Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Unsur-unsur Pendidikan
Unsur-unsur pendidikan adalah semua unsur yang harus ada di dalam proses
pendidikan, yang kesemuanya merupakan kesatuan integral yang saling mengisi.1Adapun
unsur-unsur pendidikan yaitu :
1. Pendidik
Para pendidik adalah guru,orang tua, tokoh masyarakat,dan siapa saja yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani.
Orang yang membina, mengarahkan, menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak
didik agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik.Para pendidik adalah subjek yang
melaksanakan pendidikan.Pendidik mempunyai peran penting untuk berlangsungnya
pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan. Para
pendidik memikul tanggung jawab besar untuk memajukan kehidupanbangsa. Oleh karena
itu, negara bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja para pendidi melalui berbagai
peningkatan, misalnya peningkatan kesejahteraan para pendidik, menaikkan tunjangan
fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan hingga meraih gelar doktor,
dan memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian.

2. Anak Didik
Anak didik secara filosofi merupakan objek para pendidik dalam melakukan tindakan
yang bersifat mendidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik, kondisi ekonomi
keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya. Dengan cara ini, tindakan
pendidik akan mengutamkan fleksibilitas dalam mendidik. Anak didik merupakan subjek
pendidikan, yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan metode pendidikan yang
diberikan oleh pendidik. Perkembangan anak didik harus memperoleh perhatian serius karena
semua anak didik mengalami masa-masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secra lahirian
maupun batiniah, secara fisikal maupun mentalitasnya. Dengan demikian, agar pendidikan
dapat berhasil dengan sebaik-baiknya, jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuai dengan
perkembangan anak didik.2
Hakekat Paserta Didik :
a) Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri.

1
Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, Dra. Hj. Nurgaya Pasya, M.Ag, Mahariah, M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta : Hijri Pustaka Umum, 2012), h.46.
2
Aliet Noorhayati Sutrisno,Filsafat Pendidikan,(Yogyakarta: Deepublish,2014)h. 20 dan 21
b) Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola
perkembangan serta tempo dan iramanya, yang harus disesuaikan dalam proses
pendidikan.
c) Peserta didik memiliki kebutuhan diantaranya kebutuhan biologis, rasa aman, rasa
kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.
d) Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan
lingkungan yang mempengaruhinya.
e) Peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, walaupun terdiri dari
banyak segi tetapi merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa, dan karsa).
f) Peserta didik merupakan objek dalam pendidikan yang aktif, kreatif, serta produktif.
Anak didik bukanlah sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima dan
mendengarkan saja.3

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi, isi,
metode, serta alat-alat pendidikan.
Mengajar merupakan serangkaian interaksi antara orang yang berperanan pendidik
dengan anak didik. Untuk mengukur keefektifan guru, seorang pengamat menggunakan
seperangkat dimensi yanhg dianggap ada hubungannya dengan keefektifan peranan guru.
Guru dinilai “baik” atau “buruk” tergantung pada klasifikasi yag dibuat sesuai dengan skala
tertentu. Philip Jackson (1969) menyimpulkan 3 ciri pembeda kehidupan kelas antara lain :
khalayak ramai, pujian dan kekuasaan.
Murid yang baik ialah murid yang mendengarkan gurunya, mengikuti pelajaran, tidak
mengganggu teman di kelas, dan patuh.
3 hal yang membedakan peranan guru dan murid :
a) Tingkat kesukarelaan.
Dreeben (1973) menyatakan bahwa guru bekerja disekolah karena di gaji, sedangkan
murid masuk sekolah karena kewajiban belajarnya.

3
John S. Brubacher, A History of The Problems of Education, (New York : McGraw-Hill Book Company, Inc.,
1947) h. 116 dan 142.
b) Tingkat keaktifan vs kepasifan
Peranan murid ang baik, lebih banyak menuntut kepatuhan dan kesabaran daripada
inisiatif dan tanggung jawab. Guru memonopoli peranan aktif dan membiarkan
muridnya bersabar terhadap tindakan guru sebagai agen. “Moore, 1969 : 586).
c) Kekuasaan atau wewenang
Guru adalah atasannya murid. Hubungan antara guru dan murid memadukan 2 populasi
yang tidak sederajat kebudayaannya, guru diilhmi dengan peradaban, sedangkan murid
merupakan orang yang diberi peradaban.
Guru dan murid saling berhadapan antara yang satu dengan yang lain dengan sikap
yang menimbulkan pertentangan. Murid dianggap sebagai bahan yang oleh guru
diharapkan bisa memberikan hasil otoritas berada di pihak guru. Guru senatiasa di
pihak yang menang.4

4. Materi Pendidikan
Materi pendidikan yaitu bahan-bahan belajar yang disusun sedemikian rupa(dengan
susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Materi
pendidikan sebaiknya dirumuskan dari kumpulan pengalaman dan proses rasionalisasi yang
juga dilengkapi oleh muatan kultural masyarakat yang hidup dari zaman ke zaman sehingga
materi pendidikan yang diberikan kepada anak didik menjadi hidup dan merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari pandangan hidup suatu bangsa dan negara. 5

5. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)


Tujuan pendidikan tidak semudah menentukan tujuan suatu perjalanan. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa seseorang tidak akan sampai pada suatu tujuan bila ia tidak
mengetahui dengan jelas apa itu tujuan ? atau kemana ia membawa anak didiknya ?.
Tujuan pendidikan sering bersifat sangat umum seperti menjadi manusia yang baik,
bertanggung jawab, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mengabdi kepada
masyarakat dan sebagainya.
Herbert Spencer (1860) menganalisis tujuan pendidikan dalam 5 bagian yaitu :
a) Kegiatan demi kelangsungan hidup.
b) Usaha mencari nafkah.
c) Pendidikan anak.

4
Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung : Citapustaka Media Perintis), h.88.
5
Aliet Noorhayati Sutrisno, op.cit. hlm 22
d) Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan Negara.
e) Penggunaan waktu senggang.
Tujuan yang jelas dan spesifik memberi pegangan dan petunjuk tentang metode belajar
dan mengajar yang lebih serasi serta memungkinkan penilai proses dan hasil belajar yang
lebih teliti. Penyusunan kurikulum telah memperhatikan tujuan pendidikan serta
menganalisisnya dalam tujuan yang lebih khusus.
Tujuan pendidikan dapat berbeda tingkatannya, ada tujuan yang sangat umum, ada juga
tujuan yang khusus. Tujuan yang tampaknya sudah sangat khusus seperti, “sanggup membaca
huruf” masih dapat dikhususkan misalnya : “sanggup membaca huruf cetak dan huruf tulis,
membaca huruf kecil dan huruf besar”. Suatu tujuan harus dikhususkan di tentukan oleh taraf
kemampuan dan pengetahuan anak yang akan menerima pelajaran.
Tujuan umum biasanya sangat indah dan muluk kedengarannya, tetapi akan menemui
kesukaran bila hendak diwujudkan karena menimbulka tafsiran yang aneka ragam. Misalnya
tujuan “agar anak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam masyarakat”. Tujuan itu
harus jelas, dan tujuan yang jelas ialah tujuan yang spesifik dalam bentuk kelakuan yang
dapat diamati dan diukur.6
Tujuan akhir pendidikan adalah pembinaan pembelajaran. Dengan demikian menurut
Kohnstamm tujuan pendidikan ialah manusia dewasa yang telah memiliki pengetahuan yang
akan menjadi sumber tingkah laku perbuatannya yang bernilai kesusialaan dan yang akan
dipertanggung jawabkan sendiri. Tujuan umum pendidikan dan pengajaran di Indonesia yaitu
membentuk manusia yang cakap serta warga Negara yang demokratis, yang bertanggung
jawab atas kesejahteran di masyarakat dan tanah air.

6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)


1) Alat-alat
Alat-alat pendidikan adalah segala sesuatu yang membantu terlaksananya pendidikan
didalam mencapai tujuannya baik berupa benda atau bukan benda7. Alat pendidikan
dapat dikategorikan kedalam 2 kelompok, yaitu :
a) Alat Sebagai Perlengkapan
Alat sebagai perlengkapan ialah alat yang berwujud benda-benda yang nyata atau
kongkret yang dipentingkan dalam pelaksanaan pendidikan. Perlengkapan ini antara
lain :

6
Prof. Dr. S. Nasution, M.A., Teknologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, Inc 1994), h.15- 21.
7
Drs. H. M. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional), h.55.
1. Buku Teks
Peranan buku-buku teks dalam kepentingan pendidikan sangat besar sekali, sebab anak-
anak bukan hanya dapat mereproduksi ingatan sebagaimana terdapat dalam bentuk
penyampaian secara lisan, tetapi dengan membaca buku-buku teks ini memerlukan
kecakapan, menarik kesimpulan sendiri dari fakta-fakta yang diteliti, membanding-
bandingkan dan menilai isi secara kritis. Buku-buku teks merupakan alat sebagai
penjelas bagi pendidik, karena itu harus benar-benar buku yang terpilih sesuai dengan
kemajuan Ilmu Pengetahuan.
2. Perpustakaan
Salah satu jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan terhadap buku baik dari anak yang
sedang menuntut ilmu maupun dari siapa saja yang ingin meningkatkan
perbendaharaan ilmu pengetahuannya maka perlulah didirikan perpustakaan.
Adapun bentuk perpustakaan ada yang bersifat umum (perpustakaan umum atau
perpustakaan keliling) dan ada yang bersifat khusus (perpustakaan pribadi,
perpustakaan sekolah).
b.) Alat Peraga dalam Pendidikan (Audiovisual Aids)
Alat-alat peraga yaitu alat-alat pelajaran secara pengindraan yang tampak dan dapat
diamati. Berapa macam alat peraga :
Auditio Aids : type recorder, radio, televisi, film bicara, alat-alat musik, mikrofon,
dan lain-lain.
Visual Aids : papan tulis, gambar-gambar dan poster, peta dan globe, tamasya atau
darmawisata, gambar film, dan lain-lain.
2) Metode
Metode pembelajaran merupakan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh pendidik selama proses pembelajaran berlangsung. Metode pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang dilandasi oleh teori : belajar, psikologi, filsafat, sosial dan
komunikasi yang membutuhkan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Metode yang dilakukan pendidik antara lain memanfaatkan perilaku peserta didik
dalam pengorganisasian belajar. Strategi lainnya dapat juga dilakukan dengan cara
peserta didik secara alami bermain secara berpasangan atau berkelompok, sehingga
perilaku peserta didik tersebut dapat dimanfaatkan pendidik dalam pengorganisasian
pembelajaran di kelas dengan suasana aktif, kreatif, efektif, menarik dan
menyenangkan.
a. Metode Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif dimaksudakan dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan
suasana pembelajaran yang dinamis penuh aktifitas, sehingga peserta didik aktif untuk
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya. Belajar merupakan proses
aktif dari peserta didik dalam membangn pengetahuan dan keterampilannya. Cara yang
dapat dilakukan oleh guru agar peserta didik aktif yaitu peserta didik diberi tugas
mengamati, membandingkan, menggambar, dan mendeskripsikan berbagai objek.
Dalam hal ini, pendidik mengamati aktivitas peserta didik, kemudian peserta didik
diminta untuk mempresentasikan hasilnya baik kelompok maupun individu.
b. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran yang kreatif dimaksudkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan
harus mampu menciptakan kegiatan yang beragam serta mampu membuat media
belajar yang sederhana yang memudahkan pemahaman peserta didik. Kegiatan
pembelajaran harus dirancang oleh guru menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya
sikap berfikir kritis dan berimajinasi sehingga anak menjadi lebih kreatif. Peserta didik
perlu dibekali kemampuan berfikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah
dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah.
c. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran yang efektif membawa pengaruh dan makna tertentu bagi peserta didik.
Artinya pembelajaran yang efektif dan bermakna menunjukkan bahwa selama
pembelajaran berlangsung dapat mewujudkan keterampilan yaitu peserta didik
menguasai kompetensi tentang keterampilan yang diharapkan. Jadi dalam belajar yang
efektif dan bermakna, informasi baru diasimilasikan pada sumber-sumber relevan yang
telah ada dalam struktur kognitif (Dahar, 1996 : 112). Dengan demikian strategi yang
dilakukan mampu mendorong anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
d. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
menyenangkan dan nyaman. Peserta didik tidak merasa takut dan tertekan serta berani
mencoba. Pendidik menghindari cara-cara intimidasi dalam mengajar, tetapi
mengedepankan cara-cara yang persuasive dan senantiasa member penguatan dengan
benar seperti pemberian pujian. Agar mendapat penghargaan dari pendidik maupun
teman-temannya maka hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya di pajang di dinding
kelas. Hal ini dapat memotivasi peserta didik untuk menampilkan yang terbaik
sehingga menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain.

7. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan pada hakikatnya merupakan sesuatu yang ada di luar diri individu.
Para ahli membedakan jenis lingkungan pendidikan menjadi dua, yaitu sebagi berikut.
a. Lingkungan Alam
Adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini yang berada di luar diri anak yang selain
manusia, seperti binatang, tumbuh-tumbuhan, iklim, air, gedung, rumah, dan
sebagainya.
b. Lingkungan Sosial
Adalah semua manusia yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi
diri orang tersebut, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya
adalah teman sekelas, tetangga, dan sebagainya.
Menurut tempat pelaksanaan pendidikan, lingkungan dibedakan atas:
 Keluarga/Informal
 Sekolah/Formal
 Masyarakat/Non Forma
Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tripusat pendidikan.
Artinya, tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengemban tanggung jawab
pendidikan bagi generasi muda.(Dewantara, 1962).
a. Lembaga pendidikan keluarga
Pendidikan keluarga adalah yang terdapat didalam rumah tangga yang diberikan oleh kedua
orang tua sianak yang merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, yang terbentuk
berdasarkan kodrat dan secara suka rela, karena anak dilahirkan dari perkawinan yang sah
dari sepasang suami isteri. Keluarga adalah inti masyarakat. Disinilah anak didik mulai
mengenali kehidupan dan pendidikan. Keadaan anak didik sebelum lahir telah ditentukan
oleh faktor-faktor keturunan atau warisan yang didukung oleh keluarganya, mengenai
kejasmanian dan kerohaniannya, kemudian dengan kelahirannya dimulailah pengaruh-
pengaruh luar yang menghambat ataupun menyuburkan benih-benih yang ada.
Fungsi keluarga yang mesti dipahami oleh setiap anggota keluarga dapat diperincikan sebagai
berikut :
a.) Fungsi ekonomis, keluarga merupakan satuan sosial yang mandiri dan didalamnya
berisikan anggota-anggota keluarga yang mandiri dan ikut mengkonsumsi barang-barang
yang diproduksinya.
b.) Fungsi sosial, keluarga memberikan prestise dan status kepada anggota-anggotanya.
c.) Fungsi edukatif, memberikan pendidikan kepada anak didik dan remaja yang menjadi
tanggung jawab para orang tua.
d.) Fungsi protektif, keluarga melindungi anggota-anggotanya dari ancaman fisik,
ekonomis dan psiko-sosial.
e.) Fungsi religious, keluarga memberikan pengalaman keagamaan kepada anggota-
anggotanya.
f.) Fungsi afektif, keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan
Hal-hal Penting Diperhatikan Dalam Keluarga
a) Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga.
b) Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas
kewajiban masing-masing.
c) Orang tua dan orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat
dan watak anak-anak.
d) Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak
e) Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya diluar lingkungan sekolah.
b. Lembaga Pendidikan Sekolah
Sekolah sebagai pusat pendidikan formal, ia lahir dan berkembang dari pemikiran
kegunaannya untuk pemberian pendidikan kepada masyarakat. Pendidikan formal disekolah
merupakan lanjutan atau pengembangan dari pendidikan yang telah diberikan oleh orang tua
terhadap anak-anaknya dalam keluarga, hal tersebut timbul karena beberapa faktor antara
lain:
a) Karena keterbatasan pengetahuan orang tua, karena tidak semua orang tua memiliki
pengetahuan yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan oleh anak-anaknya.
b) Karena kesempatan waktu, karena kesibukan orang tua dengan tanggung jawabnya
yang besar dan banyak, mungkin kesempatan waktu sangat tidak memungkinkan
walaupun pengetahuan orang tuanya memadai.
c) Faktor perkembangan anak, yaitu sudah masanya anak harus mendapatkan pendidikan
dan pengajaran disekolah, karena pertumbuhan dan perkembangan secara jasmani,
emosi, dan fikirannya sudah matang untuk menerima semua itu dan sudah ada
kesediaan melakukan tugas yang diberikan oleh guru.
d) Faktor lingkungan yaitu karena kemajuan zaman, orang tua tidak mungkin lagi
memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap perkembangan
teknologi yang mengalami kemajuan begitu pesat.
Tidak semua tugas pendidikan dapat dilaksanakan oleh orang tua, terutama dalam memberi
ilmu pengetahuan dan dengan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dimasukkan
anak ke sekolah. 8
Sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan adalah:
a) Sekolah membantu orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta
menanamkan budi pekerti yang baik.
b) Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang sukar
atau tidak dapat diberikan dirumah.
c) Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca,
menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
d) Disekolah diberikan pelajaran estetika, keagamaan, etika, membedakan benar atau
salah dan sebagainya.
c. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan
secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, tetapi tidak sistematis. Masyarakat
ikut mempengaruhi terbentuknya sikap sosial para anggotanya, melalui pengalaman berulang
kali dengan mengalami yang beraneka ragam itu maka, sikap sosial anggotanyapun beraneka
ragam pula. Pendidikan dalam masyarakat adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
terhadap pendewasaan anggotanya melalui sosialisasi yang diletakkan dasar-dasarnya oleh
keluarga dan sekolah sebelum mereka masuk kedalam masyarakat.
Fungsi masyarakat :
a. Mengawasi jalannya nilai-nilai sosio-budaya bangsa.
b. Menyalurkan aspirasi masyarakat.
c. Membantu dan meningkatkan kualitas keluarga.

8
Dra. Rosdiana A. Bakar, M.A, op.cit. h. 147.
DAFTAR PUSTAKA
 Bakar, Rosdiana A. Pendidikan Suatu Pengantar, Bandung : Citapustaka Media
Perintis.
 Nurgaya Pasya. dan Mahariah. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Hijri Pustaka
Umum.
 Anshari, M. Hafi. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya-Indonesia : Usana Offset
Pringting.
 Brubacher, John S.1 947. A History of The Problems of Education, New York :
McGraw-Hill Book Company.
 Nasution, S. 1994. Teknologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
 Sutrisno, Aliet Noorhayati. Filsafat Pendidikan,Yogyakarta: Deepublish, April 2014.

Anda mungkin juga menyukai