Oleh :
Rizka Rahma Ambarwati
NIM: 11182040
Pasien kritis yang sedang dalam perawatan, sangat bergantung pada alat,
monitor, dan terapi yang tidak bisa dilakukan diruang perawatan biasa. Dalam
hal ini, ICU adalah tempat yang tepat dalam melakukan perawatan pasien
kritis yang membutuhkan pemeriksaan dan pengawasan intensif. Dengan
tujuan dapat dipantau secara dini bila terjadi perubahan-perubahan pada pasien
yang dapat membahayakan kehidupannya sehingga dapat dikelola dengan baik
(Kepmenkes RI, 2011).
Terapi musik suara alam merupakan terapi komplementer yang diberikan pada
pasien dengan gangguan tidur. Terapi ini mempunyai pengaruh dalam
mengurangi gejala depresi pada pasien yang mengalami diagnose medis yang
berbeda pada tingkat usia yang berbeda. Terapi ini dapat dilakukan pada
semua penderita gangguan tidur (Dona. Mira,2010).
Musik suara alam yang digunakan adalah suara alam seperti suara gelombang
laut, suara burung, angin, air mengalir dan lain-lain, terapi ini mencapai hasil
yang memuaskan antara lain peningkatan kualitas tidur, kondisi fisik, mental
bagi individu diberbagai tingkat umur (Kurnia Wijayanti, dkk. 2016). Musik
suara alam merupakan jenis musik perkembangan teknologi, sebuah bentuk
dari music klasik yang berasal dari alam yang memiliki frekuensi yang
berbeda (Eka, Dhona, 2016).
Hasil dari studi pendahuluan total pasien ICU dengan rata-rata perbulan
terdapat 20pasien dengan kesadaran komposmentis, dan didapatkan dari
observasi langsung dan wawancara dengan 4 pasien yang di rawat di unit
perawatn kritis (ICU dan HCU) RS Premier Bintaro diperoleh data pasien
tersebut cenderung mengalami ketakutan dan merasakan sakit serta gangguan
tidur dan bila hal tersebut tidak diatasi akan berdampak pada gangguan
hemodinamika dan dapat memperlama perawatan di ICU, sehingga pasien
tersebut sangat membutuhkan terapi untuk membuat relaksasi. Berdarasarkan
survey tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh terapi
musik suara alam terhadap kualitas tidur pada pasien kritis di ruang ICU RS
Premier Bintaro”
B. Perumusan Masalah
Pasien Kritis yang mengalami gangguan tidur selama di ICU yang disebabkan
oleh beberapa faktor lingkungan, penyakit yang diderita dan terapi intervensi
yang diberikan oleh perawat yang mempengaruhi kebutuhan tidur. Karena hal
tersebut berdampak pada kulitas tidur yang buruk pada pasien. gangguan
timbul yang muncul akan menjadi masaalh yang serius bila tidak tertangani
seperti gangguan kardiovaskular, gangguan pernapasan, gangguan metabolik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah “Adakah pengaruh terapi musik suara alam terhadap kualitas tidur
pasien di unit perawatan kritis (ICU) RS Premier Bintaro?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh terapi musik suara alam terhadap kualitas tidur
pasien di unit perawatan kritis (ICU) RS Premier Bintaro.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik responden yang terdiri dari jenis kelamin,
umur pasien di unit perawatan kritis (ICU) RS Premier Bintaro
b. Menganalisa Kualitas tidur pasien kritis sebelum dan setelah diberikan
terapi musik suara alam.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan keperawatan
Sebagai salah satu pertimbangan kepada perawat ICU untuk memberikan
terapi musik kepada pasien dan melakukan sosialisasi pendidikan
kesehatan tentang manfaat terapi musik suara alam kepada pasien yang
mengalami gangguan tidur.
b. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak,
yaitu Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing
Region (BSR). RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan
tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain
itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron
dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norephinephrine.
Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah,
yaitu BSR (Potter & Perry, 2005).
c. Jenis-jenis tidur
Dalam prosesnya, tidur dibagi menjadi dua jenis. Pertama, jenis tidur
yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi
reticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat atau NREM (Non
Rapid Eye Movement). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh
penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun
kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan
tidur paradoks atau REM (Rapid Eye Movement). Tidur jenis ini dapat
berlangsung pada tidur lama yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata
timbul 90 menit. (Ardhiyanti, dkk, 2015).
1) Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan
ciri sebagai berikut:
a) Rileks.
b) Masih sadar dengan lingkungan.
c) Merasa mengantuk.
d) Bola mata bergerak dari samping ke samping.
e) Frekuensi nadi dan napas sedikit menurun.
f) Dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5
menit.
