Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang sangat strategis dan substansial dalam upaya peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa adalah pendidikan. Pada saat ini
pendidikan menjadi fenomena permasalahan yang sangat penting di Indonesia. Hal ini
dilihat dari keadaan SDM di bangsa Indonesia yang kurang siap menghadapi millennium
goals, era globalisasi, dan era informasi, menurut Pikiran Rakyat tahun 2006
menyatakan bahwa di tingkat dunia Indonesia termasuk Negara penghutang (debitor)
nomor 6, Negara terkorup nomor 3, peringkat SDM ke 112 dari 127 negara, dengan
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan mencapai 30% dan pengangguran
terbuka mencapai 12 juta. Sehingga berbagai upaya perbaikan ditempuh sebagai harapan
bagi pembaruan paradigma pendidikan Indonesia yang lebih bermutu dan kompetitif
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan pada berbagai komponen pendidikan antara lain adalah
menyempurnakan kurikulum, dan menggunakan model pembelajaran, serta bahan ajar
yang tepat. Pembaruan dalam bidang kurikulum yang telah dilakukan pemerintah adalah
penyempurnaan kurikulum 1994 yang cenderung berpusat pada siswa menjadi konsep
Kurikulum Berbasis Kompetensi, kemudian dilakukan perbaikan lagi terhadap KBK
menjadi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan”.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukaif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu yang tela dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru
dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannyan secara sistematis dengan

1
memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pengajaran. Untuk itulah maka dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang bahan ajar yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari hasil perencanaan seorang guru sebelum mengajar di kelas.
Metode belajar diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui
urun pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi ini
makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran
walaupun guru masih menjadi kendali utama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pengajaran dan metode diskusi?
2. Apa saja tujuan pendidikan dan pengajaran?
3. Bagaimana di dalam sistem pengajaran?
4. Apa saja macam-macam teknik penyampaian/penyajian didalam konsep
pengajaran?
5. Bagaimana cara memecahkan masalah sebagai tujuan diskusi?
6. Apa saja jenis-jenis diskusi?
7. Apa saja keunggulan serta kelemahan-kelemahan metode diskusi?
8. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan diskusi kelompok?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pengajaran
Adapun pengajaran menurut para ahli
1. Mahani Razali
Pengajaran adalah aktivitas-aktivitas yang bertujuan dan memiliki tujuan
dimana guru berbagi informasi dengan mahasiswa untuk memungkinkan mereka
menyelesaikan sesuatu tugas yang tidak bisa diselesaikan sendiri sebelum itu
2. Sulaiman Masri Mashudi Bahari, Juliliyana Mohd Junid; 2007
Pengajaran merupakan proses kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai
unsur termasuk kualitas pengajaran, kecerdasan, bakat dan minat siswa serta
pengaruh motivasi, lingkungan sekolah, rumah dan dorongan orang tua terhadap
siswa
3. Lydia Harlina Martono, Satya Joewana; 2006
Pengajaran merupakan salah satu aspek dari pendidikan, yaitu aspek
pengetahuan (kognitif). Pengajaran memberikan keterampilan dan pengetahuan,
sedangkan pendidikan membimbing anak ke arah kehidupan yang baik dan
benar.
Pengajaran sering diartikan sama dengan kegiatan mengajar. Dalam arti
yang lain pengajaran diartikan telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara
komponen-komponen pengajaran khususnya antara guru dan siswa antara siswa
dengan siswa, dan antara guru dan siswa dengan komponen-komponen
pengajaran lainnya. Pengajaran juga sering diartikan sama dengan kegiatan
pendidikan.
Dalam pengertian yang lain pengajaran adalah terjadinya dua aktivtas
yang berbeda antara pihak guru dengan pihak siswa. Aktivitas guru adalah

3
mengajar yang berperan mengupayakan jalinan komunikasi atau interaksi yang
harmonis antara kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Ukuran keberhasilan pengajaran adalah tercapainya komunikasi yang
harmonis guru dengan siswa. Indikator keberhasilan pengajaran lainnya adalah
terjadinya perubahan tingkah laku para diri siswa serta tertanamya dalam diri
siswatentang kebutuhan akan belajar serta manfaat belajar.[2]
Pengajaran tidaklah lain salah satu bagian dari pendidikan dengan cara
memberikan ilmu pengetahuan serta kecakapan dalam mendidikk anak didiknya.
Jika pengajaran ini kurang dilakukan disekolah maka dapat diduga hasil
pendidikan tidak akan sempurna atau berhasil dalam mengembngkan anak didik
secara utuh.

