Anda di halaman 1dari 30

RESUME MAKALAH

1. Pengertian Pendidikan, Pengajaran dan Metode Pengajaran.

a. Konsep Pendidikan

Menurut Burlian Shomad “ Pendidikan Islam ialah pendidikan yang


bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat
tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan
itu adalah ajaran Allah. 1

Tentunya dalam mencapai tujuan yang ideal tersebut di butuhkan


arahan atau langkah – langkah yang mesti di capai berkaitan dengan :

1. Tujuan Umum
2. Tujuan akhir
3. Tujuan sementara
4. Tujuan Operasional . 2

b. Hakekat Mengajar : Tarbiyah, ta’lim, tadris, dan ta’dib

Bepedoman kepada tujuan pendidikan Islam tentunya tidak terlepas dari


pendidik . Sebagai sosok pendidik tentu di perlukan seorang pendidik atau guru
yang tidak hanya tahu sesuatu yang diajarkan . Sebagaimana di ungkapkan
dalam Federasi dan organisasi Profesional guru sedunia , “ bahwa peranan guru
di sekolah , tidak hanya sebagai transimiter dari ide tetapi juga berperan sebagai
3
transformer dan katalisator dari nilai dan sikap “ . Seorang pendidik yang
diartikan sebagai guru dalam pendidikan formal dan orang tua serta
masyarakat sebagai pendidik yang berperan di luar ( pendidikan non formal ) ,
haruslah memiliki kepribadian atau syarat dan sifat sebagai seorang Murabbi,
Mu’allim , Mudarris, Mu’addib, Mursyid dan Muzakki.,yang memiliki
1
Hamdani Ihsan & Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka Setia,
hal : 15

2
Ibid, hal : 6
3
Sardiman , Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raja
GrafindoPersada , 2007 , hal : 144

1
keimanan dan ilmu serta mencerminkan kepada akhlak yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW sehingga tercapainya tujuan pendidikan Islam .

Sedangkan yang di maksud dengan pengajaran adalah menanamkan


ilmu pengetahuan pada seseorang dengan singkat dan pasti atau dapat juga
diartikan sebagai suatu ilmu yang membicarakan atau memberikan prinsip-
prinsip dalam penyampaian bahan pelajaran sehingga dapat di kuasai oleh siswa
yang menerimanya.4

Berkaitan dengan pengajaran tersebut tentu di perlukan sebuah metode


atau cara yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi ajar. Karena
dengan metode yang baiklah peserta didik dapat memahami materi ajar dengan
mudah. Metode mengajar adalah suatu cara yang dapat di gunakan pendidik
dengan berbagai tekhnik dalam proses belajar mengajar agar materi pelajaran
dapat di cerna dengan mudah serta efektif bagi peserta didik. 5

Metode tersebut haruslah sesuai dengan materi ajar atu melihat kondisi
yang ada berkatan dengan peserta didik, seperti contoh adanya metode
ceramah : sebagai tekhnik penyampaian pesan. Metode diskusi : sebagai suatu
cara mempelajari materi dengan memperdebatkan masalah dengan saling
beradu argumentasi secara rasional dan obyektif. Berkaitan dengan hal tersebut
masih banyak lagi metode – metode yang bisa didapatkan baik melalui Al
Qur’an maupun hadits nabi SAW, yang mesti di gali sehingga dapat digunakan
sebagai alat memyampaiakan materi kepada peserta didik.

4
Usman Bayiruddin , Metodologi Pengajaran Agama Islam, Ciputat, Jakarta, 2002,
hal : 1
5
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Pustaka Firdaus, 2000, hal : 2

2
2. Prinsip- prinsip dalam Penentuan Metode Pembelajaran

a. Tujuan Pembelajaran

Menurut Dr Zakiah Drajat , Tujuan Pendidikan Islam secara


keseluruhan menjadikan “ insan Kamil “ dengan pola taqwa”. 6 Adapun insan
kamil yang di maksud adalah manusia yang utuh rohani dan jasmaninya
sehingga menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya, masyarakat serta
gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam. Dengan demikian
Islam mempunyai pandangan khusus mengenai pendidikan , yaitu meliputi ilmu
pengetahuan, proses, materi dan tujuan pembelajaran.

Pendidikan suatu negara tidak dapat di pisahkan dengan sistem yang


berlaku, maka dalam membuat target tujuan pembelajaran tersebut yang
menjadi dasar adalah : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler dan tujuan instruksional. Semua ini adalah saling berkaitan.
Selanjutnya berkenaan dengan menentukan tujuan pembelajaran tersebut perlu
adanya rancangan yang memberikan gambaran akan ketercapaian target dan
mesti juga berkaitan dengan pembentukan kesalehan baik secara pertikal
maupun horizontal. Apabila kesemuanya itu terhimpun, maka tentulah akan
mengarah kepada tujuan pembelajaran menurut pendidikan Islam yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :

1. Keseluruhan proses harus didasari nilai- nilai Islam


2. Proses pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat
dipisahkan dengan konsep akhlakul karimah
3. Bersifat luwes dan fleksibel
4. Seimbang antara teori dan praktek
5. Menekankan kebebasan peserta didik untuk berekspresi dalam batas
kesopanan dan akhlakul karimah

6
Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, hal : 29

3
6. Terjadinya situasi dan kondisi yang memungkinkan terciptanya interaksi
edukatif yang kondusif
7. Besifat memudahkan, efektif dan efisien.

Selanjutnya faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode adalah :

1. Tujuan yang ingin dicapai


2. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat
kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainya.
3. Faktor guru
4. Faktor dana dan fasilitas yang tersedia
5. Faktor sifat dan materi yang hendak disajikan
6. Faktor waktu yang tersedia bagi pelaksanaan proses belajar mengajar.

b. Materi Ajar

Materi ajar adalah segala bentuk materi yang di gunakan untuk


membantu guru dalam kegiatan mengajar. Materi tersebut bisa yang di maksud
bisa materi tertulis, maupun tidak tertulis. Materi ajar tertulis adalah bahan ajar
atau materi pembelajaran ( insruktional materials ) yang merupakan
pengetahuan , keterampilan dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompetensi yang telah di tentukan. Secara terperinci jenis- jenis materi
terdiri dari pengetahuan ( fakta, konsep, prinsip, prosedur, keterampilan, dan
sikap atau nilai. Selanjutnya yang menjadi prinsip dalam memilih bahan ajar
adalah :

1. Prinsip relevansi, artinya materi pembelajaran hendaknya memiliki


keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Konsistensi, artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. dan
3. Kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai
dalam membantu siswa dalam menguasa kompetensi dasar yang diajarkan.

4
c. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen masukan dalam system pendidikan ,
yang selanjutnya diproses dalam pendidikan sehingga menjadi manusia yang
bekualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan pendidikan Islam.
Untuk mempersiapkan anak didik menuju kearah tercapainya tujuan tersebut,
tentu perlu di perhatikan aspek yang berkaitan dengannya, yaitu ; aspek yang
berkaitan dengan pendekatan psikologis, pendekatan edukatif.7
Islam mempunyai pandangan khusus terhadap peserta didik dalam
rangka mengantarkan peserta didik sebagaimana diungkapkan bahwa “
pendidikan merupakan usaha sadar bersama yang secara fungsional structural
melaksanakan tugas – tugasnya menuju terciptanya manusia- manusia ideal,
yakni manusia yang memiliki kepribadian mulia yang merupakan tujuan
pendidikan Islam.8
Adapun kondisi peserta didik dalam pencapaian tujuan belajar :
a. Kondisi internal : kondisi berasal dari dalam diri siswa, seperti : Sikap,
motivasi, kosenterasi, kadar IQ, rasa percaya diri dalam belajar .
b. Kondisi eksternal : kondisi yang berada di luar siswa, seperti kualitas guru,
sarana dan prasarana serta lingkungan social siswa di sekolah.

7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal : 7
8
Muhmidayeli, Teori- Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Pasca
Sarjana UIN Suska Riau, 2007, hal : 71

5
3. Metode Pembelajaran Dalam Al Qur’an : Metode Tawsiyah, Metode
Hikmah, dan Mawi’izah Hasanah

Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta berarti
melalui dan hedos berarti jalan atau cara. Dalam bahasa Arab istilah metode
dikenal dengan “ thariqah “ berarti langkah – langkah yang strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan atau mengambil sesuatu untuk di
9
jadikan jalan. Ada beberapa landasan dasar dalam menentukan metode yang
tepat dalam mengajar diantaranya diulas oleh Abu Ahmadi, beliau mengatakan
bahwa landasan untuk pemilihan metode ialah :

a. Sesuai dengan tujuan pengajaran agama.


b. Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan.
c. Menarik perhatian murid.
d. Maksud metodenya harus dipahami siswa.
e. Sesuai dengan kecakapan guru agama yang bersangkutan.10

Dari defenisi dan penjelasan diatas apabila dikaitkan dengan metode


pembelajaran dalam Al Qur’an, dapat diartikan suatu cara atau jalan yang
strategis sebagai persiapan dalam memberikan pembelajaran kepada siswa
dengan mengikuti tata cara yang telah ada dalam al Qur’an untuk di reduksi
dalam pelaksanaan mengajar dewasa ini. Seperti Metode Tawsiyah, yaitu :
Metode Tawsiyah adalah penerangan secara lisan berupa pesan. Maksudnya
adalah menyampaikan suatu pesan tentang pelajaran agar siswa dapat
mengetahui, memahami dan dapat mempraktekkan atau mengamalkan isi pesan
tersebut. Metode ini banyak dipakai , karena mudah dilaksanakan . Metode
Tawsiyah ini dapat dilaksanakan :

1. Jumlah peserta didik banyak, sehingga sulit menggunakan metode


lainnya
2. Bahan pelajaran baru, yang mengandung informasi

9
M. Yunus, Kamus Arab- Indonesia, Mahmud Yunus Wazurriyah, Jakarta 1411/ 1990
10
Abu Ahmadi, Metodik Pengajaran (Bandung : Pustaka Setia, 1985), hal : 104

6
3. Tidak di temui bahan tersebut dalam buku siswa, jika ada di suruh
membaca
4. Apabila penyampaian bisa menarik atau memberikan rangsangan kepada
perhatian anak didik
5. Untuk menyimpulkan pokok- pokok yang penting
6. Bahan pelajaran banyak sedangkan waktu terbatas
7. Memberikan ilustrasi terhadap bahan ajar seperti penjelasan gambar
8. Untuk menambah atau menanamkan apresiasi kepada siswa
9. Apabila tidak ada alat yang lain kecuali bahasa lisan.

Sedangkan yang menjadi salah satu kelemahan yang ada dan mendasar
tentang penggunaan metode tawsiyah atau ceramah ini adalah interaksi yang
masih berpusat pada guru ( teacher centered ). Namun bukanlah metode ini tidak

Sebagaimana Luqmanul Hakim, dalam menggunkan metode ini sungguh


memiliki pendekatan yang lebih menyentuh, hal tersebut di jelaskan dalam al
Qur’an surat Luqman ayat : 13, yaitu :

         


     

Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar".

Selanjutnya Metode Hikmah dan Maw’izah Hasanah. Sebagaimana hal


tersebut terdapat dalam al Qur’an :

       


           
     
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

7
Dalam surat An-Nahl (lebah) ayat 125 tersebut diatas , terdapat tiga
prinsip dalam implementasi metode penyampaian (dakwah, pembelajaran,
pengajaran, komunikasi dan sebagainya) yaitu ;

1. Al-Hikmah

Dalam bahasa Arab Al-hikmah artinya ilmu, keadilan, falsafah,


kebijaksanaan, dan uraian yang benar.11 Al-hikmah berarti mengajak kepada
jalan Allah dengan cara keadilan dan kebijaksanaan, selalu mempertimbangkan
berbagai faktor dalam proses belajar mengajar, baik faktor subjek, obyek,
sarana, media dan lingkungan pengajaran. Pertimbangan pemilihan metode
dengan memperhatikan audiens atau peserta didik diperlukan kearifan agar
tujuan pembelajaran tercapai dengan maksimal.

Al-Hikmah dalam tafsir At-Tobari adalah menyampaikan sesuatu yang


telah diwahyukan kepada nabi. Ath-Thobari menguraikan :

12
‫بالحكمة‬  ‫ وكتابه الذى نزله عليك‬,‫يقول بوحى هللا الذى يوحيه اليك‬
Hal ini hampir senada dengan Mustafa Al-Maroghi bahwa Al-Hikmah
cenderung diartikan sebagai sesuatu yang diwahyukan. 13

Demikian pula dalam tafsir Al-Jalalain Al-hikmah diartikan dengan Al-


Qura’nul kariem sebagai sesuatu yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW. An-Naisaburi menegaskan bahwa yang dimaksud Al-hikmah adalah tanda
atau metode yang mengandung argumentasi yang kuat (Qoth’i) sehingga
bermanfaat bagi keyakinan. Yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan
hikmah ini yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dengan
mengunakan alasan-dalil dan argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini
para peserta didik memiliki keyakinan dan kemantapan dalam menerima materi
pelajaran. Materi pembelajaran bermanfaat dan berharga bagi dirinya, merasa
11
Husen Al-Habsy, Kamus Arab Lengkap, YAPPI,Bangil, 1989, hal : 64
12
Ja’far Muhmaad ibn Jarir Ath-Thobarii, Tafsir Ath-Thobari ; Jami’ul Bayan Ta’wilul
Qur’an, ( Bairut-Libanon : Darul kutubul Ilmiah, 1996), hal :663.
13
Ahmad Mustofa Al-Maroghi, Tafsir Al-Maroghi, terjemah, Toha Putra, Semarang,
1987), hal :289

8
memperoleh ilmu yang berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan
datang.

2. Mauidzah Hasanah

Maudzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Maudzah dan Hasanah”. Al-
mauidzah dalam tinjauan etimologi berarti “pitutur, wejangan, pengajaran,
pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan
bermakna pengajaran yang baik. Ibnu Katsir menafsiri Al-mauidzah hasanah
sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi
larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Ibnu
Katsir menulis sebagai berikut :

‫والموعظة الحسنة أي بما فيه من الزواجر والوقائع بالناس ذكرهم بها ليحذروا بأس هللا تعالى‬14

At-Thobari mengartikan mauidzah hasanah dengan “Al-ibr al-jamilah” yaitu


perumpamaan yang indah bersal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi
dalam proses penyampaian.

Pengajaran yang baik mengandung nilai-nilai kebermanfaatan bagi kehidupan


para siswa. Mauidzah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da’i
(guru, ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para siswa lebih
berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi
penstranferan nilai.

Dengan melalui prinsip mauidzoh hasanah dapat memberikan pendidikan


yang menyentuh, meresap dalam kalbu. Ada banyak pertimbangan (multi
approach) agar penyampaian materi bisa diterima oleh peserta didik
diantaranya :

14
An-Naisaburi, Tafsir Ghoroibil Qur’an wa roghoibil Furqon, ( Bairut-Libanon : Darul
Kutubul Ilmiyah, 1996, hal. 316

9
a) Pendekatan Relegius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
relegius dengan bakat-bakat keagamaan. Metode pendidikan Islam harus
merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits,
b) Dasar Biologis, pertumbuhan jasmani memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pendidikan,
c) Dasar Psikologis, metode pendidikan Islam bisa effektif dan efesien bila
didasarkan pada perkembangan psikis meliputi motivasi, emosi, minat,
sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal intelektual,
d) Dasar Sosiologis, pendekatan social interaksi antar siswa, guru dengan
siswa sehingga memberikan dampak positif bagi keduanya.

3. Mujadalah

Kata mujadalah berasal dari kata “jadala” yang makna awalnya


percekcokan dan perdebatan15. Kalimat “jadala” ini banyak terdapat dalam Al-
Qur’an diantaranya dalam surat Al-Kahhfi ayat 54( ‫َو َكانَ اإْل ِ ْن َسانُ أَ ْكثَ َر َش ْي ٍء َج َد ًل‬ )
Bahkan ada surat yang bernama “Al-Mujaadilah” ( perempuan-perempuan yang
mengadakan gugatan).

Mujadalah dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan


dialog atau diskusi sebagai kata “ameliorative” berbantah-bantahan. Mujadalah
berarti menggunakan metode diskusi ilmiyah yang baik dengan cara lemah
lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya
diserahkan kepada Allah SWT.

Metode mujadalah lebih menekankan kepada pemberian dalil,


argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi
yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan ilmiyah dalam
setiap argumen diskusinya. Para guru hanya bertindak sebagai motivator,
stimulator, fasilitator atau sebagai instruktur. Sistem ini lebih cenderung ke

15
Husen Al-HAbsyi, Op.Cit., hal: 43

10
“Student Centre” yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan
individu para peserta didik (individual differencies) bukan “Teacher Centre”.

4. Metode Pembelajaran dalam Al Qur’an : Metode Karya Wisata dan
Memulai Pembelajaran dengan Pertanyaan
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang
terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan
didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik. Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka
pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas,
mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang
akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan
rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana,
pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan,
b. Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur
segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah
ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian
pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi
petunjuk bila perlu,
c. Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai
segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat
kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata
seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain
dan sebagainya.

Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan


lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan
kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.

11
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :

a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.


b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan
utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak
didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata
dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

Dengan demikian Karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk


belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena
itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu
bengkel mobil, toko serba ada, dan dan bahkan tempat – tempat yang bersejarah,
sehingga dapat memberikan nuangsa ruhiyah terhadap siswa dalam kaitannya
dalam ibadah kepada Allah , sebagaimana inti dari tujuan pendidikan Islam.

Selanjutnya memulai pembelajaran dengan bertanya ( Istifham ) adalah


salah satu gaya bahasa . Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui
dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan
dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan
siswa, antara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan
multi arah. Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah cara yang
dapat digunakan oleh kita sebagai guru untuk mengajukan pertanyaan kepada
peserta didiknya dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta
didik.

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta


didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan

12
gagasan-gagasan barunya. Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria
khusus seperti: jelas, informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah,
berikan waktu yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh
siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan yang terakhir
tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan jawaban sendiri.

Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan


tugas pembelajaran

1. pertanyaan permintaan

2. pertanyaan mengarahkan atau menuntun dan

3. pertanyaan yang bersifat menggali serta

4. pertanyaan retoris.

Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3 jenis yaitu :

1. pertanyaan yang mengungkap perasaan dan pikiran

2. pertanyaan yang menggiring siswa untuk mengidentifikasi pola-pola


perasaan pikiran dan perbuatan dan

3. pertanyaan yang menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi akibat-


akibat dari perasaan, pikiran dan perbuatan. Pertanyaan-pertanyaan berguna
untuk memacu gagasan peserta didik misalnya dalam hal memancing
gagasan/ide peserta didik dalam memecahkan masalah.

5. Metode Pembelajaran dalam Al Qur’an : Methode Amthal , Methode


Cerita, dan Methode Tanya jawab

13
Metode Amthal adalah sebuah metode mengajar atau mendidik yang
mengguna kan ungkapan yang menyerupakan sesuatu dengan apa yang
terkandung dalam ungkapan itu. Ungkapan tersebut bukan hanya sekedar karya
seni semata tetapi juga berfungsi sebagai strategi penanaman nilai.

Mengenai metode Amtsal di contohkan dalam Al quran, diantaranya


terdapat dalam surat Al Hajj; 73, sebagaimana berikut :

        


          
        
  
Hai manusia, Telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah olehmu
perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali
tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu
menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.

Dari ayat diatas dapat dapat diambil pelajaran tentang adanya unsur
kesengajaan untuk menarik perhatian . Seolah- olah perumpamaan itu di buat
untuk menyentuh hati pendengarnya sehingga betul – betul terkesan dalam
sanubarinya.

Berkenaan dengan kelebilahhan metode Amthal ini adalah sebagai


berikut :

1. Mempermudah siswa memahami konsep abstarak


2. Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat
3. Agar mudah di pahami secara logis
4. Memberikan motivasi kepada pendengarnya apabila di kaitkan dengan
Amthal Qur’ani dan Nabawi.

Metode Cerita adalah sebuah metode yang telah dicontohkan al Qur’an.


Metode ini tidak dapat dipisahkan dari pengajaran, teutama pendidikan Islam.
Dalam metode cerita ini ada muatan yang perlu dijadikan sebagai tujuan

14
penggunaan metode ini, yaitu adanya misi pengetahuan, adanya rangsangan
kepada siswa sehingga timbul ada perasaan khauf, ridha, cinta, sehingga terlibat
secara emosional. Diantara ayat Al qur’an yang memberikan insfirasi tentang
penggunaan metode cerita ini adalah :

          
   
Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang
Telah lalu, dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepadamu dari sisi kami suatu
peringatan (Al Quran). ( Thaha : 99 )

Selanjutnya metode Tanya Jawab adalah sebuah metode dalam mengajar


dimana seorang guru mengajukan pertanyaan kepada murid tentang materi ajar
yang telah dipelajari atau yang telah dibaca. Metode Tanya jawab adalah
metode membuat siswa aktif berfikir, berani , membangkitkan semangat. Dan
bagi guru dapat mengukur akan penguasaan siswa dalam mempelajari materi
yang telah diajarkan. Dalam metode bertanya ini banyak di contohkan dalam al
Qur’an, diantaranya adalah :

    


    
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim. ( Al Ma’un : 1- 2 )

6. Model Pembelajaran Nabi Terhadap Para Sahabat : Pembelajaran


Kontekstual dan Pembelajaran Sistimatis serta Berangsur- angsur

Pembelajaran kontekstual adalah upaya pembelajaran siswa dengan


sengaja untuk memudahkan terjadinya proses belajar sehingga tercapai tujuan
pendidikan. Dalam hal ini keterlibatan siswa sangat diperlukan sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan nyata. Dipandang dari sudut psikologis,
pembelajaran kontekstual berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut

15
aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.
Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.

Ada yang perlu dipahami tentang pebelajar dalam kontekstual ( CTL ), yaitu :

1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi


pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki
2. Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas.
3. Belajar adalah proses pemecahan masalah
4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang
sederhana menuju yang kompleks
5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.

Selanjutnya model pembelajaran secara berangsur – angsur adalah suatu


proses pembelajaran yang disampaiakan oleh pendidik kepada siswa secara
berkesinambungan sedikit demi sedikit agar materi tersebut mudah dipahami
dan diamalkan sehingga meningkatkan perhatian dan pemikiran siswa untuk
menuju kearah kebaikan dan kebenaran.16

Berkaitan dengan pembelajaran berangsur – angsur telah di jelaskan


dalam firman Allah SWT :

      


  
Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya
bagian demi bagian. ( Q.S Al Isra’ : 106 )

7. Model Pembelajaran Nabi Terhadap Para Sahabat : Hiwar Dan Tanya


Jawab , Analogi , Tashbih dan Amthal
16
Rusman, Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, Raja
Grafindo, Jakarta, 2010, hal : 136

16
Model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat di gunakan
untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis.
Fungsinya adalah sebagai sarana untuk mempermudah dan sebagai petunjuk
bersifat perspektif dan sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan
pengelolaan.

Penerapan model tersebut perlu dijabarkan kedalam bentuk sebuah metode


pembelajaran yang merupakan sebagai prosedur, urutan, langkah- langkah, dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Begitu juga
metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Sedangkan satu
pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.

Nabi Muhammad SAW, sebagai “uswatun hasanah” . Apabila dikaitkan


dalam dunia pendidikan, beliau adalah sosok pendidik yang sempurna dalam
segala aspek. Beliau adalah pendidik yang telah memberikan contoh atau model
pembelajaran yang sangat akurat, dengan memperhatikan situasi dan kondisi.
Sebagaimana model yang telah beliau terapkan tersebut terbukti dalam dalam
mendidik para sahabat dan umat manusia pada umumnya sehingga meraih
keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana firman Allah
dalam Q.S Al Jumu’ah : 2

        


       
    

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata

Selanjutnya kajian tentang keberhasilan pendidikan dan pengajaran yang


dilakukan oleh nabi Muhammad SAW tersebut , tidak saja dilakukan oleh umat
Islam , tetapi hal tersebut diatas juga telah diungkapkan oleh selain Islam,
diantaranya oleh James E. Royster , bahwa nabi Muhammad SAW. Tidak hanya

17
menjadi guru bagi generasi masanya saja, tetapi juga pada masa sekarang dan
menjadi seorang imaginary educator.17

Berkaitan dengan model – model pembelajaran nabi terhadap para


sahabat dapat dilihat dan terbukti dari hadits – hadits nabi . Model tersebut
masih efektif dan senantiasa diterapkan para pendidik sampai saat ini. Model-
model yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut :
1. Model Hiwar Dan Tanya Jawab

Hiwar diartikan sebagai dialog antara dua pihak atau lebih yang di
lakukan melalui tanya jawab dan didalamnya terdapat kesatuan topik atau tujuan
18
dialog. Yang dimaksud hiwar adalah percakapan silih berganti antara dua
pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada
suatu tujuan. Percakapan ini bisa dialog langsung dan melibatkan kedua belah
pihak secara aktif, atau bisa juga yang aktif hanya salah satu pihak saja, sedang
pihak lain hanya merespon dengan segenap perasaan, penghayatan dan
kepribadiannya.

Mani bin Abd al-Aziz al-Mani menyebutkan, bahwa hiwar disebut juga
dengan metode tanya jawab. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh
H.M. Arifin dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan Islam “.19Dalam hiwar ini
kadang-kadang keduanya sampai pada suatu kesimpulan, atau mungkin salah
satu pihak tidak merasa puas dengan pembicaraan lawan bicaranya. Namun
demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap bagi
dirinya.20
Contoh hadits nabi berkaitan dengan model hiwar dan Tanya jawab ini
adalah : suatu hari Nabi bertanya pada sahabat-sahabatnya: “Andai di depan

17
Alfiah , Hadis Tarbawiy ( Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi ) , Al Mujtahadah
Press, Pekanbaru, 2010, hal : 90
18
Alfiah , Loc.Cit, hal : 170
19
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Bumi Aksara, Jakarta, 1996 ,hal : 215
20
Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip Dasar Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali (Bandung: Diponegoro, 1989)
hal, 284.

18
rumah kalian ada sungai, lalu kalian mandi 5 kali sehari, apakah akan ada
kotoran yang tertinggal di tubuh (kalian)? ”Tentu tidak wahai Rasul”, jawab
mereka. Begitu juga sholat 5 waktu, yang dengannya dosa-dosa dan segala
kesalahan dihapus oleh Allah Ta’ala”. (HR.Bukhori dan Muslim). 21
Dari hadits diatas dapat diambil pelajaran bahwa nabi sebagai pendidik
memberikan ilmu atau pelajaran kepada sahabat dengan dialog ( hiwar ) dan
bertanya. Sedangkan sahabat sebagai murid ikut serta terlibat dengan menjawab
(aktif ) terhadap apa yang ditanyakan oleh nabi dengan adanya proses berfikir
yang mendalam dan mudah dicerna. Maka dari model tersebut sangat
membantu sekali dalam membuka cakrawala berfikir dan kebuntuan otak atau
kebekuan berpikir, bahkan bagi peserta didik hal demikian akan lama
membekas dalam fikiran.

2. Analogy (kias)
Dalam mengajar, Rasulullah SAW para sahabatnya juga menggunakan
analogi (perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah ada) terhadap
suatu hukum atau ajaran yang kurang bisa dipahami dengan baik oleh sebagian
sahabatnya, begitu juga menjelaskan sebab-sebab akan sebuah hukum.22

Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan


kiasan dalam pembelajaran, yaitu:
1. Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan
tujuan agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan
membicarakan keburukannya.
2. Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga
membangkitkan emangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
3. Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.
4. Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
5. Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan.

21
Shahih Muslim, Jilid I, hal :463
22
Wina Sanjaya, Pengembangan model pembelajaran metode klinis bagi peningkatan
kemampuan belajar siswa, Jakarta, Bulan Bintang, 2002.hal,77

19
6. Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang
mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan
cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan
keburukan.
Adapun dinatara contoh hadits nabi berkaitan dengan analogi adalah
sebagai berikut :

‫صفِيَّةَ ع َْن أُ ِّم ِه ع َْن‬ ِ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى قَا َل َح َّدثَنَا اب ُْن ُعيَ ْينَةَ ع َْن َم ْنص‬
َ ‫ُور ْب ِن‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن ُغ ْسلِهَا ِم ْن‬ ْ َ‫عَائِ َشةَ أَ َّن ا ْم َرأَةً َسأَل‬
َّ ِ‫ت النَّب‬
َ ‫ي‬
‫ْك فَتَطَه َِّري بِهَا‬ ٍ ‫صةً ِم ْن َمس‬ َ ْ‫ال ُخ ِذي فِر‬ َ َ‫يض فَأ َ َم َرهَا َك ْيفَ تَ ْغت َِس ُل ق‬
ِ ‫ْال َم ِح‬
‫ال ُس ْب َحانَ هَّللا ِ تَطَه َِّري‬ ْ َ‫ال تَطَه َِّري بِهَا قَال‬
َ َ‫ت َك ْيفَ ق‬ َ َ‫ت َك ْيفَ أَتَطَهَّ ُر ق‬
ْ َ‫قَال‬
‫ت تَتَب َِّعي بِهَا أَثَ َر ال َّد ِم‬
ُ ‫ي فَقُ ْل‬
َّ َ‫…فَاجْ تَبَ ْذتُهَا إِل‬.
Artinya:
Hadis Yahya, katanya hadis ‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari
Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci
dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana
cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak
wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya?
Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup
wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu.23
Hadits di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang
sebagian tergolong şiqah dan şiqah hâfiz, sedangkan Aisyah adalah istri
Rasulullah saw. Ibn Hajar, memberi komentar terhadap hadis ini dengan
mengatakan ini adalah dalil tentang disunnahkannya menggunkan kiasan atau
sindiran pada hal-hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk
masalah-masalah yang dianggap aib.24
Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan metode
analogi ini agar dapat difahami oleh siswa dan begitu juga dalam hal yang tidak
memungkinkan atau menimbulkan perasaan malu apabila di jelaskan. Maka
seorang guru dapat menggunkan hal tersebut dalam pembelajaran.

23
(al-Bukhari, I: 119)
24
al-Asqalani, Jilid I hal. 415-416).

20
3. Tashbih dan Amthal
Shabah ( tashbih ) secara harfiah semakna dengan Amthal (mathal )
berarti serupa, sama atau seperti. Dalam bahasa Arab kata ini di gunakan untuk
menyamakan sesuatu yang lain, seperti tergambar dalam ungkapan “ anta mithlu
as syamsi ( anda bagaikan matahari ).25 Contoh sabda beliau SAW, berkenaan
dengan Tasbih dan Amthal ini sebagaimana disebutkan dalam shahih Muslim
hadits dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu : “Perumpamaan orang
mukmin yang membaca Alqur’an itu laksana Utrujah , rasanya lezat dan
aromanya wangi. Sedangkan mukmin yang tidak baca Alqur’an itu seperti
kurma, rasanya enak tetapi tidak ada aromanya. Adapun orang munafik yang
membaca al-qur’an, itu seperti Raihanah, aromanya harum, tapi rasanya pahit.
Sedang orang munafik yang tidak baca qur’an, itu seperti Hanzalah, pahit
rasanya juga tidak ada aromanya”.( HR Bukhari dan Muslim ) 26

Dari contoh hadits yang diatas dapat disimpulkan bahwa nabi SAW
dalam memberikan pelajaran kepada para sahabat menjelaskan dengan membuat
perumpamaan suatu hal yang abstrak dengan contoh yang kongkrit, maka hal ini
mudah diterima , karena terkadang suatu permasalahan yang abstrak agak sulit
diterima namun apabila contoh kongkrit akan tampak lebih jelas dan lebih
menancap kuat dalam hati dan ingatan para peserta didik ketika dalam proses
belajar mengajar.

8. Metode Belajar dalam kitab Ta’lim Muta’aallim Tariqi al- Ta’allum.

Menurut kitab Ta’lim al Muta’allim dalam menguraikan tentang


metode, menjelaskan bahwa metode yang berguna akan membawa kesuksesan
dalam mencari ilmu. Diantaranya disebutkan mengenai syarat- syarat yang

25
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, Zanafa, Yogyakarta, 2001, hal : 122
26
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Buah Ilmu, Penerjemah Fadhli Bahri, Pustaka Azzam,
Jakarta, 1999, hal : 23

21
dipenuhi, seperti dalam memilih pelajaran ( ilmu ), hendaknya ilmu yang
berguna, guru yang lebih alim, wara’ dan bahkan hendaknya guru lebih tua dari
segi usianya dari murid. 27

Secara umum kitab Ta’lim Muta’allim berisikan tiga belas pasal yang
singkat berkaitan dengan :

1. Pengertian ilmu dan keutamaannya


2. Niat dikala belajar
3. Memilih ilmu, guru dan teman serta ketahanan dalam belajar
4. Menghormati ilmu dan ulama
5. Ketekunan, kotinuinitas dan cita- cita luhur
6. Permulaan dan intesitas belajar serta tata tertib
7. Tawakkal kepada Allah
8. Masa belajar
9. Kasih sayang dan member nasehat
10. Mengambil pelajaran
11. Wara’( menjaga diri dari yang haram dan subhat
12. Penyebab hafal dan lupa , dan
13. Masalah rezeki dan umur. 28

9. Pembelajaran Aktif
a. Pengertian
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik
dalam bentuk interaksi antar siswa maupun dengan pengajar dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran aktif adalah suatu istilah yang memayungi
beberapa model pembelajaran yang memfokuskan tanggungjawab proses pada
si pelajar. Pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai berikut :

27
Az Zarnuji, Ta’lim al- Muta’allim, terjemahan Aly As’ad ( Kudus : Menara Kudus )
hal : 6
28
Ibid, hal : 7

22
- Penekanan pada penyampaian informasi bukan oleh pengajar tetapi pada
pengembangan keterampilan pemikiran analistis dan kritis terhadap
permasalahan yang di bahas
- Siswa tidak hanya mendengar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang
terkait dengan materi pembelajaran
- Penekanan pada eksplorasi nilai- nilai dan sikap berkenaan dengan materi
pembelajaran
- Siswa dituntut berfikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi
- Umpan- balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

b. Teknik Mengaktifkan Siswa


Menurut pandangan psikologis, anak yang rasional selalu bertindak
sesuai tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi- reaksi
terhadap lingkungan nya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan
kegitan. Dalam pendidikan kuno , anak dianggap sebagai “ orang dewasa dalam
bentuk kecil “ ia harus diajar dengan kehendak orang dewasa. Sedangkan aliran
modern merubah pandangan tersebut dengan menggantikannya dalam keaktifan
anak dalam proses pembelajaran sehingga mereka mampu memahami
permasalahan , atau mengambil keputusan sendiri. Artinya anak memiliki
partipasi aktif. Ayat Al Qur’an yang terkait dengan hal tersebut adalah :
       
      
 
Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,

c. Memotivasi peserta Didik

Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai


dengan munculnya “feeling“ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
29
tujuan. Motivasi sebagai suatu proses yang mengantarkan murid kepada

29
Sardiman, A.M , Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Persada,
20011, hal : 73

23
pengalaman- pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. 30 Motivasi
mempunyai fungsinya sebagai berikut :
1. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga
2. Memusatkan perhatian anak pada tugas- tugas tertentu yang berhubungan
dengan pencapaian tujuan belajar
3. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka
panjang.

Selanjutnya cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar,


adalah sebagai berikut :
1. Memberi angka
2. Memberi hadiah
3. Saingan/ kompetisi
4. Ego- involvement
5. Memberi ulangan
6. Mengetahui hasil
7. Pujian
8. Hukuman
9. Hasrat untuk belajar
10. Minat
11. Tujuan yang diakui.31

d. Pendekatan dan Komunikasi dalam Pembelajaran

Pendekatan merupakan segala cara atau strategi yang digunakan peserta


didik untuk menunjang keefektifan dan keefesien dalam proses pembelajaran
materi tertentu.32

30
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
2008, hal : 141
31
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, hal : 129
32
Ibid, hal : 129

24
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan
Islam :

1. Pendekatan pengalaman, yaitu pengalaman keagamaan


2. Pendekatan pembiasaan, yaitu terbiasa mengamalkan ajaran agamanya
3. Pendekatan Emosional, yaitu usaha menggugah perasaan dan emosi dalam
meyakini agama
4. Pendekatan Rasional, yaitu pendekatan menggunakan rasio dalam
memahami dan melihat kebesaran Allah SWT
5. Pendekatan fungsional, yaitu usaha memberikan materi agama sesuai
tingkat perkembangannya
6. Pendekatan keteladanan, yaitu mencerminkan akhlak terpuji
7. Pendekatan terpadu, dalam agama Islam meliputi : keimanan, pengalaman,
pembiasaan, rasional, fungsional dan keteladanan

10. Model- model Pembelajaran Aktif

Dalam mengajar diperlukan kemampuan seorang guru untuk menyusun


dan mempraktekkan agar siswa dapat lebih aktif dalam belajar . Model – model
pembelajaran aktif diantaranya adalah :

1. Cooperative Learning ( pembelajaran kooperatif )


Pembelajaran kooperatif secara aktif melibatkan kecerdasan
interpersonal, mengajar siswa untuk dapat bekerjasama dengan baik ,
berkolaborasi, kompromi, dan musyawarah mencapai kesepakatan. Dalam tipe
ini siswa ditempatkan pada kondisi saling membantu dan berdiskusi.33
Selanjutnya model – model pembelajaran kooperatif yang dapat
mengaktifkan siswa adalah :

33
Julia Jasmin, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences,Nuansa,
Bandung, 2007, hal : 139

25
- Student Team Achievment Division ( STAD ), tujuannya adalah
meningkatkan partisifasi siswa dan juga membentuk siswa agar memiliki
sikap kepemimpinan.
- Jigsaw, kelompok belajar diskusi dengan mengirimkan dari tiap kelompok
sebagai tim ahli. Selanjutnya diajarkan kepada kelompok masing- masing.
- Investigasi kelompok, merupakan pembelajaran berdasarkan kelompok
siswa yang heterogen untuk memilih sub topic yang disediakan guru untuk
di kaji dan di selediki dan dipresentasikan didepan kelas.
2. Qustion Student Have ( Pertanyaan peserta didik )

Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan


anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.
Metode ini menggunakan sebuah tekhnik untuk berpartisifasi melalui tulisan .
Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan
pertanyaan, keinginan dan harapan melalui percakapan.

3. Reconnecting ( menghubungkan kembali )


Metode Reconnecting ( menghubungkan kembali ) ini di gunakan untuk
mengembalikan perhatian anak didik pada pelajaran setelah beberapa saat tidak
melakukan aktifitas tersebut.
4. Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergetik)

Metode ini dimaksud untuk memberikan kesempatan kepada siswa


membandingkan pengalaman- pengalaman ( yang telah mereka peroleh dengan
tekhnik berbeda ) yang mereka miliki.

5. Card Sortir ( Kartu Sortir )

Metode ini merupakan kegiatan kolabaratif yang bisa di gunakan untuk


mengajar konsep , penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau
mengulangi informasi.

6. Trading Place

26
Metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar –menukar
pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap
berbagai masalah

7. Who In The Class

Metode ini didunakan untuk memecahkan kebekuan suasana dalam


kelas. Tekhnik ini lebih mirip dengan perburuan terhadap teman- teman di kelas
dari pada terhadap benda. Strategi ini membantu perkembangan team ( team
building ) dan membuat gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan gerakan
fisik berjalan tepat pada sebuah perjalanan.

8. Resume Kelompok

Tekhnik resume khususnya menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan


dan pancapaian individual, sedankan resume kelompok merupakan cara yang
menyenangkan untuk membantu para peserta didik lebih mengenal atau
melakukan kegiatan membangun team dari sebuah kelompok yang para
anggotanya telah mengenal satu sama lain.

11. E- Learning
E- Learning merupakan model pembelajaran yang dibuat dalam format
digital melalui perangkat elektronik. E- Lerning merupakan suatu tekhnologi
baru di Indonesia. Kata “ e “ adalah singkatan elekteronik dan kata “ learning “
berarti “ pembelajaran “. Tujuan di gunakan adalah untuk memperluas akses
pendidikan kepada masyarakat luas. Pemanfaatan ini pada mulanya didominasi
oleh perbankan, perdagangan, media massa, atau kalangan industry. Namun
pemanfaatannya dibidang pendidikan, yang berkaitan dengan internet dimulai
sejak dibentuknya telematika tahun 1996. Ini berkaitan dengan perkembangan
zaman dan ilmu pengetahuan , pemanfaatan internet untuk pendidikan jarak
jauh, akan tetapi juga di kembangkan dalam sistem pendidikan konvensional:
yaitu pendidikan berdasarkan kondisi dan tata cara menurut kesepakatan yang
ada.

27
E- Learning menjadi salah satu pilhan untuk peningkatan mutu
pendidikan, hal ini tentunya berkaitan dengan pesatnya tekhnologi informasi dan
penggunaan internet didunia saat ini berkembang dan dengan tersedianya
fasilitas jaringan (internet infrastruktur) serta tersedianya piranti lunak
pembelajaran ( management course tools ), juga orang yang terampil
mengoperasikan atau menggunakan internet semakin meningkat jumlahnya.34

Adapun beberapa alasan yang dapat diangkat ,bahwa tekhnologi


informasi dapat diterap dalam media pendidikan, diantaranya adalah :

1. Banyak sekolah yang memiliki computer sendiri sehingga dapat


dikembangkan paket belajar Personal- Interaktif materi ajarnya dikemas
dalam bentuk sofware.
2. Negara Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar dalam wilyah
sangat luas, serta di huni 200 jut penduduk dengan distribusi secara tidak
homogen. Maka tekhnologi yang mungkin diterapkan untuk kondisi
tersebut adalah melalui jaringan internet.
3. Untuk kesamaan mutu dalam memperoleh materi, dikembangkan paket
belajar terdistribusi yaitu materi belajar disimpan di sebuah server yang
tersambung ke internet sehingga dapat diambil oleh peserta ajar baik
memakai Web- Browser ataupun file Transport Protocol ( aplikasi
pengiriman file )

Metode pembelajaran dari e- learning dapat digolongkan menjadi dua,


yaitu :

1. Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat instruktur


memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan
2. Dilaksanakan melalui cara tidak langsung, misalnya pesan instruktur
direkam dahulu sebelum di gunakan.

34
Soekartawi, Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional “Tekhnologi Kependidikan” yang diselenggarakan oleh UT- Pustekkom dan
IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002

28
Sebagai karakteristik e- learning antara lain :

- Memanfaatkan jasa tekhnologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan


sesame siswa atau guru dan sesame guru dapat berkomunikasi dengan
relative mudah tanpa dibatasi oleh hal- hal yang bersifat protokoler.
- Memanfaatkan keunggulan computer ( digital media computernetworks )
- Mengguakan bahan ajar bersifat mandiri ( self learning materials )
disimpan di computer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan
saja dan dimana saja apabila memerlukan
- Memanfaatkan jadwal pembelajaran , kurikulum, hasil kemajuan belajar
dan hal- hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat di lihat
di setiap saat di computer.35

Selanjutnya ahli internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan


sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran antara lain :

1. Analisis Kebutuhan ( Need Analysis )


2. Rancangan instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan
kredit, bahan ajar/ kurikulum
3. Evaluasi, yaitu sebelum program di mulai, ada baiknya dicobakan dengan
mengambil beberapa sampel orang yang di mintai tolong untuk ikut
mengevaluasi.

Terakhir yang harus diperhatikan masalah yang sering di hadapi, yaitu :

- Masalah akses untuk bisa melaksanakan e- learning, seperti ketersediaan


jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur lainnya.
- Masalah ketersediaan sofware ( piranti lunak ) . Yaitu mengusahakan
piranti lunak yang tidak mahal
- Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada
- Masalah skill. 36

35
Dewi Salma Prawiradilaga, Evelina Siregar, Mozaik Tekhnolgi Pendidikan, Kencana,
Jakarta, 2007, hal : 199
36
Ibid, hal ; 210

29
30

Anda mungkin juga menyukai