a. Konsep Pendidikan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan akhir
3. Tujuan sementara
4. Tujuan Operasional . 2
2
Ibid, hal : 6
3
Sardiman , Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Raja
GrafindoPersada , 2007 , hal : 144
1
keimanan dan ilmu serta mencerminkan kepada akhlak yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW sehingga tercapainya tujuan pendidikan Islam .
Metode tersebut haruslah sesuai dengan materi ajar atu melihat kondisi
yang ada berkatan dengan peserta didik, seperti contoh adanya metode
ceramah : sebagai tekhnik penyampaian pesan. Metode diskusi : sebagai suatu
cara mempelajari materi dengan memperdebatkan masalah dengan saling
beradu argumentasi secara rasional dan obyektif. Berkaitan dengan hal tersebut
masih banyak lagi metode – metode yang bisa didapatkan baik melalui Al
Qur’an maupun hadits nabi SAW, yang mesti di gali sehingga dapat digunakan
sebagai alat memyampaiakan materi kepada peserta didik.
4
Usman Bayiruddin , Metodologi Pengajaran Agama Islam, Ciputat, Jakarta, 2002,
hal : 1
5
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Pustaka Firdaus, 2000, hal : 2
2
2. Prinsip- prinsip dalam Penentuan Metode Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran
6
Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, hal : 29
3
6. Terjadinya situasi dan kondisi yang memungkinkan terciptanya interaksi
edukatif yang kondusif
7. Besifat memudahkan, efektif dan efisien.
b. Materi Ajar
4
c. Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen masukan dalam system pendidikan ,
yang selanjutnya diproses dalam pendidikan sehingga menjadi manusia yang
bekualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan pendidikan Islam.
Untuk mempersiapkan anak didik menuju kearah tercapainya tujuan tersebut,
tentu perlu di perhatikan aspek yang berkaitan dengannya, yaitu ; aspek yang
berkaitan dengan pendekatan psikologis, pendekatan edukatif.7
Islam mempunyai pandangan khusus terhadap peserta didik dalam
rangka mengantarkan peserta didik sebagaimana diungkapkan bahwa “
pendidikan merupakan usaha sadar bersama yang secara fungsional structural
melaksanakan tugas – tugasnya menuju terciptanya manusia- manusia ideal,
yakni manusia yang memiliki kepribadian mulia yang merupakan tujuan
pendidikan Islam.8
Adapun kondisi peserta didik dalam pencapaian tujuan belajar :
a. Kondisi internal : kondisi berasal dari dalam diri siswa, seperti : Sikap,
motivasi, kosenterasi, kadar IQ, rasa percaya diri dalam belajar .
b. Kondisi eksternal : kondisi yang berada di luar siswa, seperti kualitas guru,
sarana dan prasarana serta lingkungan social siswa di sekolah.
7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal : 7
8
Muhmidayeli, Teori- Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Pasca
Sarjana UIN Suska Riau, 2007, hal : 71
5
3. Metode Pembelajaran Dalam Al Qur’an : Metode Tawsiyah, Metode
Hikmah, dan Mawi’izah Hasanah
Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta berarti
melalui dan hedos berarti jalan atau cara. Dalam bahasa Arab istilah metode
dikenal dengan “ thariqah “ berarti langkah – langkah yang strategis yang harus
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan atau mengambil sesuatu untuk di
9
jadikan jalan. Ada beberapa landasan dasar dalam menentukan metode yang
tepat dalam mengajar diantaranya diulas oleh Abu Ahmadi, beliau mengatakan
bahwa landasan untuk pemilihan metode ialah :
9
M. Yunus, Kamus Arab- Indonesia, Mahmud Yunus Wazurriyah, Jakarta 1411/ 1990
10
Abu Ahmadi, Metodik Pengajaran (Bandung : Pustaka Setia, 1985), hal : 104
6
3. Tidak di temui bahan tersebut dalam buku siswa, jika ada di suruh
membaca
4. Apabila penyampaian bisa menarik atau memberikan rangsangan kepada
perhatian anak didik
5. Untuk menyimpulkan pokok- pokok yang penting
6. Bahan pelajaran banyak sedangkan waktu terbatas
7. Memberikan ilustrasi terhadap bahan ajar seperti penjelasan gambar
8. Untuk menambah atau menanamkan apresiasi kepada siswa
9. Apabila tidak ada alat yang lain kecuali bahasa lisan.
Sedangkan yang menjadi salah satu kelemahan yang ada dan mendasar
tentang penggunaan metode tawsiyah atau ceramah ini adalah interaksi yang
masih berpusat pada guru ( teacher centered ). Namun bukanlah metode ini tidak
7
Dalam surat An-Nahl (lebah) ayat 125 tersebut diatas , terdapat tiga
prinsip dalam implementasi metode penyampaian (dakwah, pembelajaran,
pengajaran, komunikasi dan sebagainya) yaitu ;
1. Al-Hikmah
12
بالحكمة وكتابه الذى نزله عليك,يقول بوحى هللا الذى يوحيه اليك
Hal ini hampir senada dengan Mustafa Al-Maroghi bahwa Al-Hikmah
cenderung diartikan sebagai sesuatu yang diwahyukan. 13
8
memperoleh ilmu yang berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan
datang.
2. Mauidzah Hasanah
Maudzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Maudzah dan Hasanah”. Al-
mauidzah dalam tinjauan etimologi berarti “pitutur, wejangan, pengajaran,
pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan
bermakna pengajaran yang baik. Ibnu Katsir menafsiri Al-mauidzah hasanah
sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi
larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Ibnu
Katsir menulis sebagai berikut :
والموعظة الحسنة أي بما فيه من الزواجر والوقائع بالناس ذكرهم بها ليحذروا بأس هللا تعالى14
14
An-Naisaburi, Tafsir Ghoroibil Qur’an wa roghoibil Furqon, ( Bairut-Libanon : Darul
Kutubul Ilmiyah, 1996, hal. 316
9
a) Pendekatan Relegius, yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk
relegius dengan bakat-bakat keagamaan. Metode pendidikan Islam harus
merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits,
b) Dasar Biologis, pertumbuhan jasmani memegang peranan yang sangat
penting dalam proses pendidikan,
c) Dasar Psikologis, metode pendidikan Islam bisa effektif dan efesien bila
didasarkan pada perkembangan psikis meliputi motivasi, emosi, minat,
sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal intelektual,
d) Dasar Sosiologis, pendekatan social interaksi antar siswa, guru dengan
siswa sehingga memberikan dampak positif bagi keduanya.
3. Mujadalah
15
Husen Al-HAbsyi, Op.Cit., hal: 43
10
“Student Centre” yang menekankan aspek penghargaan terhadap perbedaan
individu para peserta didik (individual differencies) bukan “Teacher Centre”.
4. Metode Pembelajaran dalam Al Qur’an : Metode Karya Wisata dan
Memulai Pembelajaran dengan Pertanyaan
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang
terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan
didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik. Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka
pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas,
mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang
akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan
rencana yang masak, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana,
pembagian siswa dalam kelompok, serta mengirim utusan,
b. Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan mengatur
segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang telah
ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian
pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi
petunjuk bila perlu,
c. Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan diskusi mengenai
segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper yang memuat
kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya wisata
seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain
dan sebagainya.
11
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
12
gagasan-gagasan barunya. Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria
khusus seperti: jelas, informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah,
berikan waktu yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh
siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan yang terakhir
tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan jawaban sendiri.
1. pertanyaan permintaan
4. pertanyaan retoris.
Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3 jenis yaitu :
13
Metode Amthal adalah sebuah metode mengajar atau mendidik yang
mengguna kan ungkapan yang menyerupakan sesuatu dengan apa yang
terkandung dalam ungkapan itu. Ungkapan tersebut bukan hanya sekedar karya
seni semata tetapi juga berfungsi sebagai strategi penanaman nilai.
Dari ayat diatas dapat dapat diambil pelajaran tentang adanya unsur
kesengajaan untuk menarik perhatian . Seolah- olah perumpamaan itu di buat
untuk menyentuh hati pendengarnya sehingga betul – betul terkesan dalam
sanubarinya.
14
penggunaan metode ini, yaitu adanya misi pengetahuan, adanya rangsangan
kepada siswa sehingga timbul ada perasaan khauf, ridha, cinta, sehingga terlibat
secara emosional. Diantara ayat Al qur’an yang memberikan insfirasi tentang
penggunaan metode cerita ini adalah :
Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang
Telah lalu, dan Sesungguhnya Telah kami berikan kepadamu dari sisi kami suatu
peringatan (Al Quran). ( Thaha : 99 )
15
aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.
Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada yang perlu dipahami tentang pebelajar dalam kontekstual ( CTL ), yaitu :
16
Model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat di gunakan
untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis.
Fungsinya adalah sebagai sarana untuk mempermudah dan sebagai petunjuk
bersifat perspektif dan sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan
pengelolaan.
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata
17
menjadi guru bagi generasi masanya saja, tetapi juga pada masa sekarang dan
menjadi seorang imaginary educator.17
Hiwar diartikan sebagai dialog antara dua pihak atau lebih yang di
lakukan melalui tanya jawab dan didalamnya terdapat kesatuan topik atau tujuan
18
dialog. Yang dimaksud hiwar adalah percakapan silih berganti antara dua
pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah pada
suatu tujuan. Percakapan ini bisa dialog langsung dan melibatkan kedua belah
pihak secara aktif, atau bisa juga yang aktif hanya salah satu pihak saja, sedang
pihak lain hanya merespon dengan segenap perasaan, penghayatan dan
kepribadiannya.
Mani bin Abd al-Aziz al-Mani menyebutkan, bahwa hiwar disebut juga
dengan metode tanya jawab. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh
H.M. Arifin dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan Islam “.19Dalam hiwar ini
kadang-kadang keduanya sampai pada suatu kesimpulan, atau mungkin salah
satu pihak tidak merasa puas dengan pembicaraan lawan bicaranya. Namun
demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap bagi
dirinya.20
Contoh hadits nabi berkaitan dengan model hiwar dan Tanya jawab ini
adalah : suatu hari Nabi bertanya pada sahabat-sahabatnya: “Andai di depan
17
Alfiah , Hadis Tarbawiy ( Pendidikan Islam Tinjauan Hadis Nabi ) , Al Mujtahadah
Press, Pekanbaru, 2010, hal : 90
18
Alfiah , Loc.Cit, hal : 170
19
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam “Bumi Aksara, Jakarta, 1996 ,hal : 215
20
Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip Dasar Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga di Sekolah dan di Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali (Bandung: Diponegoro, 1989)
hal, 284.
18
rumah kalian ada sungai, lalu kalian mandi 5 kali sehari, apakah akan ada
kotoran yang tertinggal di tubuh (kalian)? ”Tentu tidak wahai Rasul”, jawab
mereka. Begitu juga sholat 5 waktu, yang dengannya dosa-dosa dan segala
kesalahan dihapus oleh Allah Ta’ala”. (HR.Bukhori dan Muslim). 21
Dari hadits diatas dapat diambil pelajaran bahwa nabi sebagai pendidik
memberikan ilmu atau pelajaran kepada sahabat dengan dialog ( hiwar ) dan
bertanya. Sedangkan sahabat sebagai murid ikut serta terlibat dengan menjawab
(aktif ) terhadap apa yang ditanyakan oleh nabi dengan adanya proses berfikir
yang mendalam dan mudah dicerna. Maka dari model tersebut sangat
membantu sekali dalam membuka cakrawala berfikir dan kebuntuan otak atau
kebekuan berpikir, bahkan bagi peserta didik hal demikian akan lama
membekas dalam fikiran.
2. Analogy (kias)
Dalam mengajar, Rasulullah SAW para sahabatnya juga menggunakan
analogi (perbandingan secara kias dengan bentuk yang sudah ada) terhadap
suatu hukum atau ajaran yang kurang bisa dipahami dengan baik oleh sebagian
sahabatnya, begitu juga menjelaskan sebab-sebab akan sebuah hukum.22
21
Shahih Muslim, Jilid I, hal :463
22
Wina Sanjaya, Pengembangan model pembelajaran metode klinis bagi peningkatan
kemampuan belajar siswa, Jakarta, Bulan Bintang, 2002.hal,77
19
6. Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang
mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan
cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan
keburukan.
Adapun dinatara contoh hadits nabi berkaitan dengan analogi adalah
sebagai berikut :
صفِيَّةَ ع َْن أُ ِّم ِه ع َْن ِ َح َّدثَنَا يَحْ يَى قَا َل َح َّدثَنَا اب ُْن ُعيَ ْينَةَ ع َْن َم ْنص
َ ُور ْب ِن
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن ُغ ْسلِهَا ِم ْن ْ َعَائِ َشةَ أَ َّن ا ْم َرأَةً َسأَل
َّ ِت النَّب
َ ي
ْك فَتَطَه َِّري بِهَا ٍ صةً ِم ْن َمس َ ْال ُخ ِذي فِر َ َيض فَأ َ َم َرهَا َك ْيفَ تَ ْغت َِس ُل ق
ِ ْال َم ِح
ال ُس ْب َحانَ هَّللا ِ تَطَه َِّري ْ َال تَطَه َِّري بِهَا قَال
َ َت َك ْيفَ ق َ َت َك ْيفَ أَتَطَهَّ ُر ق
ْ َقَال
ت تَتَب َِّعي بِهَا أَثَ َر ال َّد ِم
ُ ي فَقُ ْل
َّ َ…فَاجْ تَبَ ْذتُهَا إِل.
Artinya:
Hadis Yahya, katanya hadis ‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari
Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci
dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana
cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak
wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya?
Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup
wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu.23
Hadits di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang
sebagian tergolong şiqah dan şiqah hâfiz, sedangkan Aisyah adalah istri
Rasulullah saw. Ibn Hajar, memberi komentar terhadap hadis ini dengan
mengatakan ini adalah dalil tentang disunnahkannya menggunkan kiasan atau
sindiran pada hal-hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk
masalah-masalah yang dianggap aib.24
Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan metode
analogi ini agar dapat difahami oleh siswa dan begitu juga dalam hal yang tidak
memungkinkan atau menimbulkan perasaan malu apabila di jelaskan. Maka
seorang guru dapat menggunkan hal tersebut dalam pembelajaran.
23
(al-Bukhari, I: 119)
24
al-Asqalani, Jilid I hal. 415-416).
20
3. Tashbih dan Amthal
Shabah ( tashbih ) secara harfiah semakna dengan Amthal (mathal )
berarti serupa, sama atau seperti. Dalam bahasa Arab kata ini di gunakan untuk
menyamakan sesuatu yang lain, seperti tergambar dalam ungkapan “ anta mithlu
as syamsi ( anda bagaikan matahari ).25 Contoh sabda beliau SAW, berkenaan
dengan Tasbih dan Amthal ini sebagaimana disebutkan dalam shahih Muslim
hadits dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu : “Perumpamaan orang
mukmin yang membaca Alqur’an itu laksana Utrujah , rasanya lezat dan
aromanya wangi. Sedangkan mukmin yang tidak baca Alqur’an itu seperti
kurma, rasanya enak tetapi tidak ada aromanya. Adapun orang munafik yang
membaca al-qur’an, itu seperti Raihanah, aromanya harum, tapi rasanya pahit.
Sedang orang munafik yang tidak baca qur’an, itu seperti Hanzalah, pahit
rasanya juga tidak ada aromanya”.( HR Bukhari dan Muslim ) 26
Dari contoh hadits yang diatas dapat disimpulkan bahwa nabi SAW
dalam memberikan pelajaran kepada para sahabat menjelaskan dengan membuat
perumpamaan suatu hal yang abstrak dengan contoh yang kongkrit, maka hal ini
mudah diterima , karena terkadang suatu permasalahan yang abstrak agak sulit
diterima namun apabila contoh kongkrit akan tampak lebih jelas dan lebih
menancap kuat dalam hati dan ingatan para peserta didik ketika dalam proses
belajar mengajar.
25
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, Zanafa, Yogyakarta, 2001, hal : 122
26
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Buah Ilmu, Penerjemah Fadhli Bahri, Pustaka Azzam,
Jakarta, 1999, hal : 23
21
dipenuhi, seperti dalam memilih pelajaran ( ilmu ), hendaknya ilmu yang
berguna, guru yang lebih alim, wara’ dan bahkan hendaknya guru lebih tua dari
segi usianya dari murid. 27
Secara umum kitab Ta’lim Muta’allim berisikan tiga belas pasal yang
singkat berkaitan dengan :
9. Pembelajaran Aktif
a. Pengertian
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik
dalam bentuk interaksi antar siswa maupun dengan pengajar dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran aktif adalah suatu istilah yang memayungi
beberapa model pembelajaran yang memfokuskan tanggungjawab proses pada
si pelajar. Pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai berikut :
27
Az Zarnuji, Ta’lim al- Muta’allim, terjemahan Aly As’ad ( Kudus : Menara Kudus )
hal : 6
28
Ibid, hal : 7
22
- Penekanan pada penyampaian informasi bukan oleh pengajar tetapi pada
pengembangan keterampilan pemikiran analistis dan kritis terhadap
permasalahan yang di bahas
- Siswa tidak hanya mendengar secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang
terkait dengan materi pembelajaran
- Penekanan pada eksplorasi nilai- nilai dan sikap berkenaan dengan materi
pembelajaran
- Siswa dituntut berfikir kritis, menganalisa dan melakukan evaluasi
- Umpan- balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
29
Sardiman, A.M , Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafindo Persada,
20011, hal : 73
23
pengalaman- pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. 30 Motivasi
mempunyai fungsinya sebagai berikut :
1. Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga
2. Memusatkan perhatian anak pada tugas- tugas tertentu yang berhubungan
dengan pencapaian tujuan belajar
3. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka
panjang.
30
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta,
2008, hal : 141
31
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, hal : 129
32
Ibid, hal : 129
24
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan
Islam :
33
Julia Jasmin, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences,Nuansa,
Bandung, 2007, hal : 139
25
- Student Team Achievment Division ( STAD ), tujuannya adalah
meningkatkan partisifasi siswa dan juga membentuk siswa agar memiliki
sikap kepemimpinan.
- Jigsaw, kelompok belajar diskusi dengan mengirimkan dari tiap kelompok
sebagai tim ahli. Selanjutnya diajarkan kepada kelompok masing- masing.
- Investigasi kelompok, merupakan pembelajaran berdasarkan kelompok
siswa yang heterogen untuk memilih sub topic yang disediakan guru untuk
di kaji dan di selediki dan dipresentasikan didepan kelas.
2. Qustion Student Have ( Pertanyaan peserta didik )
6. Trading Place
26
Metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar –menukar
pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap
berbagai masalah
8. Resume Kelompok
11. E- Learning
E- Learning merupakan model pembelajaran yang dibuat dalam format
digital melalui perangkat elektronik. E- Lerning merupakan suatu tekhnologi
baru di Indonesia. Kata “ e “ adalah singkatan elekteronik dan kata “ learning “
berarti “ pembelajaran “. Tujuan di gunakan adalah untuk memperluas akses
pendidikan kepada masyarakat luas. Pemanfaatan ini pada mulanya didominasi
oleh perbankan, perdagangan, media massa, atau kalangan industry. Namun
pemanfaatannya dibidang pendidikan, yang berkaitan dengan internet dimulai
sejak dibentuknya telematika tahun 1996. Ini berkaitan dengan perkembangan
zaman dan ilmu pengetahuan , pemanfaatan internet untuk pendidikan jarak
jauh, akan tetapi juga di kembangkan dalam sistem pendidikan konvensional:
yaitu pendidikan berdasarkan kondisi dan tata cara menurut kesepakatan yang
ada.
27
E- Learning menjadi salah satu pilhan untuk peningkatan mutu
pendidikan, hal ini tentunya berkaitan dengan pesatnya tekhnologi informasi dan
penggunaan internet didunia saat ini berkembang dan dengan tersedianya
fasilitas jaringan (internet infrastruktur) serta tersedianya piranti lunak
pembelajaran ( management course tools ), juga orang yang terampil
mengoperasikan atau menggunakan internet semakin meningkat jumlahnya.34
34
Soekartawi, Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional “Tekhnologi Kependidikan” yang diselenggarakan oleh UT- Pustekkom dan
IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002
28
Sebagai karakteristik e- learning antara lain :
35
Dewi Salma Prawiradilaga, Evelina Siregar, Mozaik Tekhnolgi Pendidikan, Kencana,
Jakarta, 2007, hal : 199
36
Ibid, hal ; 210
29
30