Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang sistematis dan berurutan.
Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran perlu direncanakan dengan baik. Beberapa
kompetensi yang harus dikuasai Guru Agama Islam pada khususnya adalah
merencanakan dan mendesain pembelajaran. Seorang Guru penidikan agama
Islam perlu memiliki Kompetensi merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran
Adapun bentuk kompetensi guru Guru penidikan agama Islam diantaranya
adalah dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi dalam segala hal, termasuk
di dalamnya adalah berkreasi dalam hal menentukan strategi, metode, media dan
alat evaluasi dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar mengajar hendaknya
memberikan kesempatan yang baik kepada anak didik untuk memperoleh
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan
dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru agama Islam
memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi
belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar pendidikan agama Islam yang
telah dirumuskan, baik tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam
proses belajar mengajar, maupun hasil ikutan yang didapat dalam proses belajar,
misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah anak didik
mengikuti diskusi kecil kelompok kecil dalam proses belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud relevansi metode pembelejaran PAI?
2. Bagaimana relevansi metode pembelejaran PAI dalam tujuan pembelajaran?
3. Bagaimana relevansi metode pembelejaran PAI dalam bahan pelajaran?
4. Bagaimana relevansi metode pembelejaran PAI dalam situasi?
5. Bagaimana relevansi metode pembelejaran PAI terhadap murid?

1
6. Bagaimana relevansi metode pembelejaran PAI dalam evaluasi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui relevansi metode pembelejaran PAI
2. Untuk mengetahui relevansi metode pembelejaran PAI dalam tujuan
pembelajaran
3. Untuk mengetahui relevansi metode pembelejaran PAI dalam bahan pelajaran
4. Untuk mengetahui relevansi metode pembelejaran PAI dalam situasi
5. Untuk mengetahui relevansi metode pembelejaran PAI terhadap murid
6. Untuk mengetahui relevansi metode pembelejaran PAI dalam evaluasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Relevansi Metode Pembelajaran PAI


1. Pengertian Relevansi
Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah
bersangkut paut, berguna secara langsung (kamus bahasa Indonesia). Relevansi
berarti kaitan, hubungan (kamus bahasa Indonesia). Menurut Green (1995: 16),
relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu
pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai
relevan bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan
dengan subjek yang diteliti (topical relevance). Pada berbagai tulisan mengenai
relevance, topicality (topik) merupakan faktor utama dalam penilaian kesesuaian
dokumen. Froelich dalam Green (1995: 16) menyebutkan bahwa inti dari
relevance adalah topicality.
2. Pengertian Metode
Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian
cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Ungkapan paling tepat
dan cepat itulah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti cara)
dalam bahasa inggris. Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu
tentang jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai
tujuan belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno Surachmad (1961), mengatakan
bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada murid-murid di
sekolah. Pasaribu dan simanjutak (1982), mengatakan bahwa metode adalah cara
sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Metode merupakan cara teratur yang digunakan untuk membuat pekerjaan
sesuai dengan yang dikehendaki. Atau dalam bahasa besar bahasa Indonesia, cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan, menghasilkan, kegiatan, hingga
mencapai tujuan yang tepat. Dalam istilah pendidikan, metode memiliki arti cara-
cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan mengendalikan bahan-bahan

3
Pelajaran tertentu.1 Sedangkan secara singkat, M. Athiyah al-Abrasy mengartikan
metode sebagai jalan yang dilalui untuk mendapatkan pembaca pada peserta
didik. 2
Dengan kata lain metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan tertentu. Kemudian ada satu istilah lain yang erat kaitannya
dengan dua istilah ini, yakni tekhnik yaitu cara yang spesifik dalam memecahkan
masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur.

B. Relevansi Metode Pembelajaran Dalam Tujuan Pembelajaran


Kesamaan metode belajar dengan tujuan merupakan hal yang harus
diutamakan oleh guru. Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3
yaitu: “Pendidikan nasional kemampuan dan kinerja watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.3
Pada waktu akan mengajar seorang guru harus memahami betul tujuan
pendidikan yang akan dicapai. Guru pada waktu melakukan proses belajar
mengajar harus memperhatikan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan di
capai oleh anak didik. Sebab TIK erat sekalihubungannya dengan TIU, tujuan
kokurikuler dan pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional.[5]

1
Akramun Nisa, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Makassar:
Alauddin University Press, 2015) h. 146.
2
Omar Muhammad at-Thaumi as-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979) h. 551-552.
3
Sodikun, Perencanaan Tujuan Pembelajaran Agama Islam, (Makassar: UIN Alauddin,
makalah, 2011), h. 1.

4
Ada tingkatan-tingkat tujuan dalam Pendidikan Agama Islam di
Indonesia. Yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler
dan tujuan instruksional.
a. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang dilakukan oleh
seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan dari kualifikasi terbentuknya
sikap warga negara yang dicita-citakan bersama. Tujuan pendidikan nasional
dalam UUD 1945 (versi Amandemen) sebagai berikut:
1) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menggulirkan
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan kejantanan dan
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang.”
2) Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai - nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban dan konsisten manusia.”
3) Dan Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang - Undang No. 20, Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan yang dituangkan dalam Undang-
Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan dan
kemampuan nasional serta peradaban bangsa yang bermartabat rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. ”
Dengan ditetapkannya undang-undang yang menentukan tujuan dari
pendidikan, mencerminkan sentralisasi pendidikan sebagai usaha mempersatukan
paradigma yang ada dalam masyarakat yang majemuk.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional merupakan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh
lembaga pendidikan sebagai fungsi dari tujuan pendidikan nasional dan
pemutaran daripadanya. Tujuan institusional ini sesuai dengan jenis dan sifat
sekolah atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu, setiap sekolah atau lembaga

5
pendidikan memiliki tujuan institusionalnya sendiri - sendiri. Tujuan yang dapat
diakses oleh visi dan misi yang telah ditetapkan oleh lembaga tersebut.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang
studi atau mata pelajarannya. Tujuan ini dijabarkan dalam RPP yang ditentukan
oleh setiap guru yang melibatkan dari tujuan nasional dan juga tujuan
institusional.
d. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran. Tujuan ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a) Tujuan Instruksional Umum
Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya masih
umum dan belum dapat memberikan tingkah laku yang lebih spesifik.
b) Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional
umum. Tujuan yang dirumuskan oleh guru dengan maksud agar tujuan
instruksional dapat dilakukan dengan mudah dan sesuai dengan tingkat
ketercapaiannya.
Kedua bagian di atas saat ini dalam K13 telah disatukan dan dimasukkan
dalam RPP. Tujuan utama instruksional saat ini bersifat khusus dan merupakan
hak prerogatif dari guru dalam penentuannya.
Jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode driil kurang tepat
digunakan akan tetapi metode yang tepat digunakan seperti metode tanya jawab,
pemberian tugas, diskusi dll. Jika tujuan daerah afektif maka metode yang tepat
digunakan seperti; metode keteladanan, Qawlan (baligha, bashira, nazhira, al haq,
layyinan, maisyura, ma’rufan). Jika tujuan daerah psikomotor maka metode yang
cocok digunakan adalah seperti; metode alat peraga, simulasi.

6
Oemar Hamalik menyebutkan bahwa tujuan-tujuan pelajaran adalah
deskripsi tentang tingkah laku yang diharapkan oleh para peserta didik setelah
berlangsung pembelajaran.4 Lebih lanjut tentang materi-materi pembelajaran
adalah hasil pembelajaran yang dilakukan dalam artian peserta didik belajar,
keterampilan umum, keterampilan dan kecakapan, serta sikap-sikap yang baru,
yang diharapkan oleh guru dilakukan oleh peserta didik sebagai hasil belajar.
Jadi kesimpulan penulis disini bahwa metode yang akan digunakan harus
melihat dulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Beberapa metode diatas
masih terfokus kepada satu tujuan, apabila tujuan yang akan dicapai meliputi
ketiga aspek maka ini sesuai dengan kreatifitas guru dalam mengkolaborasikan
metode-metode tersebut.

C. Relevansi Metode Pembelajaran PAI dalam bahan ajar


Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara
spesifik untuk keperluan pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang
disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu;
a. Bahan cetak (printed), bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar
b. Bahan ajar dengar (audio), bahan ajar yang didesain dengan menggunakan
media dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio
c. Bahan ajar lihat-dengar (audio visual) Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar
yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact
disk, film

4
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm. 109.

