NIM: 2010119220002
A. Pengertian pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Secara umum, yang dimaksud dengan
pendidikan adalah mengikuti kegiatan proses pembelajaran untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Peserta didik sekaligus
mengikuti kebiasaan dari sekumpulan besar manusia dari satu generasi ke
generasi yang lain dengan melalui proses pengajaran oleh guru, pelatihan
dan juga penelitian. Adapun definisi lain dari pendidikan adalah usaha
yang disengaja dan dilakukan secara sistematis agar suasana belajar
kondusif sehingga para peserta didik bisa mengembangkan bakat dan
kemampuan dirinya dengan lebih maksimal lagi. Dengan mengikuti
pendidikan yang sudah ditempuh, harapannya para peserta didik mampu
memiliki akhlak yang mulia, berkepribadian luhur, tinggi kemampuan
spiritualitasnya, memiliki kecerdasan yang luar biasa dan juga mempunyai
keterampilan yang nantinya berguna bagi dirinya sendiri dan juga bagi
masyarakat sekitar. Pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas
daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah. Pendidikan adalah
suatu aktivitas social yang memungkinkan manusia tetap ada dan
berkembang.
B. Hakikat pendidikan berdasarkan filsafat pendidikan Driyakarya
Nicolaus Drijarkara dilahirkan di Purworejo, 13 Juni 1913 dan
meninggal dunia 11 Pebruari 1967, adalah seorang Pater yang pada tahun
1952 memperoleh gelar Doktor dalam bidang ilmu filsafat di Roma
dengan cum laude.
Menurut Drijarkara pendidikan harus dimulai dari niat untuk membuat
manusia muda menjadi manusia (pemanusiaan manusia). Niat itu harus
didasari rasa cinta. Cinta pada manusia muda ditujukan agar manusia
muda tersebut menjadi setara sehingga terjadi pertemuan antara dua
pribadi yang sama derajatnya.
Upaya pendidikan adalah “homonisasi dan humanisasi”. Homonisasi
berarti membuat manusia menjadi manusia minimalis, artinya suatu
ukuran relative yang menyebabkan manusia berperilaku sebagai manusia.
Humanisasi membuat manusia berkembang melebihi taraf manusia
minimalis, membuat manusia lebih meningkat derajatnya (memanusiakan
manusia). Humanisasi membuat manusia berbudaya, mengembangkan
teknologi, menciptakan seni dan berperadaban.
Proses homonisasi dan humanisasi dimulai dari dua manusia lawan jenis
yang berinteraksi komplementer (co-principe) dalam keluarga. Ketika
keluarga itu memiliki seorang anak, terjadi proses untuk mengembangkan
anak menjadi manusia yang setara, dengan mengajak anak tersebut
berpartisipasi dalam keluarga. Ketika anak menjadi individu yang bisa
berposisi dalam kapasitas saling menghormati dengan orang tuanya,
mandiri dalam membuat keputusan, menentukan hidupnya sendiri, maka
itu akibat adalah dari upaya mendidik.
Ontologis : pendidikan adalah homonisasi dan humanisasi
Epistemologis : idealisme (kesetaraan); humanisme (self determination);
etika (persemaan derajat); estetika (seni, budaya); realisme, pragmatism
(teknologi, peradaban); metodologi (pengembangan dan partisipasi,
dialogis); fenomenologis (proses pendidikan informal dalam keluarga)
Axiologis : anak berkembang, partisipasi, saling menghormati, mandiri
dalam membuat keputusan, menentukan hidupnya sendiri
Metafisika : niat mendidik harus didasari rasa cinta
C. Unsur-unsur Pendidikan
a. Peserta didik
Peserta didik berstatus sebagai subyek didik. Pandangan modern
cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subyek
atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas
peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,
sehingga merupakan insan yang unik.
Individu yang sedang berkembang.
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
b. Orang yang membimbing (pendidik)
Yang dimaksud pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik
mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang
bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin
program pembelajaran, latihan dan masyarakat.
c. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat
pendidikan.
d. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
Alat dan metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan
ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode
melihat efesiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan
atas alat yang preventif dan yang kuratif.
Tempat peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
Tujuan pendidikan tidak semudah menentukan tujuan suatu
perjalanan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa seseorang tidak akan
sampai pada suatu tujuan bila ia tidak mengetahui dengan jelas apa itu
tujuan ?, atau kemana ia membawa anak didiknya ?.
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum seperti menjadi
manusia yang baik, bertanggung jawab, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang mengabdi kepada masyarakat dan sebagainya.Tujuan
yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode
belajar dan mengajar yang lebih serasi serta memungkinkan penilai proses
dan hasil belajar yang lebih teliti. Penyusunan kurikulum telah
memperhatikan tujuan pendidikan serta menganalisisnya dalam tujuan
yang lebih khusus.
f. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pendidikan keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan
guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada
hakekatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni
perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada
saat kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan. Materi pembelajaran menempati posisi yang
sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar
pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus
dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan
pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya
standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator.
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta
didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Rifqi, Asep dan Aziz Abdul, 2016. Konsep Hominisasi dan Humanisasi
Menurut Driyarkara. Surakarta : Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
http://harjokosangganagara.blogspot.com/2009/09/filsafat-pendidikan-
drijarkara.html
https://mathniyya.wordpress.com/2016/05/09/unsur-unsur-pendidikan/
http://ilmuef.blogspot.com/2015/10/pendidikan-sebagai-suatu-sistem.html