2) Tahap II
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut:
a) Mata pada umumnya menetap.
b) Denyut jantung dan frekuensi napas menurun.
c) Temperatur tubuh menurun.
d) Metabolisme menurun.
e) Berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
3) Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan
frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh
adanya dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
4) Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun,
dan tonus otot menurun.
1) Penyakit
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Individu yang sakit membutuhkan
waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya. Nyeri yang
timbul pada beberapa pasien di rumah sakit setelah mengalami
operasi juga turut mempengaruhi kualitas tidur pasien tersebut,
pada penelitian Indri tentang pengaruh nyeri terhadap kualitas tidur
pada pasien post operasi apendisitis didapatkan hasil bahwa
sejumlah 32 dari 54 total pasien post operasi dengan nyeri berat
mengalami kualitas tidur buruk (Indri,2014).
2) Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.
Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang
dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali
memanjang. Kelelahan yang diakibatkan karena pekerjaan yang
menumpuk, waktu dan shift kerja. Shift dan kerja malam hari
berpengaruh negatif terhadap kesehatan fisik, mengurangi
kemampuan kerja dan menganggu psychophysiology homeostatis
seperti circardian rhythms, makan dan waktu tidur (Maurits, 2008).
3) Stres emosional
Ansietas dan depresi dapat menganggu tidur seseorang. Kondisi
ansietas dapat meningkatkan kadar norepineprin darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
seringnya terjaga saat tidur. Penelitian yang dilakukan oleh
Wicaksono didapatkan hasil responden dengan tingkat stress dari
mulai ringan hingga berat berdampak pada kualitas tidur yang
buruk. Stres akibat kecemasan yang berlebihan membuat seseorang
terlalu keras berfikir sehingga sulit mengontrol emosi yang
berdampak pada peningkatan ketegangan dan kesulitan memulai
tidur (Wicaksono,2012).
4) Obat
Golongan sedasi menyebabkan pasien menjadi tidur, namun tidur
akibat pengaruh sedasi berbeda dengan tidur secara fisiologis
(Weinhouse & Watson, 2009). Meskipun keduanya menyebabkan
respon yang sama yaitu penurunan respon terhadap stimulus
eksternal, penurunan tonus otot dan depresi respiratori.
Perbedaannya jika tidur dipengaruhi oleh irama sirkadian maka
sedasi dipengaruhi oleh dosis obat yang diberikan. Pada tidur
normal akan terlihat perubahan gelombang EEG pada tiap tahap
tidur, sedangkan pada sedasi gelombang yang muncul atipikal dan
tidak dapat dikelompokkan ke tahapan tidur normal.
5) Nutrisi
Terpenuhnya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat
proses tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya
proses tidur, karena adanya tryptophan yang merupakan asam
amino dari protein yang dicerna. Demikian sebaliknya, kebutuhan
gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur, bahkan
terkadang sulit untuk tidur.
6) Lingkungan
Membagi dua faktor yang mempengaruhi tidur pada pasien di ruang
rawat intensif yaitu faktor lingkungan dan faktor non lingkungan.
Faktor lingkungan dalam penelitiannya terdiri dari suara, cahaya,
intervensi keperawatan, pemeriksaan diagnostik, pengukuran tanda-
tanda vital, flebotomi, pemberian obat-obatan, alarm bedside
monitor, pulse oximetry, suara berbicara, alarm infuse pump,
nebulizer, suara telepon petugas, televisi, telepon ruangan dan alarm
ventilator. Sedangkan yang termasuk dalam faktor non lingkungan
adalah karakteristik pasien, nyeri, dan obat yang digunakan oleh
pasien selama dirawat, terutama obat-obatan yang mempengaruhi
kualitas tidur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suara adalah
dimensi lingkungan yang paling mengganggu kualitas tidur pasien
di ruang intensif (bihari, mcevoy, matheson et al., 2012).
7) Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu,
adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan
gangguan proses tidur (Hidayat, 2006).
g. Gangguan tidur
Menurut Potter & Perry (2009) yang dituliskan dalam bukunya
Fundamental Keperawatan bahwa jenis-jenis gangguan tidur antara
lain:
1) Insomnia
Menurut Edinger dan Sarana (2005) dikutip dalam Potter & Perry
(2009), insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka
mengalami kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur,
dan/atau tidur non-restotatif.
2) Apnea Tidur
Apnea tidur adalah gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran
udara melalui hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih
pada saat tidur. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya
pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas. Bila
kondisi ini terus menerus maka dapat menyebabkan kadar oksigen
darah menurun dan denyut nadi menjadi tak teratur.
3) Narkolepsi
Narkolepsi adalah disfungsi mekanisme yang mengatur kondisi
tidur dan terjaga. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.
4) Kurang Tidur
Kurang tidur adalah masalah yang paling banyak dialami klien
sebagai hasil dari disomnia. Penyebabnya meliputi penyakit
(misalnya: demam, obat, sesak napas, atau sakit), stres emosional,
pengobatan, gangguan lingkungan (misalnya: tindakan perawatan
yang sering), dan variabilitas dalam waktu tidur karena shift kerja.
5) Parasomnia
Parasomnia adalah masalah tidur yang lebih umum terjadi pada
anak-anak daripada orang dewasa. Parasomnia juga merupakan
kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur,
misalnya somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang dapat
menyebabkan cedera.
2) Latensi Tidur
Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 2
dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, berapa menit
biasanya Anda habiskan waktu di tempat tidur, sebelum akhirnya
Anda tertidur?”, dan pertanyaan nomor 5a yang berbunyi “Selama
1 bulan terakhir, seberapa sering tidur Anda terganggu karena tidak
bisa tidur dalam waktu 30 menit”.
3) Durasi Tidur
Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor 4
dalam PSQI yang berbunyi “Selama 1 bulan terakhir, berapa jam
Anda tidur di malam hari? (Jumlah jam pada tidur malam)”.
Kriteria penilaian (skor) berdasarkan pilihan jawaban responden
sebagai berikut : > 7 jam : 0, 6-7 jam : 1, 5-6 jam : 2, < 5 jam : 3.
4) Efisiensi Kebiasaan Tidur
Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor
1, 3 dan 4 dalam PSQI mengenai jam tidur malam dan bangun pagi
serta durasi tidur.
Jawaban responden dihitung dengan rumus:
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟
x100%
𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟
5) Gangguan Tidur
Komponen dari kualitas tidur ini merujuk pada pertanyaan nomor
5b – 5j dalam PSQI yang terdiri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan gangguan tidur. Tiap item memiliki skor 0-3, dengan
0 berarti tidak pernah sama sekali dan 3 berarti sangat sering dalam
sebulan.
Skor kemudian dijumlahkan sehingga dapat diperoleh skor
gangguan tidur dan di kelompokan sebagai berikut:
Skor gangguan tidur 0 : 0, Skor gangguan tidur 1-9 : 1, Skor
gangguan tidur 10-18 : 2, Skor gangguan tidur 19-27 : 3.
b. Manfaat
Djohan ( 2006) dan Campbell (2002) menyebutkan manfaat utama
intervensi musik antara lain:
1) Relaksasi
Intervensi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran
untuk mengalami relaksasi (istirahat). Kondisi relaksasi disebabkan
karena seluruh sel dalam tubuh akan mengalami reproduksi,
produksi hormone tubuh diseimbangkan dan menyebabkan pikiran
mengalami penyegaran.
2) Kesehatan Jiwa
Musik mampu memberikan rasa tenang, mengendalikan emosi dan
menyembuhkan gangguan psikologis. Pada zaman modern seperti
sekarang ini, musik banyak digunakan oleh psikolog, psikiater
maupun therapist untuk mengatasi gangguan mental atau gangguan
psikologis seperti kecemasan, panik, stress dan depresi.
3) Mengurangi Rasa Sakit
Intervensi musik dapat membantu tubuh relaksasi secara fisik dan
mental sehingga mampu membantu menyembuhkan dan mencegah
rasa sakit. Hal ini disebabkan karena musik bekerja pada saraf
otonom yaitu pada bagian saraf yang bertanggung jawab
mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi otak yang
mengontrol perasaan dan emosi. Bagi penderita nyeri kronis yang
diakibatkab suatu penyakit, intervensi musik dapat membantu
mengurangi rasa sakit dengan mempengaruhi sistem saraf otonom.
5. Jurnal terkait
3. Penelitian dilakukan oleh Eka Yulia Fitri Y dan Dhona Andhini (2016)
dengan judul “pengaruh terapi nature sounds terhadap kualitas tidur
pada pasien dengan sindroma koronaria akut”. Jenis penelitian ini
adalah kuasi eksperimental dengan desain one group pretest-posttest.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling pada
pasien dengan SKA yang dirawat di ruang CVCU RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang berjumlah 13 responden. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kualitas tidur
(29,18±13,47, p value 0,000) dan tingkat kebisingan (19,69±16,68, p
value 0,001) sebelum dan setelah pemberian terapi nature sounds.
B. KERANGKA TEORI
Pasien kritis Factor yang
ICU mempengaruhi Kualitas tidur
kualitas tidur : yang baik
- Penyakit
- Kelelahan
- