Anda di halaman 1dari 68

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny.M Dengan Masalah Utama: Nyeri Sendi
Osteoarthritis dengan Pemberian Teknik Stretching Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Sendi di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaruyung Tahun 2019

OLEH:

Puteri Dianti
Nim: 1814901695

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES PERINTIS PADANG
TAHUN. 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kualitas hidup adalah komponen kebahagiaan dan kepuasan terhadap kehidupan.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi seperti keuangan, keamanan, atau

kesehatan (Fayer dan Machin, 2007). World Health Organization (WHO) (2004)

mendefinisikan kualitas hidup merupakan persepsi individu dimana berhubungan

dengan standard hidup, harapan, kesenangan dan perhatian mereka mencakup

kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan

kepada karakteristik lingkungan mereka termasuk mengevaluasi aspek positif dan

negatif dari suatu kehidupan (Skevington et. al, 2004). Salah satu instrumen penilaian

kualitas hidup dengan menggunakan Medical Outcomes Study 36- Item Short Form

Health Survey (SF-36). SF-36 merupakan kuesioner yang berisi pertanyaan sebanyak

36 poin meliputi 8 aspek fungsi fisik, nyeri, keterbatasan peran, emosional, fungsi

sosial, energi/kelelahan, dan persepsi kesehatan umum (Angst et. al, 2003).

Semua manusia suatu saat pasti akan mengalami proses penuaan dan penurunan

fungsi kesehatan. Salah satu perubahan kondisi fisik karena perjalanan usia adalah

pada sistem muskuloskeletal yaitu gangguan pada persendian yang merupakan

penyakit yang sering dijumpai yang sangat erat hubungannya dengan proses menua

dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Selain faktor usia, banyak hal yang

mempengaruhi munculnya nyeri sendi, seperti gaya hidup yang tidak sehat, pola

makan, dan jarang melakukan olahraga, sehingga penyakit nyeri sendi ini tidak

dialami oleh lansia saja, bisa dialami oleh orang dewasa yang rentang usia nya masih

belum memasuki rataf lansia (Kurnia, 2015).


Masalah umum yang dialami oleh penderita nyeri sendi adalah perilaku dalam

mencegah terjadinya nyeri sendi. Banyak yang menganggap nyeri sendi adalah hal

yang sepele. Mereka tidak memperhatikan gaya hidupnya, seperti pola makan, latihan

fisik yang tepat atau rutin melakukan olah raga dan menjaga berat badan agar tetap

ideal, bahkan kebanyakan dari mereka khususnya laki-laki masih banyak yang

merokok, sehingga banyak dari mereka mengalami nyeri sendi (Sapnudin, 2015).

Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun kemunculan dan

keparahan masih bisa dicegah dengan beberapa langkah perubahan pada gaya hidup,

diantaranya perubahan pada gaya hidup olahraga, dan pola makan yang tepat (Kurnia,

2015)

Kelainan sendi yang paling sering diderita adalah Osteoartritis dibandingkan

dengan jenis kelainan sendi yang lain (Loeser & Richard, 2011). Diketahui bahwa

penyakit osteoartritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24

juta dikawasan Asia Tenggara. Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum

diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang

rawan sendi secara bertingkat (WHO, 2007).

Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini

bersifat kronik, berjalan progresif, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya

pengikisan rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan sendi.

Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki terutama

ditemukan pada orang-orang berusia lebih dari 45 tahun. Osteoartritis paling

sering ditemukan pada penderita usia lanjut, tetapi juga banyak ditemukan pada

individu yang memiliki poster tubuh gemuk (Chen et al., 2016), mantan olahragawan,

penderita tirah baring lama, faktor genetik (Zhang & Jordan, 2011). Penyakit ini
pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens

bertambah dengan meningkatnya usia (Price and Wilson, 2006)

Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga

mengganggu aktivitas sehari-hari. (Murphy and Drace, 2003). Menurut Arthritis

Reseach UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi setiap sendi. Sendi lutut adalah

lokasi yang paling umum pada tubuh terkena osteoartritis, diikuti dengan pinggul.

Handono (2013), menambahkan gejala khas dari penyakit osteoartritis berupa

nyeri pada persendian. Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai

dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya

gangguan gerak. Pada keadaan ini klien akan sangat terganggu, apabila lebih

dari satu sendi yang terserang.

Berdasarkan National Institute of Arthritis, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang

dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoartritis (Kats, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, osteoartritis merupakan

penyakit muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Prevalensi osteoartritis lutut di

dunia yaitu sebesar 3.8% dan osteoartritis pinggul sebesar 0.85. WHO juga

mengungkapkan bahwa prevalensi nyeri rematik di beberapa negara Asean adalah,

26.3% Bangladesh, 18.2% India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan

14.9% Vietnam.

Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling banyak ditemui

dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya. Prevalensi penyakit sendi di Indonesia

mencapai 34,4 juta orang dengan perbandingan penyakit sebesar 15,5% pada pria dan

12,7% pada wanita. Prevalensi data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun

2013 menunjukkan, sebanyak 11,5% penduduk Indonesia menderita penyakit nyeri


sendi OA. Prevalensi penyakit sendi di Sumatera Barat juga cukup tinggi hingga

mencapai 30,9%..

Penyebab primer dari Osteoarthritis masih belum dapat diketahui secara pasti

namun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan yaitu: usia, jenis kelamin,

genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik serta faktor lainnya (Dolenio,

2014). Berat badan biasanya dikaitkan dengan pemicu timbulnya Osteoarthritis.

Obesitas meningkatkan beban sendi bertambah sehingga resultan gaya akan

bergeser ke medial. Gejala dan tanda Osteoarthritis adalah nyeri sendi, hambatan

gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, deformitas, pembengkakan sendi yang

asimetris, tanda-tanda peradangan, perubahan gaya berjalan (Dolenio, 2014)

Nyeri pada persendian akan berdampak pada keterbatasan mobilitas klien

tetapi dikhawatirkan akan terjadi hal yang paling ditakuti apabila nyeri tidak

tertangani dengan baik yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan

gangguan aktivitas hidup sehari-hari (Lukman & Ningsih, 2012). Sehingga

dibutuhkan perawatan dan penatalaksanaan untuk mengatasi nyeri tersebut.

Upaya untuk mengatasi nyeri sendi dapat dilakukan dengan farmakologi

maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi

Non Steroid) yang dikonsumsi oleh penderita OA, dikhawatirkan akan

menganggu sistem organ yang lain seperti pencernaan dan ginjal, sehingga

dibutuhkan terapi pendukung lain seperti terapi non Farmakologis. Salah satu

terapi non-farmakologi dapat dilakukan latihan stretching. Stretching merupakan

suatu aktivitas meregangkan otot untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan

jangkauan gerakan persendian.

Perawatan untuk klien dengan nyeri sendi tidak terlepas dari peran keluarga.

Peran keluarga sesuai dengan tuga-tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah
mengenal masalah kesehatan, Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga,

Memberikan perawatan pada keluarga yang sakit, Memodifikasi lingkungan keluarga

untuk menjamin kesehatan keluarga, Menggunakan pelayanan kesehatan. salah satu

tugas keluarga adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu

muda. Peran keluarga tersebut meliputi mengingatkan/memonitor waktu minum obat,

mengontrol persediaan obat, mengantarkan penderita kontrol, memisahkan alat-alat

penderita dengan anggota keluarga lain, meningkatkan kesehatan lingkungan

penderita, dan pemenuhan kebutuhan psikologis agar penderita tidak merasa terisolir

dalam lingkungannya (Friedman, 1998).

Peran yang besar dari keluarga sangat diperlukan sebagai orang terdekat dan

sebagai orang yang mengetahui keadaan penderita untuk berupaya merawat dengan

sebaik mungkin dan bahkan dapat membuat penderita menjadi mandiri. Peran

keluarga secara informal adalah sebagai motivator, edukator, dan fasilitator. Sebuah

keluarga harus bisa menjadi penyemangat bagi anggota keluarga lainnya untuk bisa

menjalani hidup dengan baik, selain itu keluarga juga harus bisa memberikan

informasi kesehatan yang tepat sehingga anggota keluarga dapat mengetahui mana

hal yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Keluarga juga harus bisa membimbing,

membantu, serta memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Fungsi pemeliharaan

keluarga yang pada dasarnya memiliki kewajiban untuk memelihara anggota

keluarganya yang sedang sakit. (Departemen Sosial RI, 2008)

Masalah yang sering terjadi didalam keluarga dalam merawat klien

Osteoarthritis atau nyeri sendi adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang

penyakit Osteoarthritis atau nyeri sendi dan kurangnya kemampuan dalam menjaga
dan merawat klien dengan Osteoarthritis atau nyeri sendi, maka untuk mengatasi

masalah tersebut diperlukan peran perawat dan peran keluarga.

Peran perawat dalam melakukan kesehatan keluarga adalah sebagai pendidik,

memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar dapat menjalankan asuhan

kesehatan keluarga dsecara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah

kesehatan keluarga , konsultan sumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah

kesehatan amak hubungan keluarga dan perawat harus dibina dengan baik perawat

harus bersikap terbuka dan bisa dipercaya, pengawas kesehatan melakukan kunjungan

rumah secara teratur untuk mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga pelaksana

perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah maupun dirumah sakit

bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. (Muhlisin, 2012).

Saat ini terdapat beberapa penelitian tentang efektivitas pemberian terapi non

farmakologis Stretching terhadap penurunan intensitas nyeri sendi pada klien

Osteoarthritis, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Edwina dan Fenti pada

tahun 2019 tentang “Pengaruh Stretching Exercise Terhadap Penurunan Skala Nyeri

Sendi Lutut Pada Klien Osteoartrtis” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

stretching exercise terhadap penurunan skala nyeri sendi lutut pada klien Osteoartritis.

Pemberian latihan stretching secara otomatis akan melatih kekuatan otot panggul

dan kemudian otot menjadi kuat dan lentur sehingga nyeri akibat spasme otot

dapat ditekan sedemikian rupa.

The Crossfit Journal Article (2006) mengemukakan bahwa stretching sangat

efektif dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan sendi sehingga dapat

memberikan efek penurunan atau hilangnya rasa nyeri sendi pada lansia. Latihan

ini juga dapat meningkatkan aliran darah, juga memperkuat tulang. Latihan

peregangan (stretching) dapat meningkatkan range of motion(ROM) secara aktif


maupun pasif memberikan manfaat dalam memperbaiki dan mempertahankan

mobilitas sendi (Lee & Wong, 2015

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cut Rahmiati tahun 2014 tentang

Efektivitas Stretching terhadap Penurunan Nyeri sendi lutut Pada Lansia didapatkan

hasil penelitian terjadi penurunan tingkat nyeri sesudah dilakukan stretching,

dengan demikian maka stretching dapat digunakan sebagai salah satu terapi

alternatif untuk mengurangi rasa nyeri sendi, terutama nyeri sendi lutut pada lansia.

Penelitian oleh Safun Rahmanto Pada tahun 2013 tentang efektifitas program

stretching exercise, kinesthesia exercise dan balance Exercise tungkai bawah terhadap

penurunan nyeri dan peningkatan rom klien osteoarthritis juga menunjukkan bahwa

stretching exercise efektif dalam menurunkan nyeri klien OA dan efektif pula dalam

meningkatkan ROM.

Berdasarkan fenomena yang didapatkan dilapangan, sering dijumpai di

lapangan adalah perawat seolah hanya terfokus pada intervensi farmakologinya

saja padahala penggunakan obat-obatan OAINS terlalu sering dikhawatirkan akan

menganggu sistem organ yang lain seperti pencernaan dan ginjal, beberapa klien

juga mengeluh sudah capek untuk selalu minum obat karena merasa tidak kunjung

sembuh.

Dari hasil studi pendahuluan ini juga didapatkan di wilayah kerja Puskesmas

Pagaruyung belum pernah dilakukan penatalaksanaan non farmakologi seperti

Stretchinf untuk mengurangi gangguan nyeri sendi lutut pada klien osteoartritis.

karena belum adanya di terapkan di lapangan penulis ingin mencoba menerapakan

terapi Stretching untuk menurunkan intensitas nyeri sendi pada klien Osteoarthritis.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar masalah di atas, maka dapat di rumuskan masalah “Bagaimana

Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny.M Dengan Masalah Utama: Nyeri Sendi

Osteoarthritis dengan Pemberian Teknik Stretching Terhadap Penurunan Intensitas

Nyeri Sendi”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah Osteoarthritis Pada

Ny.M Dengan Pemberian Teknik Stretching Terhadap Penurunan Intensitas

Nyeri Sendi Osteoarthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaruyung Tahun

2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsep tentang Osteoarthritis atau nyeri sendi dan

penatalaksanaannya melalui penerapan Stretching

2. Melakukan pengkajian pada Ny.M di Wilayah kerja Puskesmas Pagaruyung

Batusangkar tahun 2019.

3. Menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada Ny.M dengan Pemberian

Teknik Stretching Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Sendi Osteoarthritis.

4. Merencanakan intervensi keperawatan keluarga pada Ny.M dengan Pemberian

Pemberian Teknik Stretching Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Sendi

Osteoarthritis.

5. Melakukan implementasi keperawatan keluarga pada Ny.M dengan Pemberian

teknik Pemberian Teknik Stretching Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Sendi

Osteoarthritis.
6. Melakukan evaluasi pada Ny.M dan keluarga dengan Pemberian Pemberian

Teknik Stretching Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Sendi Osteoarthritis.

7. Mengevaluasi keefektifan penerapan Stretching Terhadap Penurunan Intensitas

Nyeri Sendi Osteoarthritis.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi klien dan keluarga

Sebagai sumber informasi bagi klien dan keluarga tentang osteoarthritis dan

penerapan teknik Stretching untuk menurunkan nyeri sendi osteoarthritis.

1.3.2 Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan keluarga

tentang penerapan teknik Stretching untuk menurunkan nyeri sendi

osteoarthritis.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan intervensi pada klien dengan

penerapan teknik Stretching untuk menurunkan nyeri sendi osteoarthritis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Osteoarthritis

2.1.1 Pengertian

Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang

berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi (Koentjoro, 2010). Osteoartritis (OA)

merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang melibatkan kartilago, lapisan sendi,

ligamen, dan tulang sehingga menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi (CDC, 2014).

Dalam Perhimpunan Reumatologi Indonesia Osteoartritis secara sederhana didefinisikan

sebagai suatu penyakit sendi degeneratif yang terjadi karena proses inflamasi kronis pada

sendi dan tulang yang ada disekitar sendi tersebut (Hamijoyo, 2007).

American College of Rheumatology (2011) mengartikan osteoarthritis sebagai

sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Penyakit

ini ditandai oleh adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru yang

irreguler pada permukaan persendian. Nyeri merupakan gejala khas pada sendi yang

mengalami osteoarthritis. Rasa nyeri semakin berat bila melakukan aktivitas dengan

penggunaan sendi dan rasa nyeri diakibatkan setelah melakukan aktivitas dengan

penggunaan sendi dan rasa nyeri semakin ringan dengan istirahat (Sumual, 2012).

2.1.2 Etiologi

Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibagi menjadi dua, yaitu OA primer dan OA

sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang mana penyebabnya tidak diketahui

dan tidak ada hubunganya dengan penyakit sistemik, inflamasi ataupun perubahan lokal

pada sendi, sedangkan OA sekunder merupakan OA yang ditengarai oleh faktor-faktor

seperti penggunaan sendi yang berlebihan dalam aktifitas kerja, olahraga berat, adanya
cedera sebelumnya, penyakit sistemik, inflamasi. OA primer lebih banyak ditemukan

daripada OA sekunder (Davey,2006).

2.1.3 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang telah diteliti sebagai faktor risiko osteoarthritis lutut antara lain

usia lebih dari 50 tahun, jenis kelamin perempuan, ras / etnis, genetik, kebiasaan

merokok, konsumsi vitamin D, obesitas, osteoporosis, diabetes melitus, hipertensi,

hiperurisemi, histerektomi, menisektomi, riwayat trauma lutut, kelainan anatomis,

kebiasaan bekerja dengan beban berat, aktivitas fisik berat dan kebiasaan olah raga

(Wahyuningsih,2009). Terjadi peningkatan dari angka kejadian osteoarthritis selama atau

segera setelah menopause karena faktor hormon seks (Sheikh,2013).

Menurut Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal yang disusun oleh Helmi tahun

2012, terdapat beberapa faktor resiko yang terdiri dari :

1) Peningkatan usia.

Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita

osteoarthritis yang berusia di bawah 40 tahun. Usia rata−rata laki yang

mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan puncaknya

pada usia 55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan puncaknya pada usia

65 – 74 tahun. Presentase klien dengan osteoarthritis berdasarkan usia di RSU

dr. Soedarso menunjukan bahwa pada usia 43-48 tahun (13,30%), usia 49- 54

tahun (16,06%), dan usia 55- 60 tahun meningkat (27,98%) (Arissa, 2012).

2) Obesitas.

Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang bekerja

dengan lebih berat, diduga memberi andil pada terjadinya osteoarthritis. Setiap

kilogram penambahan berat badan atau masa tubuh dapat meningkatkan beban

tekan lutut sekitar 4 kilogram. Dan terbukti bahwa penurunan berat badan
dapat mengurangi resiko terjadinya osteoarthritis atau memperparah keadaan

steoarthritis lutut (Meisser, 2005).

3) Jenis kelamin wanita.

Angka kejadian osteoartritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih tinggi

pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu sebanyak 149 klien

dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai persentase sebesar 31,33%

yaitu sebanyak 68 klien (Arissa, 2012).

4) Riwayat trauma.

Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh seperti sendi

pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi. Trauma lutut

yang akut termasuk robekan terhadap ligamentum krusiatum dan meniskus

merupakan faktor timbulnya osteoartritis lutut (Wahyuningsih, 2009).

5) Riwayat cedera sendi.

Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat menjadi

faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi

osteoarthritis dan berkaitan pula dengan perkembangan dan beratnya

osteoarthritis (Sudoyono,2009)

6) Faktor genetik.

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi

dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang

rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan berperan dalam timbulnya

kecenderungan familial pada osteoartritis (Wahyuningsih, 2009).

7) Kelainan pertumbuhan tulang


Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti penyakit

perthes dan dislokasi kongenitas tulang paha dikaitkan dengan timbulnya

osteoarthrtitis paha pada usia muda (Sudoyono, 2009)

8) Pekerjaan dengan beban berat.

Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10 tahun dan

kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko dari osteoarthritis

lutut (Maharani, 2007). Dan orang yang mengangkat berat beban 25 kg pada

usia 43 tahun, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya osteoarthritis

dan akan meningkat tajam pada usia setelah 50 tahun (Martin, 2013).

9) Tingginya kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya osteoarthritis, hal ini mungkin terjadi akibat

tulang yang lebih padat atau keras tak membantu mengurangi benturan beban

yang diterima oleh tulang rawan sendi (Sudoyono, 2009).

10) Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan.

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada

sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut.

Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi

yang menanggung beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga

terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut

antara lain penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi

(Wahyuningsih, 2009).

2.1.4 Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gabungan gejala klinik dan

perubahan radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan, oleh karena tidak semua klien

dengan perubahan radiografi osteoarthritis mempunyai keluhan pada sendi. Terdapat 4

kelainan radiografi utama pada osteoarthritis, yaitu: penyempitan rongga sendi,

pengerasan tulang bawah rawan sendi, pembentukan kista di bawah rawan sendi dan

pembentukan osteofit, sendi yang dapat terkena osteoarthritis antara lain:

1) Osteoarthritis sendi lutut.

2) Osteoarthritis sendi panggul.

3) Osteoarthritis sendi-sendi kaki.

4) Osteoarthritis sendi bahu.

5) Osteoarthritis sendi-sendi tangan.

6) Osteoarthritis tulang belakang (Nur, 2009).

Namun ada pula yang membagi klasifikasi osteoarthritis berdasarkan primer dan

sekunder. Pembagian osteoarthritis berdasarkan patogenesisnya dibagi menjadi

osteoarthritis primer yang disebut juga osteoarthritis idiopatik adalah osteoarthritis yang

kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun

proses perubahan lokal pada sendi. Sedangkan osteoarthritis sekunder adalah

osteoarthritis yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,

pertumbuhan dan imobilisasi yang lama. osteoarthritis primer lebih sering ditemukan dari

pada osteoarthritis sekunder (Arissa, 2012)

2.1.5 Patofisiologi

OA terjadi karena degradasi pada rawan sendi, remodelling tulang, dan inflamasi.

Terdapat 4 fase penting dalam proses pembentukan osteoartritis yaitu fase inisiasi, fase

inflamasi, nyeri, fase degradasi.


1) Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi berupaya

melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami replikasi dan

memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu

polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel,

faktor tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormon,

transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors (CSFs).

Faktor-faktor ini menginduksi khondrosit untuk mensintesis asam deoksiribo

nukleat (DNA) dan protein seperti kolagen dan proteoglikan. IGF-1 memegang

peran penting dalam perbaikan rawan sendi.

2) Fase inflamasi : Pada fase inflamasi sel menjadi kurang sensitif terhadap IGF-1

sehingga meningkatnya pro-inflamasi sitokin dan jumlah leukosit yang

mempengaruhi sendi. IL-1(Inter Leukin-1) dan tumor nekrosis faktor-α (TNF-α)

mengaktifasi enzim degradasi seperti collagenase dan gelatinase untuk membuat

produk inflamasi pada osteoartritis. Produk inflamasi memiliki dampak negatif

pada jaringan sendi, khususnya pada kartilago sendi, dan menghasilkan kerusakan

pada sendi.

3) Fase nyeri: Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan

penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan penumpukan trombus

dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral sehingga menyebabkan

terjadinya iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini mengakibatkan lepasnya

mediator kimia seperti prostaglandin dan interleukin yang dapat menghantarkan

rasa nyeri. Rasa nyeri juga berupa akibat lepasnya mediator kimia seperti kinin

yang dapat menyebabkan peregangan tendo, ligamen serta spasme otot-otot. Nyeri

juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf
yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intramedular

akibat stasis vena pada pada proses remodelling trabekula dan subkondrial.

4) Fase degradasi : IL-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi yaitu

meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi. Peran makrofag

didalam cairan sendi juga bermanfaat, yaitu apabila terjadi jejas mekanis, material

asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs akan memproduksi sitokin aktifator

plasminogen (PA). Sitokin ini akan merangsang khondrosit untuk memproduksi

CSFs. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks rawan sendi. Faktor

pertumbuhan dan sitokin membawa pengaruh yang berlawanan selama

perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks

rawan sendi sedangkan faktor pertumbuhan merangsang sintesis (Sudoyo et. al,

2007).

2.1.6 Manifestasi Klinis

OA dapat mengenai sendi-sendi besar maupun kecil. Distribusi OA dapat mengenai

sendi leher, bahu, tangan, kaki, pinggul, lutut.

1) Nyeri : Nyeri pada sendi berasal dari inflamasi pada sinovium, tekanan pada

sumsum tulang, fraktur daerah subkondral, tekanan saraf akibat osteofit, distensi,

instabilnya kapsul sendi, serta spasme pada otot atau ligamen. Nyeri terjadi ketika

melakukan aktifitas berat. Pada tahap yang lebih parah hanya dengan aktifitas

minimal sudah dapat membuat perasaan sakit, hal ini bisa berkurang dengan

istirahat.

2) Kekakuan sendi : kekakuan pada sendi sering dikeluhkan ketika pagi hari ketika

setelah duduk yang terlalu lama atau setelah bangun pagi. - Krepitasi : sensasi

suara gemeratak yang sering ditemukan pada tulang sendi rawan.


3) Pembengkakan pada tulang biasa ditemukan terutama pada tangan sebagai nodus

Heberden (karena adanya keterlibatan sendi Distal Interphalangeal (DIP)) atau

nodus Bouchard (karena adanya keterlibatan sendi Proximal Phalangeal (PIP)).

Pembengkakan pada tulang dapat menyebabkan penurunan kemampuan

pergerakan sendi yang progresif.

4) Deformitas sendi : klien seringkali menunjukkan sendinya perlahan-lahan

mengalami pembesaran, biasanya terjadi pada sendi tangan atau lutut (Davey,

2006).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Untuk menentukan diagnostik OA selain melalui pemeriksaan fisik juga diperlukan

pemeriksaan penunjang seperti radiologis dan pemeriksaan laboratorium. Foto polos

dapat digunakan untuk membantu penegakan diagnosis OA walaupun sensivitasnya

rendah terutama pada OA tahap awal. USG juga menjadi pilihan untuk menegakkan

diagnosis OA karena selain murah, mudah diakses serta lebih aman dibanding sinar-X,

CT-scan atau MRI (Amoako dan Pujalte, 2014).

Setiap sendi yang menyangga berat badan dapat terkena osteoartritis, seperti

panggul, lutut, selain itu bahu, tangan, pergelangan tangan, dan tulang belakang juga

sering terkena. Gambaran radiologi OA sebagai berikut:

1) Pembentukan osteofit: pertumbuhan tulang baru (semacam taji) yang

terbentuk di tepi sendi.

2) Penyempitan rongga sendi : hilangnya kartilago akan menyebabkan

penyempitan rongga sendi yang tidak sama.

3) Badan yang longgar : badan yang longgar terjadi akibat terpisahnya

kartilago dengan osteofit.


4) Kista subkondral dan sklerosis: peningkatan densitas tulang di sekitar sendi

yang terkena dengan pembentukan kista degeneratif.

Bagian yang sering terkena OA

1) Lutut : Sering terjadi hilangnya kompartemen femorotibial

a. pada rongga sendi. Kompartemen bagian medial merupakan penyangga

b. tubuh yang utama, tekanannya lebih besar sehingga hampir selalu

menunjukkan penyempitan paling dini.

2) Tulang belakang :

a. Terjadi penyempitan rongga diskus

b. Pembentukan tulang baru (spuring/pembentukan taji) antara vertebra yang

berdekatan sehingga dapat menyebabkan keterlibatan pada akar syaraf

atau kompresi medula spinalis.

c. Sklerosis dan osteofit pada sendi-sendi apofiseal invertebrata.

3) Panggul :

a. Penyempitan pada sendi disebabkan karena menyangga berat badan yang

terlalu berat, sehingga disertai pembentukan osteofit femoral dan

asetabular.

b. Sklerosis dan pembentukan kista subkondral

c. Penggantian total sendi panggul menunjukkan OA panggul yang sudah

berat.

4) Tangan :

a. Biasanya mengenai bagian basal metakarpal pertama.

b. Sendi-sendi interfalang proksimal ( nodus Bouchard ).

c. Sendi-sendi interfalang distal ( nodus Heberden ) (Patel, 2007).


2.1.8 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pada OA untuk mengurangi tanda dan gejala OA,

meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kebebasan dalam pergerakan sendi, serta

memperlambat progresi osteoartritis. Spektrum terapi yang diberikan meliputi fisioterapi,

pertolongan ortopedi, farmakoterapi, pembedahan, rehabilitasi.

1) Terapi konservatif Terapi konservatif yang bisa dilakukan meliputi edukasi

kepada klien, pengaturan gaya hidup, apabila klien termasuk obesitas harus

mengurangi berat badan, jika memungkinkan tetap berolah raga (pilihan olah raga

yang ringan seperti bersepeda, berenang).

2) Fisioterapi Fisioterapi untuk klien OA termasuk traksi, stretching, akupuntur,

transverse friction (tehnik pemijatan khusus untuk penderita OA), latihan

stimulasi otot, elektroterapi.

3) Pertolongan ortopedi Pertolongan ortopedi kadang-kadang penting dilakukan

seperti sepatu yang bagian dalam dan luar didesain khusus klien OA, ortosis juga

digunakan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi sendi (Michael et.

al, 2010).

4) Farmakoterapi

a. Analgesik / anti-inflammatory agents COX-2 memiliki efek anti inflamasi

spesifik. Keamanan dan kemanjuran dari obat anti inflamasi harus selalu

dievaluasi agar tidak menyebabkan toksisitas. Contoh: Ibuprofen : untuk

efek antiinflamasi dibutuhkan dosis 1200-2400mg sehari. Naproksen :

dosis untuk terapi penyakit sendi adalah 2x250- 375mg sehari. Bila perlu

diberikan 2x500mg sehari.


b. Glucocorticoids Injeksi glukokortikoid intra artikular dapat

menghilangkan efusi sendi akibat inflamasi. Contoh: Injeksi triamsinolon

asetonid 40mg/ml suspensi hexacetonide 10 mg atau 40 mg.

c. Asam hialuronat

d. Kondroitin sulfat

e. Injeksi steroid seharusnya digunakan pada klien dengan diabetes yang

telah hiperglikemia. Setelah injeksi kortikosteroid dibandingkan dengan

plasebo, asam hialuronat, lavage (pencucian sendi), injeksi kortikosteroid

dipercaya secara signifikan dapat menurunkan nyeri sekitar 2-3 minggu

setelah penyuntikan (Nafrialdi dan Setawati, 2007).

5) Pembedahan

a. Artroskopi merupakan prosedur minimal operasi dan menyebabkan rata

infeksi yang rendah (dibawah 0,1%). Klien dimasukkan ke dalam

kelompok 1 debridemen artroskopi, kelompok 2 lavage artroskopi,

kelompok 3 merupakan kelompok plasebo hanya dengan incisi kulit.

Setelah 24 bulan melakukan prosedur tersebut didapatkan hasil yang

signifikan pada kelompok 3 dari pada kelompok 1 dan 2.

b. Khondroplasti : menghilangkan fragmen kartilago. Prosedur ini digunakan

untuk mengurangi gejala osteofit pada kerusakan meniskus.

c. Autologous chondrocyte transplatation (ACT)

d. Autologous osteochondral transplantation (OCT) (Michael et. al, 2010).

2.2. Nyeri

2.2.1 Pengertian
Nyeri merupakan rasa yang sering dikeluhkan oleh klien osteoartritis kepada dokter

pada awal mula datang ke pelayanan kesehatan atau Rumah Sakit. Rasa nyeri merupakan

kunci penting yang menunjukkan arah klien tersebut sedang mengalami

ketidakmampuan. International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan

nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari

kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Melzack, 2009).

Nyeri merupakan ungkapan suatu proses patologik dalam tubuh kita. Nyeri dapat

diungkapkan sebagai rasa kemeng, ngilu, linu, sengal ataupun pegal. Nyeri yang

bersumber pada visera bersifat difus, biasanya berasal dari otot skelet sehingga sering

dinyatakan sebagai rasa pegal, nyeri osteogenik sering dinyatakan sebagai kemeng, linu,

atau ngilu, sedangkan nyeri yang bersumber dari saraf perifer bersifat tajam dan menjalar

(Mardjono dan Sidharta, 2009). Seseorang dengan nyeri OA akan terjadi disfungsi sendi

dan otot sehingga akan mengalami keterbatasan gerak, penurunan kekuatan dan

keseimbangan otot. Sekitar 18% mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam

beraktifitas, kehilangan fungsi kapasitas kerja dan penurunan kualitas hidup (Reis et al,

2014).

2.2.2 Klasifikasi Nyeri

1) Nyeri neuromuskuloskeletal non-neurogenik Nyeri yang dirasakan pada anggota

gerak akibat proses patologik pada jaringan yang dilengkapi dengan serabut nyeri.

Misalnya altralgia yaitu nyeri yang disebabkan karena proses patologik pada

persendian, mialgia merupakan nyeri yang disebabkan proses patologis pada otot,

dan entesialgia merupakan proses patologik yang terjadi akibat proses patologik

di tendon, fasia, jaringan miofasial dan periosteum). Proses patologis tersebut bisa

disebabkan karena adanya bakteri, proses imunologis, non-infeksi atau perdarahan


sehingga menyebabkan inflamasi pada daerah tersebut. Nyeri bisa diungkapkan

dengan ketika dengan penekanan atau ketika anggota tubuh tersebut digerakkan

secara pasif atau aktif.

2) Nyeri neuromuskuloskeletal neurogenik Nyeri yang diakibatkan iritasi langsung

pada serabut saraf sensorik perifer. Ciri khas dari nyeri neurogenik adalah nyeri

menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan dan penjalaran nyeri

berpangkal pada saraf yang terkena. Serabut syaraf sensorik perifer menyusun

rasiks posterior, saraf spinal, pleksus, fasikel dan segenap saraf perifer.

3) Nyeri radikuler Nyeri yang berasal dari radiks posterior. Radiks anterior dan

posterior yang bergabung menjadi satu berkas di foramen intervertebra, berkas ini

dinamakan saraf spinal. Segala bentuk yang merangsang serabut saraf sensorik

dan foramen intervertebra dapat menimbulkan nyeri radikuler, yaitu nyeri yang

terasa pada tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang kawasan radiks yang

bersangkutan. Misalnya pada herpes zooster dirasakan nyeri radikular di T5, nyeri

radikular pada hernia nukleus pulposus (HNP). Selain itu nyeri radikular yang

menjalar sepanjang lengan sering disebut dengan brakialgia, serta nyeri yang

terasa menjalar sepanjang tungkai dinamakan iskialgia (Mardjono dan Sidharta,

2009).

2.2.3 Pengukuran Nyeri

Intensitas nyeri dapat di ukur dengan menggunakan Visual Analog Scales (VAS)

atau menggunakan Numerical Rating Scales (NRS) dalam praktek klinis sehari-hari.

Penelitian sebelumnya menyarankan untuk menggunakan NRS untuk mengevaluasi nyeri

ringan, sedang ataupun nyeri berat. The Brief Pain Inventory (BPI) menyatakan dengan

menggunakan NRS sebagai alat pengukuran nyeri karena NRS melaporkan intensitas
nyeri dan gangguan nyeri. Selain itu Canadian Occupational Performance Measure

digunakan untuk mendeteksi pengaruh terapi yang diberikan kepada klien. Hal ini

mendorong klien secara aktif dalam menjalani intervensi terapi. Instrumen yang meliputi

gambaran nyeri atau kuesioner deskripsi adalah McGill Pain Questionaire (The British

Pain Society’s, 2013).

Western Ontario McMaster Osteoarthritis Index (WOMAC) merupakan kuesioner

spesifik untuk menilai nyeri, kekakuan sendi dan kapasitas fungsi pada klien osteoartritis.

Uji validitas NRS yang dilakukan oleh Ornetti dkk. dengan membandingkan NRS pada

WOMAC mendapatkan hasil bahwa NRS merupakan psikometer yang baik hampir mirip

dengan skala WOMAC dan dapat di konfirmasi sebagai instrumen evaluasi pada

osteoartritis (Ornetti et. al, 2011). NRS memiliki angka 0-10 dimana 0 menunjukkan

tidak terdapat nyeri sedangkan 10 menunjukkan nyeri yang buruk. NRS lebih mudah

dimengerti daripada VRS (Breivik et. al, 2008).

Gambar 1. Skala pada Numerical Rating Scales (NRS), Verbal Rating Scales (VRS),
Visual Analog Scales (VAS) (Breivik et. al, 2008).

 0 = Tidak nyeri

 1-3 = Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
 4-6 = Nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri, tetapi dapat mengikuti

perintah dengan baik.

 7-10 = Nyeri Berat: secara obyektif klien kadang tidak dapat mengikuti perintah

tetapi masih bisa merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,

tidak dapat mendeskripsikan nyeri, nyeri tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi, hingga klien tidak mampu melakukan aktivitas

sehari-hari (Smeltzer dan Bare, 2002).

2.3 Stretching

2.3.1 Pengertian

Stretching merupakan proses yang dilakukan untuk menggerakkan atau

memanjangkan otot agar bekerja secara optimal dan menunjang aktivitas tubuh ketika

berolahraga atu menjalankan aktivitas sehari-hari (Tollison, 2011). Dalam praktiknya

sendiri terdapat beberapa teknik dalam melakukan stretching diantaranya static

stretching, ballistic stretching, passive stretching, dan propioseptive stretching.

Static stretching sendiri merupakan teknik stretching yang dilakukan dengan

mengulur otot secara perlahan menuju titik tidak nyaman akan tetapi tidak nyeri

(Anderson dan Burke, 1991). Ballistic Stretching menurut Freshmen (2002) adalah

gerakan penguluran dimana dalam penerapanya terjadi proses tersentak-sentak dengan

cepat atau memantul-mantulkan gerakan. Passive stretching merupakan teknik umum

yang digunakan oleh para atlet untuk meningkatkan fleksibilitas otot. Jenis peregangan

ini dilakukan dengan cara menarik otot sampai ke jangkauan maksimalnya dan

mempertahankan posisi ini selama durasi yang ditentukan. Propioseptive stretching atau

lebih dikenal PNF stretching adalah fasilitasi pada system neuromuskuler dengan
merangsang propioseptif. PNF terdiri atas dasar konsep, bahwa kehidupan ini adalah

sederetan reaksi atas sederetan rangsangan-rangsangan yang diterimanya

Stretching Statis atau Peregangan statis adalah bentuk yang paling umum dari

peregangan yang ditemukan dalam latihan kebugaran umum dan dianggap efektif untuk

meningkatkan fleksibilitas keseluruhan. Selain itu, banyak ahli yang menganggap bahwa

peregangan statis jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan peregangan dinamis untuk

meningkatkan rentang gerak dalam gerakan fungsional, termasuk olahraga dan kegiatan

dalam kehidupan sehari-hari. Stretching Statis atau Peregangan statis juga sangat efektif

dilakukan oleh klien Osteoarthritis untuk membantu menurunkan intensitas nyeri sendi.

2.4 Asuhan Keperawatan keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones , 2003). Sasaran asuhan

keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan, yaitu keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah

kesehatan, baik individu maupun keluarga itu sendiri.

Tahapan proses keperawatan keluarga sama dengan proses keperawatan secara

umum. Teori Model Family Centre Nursing Friedman dalam Friedman, Bowden, dan

Jones (2003) menyatakan keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan

karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional, dan social individu yang didalamnya terlihat dari pola interaksi yang

saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.


proses keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa

keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan

evaluasi. Pada tahap pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga meliputi data

umum keluarga, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, pengkajian lingkungan baik

lingkungan didalam rumah maupun di luar rumah. Selain itu juga mengkaji fungsi

keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga.

Pemeriksaan fisik terkait nutrisi pada anak usia sekolah menurut Stanhope dan

Lancaster (2004) meliputi pemeriksaan rambut, mata, gigi, wajah, mulut, kuku, otot,

tanda – tanda vital.

Setelah melakukan pengkajian, selanjutnya merumuskan diagnosa keperawatan

dan menetapkan prioritas masalah. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis

mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan

tindakan – tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya

(Shoemaker, 1984 dalam Mubarak 2005).

Diagnosa keperawatan terdiri dari diagnosa aktual, resiko tinggi dan potensial.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan selanjutnya menentukan prioritas masalah

dengan melakukan skoring. Kriteria yang dipakai pada skoring yaitu sifat masalah,

kemungkinan masalah dapat diubah, potensial masalah untuk dicegah dan

menonjolnya masalah. Rumus mendapatkan skor yaitu dengan skor yang dipilih

dibagi angka tertinggi kemudian dikalikan dengan bobot. Setelah mendapatkan masalah

yang prioritas selanjutnya membuat perencanaan.

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan

oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah

kesehatan / masalah keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana keperawatan yang


berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam mencapai tujuan serta penyelesaian

masalah. Langkah langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga

yaitu yang pertama menentukan sasaran atau goal. Sasaran atau goal adalah tujuan

umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya.

Langkah yang kedua yaitu menentukan tujuan atau objective. Objective merupakan

pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari

tindakan perawatan yang akan dilakukan. Langkah yang ketiga yaitu menentukan

pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Setelah melakukan perencanaan selanjutnya melakukan implementasi atau

pelaksanaan keperawatan keluarga yang diikuti tahap evaluasi. Pelaksanaan

merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat

mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mengadakan

perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Tahap yang terakhir yaitu tahap evalusi. Tahap evaluasi untuk melihat

keberhasilan dari rencana tindakan yang telah dibuat. Evaluasi terdiri dari evaluasi

kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Pada evalusi kualitatif terdapat 3 dimensi yang dilihat

yaitu struktur atau sumber, proses dan hasil.


2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Osteoarthritis

1) Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk

dengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.

Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau

kelainan pada sendi dan otot.

b. Kardiovaskular

Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten,

sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

c. Integritas ego

Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan

ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri

missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota

tubuh.

d. Makanan / cairan

Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan

atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.

Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.

e. Hygiene

Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi

secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.

f. Neurosensory

Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.

Tanda : pembengkakan sendi asimetri

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan

jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada

pagi hari)

h. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,

kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga, demam

ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.

i. Interaksi social

Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,

isolasi.

2) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronis

Kode : 00133

Domain: 12 (Kenyamanan)

Kelas : 1 (Kenyamanan Fisik)

2. Hambatan Mobilitas Fisik

Kode : 00085

Domain : 4 (Aktivitas/ Istirahat)

Kelas : 2 (Aktivitas/ Latihan)

3. Risiko Cedera

Kode : 00035

Domain : 11 (Keamanan/ Perlindungan)

Kelas : 2 (Cedera Fisik)

4. Gangguan Citra Tubuh

Kode : 00118

Domain : 6 (Persepsi/ Kognisi)

Kelas : 3 (Citra Tubuh)

5. Defisit Perawatan Diri : Mandi/ Hygiene

Kode : 00108
Domain : 4 (Aktivitas/ Istirahat)

Kelas : 5 (Perawatan Diri)


3. Rencana Asuhan Keperawatan

Nursing Outcome Classification Nursing Intervention Calssification


No Dx. Keperawatan
[NOC] [NIC]
Dx.
1. 1. Nyeri Kronis Tujuan NIC
Kode : 00133 1. Kontrol nyeri Pain Management
Domain: 12 2. Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
(Kenyamanan) komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
Kelas : 1 (Kenyamanan Kriteria Hasil: durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Fisik) Setelah dilakukan tindakan keperawatan presipitasi
3x24 jam diharapkan Klien mampu 2. Observasi reaksi nonverbal dari
2. Definisi untuk: ketidaknyamanan Gunakan teknik
Pengalaman sensori serta 1. Menunjukkan kontrol nyeri dengan komunikasi terapeutik untuk mengetahui
emosi yang tidak indikator : pengalaman nyeri klien
menyenangkan dan  Mengenali faktor penyebab [5] 3. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
meningkat akibat adanya  Mengenali onset (lamanya sakit) [5] 4. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
kerusakan jaringan yang  Menggunakan metode pencegahan menentukan intervensi
aktual atau potensial, [5] 5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
digambarkan dalam  Menggunakan metode 6. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
istilah seperti kerusakan; nonanalgetik untuk mengurangi 7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
awitan yang tiba-tiba atau nyeri [5] 8. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
lambat dengan intensitas  Menggunakan analgetik sesuai keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
dari ringan hingga berat, kebutuhan [4]
terjadi secara konstan  Mengenali gejala-gejala nyeri [5] Administrasi Analgesik
atau berulang tanpa akhir  Mencatat pengalaman nyeri 9. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
yang dapat diantisipasi sebelumnya [5] derajat nyeri sebelum pemberian obat
atau diprediksi dan  Melaporkan nyeri sudah terkontrol 10. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
berlangsung >6 bulan. [5] dosis, dan frekuensi
Keterangan: [1 : tidak pernah, 2 : 11. Cek riwayat alergi
3. Batasan Karakteristik jarang, 3 : kadang-kadang, 4 : sering, 5 : 12. Pilih analgesik yang diperlukan atau
 Atrofi otot yang selalu] kombinasi dari analgesik ketika pemberian
terserang lebih dari satu
 Sikap melindungi area 2. Menunjukkan Tingkat nyeri dengan 13. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
nyeri indikator: dan beratnya nyeri
 Penurunan interaksi  Melaporkan adanya nyeri, frekuensi 14. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dengan orang lain nyeri dan panjangnya episode nyeri, dan dosis optimal
 Keluhan nyeri ekspresi nyeri pada wajah [5] 15. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
 Berfokus pada diri  Kurangnya istirahat [5] nyeri hebat
sendiri  Ketegangan otot [5] 16. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
 Keletihan Keterangan: [1 : Gangguan ekstrim, 2 : gejala (efek samping)
 Depresi berat, 3 : Sedang, 4 : ringan, 5 : Tidak ada
gangguan]
4. Faktor yang
berhubungan
 Ketunadayaan fisik
kronis

2. 1. Hambatan Mobilitas Tujuan NIC


Fisik 1. Ambulasi Tirah baring
Kode : 00085 2. Posisi badan : Inisiatif Sendiri 1. Sediakan tempat tidur yang terapeutik untuk
Domain : 4 (Aktivitas/ 3. Mobilitas klien
Istirahat) 2. Lakukan pencegahan terjadinya
Kelas : 2 (Aktivitas/ Kriteria Hasil: footdroop/kaki jatuh
Latihan) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Kontrol kondisi kulit
3x24 jam diharapkan Klien mampu 4. Anjurkan melakukan Aktifitas pasif/ aktif
2. Definisi untuk: sebagai peningkatan dari latihan
Keterbatasan pada 1. Menunjukkan Ambulasi dengan
pergerakan fisik tubuh indikator : Pengaturan Energi
satu atau  Berjalan dengan langkah efektif [5]
lebih 5. Tentukan batasan fisik klien
ekstremitas  Berjalan dengan langkah lambat [5]
secara 6. Tentukan apa dan berapa banyak aktifitas
mandiri dan terarah.  Berjalan dengan langkah sedang [5] yang dibutuhkan untuk membangun
3. Batasan Karakteristik  Berjalan dengan cepat [4] kesabaran
 Kesulitan membolak-  Berjalan dengan langkah naik [5] 7. Amati pemberian nutrisi untuk
balik posisi  Berjalan dengan langkah turun [5] membuktikan sumber energi yang adekuat
 Perubahan  Berjalan dengan jarak jauh [5]
cara 8. Amati lokasi dan tempat ketidaknyamanan/
berjalan Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan, nyeri selama beraktifitas
 Keterbatasan rentang 2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang 9. Kurangi ketidaknyaman fisik yang bisa
pergerakan sendi dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 = dikaitkan dengan fungsi kognitif dan
selalu dilakukan klien]
 Ketidakstabilan postur pengamatan dalam pengaturan aktifitas.
 Pergerakan lambat 2. Menunjukkan Posisi Badan:
 Keterbatasan Inisiatif Sendiri dengan Terapi: Ambulasi
kemampuan indikator: 10. Monitoring vital sign sebelum/sesudah
melakukan  Terlentang ke duduk [5] latihan dan lihat respon klien saat latihan
keterampilan motorik  Duduk ke telentang [5] 11. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi
halus  Duduk ke berdiri [5] 12. Dampingi dan Bantu klien saat mobilisasi
 Keterbatasan  Berdiri ke duduk [5] dan bantu penuhi kebutuhan ADLs klien.
kemampuan  Melengkungkan punggung [5] 13. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
melakukan Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan, 14. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan
keterampilan motorik2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
kasar dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 = 15. Ajarkan klien atau tenaga kesehatan lain
selalu dilakukan klien] tentang teknik ambulasi
4. Faktor yang 3. Menunjukkan Mobilitas dengan 16. Ajarkan klien bagaimana merubah posisi
berhubungan indikator: dan berikan bantuan jika diperlukan
 Penurunan ketahanan  Keseimbangan [5]
tubuh  Posisi tubuh [5] Terapi: Mobilitas
 Penurunan kekuatan  Pergerakan otot dan sendi [5] 17. Tentukan keterbatasan dalam melakukan
otot  Berjalan [5] gerakan
 Kaku sendi  Ambulansi dengan kursi roda [5] 18. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik dalam
 Gaya hidup monoton Keterangan:[1 = tidak pernah dilakukan, melakukan program latihan
2 = jarang dilakukan, 3 =kadang-kadang 19. Tentukan tingkat motivasi klien untuk
dilakukan, 4 =sering dilakukan, 5 = mempertahankan atau megambalikan
selalu dilakukan klien] mobilitas sendi dan otot
20. Dukung klien dan keluarga untuk
memandang keterbatasan dengan realitas
21. Pantau lokasi dan ketidaknyamanan selama
latihan
22. Berikan analgesic sebelum memulai latihan
fisik
23. Pantau klien terhadap trauma selama
latihan
24. Letakkan klien pada posisi terapeutik
25. Atur posisi klien dengan kesejajaran tubuh
yang benar
26. Ubah posisi klien yang imobilisasi minimal
setiap 2 jam, berdasarkan jadwal spesefik
27. Dukung latihan ROM aktif datau pasif jika
perlu

Peningkatan Latihan
28. Yakinkan kesehatan klien mengenai latihan
fisik
29. Anjurkan perasaan verbal tentang latihan
atau kebutuhan untuk latihan
30. Libatkan keluarga klien dalam perencanaan
dan perawatan program latihan
31. Ajarkan klien mengenai jenis latihan yang
tepat untuk tingkat kesehatan, dalam
berkolaborasi dengan dokter dan atau latihan
psikologis
32. Beritahukan klien tentang frekuensi
keinginan, lama, dan intensitas program
latihan

3. 1. Risiko Cedera Tujuan NIC


Kode : 00035 1. Risiko Cedera 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
Domain : 11 (Keamanan/ 2. Pengendalian Risiko kebutuhan keamanan, misalnya perubahan
Perlindungan) status mental, keletihan, usian kematangan,
Kelas : 2 (Cedera Fisik) Kriteria Hasil pengobatan dan defisi motorik atau sensorik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan (misalnya, berjalan dan keseimbangan).
2. Definisi 3x24 jam diharapkan Klien mampu 2. Identifikasi faktor lingkungan yang
Beresiko mengalami untuk: memungkinkan resiko terjatuh (misalnya,
cedera sebagai akibat dari 1. Menunjukkan Risiko Cedera lantai licin, karpet yang sobek, anak tangga
kondisi lingkungan yang menurun dengan indikator: tanpa pagar pengaman, jendela, dan kolam
berinteraksi dengan  Keamanan personal [5] renang).
sumber-sumber adaptif  Pengendalian resiko [5] 3. Bantu ambulasi klien, jika perlu.
dan pertahanan individu.  Lingkungan rumah yang aman [5] 4. Sediakan alat bantu berjalan (seperti tongkat
Keterangan: [1 = tidak pernah dan walker).
3. Faktor Resiko ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang- 5. Bila diperlukan gunakan restrain fisik untuk
 Manusia (faktor kadang, 4 = sering, 5 = selalu dilakukan] membatasi resiko jatuh.
kognitif, afektif, 6. Ajarkan klien untuk berhati-hati dengan alat
psikomotor, pola 2. Menunjukkan Pengendalian Risiko, terapi panas.
ketenagaan) dengan indicator: 7. Berikan materi edukasi yang berhubungan
 Cara pemindahan/  Memantau faktor resiko perilaku dengan strategi dan tindakan untuk
transport individu dan lingkungan [5] mencegah cedera.
 Nutrisi  Mengembangkan stategi
 Fisik (struktur dan pengendalian resiko yang efektif
pengaturan bangunan, [5]
peralatan)  Menerapkan strategi
 Disfungsi sensorik pengendalian resiko pilihan [5]
 Memodifikasi gaya hidup untuk
mengurangi resiko [5]
 Mengidentifikasi resiko yang
meningkatkan kerentanan
terhadap cedera [5]
 Menghindari cedera fisik [5]
Keterangan: [1 = tidak pernah
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang-
kadang, 4 = sering, 5 = selalu dilakukan]

4. 1. Gangguan Citra Tubuh Tujuan NIC


Kode : 00118 1. Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh
Domain : 6 (Persepsi/ 2. Harga diri 1. Tentukan harapan klien tentang citra tubuh
Kognisi) berdasarkan tahap perkembangan.
Kelas : 3 (Citra Tubuh) Kriteria Hasil: 2. Tentukan apakan persepsi ketidaksukaan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan terhadap karakteristik fisik tertentu membuat
2. Definisi 3x24 jam diharapkan Klien mampu disfungsi paralisis sosial bagi remaja dan
Konfusi dalam gambaran untuk: pada kelompok resiko tinggi lainnya.
mental tentang diri-fisik 1. Menunjukkan Citra Tubuh dengan 3. Tentukan apakah perubahan fisik saat ini
individu. indikator : telah dikaitkan kedalam citra tubuh klien.
 Mampu menyesuaikan dengan 4. Identifikasi pengaruh budaya, agama, ras,
3. Batasan Karakteristik perubahan fungsi tubuh [5] jenis kelamin, dan usia klien menyangkut
 Perubahan dalam  Mengenali dampak situasi pada citra tubuh.
keterlibatan social hubungan personal dan gaya hidup 5. Pantau frekuensi pernyataan kritik diri.
 Tidak melihat bagian [5] 6. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang
tubuh  Mengenali perubahan aktual pada akan meningkatkan penampilannya
 Perubahan actual pada penampilan tubuh [5] 7. Fasilitasi berhubungan klien dengan
fungsi  Bersifat realistik mengenai individu yang mengalami perubahan citra
 Perubahan actual pada hubungan antara tubuh dan tubuh yang serupa
sruktur lingkungan [5] 8. Identifikasi dukungan kelompok yang
 Perasaan negatif  Kesesuain antara realitas tubuh, tersedia untuk klien
tentang tubuh ideal tubuh dan perwujudan tubuh 9. Dukung mekanisme koping yang biasa
 Mengungkapkan [5] digunakan klien ; sebagai contoh, tidak
perubahan gaya hidup  Kepuasaan terhadap penampilan dan meminta klien untuk mengeksplorasi
fungsi tubuh [5] perasaannya jika klien enggan
4. Faktor yang  Keinginan untuk menyentuh bagian melakukannya.
berhubungan tubuh yang mengalami gangguan [5] 10. Bantu klien dan keluarga untuk
 Penyakit mengidentifikasi dan menggunaka
Keterangan: [1 = tidak pernah mekanisme koping.
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang- 11. Bantu klien dan keluarga untuk
kadang, 4 = sering, 5 = selalu mengidentifikasi kekuatan dan mengenali
ditampilkan] keterbatasan mereka.
12. Berikan perawatan dengan cara yang tidak
2. Menunjukkan Harga Diri dengan menghakimi, jaga privasi dan martabat
indikator: klien.
 Menerima keterbatasan diri [5]
 Merasa dirinya berharga [5] Peningkatan Harga Diri
Keterangan: [1 = tidak pernah 1. Anjurkan klien untuk menilai kekuatan
ditunjukkan, 2 = jarang, 3 = kadang- pribadinya
kadang, 4 = sering, 5 = selalu 2. Anjurkan kontak mata dalam berkomunikasi
ditampilkan] dengan orang lain
3. Bantu klien menerima ketergantungan
terhadap orang lain
4. Bantu klien menerima perubahan baru
5. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan
meningkatkan harga diri klien
6. Monitor tingkat harga diri klien dari waktu
ke waktu yang tepat
5. 1. Defisit Perawatan Diri Tujuan NIC
(Mandi/ hygiene) 1. Perawatan Diri: Aktivitas Sehari- Bantuan Perawatan Diri : Mandi / Hygiene
Kode : 00108 Hari 1. Pantau kebersihan kuku, sesuai kemampuan
Domain : 4 (Aktivitas/ perawatan diri klien.
Istirahat) Kriteria Hasil 2. Dukung kemandirian dalam melakukan
Kelas : 5 (Perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan mandi dan higiene oral, bantu klien hanya
Diri) 3x24 jam diharapkan Klien mampu jika diperlukan.
untuk: 3. Dukung klien untuk mengatur langkahnya
2. Definisi 1. Menunjukkan perawatan diri : sendiri selama perawatan diri.
Hambatan kemampuan aktivitas kehidupan sehari-hari, 4. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
untuk melakukan atau dengan indikator : 5. Akomodasi pilihan dan kebutuhan klaen
menyelesaikan mandi/  Mengungkapkan secara verbal seoptimal mungkin, (misalnya mandi
aktivitas perawatan diri kepuasan tentang kebersihan tubuh rendam vs shower, waktu mandi DLL).
untuk diri sendiri. dan higiene oral. 6. Berikan bantuan sampai klien benar-benar
 Mempertahankan mobilitas yang mampu melakukan perawatan diri.
3. Batasan Karakteristik diperlukan untuk ke kamar mandi 7. Letakkan sabun, handuk, deodoran, alat
 Ketidakmampuan dan menyediakan perlengkapan cukur, dan peralatan lain yang dibutuhkan
mengakses kamar mandi. disamping tempat tidur atau dikamar mandi.
mandi  Mampu menghidupkan dan 8. Fasilitas klien menyikat gigi, jika perlu.
 Ketidakmampuan mengatur pancaran dan suhu air. 9. Ajarkan klien / keluarga penggunaan metode
mengeringkan tubuh  Membersihkan dan mengeringkan alternatig untuk mandi dan higiene oral.
 Ketidakmampuan tubuh. 10. Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi.
mengambil  Melakukan perawatan mulut. 11. Gunakan ahli fisioterapi dan terapi okupasi
perlengkapan mandi Keterangan: [1 : Gangguan ekstrim, 2 : sebagai sumber-sumber dalam
 Ketidakmampuan berat, 3 : Sedang, 4 : ringan, 5 : Tidak ada merencanakan tindakan perawatan klien
menjangkau sumber gangguan] (misalnya, menyediakan perlengkapan
air adaptif)
 Ketidakmampuan
mengatur air mandi
 Ketidakmampuan
membasuh tubuh

4. Faktor yang
berhubungan
 Kendala lingkungan
 Gangguan
musculoskeletal
 Nyeri
 Kelemahan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

I. PENGKAJIAN KELUARGA
A. DATA UMUM KELUARGA
1. Nama kepala keluarga (KK) : Bp. Y
2. Umur kepala keluarga : 48 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Swasta/Pedagang
5. Alamat : Longuang ,Jorong Mandahiling
6. Komposisi keluarga
Jenis Hubungan
No Nama Umur pendidikan Pekerjaan
kelamin dengan KK
1 Ibu M P Istri 41 Tahun SMK IRT
2 An. A L Anak 19 Tahun Tamat Mahasiswa
SMA
3 An. P P Anak 13 Tahun Tamat SD Pelajar

Genogram :

Keterangan: : Klien

: Laki-laki : Tinggal serumah

: Perempuan

7. Tipe keluarga
Keluarga Bp. Y merupakan Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak
8. Suku bangsa
Bp. Y adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang berasal desa Longuang
,Jorong Mandahiling, Batusangkar. Ibu.M berasal dari Luday yang juga
meruapakan salah satu desa di Jorong Mandahiling, Batusangkar, Sumatera
Barat. Bahasa yang digunakan dalam keseharian adalah bahasa Minangkabau.
Dalam keluarga Bp. Y tidak ada pantangan atau kebiasaan yang mengikat,
terutama kaitannya dengan kesehatan.
9. Agama
Keyakinan yang dianut keluarga Bp. Y adalah Islam. Tidak ada perbedaan
diantara anggota keluarga. Keluarga Bp. Y cukup taat dalam menjalankan
ibadah, serta keluarga Bp. Y aktif mengikuti kegiatan keagamaan yanga ada di
lingkungannya seperti tahlilan dan pengajian. Jika keluarga sakit selain
berobat keluarga juga berdoa untuk kesembuhan dari sakitnya. Keyakinan
yang dianut dalam keluarga Bp. Y tidak ada yang bertentangan dengan
kesehatan. Dalam keluarga Bp. Y sering melakukan ibadah bersama.
10. Status sosial ekonomi
Bp. Y sebagai pencari nafkah keluarga. Keluarga Bp. Y memiliki penghasilan
rata-rata Rp. 4.000-000 – 5.000.000,- per bulan, yang diperoleh dari
penghasilan Bp. Y sebagai seorang pedagang yang menjual dagangannya ke
luar kota dan beberapa daerah di Sumatera Barat. Bp. Y pulang ke rumah
sekita 2-3 kali seminggu. Keluarga Bp. Y menganggap pendapatannya cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam hal ini keluarga Bp. Y memiliki
pengeluaran untuk membayar uang pendidikan kedua anaknya, pembayaran
listrik, dan kebutuhan makan dirumah. Bp. Y dan Ibu M memiliki tabungan
keluarga.
11. Aktifitas rekreasi keluarga
biasanya keluarga berrekreasi disekitar batusangkar saja. Seperti jalan-jalan
ketempat wisata, berenang, dan menikmati hiburan rakyat yg tersedia. Jika
keluarga tidak sempat rekreasi keluar biasanya hiburan didapatkan dengan
menonton TV bersama di rumah.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Bp. Y berada pada tahap perkembangan 5, keluarga dengan remaja
karena anak pertama pasangan Bp. Y dan Ibu M telah berada pada rentang usia
13 – 20 tahun yaitu 19 tahun. Tugas perkembangan keluarga yang seharusnya
dilalui oleh keluarga diantaranya menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung
jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-
anak Dengan tugas mengimbangi tugas remaja dengan tanggung jawab yang
sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan,
dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua dengan anak-anak
remaja.
b. Tugas perkembangan keluarga
1. Tugas Perkembangan Keluarga yang Sudah Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Bp. Y sudah terpenuhi, dimana keluarga
Bp. I dengan tugas mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung
jawab yang sejalan dengan maturitas remaja yaitu dengan cara keluarga
memberikan kebebasan anak untuk menentukan pilihannya sendiri dan
anak mengenyam pendidikan dengan baik, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan dengan menjalin hubungan romantis antara Bp. Y
dan Ibu M, dan melakukan komunikasi yang terbuka diantara orang tua
dengan anak-anak remaja dengan cara mendiskusikan solusi dan keputusan
untuk menyelesaikan masalah.
2. tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Anak pertama berusia 19 th dan yang kedua berusia 13 th. Anak pertama
19 th sudah kuliah sedangkan anak kedua 13 th disekolah Menengah
Pertama. Bp. Y dan Ibu M mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya
bersifat terbuka dan masing-masing anak tahu akan tugas dan
kewajibannya sebagai anak.
c. Riwayat Kesehatan keluarga Inti
Ibu M mengatakan bahwa Bp. Y tidak ada penyakit keturunan,
selama ini dirinya jarang sakit, hanya sering mengalami batuk, pilek.
Bp. y jarang berobat ke pelayanan kesehatan, ia menganggap keluhan
biasa. Bp. Y juga merupakan seorang perokok aktif. Dalam satu hari
Bp. Y dapat menghabiskan lebih kurang 1-2 bungkus rokok, apalagi
jika Bp. Y harus pergi berdagang keluar daerah dan meyetir mobil.
Keluarga mengetahui jika merokok itu berbahaya, sebelumnya sudah
diingatkan kepada Bp. Y tentang bahaya merokok tetapi Bp. Y belum
bisa berhenti merokok.
- Ibu M mengatakan bahwa selama ini ia mengalami nyeri di bagian lutut
kaki kanan, maupun kiri, lalu nyeri punggung dan pinggang. Nyeri
biasanya terjadi setelah beraktivitas dan Nyeri nya itu hilang timbul
sehingga ia kesulitan melakukan aktivitas nya karena Nyeri yang
dialami. Ibu M mengatakan skala nyeri yang dirasakan sekarang adalah
5. Kadang Ibu M juga merasakan kebas pada telapak tangan sebelah
kiri, sering muncul pada malam hari. Ibu M tidak terlalu memperdulikan
tentang kesehatannya, Ibu M juga menanggap sakit yang di alaminya ini
merupakan sakit biasa karena efek dari aktifitasnya dalam melakukan
pekerjaan rumah tangga. Ibu M tidak pernah pergi ke pelayanan
kesehatan dan tidak pernah memeriksakan kondisinya, sehingga Ibu M
tidak tau sedang menderita penyakit apa.
- An. A dan An. P mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang
serius, keluhan yang pernah dirasakan biasanya hanya batuk dan pilek
biasa. Kedua anak BP. Y jarang mengalami sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Terdahulu
- Bp. Y mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit keturunan
- Ibu M mengatakan jika ibu nya juga memiliki riwayat nyeri sendi dan
keluhan ibu nya juga sama dengan Ibu M.

C. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Rumah Keluarga Bp. Y sudah permanen,dengan tipe rumah 72 terdiri dari
ruang tamu, ruang keluarga, 3 kamar tidur, 3 kamar mandi dan satu dapur.
Lantai keramik. Kebersihan rumah cukup bersih, Kamar mandi, dan MCK
menjadi satu. Ada bak mandi permanen. Air yang digunakan untuk mencuci,
memasak serta minum adalah PDAM. Tatanan perabotan rumah cukup teratur
dan ada meja makan
b. Ventilasi dan penerangan
Ventilasi di rumah keluarga Bp. Y ssudah cukup baik, tiap ruangan memiliki
ventilasi, dan sirkulasi udara yang baik. Ukuran ventilasi nya juga sudah baik.
Untuk penerangan di siang hari cahaya matahari dapat masuk dengan baik ke
dalam rumah dan untuk malam hari menggunakan listri PLN
c. Persediaan air bersih
Keluarga Bp. Y sudah memiliki sarana air bersih yaitu PDAM. Ibu M
menggunakan air PDAM saat memasak,mencuci dan mandi
d. Pembuangan sampah
Keluarga Bp. Y memiliki tempat pembuangan sampah sementara, lalu
selanjutnya dibakar. Jarak tempat pembuangan sampah dan rumah lebih dari 5
Meter
e. Pembuangan air limbah
Limbah keluarga Bp. Y biasa di buang di tempat pembuangan sampah, jika
limbah organik biasanya dikubur, limbah mencuci dialirkan ke pipa saluran
pembuangan.
f. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Tipe jamban yang digunakan keluarga Bp. Y adalah Jamban dengan leher
angsa, jarak septik tank ke sumber air bersih lebih dari 10 meter
g. Lingkungan sekitar rumah
Lingkungan sekitar rumah Bp. Y cukup bersih, tidak terdapat sampah yang
berserakan, Ibu M rajin membersihkan lingkungan sekitar rumah. Diluar
rumah tidak terdapat genangan air sebagai wadah tempat berkembang biak
nyamuk.
h. Sarana komunikasi dan transportasi
Semua anggota keluarga Bp. Y sudah memiliki telepon genggam atau ponsel
sebagai sarana komunikasi, untuk transportasi Bp. Y biasa bepergian dengan
mobil lalu anak dan istri Bp. Y menggunakan Kendaraan roda dua
i. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
Keluarga BP. Y biasa menonton siaran TV untuk mengisi waktu luang dan
sebagai sarana hiburan keluarga. Biasanya setelah sholat magrib keluarga Bp.
Y berkumpul bersama sambil menonton TV.
j. Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dengan rumah Bp. Y adalah RSUD
Hanafiah Batusangkar dan Puskesmas Pagaruyung. Biasanya keluarga Bp. Y
berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit. Keluarga Bp. Y jarang melakukan
cek kesehatan rutin. Ibu M merupakan kader dari Puskesmas Pagaruyung

D. SOSIAL
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Bp. Ytinggal di kampung, di kelilingi oleh masyarakat yang
mayoritas pekerjannya petani. Tipe tempat tinggal hunian penduduk, yang
berdekatan dengan sungai dan sawah. Karakteristik demografi keluarga dan
lingkungan sekitar masuk dalam kategori masyarakat dengan social eonomi
menengah ke bawah, yang mayoritas bertani, dihuni hampir semua beretnis
sama yaitu etnis Minang dan beragama islam, Masyarakat setempat biasanya
menggunakan pelayanan kesehatan ke puskesmas dan posyandu yang bisa
digunakan untuk balita dan pemeriksaan umum pada lansia. Keluarga Bp.
Y tinggal berdekatan atau bersebelahan dengan keluarga Ibu M atau
bersebelahan dengan orang tua dan adik Ibu M. Keluarga Bp. Y cukup dekat
dengan para tetangga dan sering bersosialisasi bersama warga sekitar. Keluarga
Bp. Y juga aktif mengikuti kegiatan di komunitas masyarakat sekitar, karena
Ibu M yang merupakan istri Bp. Y juga adalah seorang kader puskesmas yang
menggerakkan masyarakat untuk hidup sehat.
b. Mobilitas geografis keluarga
Rumah merupakan milik pribadi yang telah dibangun sekitar 10 tahun yang
lalu. Keluarga mengguanakan mobil dan sepeda motor untuk aktivitasnya.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga aktif berhubungan sosial dengan masyarakat, mengikuti kegiatan
yang ada di masyarakat. Ibu M merupakan salah satu Kader puskesmas yang
aktif bersama masyarakat.
d. Sistem Pendukung Keluarga
Bp. Y dan istrinya mempunyai keluarga besar yang sewaktu-waktu bisa
dimintai bantuan bila dibutuhkan. Keluarga Bp. Y mengetahui pentingnya
kesehatan, namun keluarga Bp. Y tidak sering pergi kepelayanan kesehatan.
Bp. Y dan Ibu M mempunyai kartu kesehatan. Pada saat wawancara Bp. Y
dan Ibu M mengatakan jika mereka sakit, maka mereka akan meminta bantuan
keluarga dan tetangga untuk mengobatinya, lalu membawa kepelayanan
kesehatan.

E. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga berkomunikasi secara langsung. Keluarga menyatakan bahwa
selama ini tidak ada masalah komunikasi dalam keluarga mereka, bila ada
masalah selalu langsung dibicarakan. Komunikasi intens terjadi antara seluruh
anggota keluarga. Ny M dan anak-anaknya juga sering menceritakan
masalahnya untuk dipecahkan bersama dengan anggota keluarga lainnya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Pengambil keputusan dalam rumah adalah Bp. Y sebagai kepala keluarga.
Jika ada masalah tentang keuangan, kebutuhan yang belum tercukupi, dan
masalah lainnya dibicarakan secara bersama-sama dan dimusyawarahkan.
c. Struktur Peran (formal dan informal)
Bp. Y berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan dalam keluarga. Ny M yang mengatur pengeluaran keluarga dan
memasak serta mengatur kebutuhan keluarga.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai yang digunakan dalam keluarga ini adalah nilai-nilai Islam dan
Minang yang memang diaplikasikan oleh sebagian besar penduduk. Nilai ini
dianut secara sadar oleh keluarga dan keluarga menganggapnya penting.
Tidak ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga. Keluarga menganggap
kesehatan sangatlah penting.

F. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Keluarga Bp. Y berusaha saling memberikan perhatian, memlihara hubungan
baik antar anggota keluarga, saling menyayangi menghormati dan bila ada
anggota keluarga yang membutuhkan maka anggota keluarga yang lain akan
berusaha membantunya. Keluarga juga mendukung apa yang dilakukan
anakanaknya selama itu tidak melanggar etika dan sopan santun
b. Fungsi sosialisasi
Interaksi antar anggota keluarga dapat terjalin dengan baik. Hal ini disebabkan
karena setiap anggota keluarga berusaha untuk memenuhi aturan yang ada
misalnya, saling menghormati, menghargai dan menerapkan sopan santun
dalam berprilaku. Keluarga juga menekankan perlunya berinteraksi dengan
oran lain.
c. Fungsi perawatan kesehatan
 Mengenal masalah: saat wawancara diketahui bahwa Ibu M sering
mengalami nyeri di lutut bagian kaki sebelah kanan dan kiri, nyeri
punggung, nyeri pinggang dan kebas di telapak tangan kiri. Keluarga
tidak mengetahui tentang kondisi Ibu M yang sering mengalami nyeri
sendi, keluarga juga tidak mengetahui tanda dan gejala, penyebab, dan
komplikasi yang akan terjadi kepada Ibu M.
Kesimpulan: Keluarga tidak mengenal masalah kesehatan yang
dialami oleh anggota keluarganya, yaitu Nyeri sendi atau osteoarthritis
pada Ibu M
 Mengambil keputusan: Ibu M mengatakan bahwa nyeri sendi yang
diderita oleh dirinya adalah suatu hal yang biasa terjadi. Ibu M merasa
tidak perlu diperikasa kepelayanan kesehatan karena Ibu M merasa
sakit yang dideritanya normal karena aktivitas fisiknya yang banyak.
Ketika sakit Ibu M akan memberitahu Bp. Y tentang kondisinya lalu
Bp. Y dan Ibu M bersama-sama akan mengambil keputusan apakah
akan yang dilakukan dengan kondisi Ibu M.
Ibu M mengatakan Bp. Y juga merupakan seorang perokok aktif.
Dalam satu hari Bp. Y dapat menghabiskan lebih kurang 1-2 bungkus
rokok, apalagi jika Bp. Y harus pergi berdagang keluar daerah dan
meyetir mobil. Keluarga mengetahui jika merokok itu berbahaya,
sebelumnya sudah diingatkan kepada Bp. Y tentang bahaya merokok
tetapi Bp. Y belum bisa berhenti merokok.
Keluarga mengatakan jarang berolahraga.
Kesimpulan: Keluarga belum dapat mengambil keputusan pengobatan
untuk Ibu M, dan keputusan untuk mengubah kebiasan Bp. Y untuk
menghentikan kebiasaan Merokok.
 Merawat anggota keluarga yang sakit: Keluarga Bp. Y mengatakan
tidak begitu banyak tahu tentang bagaimana merawat penyakit
keluarganya terutama ibu M yang mengalami nyeri sendi, biasanya Ibu
M hanya beristirahat untuk mengatasi nyeri sendi nya. keluarga Ibu M
biasanya membawa anggota keluarga yang sakit berobat ke Puskesmas
atau Rumah sakit
Kesimpulan : Keluarga Bp. Y tidak mampu merawat anggota keluarga
yang sakit, yaitu Ibu M
 Memelihara/memodifikasi lingkungan: Rumah keluarga Bp. Y cukup
bersih, ventilasi dan pencahayaan cukup memadai terbukti rumah
tampak terang karena Ibu M sering membuka pintu samping. Luas
rumah memadai untuk jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal.
Selain itu, WC terletak didalam rumah dan mempunyai saluran
pembuangan air limbah
Kesimpulan : Keluarga Bp. Y mampu memodifikasi lingkungan.
 Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada: Keluarga Bp. Y sudah
mengetahui bahwa harusnya jika sakit mereka dibawa ke puskesmas
atau Rumah Sakit namun Ibu M belum pernah memeriksakan kondisi
nya ke pelayanan kesehatan, menurut keluarga Bp. Y sakit yang
diderita Ibu M adalah sakit biasa.
Kesimpulan : Keluarga Bp. Y belum sepenuhnya memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan pada
Ibu M.
d. Fungsi reproduksi
Ibu M belum memasuki masa menopause dan Ibu M menggunakan KB, Bp. Y
dan Ibu M masih dalam kategori produktif
e. Fungsi ekonomi
Pembiayaan rumah tangga ditanggung oleh Bp. Y sebagai kepala keluarga
dan pencari nafkah, keluarga Bp. Y memiliki penghasilan yang mencukupi
untuk memnuhi segala kebutuhan keluarga.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
1). Stresor jangka pendek
Keluarga menganggap masalah ekonomi dan social yang timbul sebagai
sesuatu yang biasa. Keluarga memiliki support system yang cukup baik
dalam keluarganya, dan dapat menjadikan itu sebagai pemecahan
masalah baik masalah ekonomi.
2). Stresor jangka panjang
Bp. Y memikirkan masa depan anak-anaknya, dan ingin kedua anaknya
hidup lebih baik lagi dan memiliki ekonomi yang baik serta dapat
menyelesaikan pendidikan mereka setinggi mungkin. Untuk itu Bp. Y
sangat bekerja keras untuk memnuhi impian kedua anaknya.
H.
I. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
No Pemeriksaan Bp. Y Ibu M Tn. A Nn. P
1. a. TD a. 120/80 mmHg a. 120/70mmHg a. 120/70 mmHg a. 110/700 mmHg
b. Suhu b. 36,4 b. 36,6 b. 36,5 b. 36,5
c. Nadi c. 70x/menit c. 80 x/menit c. 80x/menit c. 80x/menit
d. Nafa d. 18x/menit d. 18x/menit d. 20 x/menit d. 20x/menit

2. Kulit, rambut Kulit sawo matang, Kulit sawo matang, Kulit sawo Kulit sawo
dan kuku. rambut sebagian sudah tidak ada lesi, rambut matang, rambut matang, rambut
beruban kebersihan baik. belum beruban, hitam, kebersihan hitam, kebersihan
Kuku tidak panjang dan kebersihan baik. Kuku baik. Kuku tidak baik. Kuku tidak
tidak kotor tampak bersih dan panjang panjang
tidak panjang
3. Kepala dan leher Tidak ada lesi Tidak ada lesi Tidak ada Tidak ada
dikepala, kemampuan dikepala, Tidak ada lesi dikepala, Tidak lesi dikepala, Tidak
melihat masih baik Tidak pembesaran JVP, ada pembesaran JVP, ada pembesaran
ada pembesaran JVP, tidak ada tidak ada pembesaran JVP, tidak ada
tidak ada pembesaran pembesaran tiroid tiroid pembesaran tiroid
tiroid

4. Thoraks dan Tidak ada retraksi, suara Tidak ada retraksi, Tidak ada Tidak ada
paru nafas vesikuler, tidak ada suara nafas vesikuler, retraksi, suara nafas retraksi, suara nafas
ronchi dan wheezing tidak ada ronchi dan vesikuler, tidak ada vesikuler, tidak ada
Tidak ada retraksi wheezing ronchi dan wheezing ronchi dan wheezing
5. Abdomen Tidak ada masa di Tidak ada masa di Tidak ada masa di Tidak ada masa di
abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada abdomen, tidak ada

6. Genitalia Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji Tidak terkaji


7. Ekstremitas Tidak ada lesi,luka  Tidak ada Tidak ada lesi,luka Tidak ada lesi,luka
atas dan atau cedera. lesi,luka atau atau cedera. atau cedera.
bawah + Kekuatan otot cedera. Kekuatan Kekuatan otot Kekuatan
refleks fisiologis 5 5 otot 5 5 otot
5 5 5 5 5 5 5 5
Reflek fisiologis (+) 5 5 Reflek fisiologis (+)
 Reflek fisiologis (+)
 Ibu M mengalami
nyeri di bagian lutut
kaki kanan dan kiri,
nyeri punggung dan
pinggang. Nyeri
biasanya terjadi
setelah beraktivitas
dan Nyeri nya itu
hilang timbul. skala
nyeri yang
dirasakan sekarang
adalah 5. Kadang
Ibu M juga
merasakan kebas
pada telapak tangan
sebelah kiri, sering
muncul pada malam
hari
Analisa Data
No Data Masalah
1 Data Subyektif: Nyeri kronis berhubungan
 Ibu M mengatakan bahwa selama dengan ketidakmampuan
ini ia mengalami nyeri di bagian keluarga merawat anggota
lutut kaki kanan, maupun kiri, lalu keluarga yang sakit
nyeri punggung dan pinggang.

 Nyeri biasanya terjadi setelah


beraktivitas dan Nyeri nya itu
hilang timbul sehingga ia kesulitan
melakukan aktivitas nya karena
Nyeri yang dialami.

 Ibu M mengatakan skala nyeri


yang dirasakan sekarang adalah 5.

 Kadang Ibu M juga merasakan


kebas pada telapak tangan sebelah
kiri, sering muncul pada malam
hari

 Ibu M mengatakan belum


memeriksakan

2 Data Subyektif Defisit pengetahuan


 Keluarga masih bingung tentang berhubungan dengan
penyakit yang dialami Ibu M. Ketidakmampuan keluarga
 Keluarga mengatakan tidak mengenal masalah anggota
mengatahui bagaimana cara keluarga yang sakit
merawat Ibu M yang sering
mengalami nyeri
 Ibu M merasa tidak perlu
diperiksakan dipelayanan
kesehatan setiap sakit.
Data Objektif
 Ketika diwawancara klien bertanya
dengan keadaannya
 Keluarga Ibu M tampak bingung
tentang perawatan dan sakit yang
diderita Ibu M.
 Keluarga bertanya apa yang harus
dilakukan dengan keadaan Ibu M
3 Data Subyektif Perilaku kesehatan
 Ibu M mengatakan suaminya cenderung beresiko
merupakan seorang perokok aktif, berhubungan dengan
dalam satu hari dapat menghabiskan ketidakmampuan keluarga
sekitar 1-2 bungkus rokok. dalam mengambil keputusan.

 Keluarga mengatakan jarang


berolahraga

Data Obyektif
 Tampak puntung rokok dan abu
rokok di asbak ruang tamu
SKALA PRIORITAS MASALAH
Masalah 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit

Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


Sifat Masalah : Aktual 1 3/3 x 1 = 1 Ibu M menderita Nyeri
sendi dan perlu segera
ditangani

Kemungkinan masalah 2 ½x2=1 dapat dilakukan intervensi


dapat diubah : Sebagian untuk mengatasi masalah
nyeri sendi Ibu M,dan dapat
dilakukan pemberian terapi
aktivitas karena Usia Ibu M
yang belum memasuki
lansia sehingga dapat
melakukan aktivitas fisik
yang dapat mengatasi nyeri
sendi klien.

Kemungkinan masalah 1 3/3 x 1 = 1 Ibu M mengatakan sakitnya


dapat dicegah : Tinggi tidak bertambah parah jika
istirahat. Dan dapat hilang
setelah beristirahat

Menonjolnya masalah : Masalah perlu 2/2 x 1 = 1 Ibu M mengatakan jika nyeri


ditangani sendi muncul maka dapat
segera mengganggu aktivitas Ibu M
maka nyeri sendi Ibu M
perlu untuk ditangani segera

Total 4
Masalah 2 : Defisit pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah anggota keluarga yang sakit
kriteria bobot perhitungan pembenaran
Sifat Masalah : Aktual 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga
mengatakan masih
bingung tentang
penyakit yang
dialami Ibu M.
Keluarga
mengatakan tidak
mengatahui
bagaimana cara
merawat Ibu M
yang sering
mengalami nyeri
Kemungkinan masalah 2 2x2=1 Dengan latar belakang
dapat diubah : 2 keluarga yang
berpendidikan dan
usia keluarga yang
masih produktif maka
dapat dilakukan
pendidikan kesehatan
tentang penyakit yang
dialami Ibu M
Kemungkinan Masalah 2 2/3 x 1 = 2/3 Ibu M mengatakan
Dapat dicegah : Cukup sudah agak
mengurangi
aktivitasnya jika nyeri
sendi nya muncul
Menonjolnya Masalah : 1 ½x1=½ Ibu M mengatakan
Segera nyeri sendi dapat
mengganggu
aktivitasnya
Total 2
3
3
Masalah 3 : Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat Masalah : Resiko 1 2/3 x 1 = 2/3 keluarga mengatakan
tidak baik merokok
tapi tidak bisa
menghentikannya
Kemungkinan masalah 2 0/2 x 2 = 0 Keluarga tahu bahaya
dapat diubah : Sulit merokok namun tidak
bisa berhenti merokok

Kemungkinan masalah 1 1/3 x 1 = 1/3 Perilaku merokok


dapat dicegah : Rendah sudah dilakukan sejak
masih muda dan tidak
ada masalah kesehatan
terkait dengan merokok
Menonjolnya masalah: 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan
Masalah tidak sudah terbiasa dengan
dirasakan perilaku merokok Bp. Y
meskipun mereka tahu
bahwa itu tidak sehat

Total 1

DAFTAR DIAGNOSA BERDASARKAN PRIORITAS


1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
3. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Noc Nic
1 Nyeri kronis berhubungan Tujuan Umum: 1. Manajemen Nyeri sendi: Manajemen Nyeri (1400)
dengan ketidakmampuan Setelah dilakukan 6 kali Ibu M mengatakan Nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
keluarga merawat anggota kunjungan rumah keluarga sendi Berkurang komprehensif yang meliputi
keluarga yang sakit. mampu merawat anggota lokasi, karakteriktik,
(00133) keluarga yang menderita 2. Peningkatan latihan onset/durasi, frekuensi,
Domain 12 Nyeri Sendi intensitas atau beratnya nyeri
a. Ibu M mampu
Kelas 1 : Kenyamanan dan faktir pencetus.
melakukan Stretching
Fisik Tujuan Khusus :
atau peregangan 2. Gali bersama klien faktor-
Setelah dilakukan
stretching atau peregangan faktor yang dapat
b. Ibu M mampu
selama 1x10 menit, Ibu M menurunkan atau
menerapkan Stretching
dan keluarga dapat memperberat nyeri.
atau peregangan.
mencapai:
3. Berikan informasi mengenai
TUK 1: Keluarga mampu
nyeri, seperti penyebab
merawat anggota keluarga
nyeri, berapa lama nyeri
yang menderita Nyeri
akan dirasakan, dan
sendi dengan: Menerapkan
antisipasi dari
stretching atau peregangan
ketidaknyamanan akibat
secara rutin
prosedur.
4. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri.
Peningkatan Latihan
1. Pertimbangkan motivasi
individu untuk memulai atau
melanjutkan program
latihan.
2. Dampingi individu pada saat
mengembangkan program
latihan untuk memenuhi
kebutuhannya.
3. Libatkan keluarga/orang
yang merawat dalam
merencanakan dan
meningkatkan program
latihan.
4. Instruksikan individu untuk
melakukan latihan.
5. Ajarkan keluarga/individu
untuk melakukan latihan
6. Monitor respon inividu
terhadap program latihan

2 Defisit Pengetahuan Tujuan Umum: 1. Respon/verbal Pendidikan Kesehatan (5514)


berhubungan dengan Setelah dilakukan pengetahuan (kognituf) 1. Tentukan pengetahuan
ketidakmampuan keluarga pendidikan kesehatan kesehatan dan gaya hidup
mengenal masalah selama 1x30 menit 2. Sikap perilaku saat ini pada individu,
kesehatan (00126) keluarga mampu keluarga, atau kelompok
a. Keluarga mampu
Domain 5 : Persepsi / mengetahui tentang sasaran.
menyebutkan tanda dan
kognisi penyakit Nyeri sendi atau 2. Rumuskan tujuan dalam
gejala Nyeri Sendi
Kelas 4 : Kognisi Nyeri Sendi pada Ibu M program pendidikan
b. Keluarga mampu kesehatan.
Tujuan Khusus menyebutkan penyabab 3. Berikan ceramah untuk
Tuk 1: Keluarga mampu dari penyakit memberikan informasi dengan
mengenal masalah Nyeri Osteroatritis secara tepat
Sendi dengan: sederhana 4. Kaji pengetahuan keluarga
a. Menyebutkan tanda tentang penyakit Nyeri Sendi
dan gejala Nyeri c. Keluarga mampu 5. Jelaskan pada keluarga
Sendi menjelaskan komplikasi tentang kemungkinan
dari penyakit Nyeri penyebab terjadi Nyeri Sendi
b. Menyebutkan Sendi 6. Diskusikan pada keluarga
penyebab dari tentang komplikasi penyakit
penyakit Nyeri Sendi d. Keluarga mampu
Nyeri Sendi
menjelaskan cara
7. Beri penjelasan kepada
c. Menyebutkan pencegahan komplikasi
keluarga tentang cara
komplikasi dari penyakit Nyeri Sendi
pencegahan komplikasi
penyakit Osteoatrits
e. Keluarga mampu penyakit Nyeri Sendi
d. Menjelaskan cara menjelaskan pentingnya 8. Motivasi keluarga untuk
pencegahan membawa anggota merawat anggota keluarga
komplikasi penyakit keluarga yang sakit yang sakit serta
Nyeri Sendi kepelayanan memerikasakan kesehatan
kepuskesmas
e. Menyebutkan
pentingnya merawat
anggota keluarga yang
sakit serta
kepuskesmas

3 Perilaku kesehatan Tujuan Umum: 1. Keluarga mampu mengenal Modifikasi Perilaku (4360)
cenderung beresiko Setelah dilakukan tindakan dan melakukan pencegahan 1. Tentukan motivasi klien
berhubungan dengan keperawatan selama 3 X penyakit terhadap perubahan perilaku
ketidakmampuan keluarga pertemuan diharapkan
mengambil keputusan Keluarga mampu 2. Keluarga mampu 2. Bantu klien untuk dapat
(00188) mengenal masalah mendiskusikan keputusan mengidentifikasi kekuatan
Domain 1 Promosi kesehatan akibat merokok yang akan di ambil, dirinya dan menguatkannya
Kesehatan dan keluarga mampu mengetahui apa akibat dari
Kelas 2 : Manajemen mengambil keputusan keputusan yang di ambil 3. Dukung untuk mengganti
Kesehatan untuk melakukan kebiasaan yang tidak
perubahan perilaku 3. Keluarga berkemauan untuk diinginkan dengan kebiasaan
anggota keluarga yang mengunjungi fasilitas yang diinginkan
merokok kesehatan yang sudah
tersedia. 4. Berikan umpan balik terkait
dengan perasaan saat klien
Tujuan Khusus:
tampak bebas dari gejala-
TUK 1 : keluarga mampu
gejala dan terlihat rileks
mengambil keputusan
dengan indikator: 5. Pilah-pilah perilaku menjadi
a. Kepercayaan mengenai bagian-bagian kecil untuk
kesehatan: kontrol yang dirubah menjadi unit perilaku
diterima (1702) yang terukur (misalnya:
berhenti merokok, jumlah
b. Perilaku promosi
rokok yang dihisap)
kesehatan (1602)
- Menggunakan
perilaku yang Dukungan pengambilan
menghindari resiko keputusan (5250)
1. Tentukan apakah terdapat
- Memonitor
perbedaan antara pandangan
lingkungan terkait
keluarga dan pandangan
dengan resiko
penyedia perawatan kesehatan
- Melakukan mengenai kondisi klien
perilaku secara
2. Bantu keluarga
rutin
mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian dari setiap
alternatif pilihan
3. Berikan informasi sesuai
permintaan keluarga

Identifikasi resiko (6610)


1. Kaji ulang riwayat kesehatan
masa lalu dan dokumentasikan
bukti yang menunjukkan
adanya penyakit medis,
diagnosa keperawatan serta
perawatannya
2. Identifikasi adanya sumber-
sumber agensi untuk
membantu menurunkan faktor
resiko
3. Identifikasi strategi koping
yang digunakan
4. Diskusikan dan rencanakan
aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko
berkolaborasi dengan individu
atau kelompok
CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanggal/Waktu


Nyeri kronis 1. Menjelaskan tentang Stretching atau peregangan S: 30/11/2019
berhubungan dengan tentang manfaatnya untuk mengatasi dan - Ibu M mengatakan nyeri dibagian lutut kanan dan 14.00 WIB
ketidakmampuan mengurangi nyeri sendi kiri ketika bangun dari tidur dan ketika melakukan
keluarga merawat 2. Mengkaji skala nyeri sebelum dilakukan stretching aktivitas
anggota keluarga yang 3. Menjelaskan gerakan stertching untuk mengatasi - Ibu M mengatakan skala nyeri sebelum dilakukan
sakit. nyeri lutut, tangan, bahu, leher, dan nyeri Stretching adalah 5
punggung. - Ibu M mengatakan skala Nyeri setelah dilakukan
4. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang stretching adalah 4
meliputi lokasi, durasi, skala nyeri
5. Menggali bersama klien faktor yang dapat O:
memperberat nyeri dan menurunkan nyeri. - Ibu M tampak senang ketika datang.
6. Memberikan informasi mengenai nyeri, seperti - Ibu M tampak masih bingung dengan senam yang
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan. diajarkan.
7. Melibatkan keluarga dalam terapi modalitas
penurunan nyeri. A : Masalah nyeri belum teratasi
8. Mengkaji skala nyeri setelah latihan stretching

P : Intervensi peningkatan latihan 2-7 dilanjutkan


Defisit Pengetahuan 1. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup S : Ny.N dan keluarga mengatakan sudah mengerti apa 30/11/2019
berhubungan dengan perilaku saat ini pada individu, keluarga, atau yang dijelaskan perawat. 14.00 WIB
ketidakmampuan kelompok sasaran. O: Ny.N dan keluarga dapat menjawab pertanyaan yang
keluarga mengenal 2. Rumuskan tujuan dalam program pendidikan diberikan.
masalah kesehatan kesehatan. A: Masalah defisit pengetahuan teratasi.
3. Berikan ceramah untuk memberikan informasi P: Intervensi dipertahankan. Dan lakukan evaluasi tentang
dengan tepat pengetahuan keluarga tentang nyeri sendi di pertemuan
4. Kaji pengetahuan keluarga tentang Nyeri Sendi berikutnya
5. Jelaskan pada keluarga tentang kemungkinan
penyebab terjadi Nyeri Sendi
6. Diskusikan pada keluarga tentang komplikasi
penyakit Nyeri Sendi
7. Beri penjelasan kepada keluarga tentang cara
pencegahan komplikasi penyakit Nyeri Sendi
8. Motivasi keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang sakit serta memerikasakan
kesehatan kepuskesmas
Perilaku kesehatan 1. Jelaskan tentang bahaya merokok dan metode S : 30/11/2019
cenderung beresiko yang dapat dilakukan untuk menghentikan - Bp Y mengatakan ingin berhenti merokok tetapi 14.00 WIB
berhubungan dengan kebiasaan merokok Bp Y mengatakan tidak tau caranya
ketidakmampuan - BP Y mengatakan mulai sekarang ingin mencoba
keluarga mengambil 2. Tentukan motivasi klien terhadap perubahan mengurangi kebiasaan merokoknya
keputusan perilaku merokok - Bp Y mengatakan akan mengurangi terlebih
dahulu kebiasaan merokoknya menjadi 4 batang
3. Bantu klien untuk dapat mengidentifikasi
perhari
kekuatan dirinya dan menguatkannya
- Keluarga mengatakan setuju bahwa merokok itu
4. Dukung untuk mengganti kebiasaan merokok berbahaya dan mendukung BP Y untuk berhenti
yang tidak diinginkan dengan kebiasaan yang merokok
diinginkan - Keluarga mengatakan tidak ada riwayat kesehatan
masa lalu yang disebabkan oleh merokok
5. Pilah-pilah perilaku menjadi bagian-bagian kecil O:
untuk dirubah menjadi unit perilaku yang terukur - Bp Y dan keluarga terlihat sudah mengerti dengan
(cara berhenti merokok, jumlah rokok yang bahaya merokok dan cara untuk berhenti merokok
dihisap perhari nya dikurangi) - Bp Y terlihat memiliki motivasi yang cukup tinggi
untuk berhenti merokok
6. Tentukan apakah terdapat perbedaan antara - Bp Y masih merokok beberapa batang
pandangan keluarga dan pandangan penyedia
perawatan kesehatan mengenai kondisi klien A: Masalah Belum teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 3,4,5,dan 9
7. Berikan informasi sesuai permintaan keluarga
8. Kaji ulang riwayat kesehatan masa lalu dan
dokumentasikan bukti yang menunjukkan adanya
penyakit medis, diagnosa keperawatan serta
perawatannya
9. Diskusikan dan rencanakan aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko berkolaborasi dengan
individu atau kelompok

Nyeri kronis 1. Mengkaji skala nyeri sebelum dilakukan stretching S: 04/12/2019


berhubungan dengan 2. Menjelaskan gerakan stertching untuk mengatasi - Ibu M mengatakan selama 4 hari setelah 10.00 WIB
ketidakmampuan nyeri lutut, tangan, bahu, leher, dan nyeri implementasi pertama hanya 2 hari Ibu M
keluarga merawat punggung. melakukan aktivitas Stretching di rumah, yaitu
anggota keluarga yang 3. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang hanya pagi hari saja.
sakit. meliputi lokasi, durasi, skala nyeri - Setelah sretching nyeri agak berkurang
4. Menggali bersama klien faktor yang dapat - Ibu M mengatakan nyeri dibagian lutut kanan dan
memperberat nyeri dan menurunkan nyeri. kiri ketika bangun dari tidur dan ketika melakukan
5. Memberikan informasi mengenai nyeri, seperti aktivitas, nyeri punggung, dan nyeri pada
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan. pergelangan tangan
6. Melibatkan keluarga dalam terapi modalitas - Ibu M mengatakan skala nyeri sebelum dilakukan
penurunan nyeri. Stretching adalah 5
7. Mengkaji skala nyeri setelah latihan stretching - Ibu M mengatakan skala Nyeri setelah dilakukan
stretching adalah 4

O:
- Ibu M tampak senang ketika datang.
- Ibu M tampak masih bingung dengan gerakan
stertching bagian lutut dan punggung yang
diajarkan.
- Ibu M tampak sudah hafal dan ingat gerakan
stertching untuk tangan dan leher

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi peningkatan latihan 2-7 dilanjutkan


Defisit Pengetahuan 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang Nyeri Sendi S: 04/12/2019
berhubungan dengan 2. Jelaskan pada keluarga tentang kemungkinan - Ibu M dan keluarga mengatakan sudah mengerti 10.00 WIB
ketidakmampuan penyebab terjadi Nyeri Sendi tentang nyeri sendi dan cara penanganannya
keluarga mengenal 3. Diskusikan pada keluarga tentang komplikasi - Ibu M dan keluarga sudah tau bagaimana merawat
masalah kesehatan penyakit Nyeri Sendi keluarga dengan nyeri sendi dan sudah tau
4. Motivasi keluarga untuk merawat anggota gerakan stretching untuk mengurangi nyeri sendi
keluarga yang sakit serta memerikasakan O: Ny.N dan keluarga dapat menjawab pertanyaan yang
kesehatan kepuskesmas diberikan.
A: Masalah defisit pengetahuan teratasi.
P: Intervensi dihentikan.
Nyeri kronis 1. Mengkaji skala nyeri sebelum dilakukan stretching S: 05/12/2019
berhubungan dengan 2. Menjelaskan gerakan stertching untuk mengatasi - Ibu M mengatakan sudah melakukan stretching 10.00 WIB
ketidakmampuan nyeri lutut, tangan, bahu, leher, dan nyeri pada pagi dan sore Hari.
keluarga merawat punggung. - Nyeri sendi sudah berkurang sejak kemarin
anggota keluarga yang 3. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang - Setelah sretching nyeri agak berkurang
sakit. meliputi lokasi, durasi, skala nyeri - Ibu M mengatakan nyeri dibagian lutut kanan dan
4. Menggali bersama klien faktor yang dapat kiri ketika bangun dari tidur dan ketika melakukan
memperberat nyeri dan menurunkan nyeri. aktivitas, nyeri punggung, dan nyeri pada
5. Memberikan informasi mengenai nyeri, seperti pergelangan tangan sudah agak berkurang
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan. - Ibu M mengatakan skala nyeri sebelum dilakukan
6. Melibatkan keluarga dalam terapi modalitas Stretching adalah 4
penurunan nyeri. - Ibu M mengatakan skala Nyeri setelah dilakukan
7. Mengkaji skala nyeri setelah latihan stretching stretching adalah 43
O:
- Ibu M tampak senang ketika datang.
- Ibu M tampak masih bingung dengan gerakan
stertching bagian punggung yang diajarkan.
- Ibu M tampak sudah hafal dan ingat gerakan
stertching untuk tangan dan leher dan untuk sendi
lutut

A : Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi peningkatan latihan 2-7 dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai