan, diskusi itu harus didasarkan kepada cara-cara yang baik. Cara yang
baik ini perlu dirumuskan lebih lanjut, sehingga timbullah etika berdiskusi,
misalnya tidak memonopoli pembicaraan, saling menghargai pendapat orang lain,
kedewasan pikiran dan emosi, berpandangan luas, dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN 
Karakteristik Metode Pendidikan Islam didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai
ajaran yang universal, konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi, metode bersifat
luwes dan fleksibel, untuk menyeimbangkan antara teori dan praktik, menekankan kebebasan
peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas kesopanan
dan akhlak karimah, dari segi pendidik lebih menekankan nilai-nilai keteladanan dan
kebebasan pendidik dalam menggunakan serta mengkombinasikan berbagai metode
pendidikan yang ada dalam mencapai tujuan pengajaran, berupaya menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang kondusif, dan usaha
untuk memudahkan proses pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.

Menurut Zuhairini, dkk (2015) filsafat islam dalam memecahkan problema pendidikan
islam (problema pendidikan yang dihadapi umat islam) dapat menggunakan metode-metode
antara lain: Metode spekulatif dan kontemplatif, Pendekatan normatif, analisa bahasa, dan
pendekatan historis. Sedangkan menurut Abuddin Nata, al-Qur’an menawarkan berbagai
pendekatan dan metode dalam pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan,
yaitu: metode teladan, kisah-kisah, nasihat, pembiasaan, hukuman serta ganjaran, ceramah,
dan diskusi
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Heri, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014.
Suyudi, M., Filsafat Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Pemikiran Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Belukar, 2014.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit Gaya Media Pratama, 2005.

Syafaruddin. Dkk, Ilmu Pendidikan Islam: Melejitkan Potensi Budaya Umat, Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2009.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996.

Zuhairini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

M. Sobry Sutikno , (2009). Belajar dan Pembelajaran , Prospect. Bandung, 2009

Manhaj ,Dakwah Salafiyah, Pustaka Al HAURA, 2014

Marimba, Teknik-Teknik Metode pendidikan Islam dalam Al-Quran,Jakarta, 1997

Martinis, Strategis Pembelajaran, Jakarta: Bumi Askara, 2005

Nasih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Jakarta, Rineka Cipta,
2001

Ramayulis dan Samsu Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Kalam Mulia, 2009

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2008

Saebani Beni Ahmad, Akhdiyat Hendra. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Cv Pustaka
Setia, 2009

https://mela799.wordpress.com/2016/02/14/konsep-metode-pendidikan-islam/tanggal 02-
062022, jam 10:54
https://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/article/view/11034/5604/tanggal 02-06-2022, jam
11:33

Anda mungkin juga menyukai