7
d. Bahan ajar interaktif. Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau
lebih media (audio, teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh
penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku alami
dari suatu presentasi.[6]
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya
mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab
itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut:
a. Sesuai dengan topik yang dibahas
b. Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang
dibahas.
c. Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana,
sistematis, sehingga mudah difahami.
d. Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk
lebih mempermudah memahami isinya.
e. Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan
pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.
f. Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa
Tiap-tiap bahan ajar mempunyai karakteristik atau ciri-ciri tersendiri baik
obyek dan ruang lingkupnya. Sebagai contoh misalnya, bidang studi matematika
tidak sama ruang lingkup dan obyeknya dengan bidang studi IPS, untuk itu
pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran pun akan berbeda pula. Begitu pula tingkat kedalaman suatu mata
pelajaran/ materi yang akan diajarkan mempengaruhi juga pemilihan dan
penentuan metode belajar mengajar yang akan dicapai.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
a. Prinsip relevansi (keterkaitan).
Materi pembelajaran inginnya relevan atau ada atau disebut
dengan. Sebagai misal, jika kebebasan yang diperlukan dikuasai siswa termasuk

8
menghafal fakta, maka materi yang berhubungan harus berupa fakta atau bahan
hafalan.
b. Konsistensi prinsip.
Jika dasar yang harus dikuasai siswa beragama macam, maka bahan ajar
yang harus diajarkan juga harus empat macam. Apa yang perlu dikuasai siswa
adalah pengertian thoharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara-
cara mensucikan dari hadats dan najis, dan materi yang digunakan juga dari materi
itu.
c. Prinsip kecukupan
Materi yang mengajarkan hanya cukup memadai dalam membantu siswa
yang sedang belajar. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar pelayanan
dan efisiensi dasar. Jika demikian, jika terlalu banyak akan membuang-buang
waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

D. Relevansi Metode Pembelajaran PAI terhadap Murid/ Siswa


Perbedaan individual siswa pada aspek biologis, psikologis dan intelektual
akan mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang akan digunakan oleh
guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam situasi dan kondisi
yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan
secara operasional. Jadi kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
Disinilah peran guru untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan keadaan siswa. Apabila siswa memiliki kemampuan rata-rata yang sama
maka guru bisa menggunakan metode seperti; diskusi, tanya jawab, dan simulasi.
Kemudian apabila kemampuan siswa di suatu kelas tidak merata maka metode
yang mungkin di gunakan seperti; metode pendekatan personal seperti qawlan
layyinan dan qawlan maisyura. Ini semua kembali kepada kreativitas guru dalam
melihat kemampuan, kematangan dan latar belakang siswa.

9
E. Relevansi Metode Pembelajaran Dalam situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidaklah selamanya
sama dari hari kehari. Pada suatu waktu boleh jadi guru boleh menciptakan situasi
belajar mengajar yang berbeda, misalnya belajar mengajar di alam terbuka, yaitu
diluar ruangan sekolah. Maka dalam hal ini, guru tentu memiloh metode mengajar
yang sesuai dengan situasi yang diciptakan tersebut.
Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi
lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit
digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus
mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru. Kemudian apabila situasi
lingkungan kelas dan sekolah sunyi senyap tampa banyak aktifitas
disekelilingnya, maka metode yang tepat digunakan adalah metode seperti;
diskusi, Tanya jawab, simulasi, Qawlan (baligha, bashira, nazhira, al haq,
layyinan, maisyura, ma’rufan) dan lain-lain. Dengan sesuainya metode yang
digunakan guru dengan situasi sekolah ditempat ia mengajar maka tujuan dari
materi yang akan disampaikan pun akan tercapai secara maksimal. Begitu juga
sebaliknya, apabila guru tidak bisa melihat dan menyesuaikan metode yang akan
digunakan dengan situasi kelas maupun sekolah, maka pembelajaran tidak akan
terlaksana dengan baik. Jadi sangat penting diperhatikan bagi seorang guru
tentang situasi tempat ia mengajar.

F. Relevansi Metode Pembelajaran PAI Dalam Evaluasi


Dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai
dasar pelaksanaan penilaian.
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif
(menyeluruh). Yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, efektif, dan
psikomotorik.
2) Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara
berkesinambungan.

10
3) Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk
mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan
dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau
4) Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
5) Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan
objektifitas pendidik, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis,
budaya, dan berbagai hal yang memberikan konstribusi pada pembelajaran.
Sebab ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan menurunnya motivasi
belajar peserta didik karena mereka merasa dianaktirikan.
6) Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan
teratur.
Berkaitan dengan metode dalam pendidikan agama Islam maka ada
beberapa jenis evaluasi yang dapat diterapkan :
1) Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai
oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran
(kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.
2) Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta
didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk
menentukan jenjang berikutnya.
3) Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk
kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi
atau kemampuan yang dimiliki peserta didik.
4) Evaluasi Diagnostik, adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan latar
belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa yang mengalami
kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam memecahkan kesuliatan –kesuliatan tersebut. Evaluasi jenis ini erat
hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.[8]
Apabila metode yang digunakan guru adalah metode tanya jawab dalam
proses pembelajaran maka evaluasi yang cocok untuk diterapkan adalah tes lisan.
Karena pada awalnya siswa sudah dibimbing oleh guru untuk menuturkan dan

11
menjelaskan materi pelajaran secara lisan. Ini akan memudahkan guru untuk
menguji seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diberikan.
Berikut adalah jenis-jenis alat evaluasi:
1. Alat/Instrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes
a) Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis,
logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Alat yang digunakan dalam melakukan observasi adalah pedoman observasi.5
b) Wawancara
Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu : pertama, wawancara bebas yaitu si
penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas
sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh
pewawancara. Kedua, adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara
telahmenyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
c) Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak
langsung, yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang
bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan responden.
d) Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak
(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku
pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu
stimulus yang datang pada dirinya. 6

5
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Rosdakarya , 2011), hlm. 153
6
Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 113

12
2. Alat/Instrumen Evaluasi Bentuk Tes:
a) Uraian
b) Objektif
c) Lisan
Apapun metode yang digunakan oleh seorang guru maka hendaknya
memperhatikan beberapa item berikut seperti:
a. Pertama, berpusat kepada anak didik. Guru harus memandang anak didik
sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama,
sekalipun mereka kembar.
b. Kedua, belajar dengan melakukan. Supaya proses belajar itu menyenangkan,
guru harus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa
yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.
c. Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan
pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan, juga
sebagai sarana untuk berinteraksi sosial.
d. Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran
dan pendidikan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik.
e. Kelima, mengembangkan kreatifitas dan ketrampilan memecahkan masalah.
Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana
merangsang kreativitas dan imanjinasi anak untuk menemukan jawaban setiap
masalah yang dihadapi anak didik.
Apabila metode yang digunakan guru adalah metode tanya jawab dalam
proses pembelajaran maka evaluasi yang cocok untuk diterapkan adalah tes lisan.
Karena pada awalnya siswa sudah dibimbing oleh guru untuk menuturkan dan
menjelaskan materi pelajaran secara lisan. Ini akan memudahkan guru untuk
menguji seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi yang sudah diberik

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas dapat disimpulkan bahwa relenvansi metode
pembelajaran PAI sangatlah penting bagi seorang guru untuk memahami serta
mengetahui berbagai metode yang terdapat dalam pembelajaran PAI. Dalam prose
Pembelajaran berlangsung perlu adanya tujuan pembelajaran yang ingin
dilaksanakan agar tercapai sesuai ketentuan, jika tujuan tidak ada maka tidaka
adanya pelaksanan pembelajaran, setelah adanya tujuan maka diperlukan bahan
ajar untuk proses pelajaran dilakukan, kemudian dalam proses pembelajaran
terdampak pada situasi pelaksanaa pembelajaran berlangsung karena dapat
terpengaruhi situsi yang tidak baik bagi murid, dikarenakan murid merupakan
suatu penyempurnaan mencapai pengajaran pembelajaran, dan adanya evaluasi
yang dilakukan dalam tahap pencapaian keberhasilan pembelajaran.
Relenvansi metode pembelajaran dalam tujuan, bahan ajar, situasi, murid
dan evaluasi saliang berhubungan bahkan sangat berkaitan, jika salah satunya
tidak menlengkapi maka proses pembelajaran yang dilakanakan tidak akan
tercapai dengan maksimal atau baik sesuai keinginan.
B. Saran
Penulis memohon maaf atas segala kehilafan dan kekurangan makalah ini
dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akramun Nisa, 2015, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam, Makassar: Alauddin University Press
Eko Putro Widoyoko, 2009, Evaluasi Program Pembelajaran, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Oemar Hamalik, 2008, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem, Jakarta: Bumi Aksara
Omar Muhammad at-Thaumi as-Syaibani, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, terj.
Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang
Sodikun, 2011, Perencanaan Tujuan Pembelajaran Agama Islam, (Makassar:
UIN Alauddin, makalah.
Zainal Arifin, 2011, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya

15

Anda mungkin juga menyukai