Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny.M Dengan Masalah Utama: Nyeri Sendi
Osteoarthritis dengan Pemberian Teknik Stretching Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Sendi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaruyung Tahun 2019
OLEH:
Puteri Dianti
Nim: 1814901695
kesehatan (Fayer dan Machin, 2007). World Health Organization (WHO) (2004)
kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan
negatif dari suatu kehidupan (Skevington et. al, 2004). Salah satu instrumen penilaian
kualitas hidup dengan menggunakan Medical Outcomes Study 36- Item Short Form
Health Survey (SF-36). SF-36 merupakan kuesioner yang berisi pertanyaan sebanyak
36 poin meliputi 8 aspek fungsi fisik, nyeri, keterbatasan peran, emosional, fungsi
sosial, energi/kelelahan, dan persepsi kesehatan umum (Angst et. al, 2003).
Semua manusia suatu saat pasti akan mengalami proses penuaan dan penurunan
fungsi kesehatan. Salah satu perubahan kondisi fisik karena perjalanan usia adalah
penyakit yang sering dijumpai yang sangat erat hubungannya dengan proses menua
dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Selain faktor usia, banyak hal yang
mempengaruhi munculnya nyeri sendi, seperti gaya hidup yang tidak sehat, pola
makan, dan jarang melakukan olahraga, sehingga penyakit nyeri sendi ini tidak
dialami oleh lansia saja, bisa dialami oleh orang dewasa yang rentang usia nya masih
mencegah terjadinya nyeri sendi. Banyak yang menganggap nyeri sendi adalah hal
yang sepele. Mereka tidak memperhatikan gaya hidupnya, seperti pola makan, latihan
fisik yang tepat atau rutin melakukan olah raga dan menjaga berat badan agar tetap
ideal, bahkan kebanyakan dari mereka khususnya laki-laki masih banyak yang
merokok, sehingga banyak dari mereka mengalami nyeri sendi (Sapnudin, 2015).
Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun kemunculan dan
keparahan masih bisa dicegah dengan beberapa langkah perubahan pada gaya hidup,
diantaranya perubahan pada gaya hidup olahraga, dan pola makan yang tepat (Kurnia,
2015)
dengan jenis kelainan sendi yang lain (Loeser & Richard, 2011). Diketahui bahwa
penyakit osteoartritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24
juta dikawasan Asia Tenggara. Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum
diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang
bersifat kronik, berjalan progresif, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya
pengikisan rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan sendi.
Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki terutama
sering ditemukan pada penderita usia lanjut, tetapi juga banyak ditemukan pada
individu yang memiliki poster tubuh gemuk (Chen et al., 2016), mantan olahragawan,
penderita tirah baring lama, faktor genetik (Zhang & Jordan, 2011). Penyakit ini
pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens
Reseach UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi setiap sendi. Sendi lutut adalah
lokasi yang paling umum pada tubuh terkena osteoartritis, diikuti dengan pinggul.
nyeri pada persendian. Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai
gangguan gerak. Pada keadaan ini klien akan sangat terganggu, apabila lebih
dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoartritis (Kats, 2015).
dunia yaitu sebesar 3.8% dan osteoartritis pinggul sebesar 0.85. WHO juga
14.9% Vietnam.
mencapai 34,4 juta orang dengan perbandingan penyakit sebesar 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita. Prevalensi data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
mencapai 30,9%..
Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui secara pasti
namun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan yaitu: usia, jenis kelamin,
bergeser ke medial. Gejala dan tanda Osteoarthritis adalah nyeri sendi, hambatan
tetapi dikhawatirkan akan terjadi hal yang paling ditakuti apabila nyeri tidak
menganggu sistem organ yang lain seperti pencernaan dan ginjal, sehingga
dibutuhkan terapi pendukung lain seperti terapi non Farmakologis. Salah satu
Perawatan untuk klien dengan nyeri sendi tidak terlepas dari peran keluarga.
Peran keluarga sesuai dengan tuga-tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah
mengenal masalah kesehatan, Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga,
tugas keluarga adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu
penderita, dan pemenuhan kebutuhan psikologis agar penderita tidak merasa terisolir
Peran yang besar dari keluarga sangat diperlukan sebagai orang terdekat dan
sebagai orang yang mengetahui keadaan penderita untuk berupaya merawat dengan
sebaik mungkin dan bahkan dapat membuat penderita menjadi mandiri. Peran
keluarga secara informal adalah sebagai motivator, edukator, dan fasilitator. Sebuah
keluarga harus bisa menjadi penyemangat bagi anggota keluarga lainnya untuk bisa
menjalani hidup dengan baik, selain itu keluarga juga harus bisa memberikan
informasi kesehatan yang tepat sehingga anggota keluarga dapat mengetahui mana
hal yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Keluarga juga harus bisa membimbing,
penyakit Osteoarthritis atau nyeri sendi dan kurangnya kemampuan dalam menjaga
dan merawat klien dengan Osteoarthritis atau nyeri sendi, maka untuk mengatasi
kesehatan amak hubungan keluarga dan perawat harus dibina dengan baik perawat
harus bersikap terbuka dan bisa dipercaya, pengawas kesehatan melakukan kunjungan
perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah maupun dirumah sakit
Saat ini terdapat beberapa penelitian tentang efektivitas pemberian terapi non
Osteoarthritis, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Edwina dan Fenti pada
tahun 2019 tentang “Pengaruh Stretching Exercise Terhadap Penurunan Skala Nyeri
stretching exercise terhadap penurunan skala nyeri sendi lutut pada klien Osteoartritis.
Pemberian latihan stretching secara otomatis akan melatih kekuatan otot panggul
dan kemudian otot menjadi kuat dan lentur sehingga nyeri akibat spasme otot
efektif dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan sendi sehingga dapat
memberikan efek penurunan atau hilangnya rasa nyeri sendi pada lansia. Latihan
ini juga dapat meningkatkan aliran darah, juga memperkuat tulang. Latihan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cut Rahmiati tahun 2014 tentang
Efektivitas Stretching terhadap Penurunan Nyeri sendi lutut Pada Lansia didapatkan
dengan demikian maka stretching dapat digunakan sebagai salah satu terapi
alternatif untuk mengurangi rasa nyeri sendi, terutama nyeri sendi lutut pada lansia.
Penelitian oleh Safun Rahmanto Pada tahun 2013 tentang efektifitas program
stretching exercise, kinesthesia exercise dan balance Exercise tungkai bawah terhadap
penurunan nyeri dan peningkatan rom klien osteoarthritis juga menunjukkan bahwa
stretching exercise efektif dalam menurunkan nyeri klien OA dan efektif pula dalam
meningkatkan ROM.
menganggu sistem organ yang lain seperti pencernaan dan ginjal, beberapa klien
juga mengeluh sudah capek untuk selalu minum obat karena merasa tidak kunjung
sembuh.
Dari hasil studi pendahuluan ini juga didapatkan di wilayah kerja Puskesmas
Stretchinf untuk mengurangi gangguan nyeri sendi lutut pada klien osteoartritis.
terapi Stretching untuk menurunkan intensitas nyeri sendi pada klien Osteoarthritis.
1.2 Rumusan Masalah
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny.M Dengan Masalah Utama: Nyeri Sendi
Nyeri Sendi”
1.3 Tujuan
2019.
Osteoarthritis.
Osteoarthritis.
6. Melakukan evaluasi pada Ny.M dan keluarga dengan Pemberian Pemberian
1.3 Manfaat
Sebagai sumber informasi bagi klien dan keluarga tentang osteoarthritis dan
osteoarthritis.
Dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan intervensi pada klien dengan
2.1.1 Pengertian
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang
berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi (Koentjoro, 2010). Osteoartritis (OA)
merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi,
ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014).
sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada
sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2007).
sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Penyakit
ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru yang
irreguler pada permukaan persendian. Nyeri merupakan gejala khas pada sendi yang
mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri semakin berat bila melakukan aktivitas dengan
penggunaan sendi dan rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan
penggunaan sendi dan rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat (Sumual, 2012).
2.1.2 Etiologi
sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui
dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal
seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya
cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih banyak ditemukan
Faktor-faktor yang telah diteliti sebagai faktor risiko osteoarthritis lutut antara lain
usia lebih dari 50 tahun, jenis kelamin perempuan, ras / etnis, genetik, kebiasaan
kebiasaan bekerja dengan beban berat, aktivitas fisik berat dan kebiasaan olah raga
Menurut Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal yang disusun oleh Helmi tahun
1) Peningkatan usia.
mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan puncaknya
pada usia 55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan puncaknya pada usia
dr. Soedarso menunjukan bahwa pada usia 43-48 tahun (13,30%), usia 49- 54
tahun (16,06%), dan usia 55- 60 tahun meningkat (27,98%) (Arissa, 2012).
2) Obesitas.
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang bekerja
dengan lebih berat, diduga memberi andil pada terjadinya osteoarthritis. Setiap
kilogram penambahan berat badan atau masa tubuh dapat meningkatkan beban
tekan lutut sekitar 4 kilogram. Dan terbukti bahwa penurunan berat badan
dapat mengurangi resiko terjadinya osteoarthritis atau memperparah keadaan
pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu sebanyak 149 klien
4) Riwayat trauma.
Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh seperti sendi
pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi. Trauma lutut
Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat menjadi
osteoarthritis (Sudoyono,2009)
6) Faktor genetik.
dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang
Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10 tahun dan
lutut (Maharani, 2007). Dan orang yang mengangkat berat beban 25 kg pada
dan akan meningkat tajam pada usia setelah 50 tahun (Martin, 2013).
tulang yang lebih padat atau keras tak membantu mengurangi benturan beban
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada
sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.
yang menanggung beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga
terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut
(Wahyuningsih, 2009).
2.1.4 Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gabungan gejala klinik dan
perubahan radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan, oleh karena tidak semua klien
pengerasan tulang bawah rawan sendi, pembentukan kista di bawah rawan sendi dan
Namun ada pula yang membagi klasifikasi osteoarthritis berdasarkan primer dan
osteoarthritis primer yang disebut juga osteoarthritis idiopatik adalah osteoarthritis yang
kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun
pertumbuhan dan imobilisasi yang lama. osteoarthritis primer lebih sering ditemukan dari
2.1.5 Patofisiologi
OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan inflamasi.
Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase
memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu
polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel,
nukleat (DNA) dan protein seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang
2) Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap IGF-1
pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago sendi, dan menghasilkan kerusakan
pada sendi.
3) Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan
rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya mediator kimia seperti kinin
yang dapat menyebabkan peregangan tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri
juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf
yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular
akibat stasis vena pada pada proses remodelling trabekula dan subkondrial.
4) Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu
didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis, material
asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin aktifator
CSFs. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan sendi. Faktor
rawan sendi sedangkan faktor pertumbuhan merangsang sintesis (Sudoyo et. al,
2007).
1) Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada
sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi,
instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika
melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas
minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan
istirahat.
2) Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika
setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi. - Krepitasi : sensasi
mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey,
2006).
rendah terutama pada OA tahap awal. USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan
diagnosis OA karena selain murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding sinar-X,
Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena osteoartritis, seperti
panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang belakang juga
2) Tulang belakang :
3) Panggul :
asetabular.
berat.
4) Tangan :
kepada klien, pengaturan gaya hidup, apabila klien termasuk obesitas harus
mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga
seperti sepatu yang bagian dalam dan luar didesain khusus klien OA, ortosis juga
digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et.
al, 2010).
4) Farmakoterapi
spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu
dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2x250- 375mg sehari. Bila perlu
c. Asam hialuronat
d. Kondroitin sulfat
5) Pembedahan
2.2. Nyeri
2.2.1 Pengertian
Nyeri merupakan rasa yang sering dikeluhkan oleh klien osteoartritis kepada dokter
pada awal mula datang ke pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit. Rasa nyeri merupakan
nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
Nyeri merupakan ungkapan suatu proses patologik dalam tubuh kita. Nyeri dapat
diungkapkan sebagai rasa kemeng, ngilu, linu, sengal ataupun pegal. Nyeri yang
bersumber pada visera bersifat difus, biasanya berasal dari otot skelet sehingga sering
dinyatakan sebagai rasa pegal, nyeri osteogenik sering dinyatakan sebagai kemeng, linu,
atau ngilu, sedangkan nyeri yang bersumber dari saraf perifer bersifat tajam dan menjalar
(Mardjono dan Sidharta, 2009). Seseorang dengan nyeri OA akan terjadi disfungsi sendi
dan otot sehingga akan mengalami keterbatasan gerak, penurunan kekuatan dan
beraktifitas, kehilangan fungsi kapasitas kerja dan penurunan kualitas hidup (Reis et al,
2014).
gerak akibat proses patologik pada jaringan yang dilengkapi dengan serabut nyeri.
Misalnya altralgia yaitu nyeri yang disebabkan karena proses patologik pada
persendian, mialgia merupakan nyeri yang disebabkan proses patologis pada otot,
dan entesialgia merupakan proses patologik yang terjadi akibat proses patologik
di tendon, fasia, jaringan miofasial dan periosteum). Proses patologis tersebut bisa
dengan ketika dengan penekanan atau ketika anggota tubuh tersebut digerakkan
pada serabut saraf sensorik perifer. Ciri khas dari nyeri neurogenik adalah nyeri
menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan dan penjalaran nyeri
berpangkal pada saraf yang terkena. Serabut syaraf sensorik perifer menyusun
rasiks posterior, saraf spinal, pleksus, fasikel dan segenap saraf perifer.
3) Nyeri radikuler Nyeri yang berasal dari radiks posterior. Radiks anterior dan
posterior yang bergabung menjadi satu berkas di foramen intervertebra, berkas ini
dinamakan saraf spinal. Segala bentuk yang merangsang serabut saraf sensorik
dan foramen intervertebra dapat menimbulkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang
terasa pada tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang kawasan radiks yang
bersangkutan. Misalnya pada herpes zooster dirasakan nyeri radikular di T5, nyeri
radikular pada hernia nukleus pulposus (HNP). Selain itu nyeri radikular yang
menjalar sepanjang lengan sering disebut dengan brakialgia, serta nyeri yang
2009).
Intensitas nyeri dapat di ukur dengan menggunakan Visual Analog Scales (VAS)
atau menggunakan Numerical Rating Scales (NRS) dalam praktek klinis sehari-hari.
ringan, sedang ataupun nyeri berat. The Brief Pain Inventory (BPI) menyatakan dengan
menggunakan NRS sebagai alat pengukuran nyeri karena NRS melaporkan intensitas
nyeri dan gangguan nyeri. Selain itu Canadian Occupational Performance Measure
digunakan untuk mendeteksi pengaruh terapi yang diberikan kepada klien. Hal ini
mendorong klien secara aktif dalam menjalani intervensi terapi. Instrumen yang meliputi
gambaran nyeri atau kuesioner deskripsi adalah McGill Pain Questionaire (The British
spesifik untuk menilai nyeri, kekakuan sendi dan kapasitas fungsi pada klien osteoartritis.
Uji validitas NRS yang dilakukan oleh Ornetti dkk. dengan membandingkan NRS pada
WOMAC mendapatkan hasil bahwa NRS merupakan psikometer yang baik hampir mirip
dengan skala WOMAC dan dapat di konfirmasi sebagai instrumen evaluasi pada
osteoartritis (Ornetti et. al, 2011). NRS memiliki angka 0-10 dimana 0 menunjukkan
tidak terdapat nyeri sedangkan 10 menunjukkan nyeri yang buruk. NRS lebih mudah
Gambar 1. Skala pada Numerical Rating Scales (NRS), Verbal Rating Scales (VRS),
Visual Analog Scales (VAS) (Breivik et. al, 2008).
0 = Tidak nyeri
1-3 = Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 = Nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
7-10 = Nyeri Berat: secara obyektif klien kadang tidak dapat mengikuti perintah
tetapi masih bisa merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikan nyeri, nyeri tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi, hingga klien tidak mampu melakukan aktivitas
2.3 Stretching
2.3.1 Pengertian
memanjangkan otot agar bekerja secara optimal dan menunjang aktivitas tubuh ketika
mengulur otot secara perlahan menuju titik tidak nyaman akan tetapi tidak nyeri
(Anderson dan Burke, 1991). Ballistic Stretching menurut Freshmen (2002) adalah
yang digunakan oleh para atlet untuk meningkatkan fleksibilitas otot. Jenis peregangan
ini dilakukan dengan cara menarik otot sampai ke jangkauan maksimalnya dan
mempertahankan posisi ini selama durasi yang ditentukan. Propioseptive stretching atau
lebih dikenal PNF stretching adalah fasilitasi pada system neuromuskuler dengan
merangsang propioseptif. PNF terdiri atas dasar konsep, bahwa kehidupan ini adalah
Stretching Statis atau Peregangan statis adalah bentuk yang paling umum dari
peregangan yang ditemukan dalam latihan kebugaran umum dan dianggap efektif untuk
meningkatkan fleksibilitas keseluruhan. Selain itu, banyak ahli yang menganggap bahwa
peregangan statis jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan peregangan dinamis untuk
meningkatkan rentang gerak dalam gerakan fungsional, termasuk olahraga dan kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari. Stretching Statis atau Peregangan statis juga sangat efektif
dilakukan oleh klien Osteoarthritis untuk membantu menurunkan intensitas nyeri sendi.
individu sebagai anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones , 2003). Sasaran asuhan
yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah
umum. Teori Model Family Centre Nursing Friedman dalam Friedman, Bowden, dan
emosional, dan social individu yang didalamnya terlihat dari pola interaksi yang
evaluasi. Pada tahap pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga meliputi data
umum keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, pengkajian lingkungan baik
lingkungan didalam rumah maupun di luar rumah. Selain itu juga mengkaji fungsi
keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga.
Pemeriksaan fisik terkait nutrisi pada anak usia sekolah menurut Stanhope dan
Lancaster (2004) meliputi pemeriksaan rambut, mata, gigi, wajah, mulut, kuku, otot,
mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
Diagnosa keperawatan terdiri dari diagnosa aktual, resiko tinggi dan potensial.
dengan melakukan skoring. Kriteria yang dipakai pada skoring yaitu sifat masalah,
menonjolnya masalah. Rumus mendapatkan skor yaitu dengan skor yang dipilih
dibagi angka tertinggi kemudian dikalikan dengan bobot. Setelah mendapatkan masalah
yaitu yang pertama menentukan sasaran atau goal. Sasaran atau goal adalah tujuan
umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya.
Langkah yang kedua yaitu menentukan tujuan atau objective. Objective merupakan
pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari
tindakan perawatan yang akan dilakukan. Langkah yang ketiga yaitu menentukan
merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
Tahap yang terakhir yaitu tahap evalusi. Tahap evaluasi untuk melihat
keberhasilan dari rencana tindakan yang telah dibuat. Evaluasi terdiri dari evaluasi
kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Pada evalusi kualitatif terdapat 3 dimensi yang dilihat
1) Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
b. Kardiovaskular
c. Integritas ego
tubuh.
d. Makanan / cairan
e. Hygiene
f. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
g. Nyeri/kenyamanan
jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada
pagi hari)
h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
i. Interaksi social
isolasi.
2) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis
Kode : 00133
Domain: 12 (Kenyamanan)
Kode : 00085
3. Risiko Cedera
Kode : 00035
Kode : 00118
Kode : 00108
Domain : 4 (Aktivitas/ Istirahat)
Peningkatan Latihan
28. Yakinkan kesehatan klien mengenai latihan
fisik
29. Anjurkan perasaan verbal tentang latihan
atau kebutuhan untuk latihan
30. Libatkan keluarga klien dalam perencanaan
dan perawatan program latihan
31. Ajarkan klien mengenai jenis latihan yang
tepat untuk tingkat kesehatan, dalam
berkolaborasi dengan dokter dan atau latihan
psikologis
32. Beritahukan klien tentang frekuensi
keinginan, lama, dan intensitas program
latihan
4. Faktor yang
berhubungan
Kendala lingkungan
Gangguan
musculoskeletal
Nyeri
Kelemahan
BAB III
I. PENGKAJIAN KELUARGA
A. DATA UMUM KELUARGA
1. Nama kepala keluarga (KK) : Bp. Y
2. Umur kepala keluarga : 48 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Swasta/Pedagang
5. Alamat : Longuang ,Jorong Mandahiling
6. Komposisi keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Umur pendidikan Pekerjaan
kelamin dengan KK
1 Ibu M P Istri 41 Tahun SMK IRT
2 An. A L Anak 19 Tahun Tamat Mahasiswa
SMA
3 An. P P Anak 13 Tahun Tamat SD Pelajar
Genogram :
Keterangan: : Klien
: Perempuan
7. Tipe keluarga
Keluarga Bp. Y merupakan Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
8. Suku bangsa
Bp. Y adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berasal desa Longuang
,Jorong Mandahiling, Batusangkar. Ibu.M berasal dari Luday yang juga
meruapakan salah satu desa di Jorong Mandahiling, Batusangkar, Sumatera
Barat. Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa Minangkabau.
Dalam keluarga Bp. Y tidak ada pantangan atau kebiasaan yang mengikat,
terutama kaitannya dengan kesehatan.
9. Agama
Keyakinan yang dianut keluarga Bp. Y adalah Islam. Tidak ada perbedaan
diantara anggota keluarga. Keluarga Bp. Y cukup taat dalam menjalankan
ibadah, serta keluarga Bp. Y aktif mengikuti kegiatan keagamaan yanga ada di
lingkungannya seperti tahlilan dan pengajian. Jika keluarga sakit selain
berobat keluarga juga berdoa untuk kesembuhan dari sakitnya. Keyakinan
yang dianut dalam keluarga Bp. Y tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan. Dalam keluarga Bp. Y sering melakukan ibadah bersama.
10. Status sosial ekonomi
Bp. Y sebagai pencari nafkah keluarga. Keluarga Bp. Y memiliki penghasilan
rata-rata Rp. 4.000-000 – 5.000.000,- per bulan, yang diperoleh dari
penghasilan Bp. Y sebagai seorang pedagang yang menjual dagangannya ke
luar kota dan beberapa daerah di Sumatera Barat. Bp. Y pulang ke rumah
sekita 2-3 kali seminggu. Keluarga Bp. Y menganggap pendapatannya cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini keluarga Bp. Y memiliki
pengeluaran untuk membayar uang pendidikan kedua anaknya, pembayaran
listrik, dan kebutuhan makan dirumah. Bp. Y dan Ibu M memiliki tabungan
keluarga.
11. Aktifitas rekreasi keluarga
biasanya keluarga berrekreasi disekitar batusangkar saja. Seperti jalan-jalan
ketempat wisata, berenang, dan menikmati hiburan rakyat yg tersedia. Jika
keluarga tidak sempat rekreasi keluar biasanya hiburan didapatkan dengan
menonton TV bersama di rumah.
C. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Rumah Keluarga Bp. Y sudah permanen,dengan tipe rumah 72 terdiri dari
ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, 3 kamar mandi dan satu dapur.
Lantai keramik. Kebersihan rumah cukup bersih, Kamar mandi, dan MCK
menjadi satu. Ada bak mandi permanen. Air yang digunakan untuk mencuci,
memasak serta minum adalah PDAM. Tatanan perabotan rumah cukup teratur
dan ada meja makan
b. Ventilasi dan penerangan
Ventilasi di rumah keluarga Bp. Y ssudah cukup baik, tiap ruangan memiliki
ventilasi, dan sirkulasi udara yang baik. Ukuran ventilasi nya juga sudah baik.
Untuk penerangan di siang hari cahaya matahari dapat masuk dengan baik ke
dalam rumah dan untuk malam hari menggunakan listri PLN
c. Persediaan air bersih
Keluarga Bp. Y sudah memiliki sarana air bersih yaitu PDAM. Ibu M
menggunakan air PDAM saat memasak,mencuci dan mandi
d. Pembuangan sampah
Keluarga Bp. Y memiliki tempat pembuangan sampah sementara, lalu
selanjutnya dibakar. Jarak tempat pembuangan sampah dan rumah lebih dari 5
Meter
e. Pembuangan air limbah
Limbah keluarga Bp. Y biasa di buang di tempat pembuangan sampah, jika
limbah organik biasanya dikubur, limbah mencuci dialirkan ke pipa saluran
pembuangan.
f. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Tipe jamban yang digunakan keluarga Bp. Y adalah Jamban dengan leher
angsa, jarak septik tank ke sumber air bersih lebih dari 10 meter
g. Lingkungan sekitar rumah
Lingkungan sekitar rumah Bp. Y cukup bersih, tidak terdapat sampah yang
berserakan, Ibu M rajin membersihkan lingkungan sekitar rumah. Diluar
rumah tidak terdapat genangan air sebagai wadah tempat berkembang biak
nyamuk.
h. Sarana komunikasi dan transportasi
Semua anggota keluarga Bp. Y sudah memiliki telepon genggam atau ponsel
sebagai sarana komunikasi, untuk transportasi Bp. Y biasa bepergian dengan
mobil lalu anak dan istri Bp. Y menggunakan Kendaraan roda dua
i. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
Keluarga BP. Y biasa menonton siaran TV untuk mengisi waktu luang dan
sebagai sarana hiburan keluarga. Biasanya setelah sholat magrib keluarga Bp.
Y berkumpul bersama sambil menonton TV.
j. Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dengan rumah Bp. Y adalah RSUD
Hanafiah Batusangkar dan Puskesmas Pagaruyung. Biasanya keluarga Bp. Y
berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit. Keluarga Bp. Y jarang melakukan
cek kesehatan rutin. Ibu M merupakan kader dari Puskesmas Pagaruyung
D. SOSIAL
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Bp. Ytinggal di kampung, di kelilingi oleh masyarakat yang
mayoritas pekerjannya petani. Tipe tempat tinggal hunian penduduk, yang
berdekatan dengan sungai dan sawah. Karakteristik demografi keluarga dan
lingkungan sekitar masuk dalam kategori masyarakat dengan social eonomi
menengah ke bawah, yang mayoritas bertani, dihuni hampir semua beretnis
sama yaitu etnis Minang dan beragama islam, Masyarakat setempat biasanya
menggunakan pelayanan kesehatan ke puskesmas dan posyandu yang bisa
digunakan untuk balita dan pemeriksaan umum pada lansia. Keluarga Bp.
Y tinggal berdekatan atau bersebelahan dengan keluarga Ibu M atau
bersebelahan dengan orang tua dan adik Ibu M. Keluarga Bp. Y cukup dekat
dengan para tetangga dan sering bersosialisasi bersama warga sekitar. Keluarga
Bp. Y juga aktif mengikuti kegiatan di komunitas masyarakat sekitar, karena
Ibu M yang merupakan istri Bp. Y juga adalah seorang kader puskesmas yang
menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat.
b. Mobilitas geografis keluarga
Rumah merupakan milik pribadi yang telah dibangun sekitar 10 tahun yang
lalu. Keluarga mengguanakan mobil dan sepeda motor untuk aktivitasnya.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga aktif berhubungan sosial dengan masyarakat, mengikuti kegiatan
yang ada di masyarakat. Ibu M merupakan salah satu Kader puskesmas yang
aktif bersama masyarakat.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Bp. Y dan istrinya mempunyai keluarga besar yang sewaktu-waktu bisa
dimintai bantuan bila dibutuhkan. Keluarga Bp. Y mengetahui pentingnya
kesehatan, namun keluarga Bp. Y tidak sering pergi kepelayanan kesehatan.
Bp. Y dan Ibu M mempunyai kartu kesehatan. Pada saat wawancara Bp. Y
dan Ibu M mengatakan jika mereka sakit, maka mereka akan meminta bantuan
keluarga dan tetangga untuk mengobatinya, lalu membawa kepelayanan
kesehatan.
E. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga berkomunikasi secara langsung. Keluarga menyatakan bahwa
selama ini tidak ada masalah komunikasi dalam keluarga mereka, bila ada
masalah selalu langsung dibicarakan. Komunikasi intens terjadi antara seluruh
anggota keluarga. Ny M dan anak-anaknya juga sering menceritakan
masalahnya untuk dipecahkan bersama dengan anggota keluarga lainnya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Pengambil keputusan dalam rumah adalah Bp. Y sebagai kepala keluarga.
Jika ada masalah tentang keuangan, kebutuhan yang belum tercukupi, dan
masalah lainnya dibicarakan secara bersama-sama dan dimusyawarahkan.
c. Struktur Peran (formal dan informal)
Bp. Y berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan dalam keluarga. Ny M yang mengatur pengeluaran keluarga dan
memasak serta mengatur kebutuhan keluarga.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai yang digunakan dalam keluarga ini adalah nilai-nilai Islam dan
Minang yang memang diaplikasikan oleh sebagian besar penduduk. Nilai ini
dianut secara sadar oleh keluarga dan keluarga menganggapnya penting.
Tidak ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga. Keluarga menganggap
kesehatan sangatlah penting.
F. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Keluarga Bp. Y berusaha saling memberikan perhatian, memlihara hubungan
baik antar anggota keluarga, saling menyayangi menghormati dan bila ada
anggota keluarga yang membutuhkan maka anggota keluarga yang lain akan
berusaha membantunya. Keluarga juga mendukung apa yang dilakukan
anakanaknya selama itu tidak melanggar etika dan sopan santun
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi antar anggota keluarga dapat terjalin dengan baik. Hal ini disebabkan
karena setiap anggota keluarga berusaha untuk memenuhi aturan yang ada
misalnya, saling menghormati, menghargai dan menerapkan sopan santun
dalam berprilaku. Keluarga juga menekankan perlunya berinteraksi dengan
oran lain.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Mengenal masalah: saat wawancara diketahui bahwa Ibu M sering
mengalami nyeri di lutut bagian kaki sebelah kanan dan kiri, nyeri
punggung, nyeri pinggang dan kebas di telapak tangan kiri. Keluarga
tidak mengetahui tentang kondisi Ibu M yang sering mengalami nyeri
sendi, keluarga juga tidak mengetahui tanda dan gejala, penyebab, dan
komplikasi yang akan terjadi kepada Ibu M.
Kesimpulan: Keluarga tidak mengenal masalah kesehatan yang
dialami oleh anggota keluarganya, yaitu Nyeri sendi atau osteoarthritis
pada Ibu M
Mengambil keputusan: Ibu M mengatakan bahwa nyeri sendi yang
diderita oleh dirinya adalah suatu hal yang biasa terjadi. Ibu M merasa
tidak perlu diperikasa kepelayanan kesehatan karena Ibu M merasa
sakit yang dideritanya normal karena aktivitas fisiknya yang banyak.
Ketika sakit Ibu M akan memberitahu Bp. Y tentang kondisinya lalu
Bp. Y dan Ibu M bersama-sama akan mengambil keputusan apakah
akan yang dilakukan dengan kondisi Ibu M.
Ibu M mengatakan Bp. Y juga merupakan seorang perokok aktif.
Dalam satu hari Bp. Y dapat menghabiskan lebih kurang 1-2 bungkus
rokok, apalagi jika Bp. Y harus pergi berdagang keluar daerah dan
meyetir mobil. Keluarga mengetahui jika merokok itu berbahaya,
sebelumnya sudah diingatkan kepada Bp. Y tentang bahaya merokok
tetapi Bp. Y belum bisa berhenti merokok.
Keluarga mengatakan jarang berolahraga.
Kesimpulan: Keluarga belum dapat mengambil keputusan pengobatan
untuk Ibu M, dan keputusan untuk mengubah kebiasan Bp. Y untuk
menghentikan kebiasaan Merokok.
Merawat anggota keluarga yang sakit: Keluarga Bp. Y mengatakan
tidak begitu banyak tahu tentang bagaimana merawat penyakit
keluarganya terutama ibu M yang mengalami nyeri sendi, biasanya Ibu
M hanya beristirahat untuk mengatasi nyeri sendi nya. keluarga Ibu M
biasanya membawa anggota keluarga yang sakit berobat ke Puskesmas
atau Rumah sakit
Kesimpulan : Keluarga Bp. Y tidak mampu merawat anggota keluarga
yang sakit, yaitu Ibu M
Memelihara/memodifikasi lingkungan: Rumah keluarga Bp. Y cukup
bersih, ventilasi dan pencahayaan cukup memadai terbukti rumah
tampak terang karena Ibu M sering membuka pintu samping. Luas
rumah memadai untuk jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal.
Selain itu, WC terletak didalam rumah dan mempunyai saluran
pembuangan air limbah
Kesimpulan : Keluarga Bp. Y mampu memodifikasi lingkungan.
Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada: Keluarga Bp. Y sudah
mengetahui bahwa harusnya jika sakit mereka dibawa ke puskesmas
atau Rumah Sakit namun Ibu M belum pernah memeriksakan kondisi
nya ke pelayanan kesehatan, menurut keluarga Bp. Y sakit yang
diderita Ibu M adalah sakit biasa.
Kesimpulan : Keluarga Bp. Y belum sepenuhnya memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan pada
Ibu M.
d. Fungsi reproduksi
Ibu M belum memasuki masa menopause dan Ibu M menggunakan KB, Bp. Y
dan Ibu M masih dalam kategori produktif
e. Fungsi ekonomi
Pembiayaan rumah tangga ditanggung oleh Bp. Y sebagai kepala keluarga
dan pencari nafkah, keluarga Bp. Y memiliki penghasilan yang mencukupi
untuk memnuhi segala kebutuhan keluarga.
2. Kulit, rambut Kulit sawo matang, Kulit sawo matang, Kulit sawo Kulit sawo
dan kuku. rambut sebagian sudah tidak ada lesi, rambut matang, rambut matang, rambut
beruban kebersihan baik. belum beruban, hitam, kebersihan hitam, kebersihan
Kuku tidak panjang dan kebersihan baik. Kuku baik. Kuku tidak baik. Kuku tidak
tidak kotor tampak bersih dan panjang panjang
tidak panjang
3. Kepala dan leher Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada Tidak ada
dikepala, kemampuan dikepala, Tidak ada lesi dikepala, Tidak lesi dikepala, Tidak
melihat masih baik Tidak pembesaran JVP, ada pembesaran JVP, ada pembesaran
ada pembesaran JVP, tidak ada tidak ada pembesaran JVP, tidak ada
tidak ada pembesaran pembesaran tiroid tiroid pembesaran tiroid
tiroid
4. Thoraks dan Tidak ada retraksi, suara Tidak ada retraksi, Tidak ada Tidak ada
paru nafas vesikuler, tidak ada suara nafas vesikuler, retraksi, suara nafas retraksi, suara nafas
ronchi dan wheezing tidak ada ronchi dan vesikuler, tidak ada vesikuler, tidak ada
Tidak ada retraksi wheezing ronchi dan wheezing ronchi dan wheezing
5. Abdomen Tidak ada masa di Tidak ada masa di Tidak ada masa di Tidak ada masa di
abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada
Data Obyektif
Tampak puntung rokok dan abu
rokok di asbak ruang tamu
SKALA PRIORITAS MASALAH
Masalah 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
Total 4
Masalah 2 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah anggota keluarga yang sakit
kriteria bobot perhitungan pembenaran
Sifat Masalah : Aktual 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga
mengatakan masih
bingung tentang
penyakit yang
dialami Ibu M.
Keluarga
mengatakan tidak
mengatahui
bagaimana cara
merawat Ibu M
yang sering
mengalami nyeri
Kemungkinan masalah 2 2x2=1 Dengan latar belakang
dapat diubah : 2 keluarga yang
berpendidikan dan
usia keluarga yang
masih produktif maka
dapat dilakukan
pendidikan kesehatan
tentang penyakit yang
dialami Ibu M
Kemungkinan Masalah 2 2/3 x 1 = 2/3 Ibu M mengatakan
Dapat dicegah : Cukup sudah agak
mengurangi
aktivitasnya jika nyeri
sendi nya muncul
Menonjolnya Masalah : 1 ½x1=½ Ibu M mengatakan
Segera nyeri sendi dapat
mengganggu
aktivitasnya
Total 2
3
3
Masalah 3 : Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat Masalah : Resiko 1 2/3 x 1 = 2/3 keluarga mengatakan
tidak baik merokok
tapi tidak bisa
menghentikannya
Kemungkinan masalah 2 0/2 x 2 = 0 Keluarga tahu bahaya
dapat diubah : Sulit merokok namun tidak
bisa berhenti merokok
Total 1
3 Perilaku kesehatan Tujuan Umum: 1. Keluarga mampu mengenal Modifikasi Perilaku (4360)
cenderung beresiko Setelah dilakukan tindakan dan melakukan pencegahan 1. Tentukan motivasi klien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 X penyakit terhadap perubahan perilaku
ketidakmampuan keluarga pertemuan diharapkan
mengambil keputusan Keluarga mampu 2. Keluarga mampu 2. Bantu klien untuk dapat
(00188) mengenal masalah mendiskusikan keputusan mengidentifikasi kekuatan
Domain 1 Promosi kesehatan akibat merokok yang akan di ambil, dirinya dan menguatkannya
Kesehatan dan keluarga mampu mengetahui apa akibat dari
Kelas 2 : Manajemen mengambil keputusan keputusan yang di ambil 3. Dukung untuk mengganti
Kesehatan untuk melakukan kebiasaan yang tidak
perubahan perilaku 3. Keluarga berkemauan untuk diinginkan dengan kebiasaan
anggota keluarga yang mengunjungi fasilitas yang diinginkan
merokok kesehatan yang sudah
tersedia. 4. Berikan umpan balik terkait
dengan perasaan saat klien
Tujuan Khusus:
tampak bebas dari gejala-
TUK 1 : keluarga mampu
gejala dan terlihat rileks
mengambil keputusan
dengan indikator: 5. Pilah-pilah perilaku menjadi
a. Kepercayaan mengenai bagian-bagian kecil untuk
kesehatan: kontrol yang dirubah menjadi unit perilaku
diterima (1702) yang terukur (misalnya:
berhenti merokok, jumlah
b. Perilaku promosi
rokok yang dihisap)
kesehatan (1602)
- Menggunakan
perilaku yang Dukungan pengambilan
menghindari resiko keputusan (5250)
1. Tentukan apakah terdapat
- Memonitor
perbedaan antara pandangan
lingkungan terkait
keluarga dan pandangan
dengan resiko
penyedia perawatan kesehatan
- Melakukan mengenai kondisi klien
perilaku secara
2. Bantu keluarga
rutin
mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian dari setiap
alternatif pilihan
3. Berikan informasi sesuai
permintaan keluarga
O:
- Ibu M tampak senang ketika datang.
- Ibu M tampak masih bingung dengan gerakan
stertching bagian lutut dan punggung yang
diajarkan.
- Ibu M tampak sudah hafal dan ingat gerakan
stertching untuk tangan dan leher