B. Tujuan Pendidikan Dan Pengajaran


Menurut sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikannya ialah ketentraman.
Sedangkan menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya sehat,
cerdas, patuh, dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangan-Nya
(Ahmadi,1991:99).
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh
peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen dari sistem
pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga
pendidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan (Suardi, 2010:7).
Dalam Suwarno (1992), ada beberapa macam tujuan pendidikan, diantaranya
sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu
dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakekat

4
kemanusiaan yang universal. Menurut Lavengeld, tujuan umum pendidikan adalah
kedewasaan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu pengkhususan dari tujuan umum atas dasar beberapa hal antara
lain :
a. Perbedaan individual pada si terdidik
b. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat
c. Perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan
d. Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu
bangsa
3. Tujuan tak lengkap atau tak sempurna
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang hanya mencakup salah satu daripada aspek
saja. Misalnya : tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja.
4. Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang dicapai pada tiap tingkat perjalanan menuju
tujuan akhir. Misalnya menyelesaikan belajar di sekolah dasar merupakan tujuan
sementara untuk selanjutnya menuju ke SMP, SMA, dan selanjutnya.
5. Tujuan insidentil
Tujuan insidentil ialah tujuan yang timbul karena adanya situasi yang terjadi secara
kebetulan.
6. Tujuan intermediair
Tujuan intermediair ialah tujuan yang merupakan alat atau perantara untuk
mencapai tujuan yang lain.

C. Sistem Pengajaran
Sistem pengajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan. Orang yang terlibat dalam sistem pembelajaran adalah siswa,

5
guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi,
slide, film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri atas ruangan kelas,
perlengkapan audiovisual, bahkan juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, penyediaan untuk praktek, belajar, pengetesan dan penentuan
tingkat, dan sebagainya. Sistem pengajaran senantiasa ditandai oleh organisasi dan
interaksi antar komponen untuk mendidik siswa.
Ciri-ciri sistem pengajaran

1. Rencana, penataan intensional orang, material dan prosedur yang merupakan


unsur sistem pengajaran sesuai dengan suatu rencana khusus, sehingga tidak
mengambang .
2. Kesalingtergantungan (interdependent), unsur-unsur suatu sistem merupakan
bagian yang koheren dalam keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial.
Satu sama lain saling memberikan sumbangan tertentu.
3. Tujuan, setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu. Ciri itu menjadi dasar
perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem-sistem alami
(natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti sistem transportasi, sistem
komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki tujuan .

Fungsi guru dalam suatu sistem pengajaran ialah sebagai perancang dan sebagai guru
yang mengajar (unsur suatu sistem). Pelaksanaan fungsi pertama , guru bertugas
menyusun suatu sistem pengajaran, sedangkan pelaksanaannya mungkin digantikan
atau dilaksanakan oleh tenaga lain atau dengan media lainnya. Pelaksanaan fungsi
kedua adalah guru berfungsi mendesain sistem pengajaran, sedangkan dia sendiri
langsung bertindak sebagai pelaksana. Fungsi kedua itu memang wajar karena guru
telah menguasai bidang pengajaran. Disamping itu, guru telah berpengalaman dalam
hubungannya dengan para siswanya dan menguasai prinsip-prinsip dan teknik
pengajaran. Dalam hal itu, berarti guru mendesain dirinya sendiri dalam rangka sistem
belajar yang dikembangkannya.

6
D. Macam-Macam Tehnik Penyajian/Penyampaian (Metode Ceramah, Tanya Jawab,
Demonstrasi
Teknik penyajian pelajaran sangat diperlukan dalam proses kegiatan
pembelajaran. Teknik penyajian pelajaran dalam penerapannya disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Ada bermacam-macam teknik penyajian pelajaran
(Roestiyah, 2008:5) yang diuraikan di bawah ini.
1. Teknik Ceramah
Teknik ceramah adalah cara belajar yang digunakan untuk
menyampaikan keterangan, informasi, atau uraian tentang suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan. Teknik ini masih digunakan guru
dalam mengajar, hal ini wajar digunakan bila sekolah tersebut tidak
memiliki bahan bacaan tentang masalah yang akan dibicarakan.
2. Teknik Tanya Jawab/Dialog
Teknik tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa atau
sebaliknya. Tentunya pertanyaan yang disampaikan mengenai isi
pelajaran yang sedang diajarkan guru.
3. Teknik Pemberian Tugas atau Resitasi
Teknik pemberian tugas adalah cara penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran kegiatan interaksi belajar,
ini dilakukan untuk meningkatkan mutu dan frekuensi materi pelajaran.
4. Simulasi
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang
dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih
mendalam tentang bagaimana orang itu merasa berbuat sesuatu. Siswa
berlatih memegang peranan sebagai orang lain.
5. Karya Wisata
Karya wisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak
siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk

7
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu,
peternakan, perkebunan atau lainnya.
6. Demonstrasi
Demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur atau guru
menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses, situasi, atau benda
tertentu sehingga perhatian siswa lebih terpustakan pada pelajaran yang
sedang diberikan oleh guru.
7. Sosiodrama dan Bermain Peranan (Roll-playing)
Teknik sosiodrama adalah siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku,
atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar
manusia. Teknik Roll-playing dapat berperan atau memainkan peranan
dalam dramatisasi masalah sosial / psikologis itu. Karena itu kedua
teknik itu hampir sama, maka dapat dipergunakan bergantian tidak ada
salahnya

8
E. Tehnik Diskusi
Kata “diskusi” menurut Armai Arief berasal dari bahasa latin, yaitu, “discussus”
yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”. “Dis”
artinya terpisah, sementara, “cuture” artinya menggoncang atau memukul. Secara
etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu. Atau dengan
kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan atau menguraikannya
(to clear away by breaking up or cuturing). Secara umum pengertian diskusi adalah suatu
proses yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling
berhadapan, saling tekar informasi (information sharing), saling mempertahankan
pendapat (self maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem
solving).
Sedangkan dalam kamus ilmiah populer, diskusi diartikan sebagai pembahasan
bersama tentang suatu masalah, tukar pikiran, bahas-membahas tentang suatu hal.
Jadi pengertian metode diskusi menurut Armai Arief adalah salah satu
alternative metode/cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan
dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat siswa. Metode diskusi
dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta berbagai jenis pandangan.

Ada 3 langkah utama dalam metode diskusi :


1. Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta pendapat,
evaluasi dan pemecahan dari murid.
2. Bimbingan yaitu pengarahan yang terus-menerus dan secara bertujuan yang
diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat menyatukan
pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.
3. Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam diskusi.

Keberhasilan metode diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu:
pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan rasa saling menghormati.

9
F. Jenis-Jenis Diskusi
Untuk dapat malaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus mengetahui terlebih
dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menyesuaikan jenis
diskusi apa yang akan digunakan. Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah peserta yang
mengikutinya, diskusi digolongkan menjadi:
1. Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion)
Jenis diskusi kelompok besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai
satu kelompok. Dalam diskusi ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Namun
begitu, siswa yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin
diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru berperan
dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan
permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya kelompok besar, tidak semua
siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai pemimpin
diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah yang sedang
didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin berpendapat perlu
diperhatikan.
Dalam diskusi kelompok besar, pembicaraan sering didominasi oleh anak-
anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk berpendapat.
Untuk menghindari keadaan itu, pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi
pembicaraan. Tugas terberat bagi pemimpin diskusi adalah menumbuhkan
keberanian peserta untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak
sedikit anak-anak yang kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi
anak yang kurang menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi.
2. Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion)
Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil terdiri atas 4--5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar
siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi
diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud
menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan

10
pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan
ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-
beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang
diperoleh masing-masing individu yang dapat saling memperbaiki pengertian,
persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
3. Diskusi Panel
Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan keuntungan
diskusi kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran kelompok tidak
memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak. Dalam artian panel
memberikan pada kelompok besar keuntungan partisipasi yang dilakukan orang lain
dalam situasi diskusi yang dibawakan oleh beberapa peserta yang terplih. Peserta
yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili beberapa sudut pandangan yan
dipertimbangkan dalam memecahkan masalah. Mereka memiliki latar belakang
pengetahuan yang memenuhi syarat untuk berperan dalam diskusi tersebut. Forum
panel secara fisik dapat dihadiri audience secara lansung atau tidak langsung
(melalui TV, radio, dan sebagainya).
4. Diskusi Kelompok
Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 3-6 orang.
Masing-masing kelompok kecil melaksanakan diskusi dengan masalah tertentu.
Guru menjelaskan garis besar problem kepada kelas, ia menggambarkan aspek-
aspek masalah kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi topik masalah yang
sama atau berbeda-beda selanjutnya masing-masing kelompok bertugas untuk
menemukan kesepakatan jawaban penyelesaiannya. Untuk memudahkan diskusi
anak, guru dapat menyediakan reference atau sumber-sumber informasi yang
relevan. Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi
dan menysusun kesimpulan sindikat. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan
kesimpulan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk didiskusikan secara klasikal.
5. Brain Storming Group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota

11
kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar
kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan ide-ide yang
yang ditemukannya dianggap benar.
6. Symposium
Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek tertentu dan
membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5--20 menit). Kemudian
dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah dan juga dari
pendengar. Bahasan dan sanggahan ituselanjutnya dirumuskan oleh panitia perumus
sebagai hasil simposium.
7. Informal Debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan mendiskusikan
subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperdebatkan peraturan
perdebatan. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematis,
bukan yang bersifat faktual.
8. Colloqium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa/mahasiswa
menginterview manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan
lain/tambahan dari siswa mahasiswa lain.
9. Fish Bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu
diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan
setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi,
kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat
ikan yang berada dalam mangkuk (fish bowl). Selama kelompok diskusi berdiskusi,
kelompok pendengar yang ingin menyumbang pikiran dapat masuk duduk di kursi
kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara ia dapat langsung
berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara.

12
G. Keuntungan Dan Kelemahan
1. Kelebihan Teknik Diskusi
Ada beberapa kelebihan teknik diskusi menurut Zarkasi (2009:93) seperti
diuraikan di bawah ini.

a. Mendorong siswa berpikir kritis.


b. Mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah
bersama.
c. Membina perasaan bertanggung jawab mengenai suatu pendapat.
d. Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain walaupun
berbeda dengan pendapatnya sendiri.
e. Membiasakan bersikap toleran.

2. Kekurangan Teknik Diskusi


Teknik diskusi juga memiliki kekurangan seperti di bawah ini.
a. Jalannya diskusi akan lebih sering didominasi oleh siswa yang pandai
sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi

13
b. Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang
dari topik pembahasan masalah sehingga pembahasan meluas kemana-
kemana.
c. Diskusi memerlukan waktu yang lebih banyak, tidak sesuai dengan yang
direncanakan.

H. Langkah-Langkah Penggunaan Tehnik Diskusi


Guru harus benar-benar mempersiapklan diskusi yang akan dilaksanakan,
karena berdiskusi memerlukan pertimbangan yang tidak mudah. Misalnya
bantuan berupa penjelasan atau penegasan dari guru, jika ada siswa yang
mengalami kesulitan untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari kelompok
lain. Selain itu mungkin seorang guru akan mengalami situasi yang sulit, misalnya
keadaan kelas menjadi ramai dengan komentar-komentar yang tidak relevan. Oleh
karena itu, penting adanya langkah-langklah penggunaan teknik diskusi seperti
yang diungkapkan oleh Zarkasi (2009:85) sebagai berikut.

1. Guru harus dapat mengondisikan kelas terlebih dahulu, agar diskusi

dapat berjalan dengan lancar.

2. Guru mengemukakan tujuan dan tema yang akan didiskusikan dan

memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara berdiskusi.

3. Guru memimpin siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,

memilih pemimpin diskusi dan setiap siswa memiliki tugas masing-

masing mengatur tempat duduk Para siswa berdiskusi di dalam

kelompoknya masing-masing, sedangkan guru mengawasi dan

berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain untuk

menjaga ketertiban serta memberikan arahan dan bantuan kepada

kelompok yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh guru.

14
4. Diskusi harus berjalan lancar dalam suasana bebas, setiap kelompok

diskusi harus mengetahui memiliki hak bicara yang sama. Tiap

kelompok melaporkan hasil diskusinya, kemudian kelompk lain

mendengarkan, memberikan komentar atau tanggapan.

5. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan

tersebut, para siswa mencatat hasil diskusi, kemudian guru

mengumpulkan hasil diskusi dari setiap kelompok.

15
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengajaran sering diartikan sama dengan kegiatan mengajar. Dalam arti
yang lain pengajaran diartikan telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara
komponen-komponen pengajaran khususnya antara guru dan siswa antara
siswa dengan siswa, dan antara guru dan siswa dengan komponen-komponen
pengajaran lainnya. Pengajaran juga sering diartikan sama dengan kegiatan
pendidikan.
Dalam kamus ilmiah populer, diskusi diartikan sebagai pembahasan
bersama tentang suatu masalah, tukar pikiran, bahas-membahas tentang suatu
hal.

B. Saran

16
DAFTAR PUSTAKA

Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud. 1994. Didaktik Atau Metode Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai