Anda di halaman 1dari 15

HAKIKAT METODE PENDIDIKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Filsafat Pendidikan Islam”
Dosen Pengampu Prof. Dr. Abdul Munif, M.Ag.

Disusun Oleh
Nama : Liana Shianaty Elfath
NIM : 1184.29.1.21

PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN

JAWA TENGAH DI WONOSOBO

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi
era globalisasi adalah melalui pendidikan. Pendidikan dapat mengembangkan dan
membentuk watak, karakter serta pribadi bangsa. Pendidikan merupakan proses terus
menerus dan selalu dihadapkan pada perkembangan. Pendidikan yang berhasil adalah
pendidikan yang mengutamakan proses serta metode. Dengan adanya sebuah metode
dalam dunia pendidikan maka proses pembelajaran akan berlangsung baik dan terarah.
Metode pendidikan sangat dibutuhkan karena sebaik apapun tujuan pendidikan jika
tidak didukung oleh metode yang tepat, makan tujuan tersebut akan sukit dicapai
dengan baik. Dan untuk para pendidikan hendaknya memilih sebuah metode yang
tepat dan cermat disesuaikan pada factor terkait, dan permasalahan apa yang dihadapi.
Rasulullah Saw sebagaimana penerus Alquran, bertugas untuk menyampaikan apa
yang telah diturunkan oleh Allah Swt kepadanya yang tentunya memiliki metode yang
tepat dalam menyampaikannya. Ayat-ayat Alquran mengandung makna bahwa ada
patokan fundamental tentang pendidikan dalam Alquran. Hal ini dapat di pahami
bahwa pendidikan adalah suatu peristiwa “komunikasi” yang berlangsung dalam
situasi dialogis antara subjek dan objek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Metode Pendidikan?
2. Apa saja Pendekatan Metode Pendidikan?
3. Apa saja macam-macam Metode Pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Metode Pendidikan
2. Untuk mengetahui pendekatan metode yang dapat digunakan dalam Pendidikan
3. Untuk mengetahui apa saja metode yang dapat digunakan dalam pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pendidikan


Pendidikan dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk
mengantarkan proses pendidikan menuju tujuan yang telah diciptakan. Ketidaktepatan
dalam penerapan metode secara praktis dalam menghambat pendidikan. Oleh karena
itu metode merupakan komponen pendidikan Islam yang dapat menciptakan aktivitas
pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien.
Metode berasal dari kata Metadan Hetodos berarti menuju, melalui, dan
mengikuti, sedangkan Hetodos berarti jalan atau cara. Maka methodos (metode)
berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu. Metode merupakan
langkah-langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah
tidak dipertanyakan lagi karena bersifat aplikatif. 1 Bila dihubungkan dengan
pendidikan, maka metode tersebut haruslah diwujudkan dalam proses pendidikan
dalam rangka mengembangkan sikap mental dan keprobadian anak agar dapat
menerima pembelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat tersebut mempunyai 2 fungsi
ganda, yaitu bersifat poligragmatis dan monopragtis. Bersifat poligragmatis bilamana
mengandung kegunaan yang serba ganda (multipurpose). Kegunaannya dapat
bergantung pada si pemakai atau pada corak, betuk, dan kemampuan dari metode
sebagai alat. Sedangkan bersifat monopragtis bilamana metode yang digunakan
mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunakan metode
motopragtis bersifat konsisten, sitematis dan kebermaknaan menurut kondisi
sasarannya. Mengingat sasarannya adalah anak, maka pendidik dituntut untuk berhati-
hati dalam penerapannya.2
Dalam hal ini para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:

1
Muhyar Fanani. Metode Studi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm. ix
2
Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia), hlm. 214

3
a) Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
b) Abd al-Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
c) Mohammad Athiyah Al-Abrasy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang
digunakan oleh pendidik untuk memberikan pengertian kepada anak tentang segala
macam materi dalam berbaga proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah
seperangkat cara, jalan dan teknik yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik
dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak
agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah
ditetapkan. Selain itu bahwa metode merupakan cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan dalam pendidikan untuk membentuk karakter dan sikap
anak, serta memudahkan anak dalam belajar. Metode merupakan masalah esensial
pendidikan, hal mana tujuan pendidikan dapat tercapai secara tepat guna, manakala
jalan yang ditempuh menuju cita-cita itu tepat.
Hasan Langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga
aspek pokok yaitu:

1). Sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam,
yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah.

2). Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebutkan dalam
al- Qur'an atau disimpulkan daripadanya.

3). Membicarakan tentang pergerakan (motivation) dan disiplin dalam istilah al-Qur'an
disebut ganjaran.

Dalam pendidikan yang diterapkan Barat, metode pendidikan hampir


sepenuhnya tergantung kepada kepentingan anak. Para pendidik hanya bertindak
sebagai motivator, stimulator, ataupun hanya sebagai instruktur. Sistem ini
cenderung meletakkan anak sebagai pusat (child centre) pendidikan dan menghargai

4
adanya perbedaan individu para anak (individual differencies). 3 Hal ini menyebabkan
para pendidik hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para anak untuk belajar
dan diberi kebebasan untuk mengembangkan pembelajaran. Sedangkan pembentukan
karakter hampir kurang menjadi perhatian pendidik. Akibat penerapan metode yang
demikian, menyebabkan pendidikan kurang membangun watak dan kepribadian
anak, terutama bila dihubungkan dengan fenomena yang timbul di masyarakat
dewasa ini dimana pendidik semakin tidak dihormati oleh anaknya.

Batasan di atas memperlihatkan perbedaan besar antara metode


pendidikan (yang dianggap sebagai metode pendidikan tradisional) dengan metode
pendidikan barat (yang dianggap sebagal metode pendidikan modern). Metode
pendidikan Islam sangat menghargai kebebasan individu, selama kebebasan tersebut
sejalan dengan fitrah-Nya, sehingga seorang pendidik dalam mendidik tidak terkesan
memaksa anaknya dengan cara yang bertentangan dengan fitrah-Nya. Akan tetapi
sebaliknya, pendidik harus bertanggungjawab dalam membentuk karakter anaknya.
Pendidik tidak boleh duduk diam ketika anaknya memilih jalan yang salah.

Upaya pendidik untuk memilih metode yang tepat dalam mendidik anak
adalah disesuaikan pula dengan tuntutan agama. Jadi, dalam berhadapan dengan
anak, seorang pendidik harus mengusahakan agar pelajaran yang diberikannya
mudah diterima. Pendekatan ini tidak cukup dengan bersikap lemah lembut saja.
Pendidik harus pula memikirkan metode yang cocok untuk digunakannya, seperti
memilih waktu yang tepat, materi yang cocok pendekatan yang baik, efektivitas
penggunaan metode dan sebagainya. Selain itu, harus pula diperhatikan tahapan-
tahapan penggunaan metode.

Dalam Islam, turunnya ayat al-Qur'an secara bertahap yang menjawab


masalah-masalah yang timbul, membuktikan bahwa metode al-Qur'an adalah
pendekatan masalah/problem yang terjadi sehari-hari (problem solving). Demikian
pula dengan hadis nabi. Dikenalnya istilah: asbab al-nuzul dan asbab al-wurud,
memperkuat keterangan di atas. Mempelajari metode turunnya al- Qur'an dan hadis
(asbab al-nuzul dan eshab al-wurud) membuktikan bahwa metode yang dianut oleh
3
Suharto Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Menguatkan Epistemologi Islam dalam Pendidikan,
(Yogyakarta:2014) Ar-Ruz Media, hlm. 104

5
al-Qur'an adalah induktif, yaitu berangkat dari kenyataan yang terjadi sampai pada
satu kesimpulan. Namun demikian, al-Qur'an juga menganut metoda deduktif
dimana wahyu yang diturunkan menyangkut hal-hal yang belum terjadi untuk
dipakai sebagai pedoman pada hal-hal yang berlaku pada masa yang akan datang.

B. Pendekatan Metode Pendidikan

Ada beberapa pendekatan metode yang dapat digunakan pendidikan dalam


pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu :

1. Pendekatan Pengalaman.
Pendekatan pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada
anak dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini anak
diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara
individual maupun kelompok. Syaiful Bahri Djamrah et.al., menyatakan bahwa
pengalaman yang dilalui seseorang adalah guru yang terbaik. Pengalaman
merupakan pendidik tanpa jiwa, namun selama dicari oleh siapapun juga, belajar
dari pengalaman adalah lebih baik dari sekedar bicara dan tidak pernah berbuat
sama sekali." Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup,
namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik, karena ada pengalaman
yang tidak bersifat mendidik.4 Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik jika
pendidik tidak membawa anak ke arah tujuan pendidikan, akan tetapi
menyelewengkan dari tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya
(misalnya, mendidik anak menjadi pencuri). Karena itu, ciri-ciri pengalaman yang
edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinue dengan
kehidupan anak, serta interaktif dengan lingkungan dan menambah integrasi anak.
Semakin tinggi nilai suatu pengalaman, maka semakin disadari akan
pentingnya pengalaman itu bagi perkembangan jiwa anak. Karena pengalaman
dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan dalam pendidikan, maka "pendekatan
pengalaman" sebagai frase yang baku dan diakui pemakaiannya dalam pendidikan.
Memberi pengalaman yang edukatif kepada anak berpusat kepada tujuan yang
memberi arti terhadap kehidupan anak, yaitu berinteraktif dengan lingkungannya.
4
H. Ramayulis,, Samsul Nizar, Filsafat Pendidiknan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia) hlm. 210

6
2. Pendekatan Pembiasaan.
Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis
tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadangkala tanpa
dipikirkan. Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan
kesempatan kepada anak terbiasa mengamalkan ajaran agamanya, baik secara
individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari Berawal
kepada pembiasaan itulah anak membiasakan dirinya menuruti dan patuh kepada
aturan-aturan yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat. Menanamkan
tumbuhnya kebiasaan yang baik tidaklah mudah dan memakan waktu yang
panjang. Tetapi bila sudah menjadi kebiasaan, maka akan sulit pula untuk
merobahnya. sangat penting menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik pada
awal kehidupan anak seperti melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa, suka
menolong orang yang dalam kesusahan, membantu fakir miskin, dan kebiasaan-
kebiasaan baik lainnya. Dengan pembiasaan diharapkan anak mampu mengamalkan
agamanya secara berkelanjutan.
3. Pendekatan Emosional.
Pendekatan emosional ialah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi
anak dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan yang
buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam diri seseorang. Emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai perasaan pasti
dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Di
dalam perasaan rohaniah tercakup perasaan intelektual, perasaan estetis dan
perasaan etis, perasaan sosial dan perasaan harga diri. Nilai perasaan pada din
manusia pada dasarnya dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan sekitarnya.
4. Pendekatan Rasional.

Pendekatan rasional, adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal)


dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Manusia adalah
makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakannya dengan sempurna dan berbeda
dengan ciptaan-Nya yang lain. Perbedaan manusia dengan makhluk lain terletak
pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan makhluk yang lainnya (binatang
dan sejenisnya) tidak mempunyai akal.

7
Dengan kekuatan akalnya, manusia dapat membedakan mana perbuatan
yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Dengan akal yang dimilikinya, manusia
dapat pula membuktikan dan membenarkan adanya Allah SWT. Walaupun disadari
keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan sesuatu terutama yang
bersifat immaterial-akan tetapi dengan kekuatan akalnya manusia dapat mencapai
ketinggian ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Itulah sebabnya mengapa
manusia dikatakan sebagai homo sapien, (makhluk yang mempunyai potensi
berpikir). Untuk itu, sudah semestinya akal dijadikan alat untuk membuktikan
kebenaran ajaran agama dan menjadikan keyakinan terhadap agama semakin
kokoh. Usaha maksimal bagi pendidik dalam pendekatan rasional adalah dengan
memberikan peran akal dalam memahami dan menerima kebenaran agama.

5. Pendekatan Fungsional.
Pengertian fungsional adalah usaha memberikan materi agama dengan
menekankan kepada segi kemanfaatan pada anak dalam kehidupan sehari-hari,
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ilmu agama yang dipelajari oleh anak di
sekolah bukanlah hanya sekedar melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi
kehidupan anak, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial.
Dengan pendekatan agama, anak dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Sementara dengan pendekatan fungsional berarti anak dapat memanfaatkan ilmu
dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan fungsional yang diterapkan di sekolah
dapat menjadikan ajaran agama dipahami secara lebih hidup dan dinamis. Untuk
melicinkan jalan ke arah itu diperlukan metoda mengajar yang serasi.5

6. Pendekatan Ketauladanan.
Pendekatan ketauladanan adalah memperlihatkan ketauladanan, baik yang
berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal
sekolah, perilaku pendidikan dan perilaku pendidik yang mencerminkan akhlak
terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah
ketauladanan. Ketauladanan pendidik terhadap anak dapat membawa
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spritual dan sosial
5
Ibid hlm. 212

8
anaknya. Hal ini karena pendidik adalah tigur terbaik dalam pandangan anak yang
kan dijadikan sebagai panutan dalam mengidentifikasikan diri dalam segala aspek
kehidupannya.
Figur pendidik akan terpatri dalam jiwanya, perasaannya dan tercermin
dalam uca Toan dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Kecendrungan
manusia untuk belajar lewat peniruan menyebabkan ketauladanan menjadi sangat
penting artinya dalam proses pendidikan. Dari paparan di atas, terlihat bahwa
eksistensi ketauladanan menjadi faktor penting bagi penanaman kepribadian
seorang anak." Jika pendidik jujur, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri
dari perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka akan tumbuh dalam diri
anak sifat kejujuran, terbentuknya akhlak mulia, berani menegakkan amar ma'ruf
nahi munkar, dan menjauhkan diri dari hal yang bertentangan dengan agama.
Namun demikian pula jika pendidik menanamkan ketauladanan yang negative
(tercela) seperti sifat bohong, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina, maka
secara signifikan akan berpengaruh pada kepribadian seorang anak, yaitu
tumbuhnya sifat kebohongan, khianat, kikir, penakut dan hina.

C. Macam-macam Metode Pendidikan


Sebagian ahli membedakan antara metode pendidikan dengan metode
pembelajaran dan sebagian yang lain menyamakannya. Metode pendidikan
berorientasi kepada aktivitas pengembangan potensi dalam rangka pembentukan
watak, kepribadian anak atau aspek afektif, sedangkan metode pembelajaran lebih
berorientasi kepada pengembangan potensi guna peningkatan dan penguasaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan anak atau aspek kognitif dan psikomotor6
1. Metode keteladanan.
Yakni suatu metode yang memberi pengaruh atau berkontribusi terhadap
terbentuknya watak atau kepribadian seseorang atau anak. Kepribadian anak itu
terbentuk karena melihat sekaligus meniru kepribadian atau tingkah laku yang baik
dari seseorang, guru atau pendidik. dalam proses pendidikan, setiap pendidik harus
berusaha menjadi tauladan bagi anaknya. Ketauladanan yang baik bukan

6
H. Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Kalimantan: Narasi Nara), hlm. 140

9
sebaliknya. Dari ketauladanan tersebut anak mampu mencontoh segala sesuatu hal
yang baik-baik dalam perkataan maupun perbuatan.
2. Metode pembiasaan,
Adalah metode yang digunakan dalam memberikan materi/ bahan
pendidikan melalui pembiasaan serta bertahap. Pembiasaan dilakukan dalam rangka
mempertahankan sifat dan sikap yang baik sehingga selalu menyatu dan terpatri
dalam diri anak, sebaliknya metode pembiasaan juga digunakan untuk mengubah
sifat dan sikap yang buruk sehingga menjadi baik secara bertahap. Dalam metode
pembiasaan ini hendaknya dilakukan dengan berkelanjutan. Pembiasaan ini harus
dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan yang buruk.7 Ada 2 jenis metode
pembiasaan yang bisa diterapkan, yaitu pembiasaan bersifat otomatis dan
pembiasaan yang dilakukan atas dasar pengertian dan kesadaran akan manfaat dan
tujuan.
3. Metode ganjaran dan hukuman,
Adalah metode yang digunakan Al-Qur’an untuk memberikan motivasi
(penghargaan/ ganjaran) kepada seseorang atau umat manusia untuk melakukan yang baik
dan memberikan ancaman hukuman/ sanksi tehadap mereka yang melakukan perbuatan

jahat/ kesalahan.

Bagi kebanyakan ahli pendidik Islam, diantaranya Ibnu Sina, al-Abdari


dan Ibn Khaldun, melarang pendidik mengunakan metode hukuman kecuali dalam
keadaan sangat darurat. Ibn Khaldun anti dengan menggunakan kekerasan dan
kekerasan dalam pendidikan anak-anak, dan beliau berkata: “Siapa yang biasa
dididik dengan kekerasan di antara siswa-siwa atau pembantu-pembantu dan
pelayan ia akan selalu dipengaruhi oleh kekerasan, akan selalu merasa sempit hati,
akan kekurangan kegiatan bekerja dan akan bersifat pemalas, akan memyebabkan
ia berdusta serta melakukan yang buruk-buruk karena takut akan dijangkau oleh
tangan-tangan yang kejam. Hal ini selanjutnya akan mengajar dia menipu dan
membohong, sehingga sifat-sifat ini menjadi kebiasaan dan perangainya, serta
hancurlah arti kemanusiaan yang masih ada pada dirinya”.
4. Metode nasehat dan cerita,

7
Ibid, hlm. 227

10
Adalah metode yang cukup banyak dimuat dalam Al-Qur’an dengan
menggunakan kalimat- kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia
kepada ide yang dikehendaki. Penggunaan metode nasehat dan cerita selalu disertai
dengan panutan/ teladan dari si pemberi nasehat. Ini menunjukkan bahwa antara
satu metode dengnan metode lainnya harus saling terkait dan melengkapi. 8 Nasehat
dan cerita pada dasarnya bersifat penyampaian pesan dari sumbernya kepada pihak
yang dipandang memerlukannya. Dengan ini diharapkan dapat meningkatkan
keimanan anak untuk berbuat amal kebaikan dalam menjalani kehidupannya. Ceita
dan nsehat tersebut akan berpengaruh bagi psikologis anak, apabila disampaikan
secara baik.
Didalam Alquran juga dijelaskan tentang metode nasehat yang dilakukan
oleh para Nabi kepada kaumnya, seperti Nabi Shaleh as yang menasehati kaumnya
untuk menyembah Allah dan Nabi Ibrahim as yang menasehati ayahnya, Azar, agar
menyembah Allah dan tidak lagi membuat patung. Begitu pula Alquran
mengisahkan luqman memberi nasehat kepad anaknya agar menyembah Allah dan
berbakti kepada orang tua serta melakukan sifat-sifat yang terpuji seperti yang
terdapat dalam Q.S.Luqman/31:12-13.
5. Metode melalui disiplin.
Kehidupan ini penuh dengan berbagai pelaksanaan dan pengulangan
kegiatan secara rutin dari hari ke hari yang berlangsung tertib. Di dalam kebiasaan
dan kegiatan yang dilakukan secara rutin itu, terdapat nilai-nilai atau norma-norma
yang menjadi tolak ukur tentang benar tidaknya sesuatu yang dilakukan oleh
seseorang. Norma-norma itu terhimpun menjadi aturan yang harus dipatuhi, karena
setiap penyimpangan atau pelanggaran akan menimbulkan keresahan, keburukan
yang inengakibatkan kehidupan berlangsung tidak efektif atau bahkan tidak efisien.
Dengan demikian. Berarti manusia dituntut untuk mampu mematuhi berbagai
ketentuan atau harus hidup secara berdisiplin, sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakatnya.
Anak sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur
kehidupan manusia. Pengenalan dini ini berguna bagi dirinya agar hidup secara

8
Ahmad Syar’I, Filsafat Pendidikan Islam, (Kalimantan Tengah: CV. Narasi Nara), hlm. 146

11
tertib, efisien, dan efektif. Dengan kata lain, setiap anak harus dibantu hidup secara
disiplin, dalam anti mau dan mampu mematuhi atau mentaati ketentuan yang
berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya.

6. Mendidik melalui partisipasi.


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri tanpa
manusia lain. la saling membutuhkan satu dengan yang lain, sehingga perlu bekerja
sama untuk sating percaya mempercayai dan hormat-menghormati Kehidupan
seperti ini mengharuskan manusia diperlakukan sebagai subyek dan bukan sekedar
sebagai obyek. Dalam interaksi pendidikan, di satu sisi anak tidak boleh
diperlakukan sebagal manusia kecil yang tidak patut berpartisipasi dengan semua
kegiatan orang dewasa. Di sisi lain anak tidak boleh pula diperlakukan sebagai
orang dewasa yang berbadan kecil sehingga harus memikul tanggungjawab dan
ikut berpartisipasi terhadap semua aktivitas orang dewasa. Banyak aktivitas orang
dewasa yang dapat diikutsertakan kepada anak yang pada gilirannya dapat
mengantarkannya pada tingkat kedewasaan. Sebaliknya banyak pula aktivitas orang
dewasa yang tidak pantas diikuti oleh anak, sebab akan berakibat buruk pada
perkembangan psikisnya.

7. Mendidik melalui pemeliharaan.


Setiap anak yang lahir dalam keadaan lemah dan tak berdaya dan dalam
keadaan belum dewasa. Sementara kedewasaan merupakan syarat mutlak bagi
kehidupan manusia, baik secara individual maupun sebagai anggota masyarakat.
Salah satu bentuk pemeliharaan adalah bahwa sang ibu agar menyusukan bayinya.
Pemeliharaan itu akan semakin rumit manakala anak semakin tumbuh dan
berkembang, khususnya yang berkenaan dengan masalah aqidah, akhlak, dan
syariah. Dalam masalah ini, anak-anak memerlukan perlindungan agar terhindar
dari pengaruh buruk dari kawan-kawan elau masyarakat sekitarnya.
Di saat ini pula anak-anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang
ekstra cukup. Getaran kasih sayang dan kerelaan melindungi dan memelihara dalam
interaksi edukatif ini sangat penting karena anak-anak sangat sensitif terhadap
sentuhan ini. Banyak kasus terjadi, tatkala seorang anak dalam perkembangannya

12
menghadapi masalah, sementara kedua orang tak mampu memamahi
perkembangan dan tak mampu menyelsaikan secara baik persoalan yang dihadapi
anak, maka acapkali anak mencari jalan keluarnya sendiri secara keliru. Akibatnya,
banyak anak yang salah dalam menentukan kehidupannya dengan jalan yang nista
dan bertentangan dengan norma agama.

BAB III
13
PENUTUP

Kesimpulan
Metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang harus dimiliki dan
digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan
dan pengajaran kepada anak agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang termuat
dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Selain itu bahwa metode merupakan cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan dalam pendidikan untuk
membentuk karakter dan sikap anak, serta memudahkan anak dalam belajar. metode
pendidikan hampir sepenuhnya tergantung kepada kepentingan anak. Para pendidik
hanya bertindak sebagai motivator, stimulator, ataupun hanya sebagai instruktur.
Sistem ini cenderung meletakkan anak sebagai pusat (child centre) pendidikan dan
menghargai adanya perbedaan individu para anak (individual differencies). Hal ini
menyebabkan para pendidik hanya bersikap merangsang dan mengarahkan para anak
untuk belajar dan diberi kebebasan untuk mengembangkan pembelajaran. Sedangkan
pembentukan karakter hampir kurang menjadi perhatian pendidik. Akibat penerapan
metode yang demikian, menyebabkan pendidikan kurang membangun watak dan
kepribadian anak, terutama bila dihubungkan dengan fenomena yang timbul di
masyarakat dewasa ini dimana pendidik semakin tidak dihormati oleh anaknya.
Dalam metode Pendidikan pastinya juga ada pendekatan. Diantaranya adalah 1)
Pendekatan Pengalama 2) Pendekatan Pembiasaan 3) Pendekatan Emosional 4)
Pendekatan Rasional 5) Pendekatan Fungsional 6) Pendekatan Ketaudalanan.
Ada beberapa metode Pendidikan. Antara lain: 1) Metode keteladanan 2) metode
pembiasaan 3) metode ganjaran dan hukuman 4) metode nasehat dan cerita 5) metode
melalui disiplin 6) melalui partisipasi 7) melalui pemeliharaan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Fanani Muhyar, 2008, Metode Studi Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Hermawan Heris, 2012 ,Filsafat Pendidikan Islam Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam Kementerian Agama

Ramayulis,, Samsul Nizar, 2009, Filsafat Pendidiknan Islam Telaah sistem Pendidikan

dan para pemikiran tokohnya, (Jakarta:Kalam Mulia)

Syar’I,Ahmad, , 2020, Filsafat Pendidikan Islam, Kalimantan Tengah. CV. Narasi Nara

Suharto Toto, 2014, Filsafat Pendidikan Islam, Menguatkan Epistemologi Islam dalam

Pendidikan, Yogyakarta, Ar-Ruz Media

15

Anda mungkin juga menyukai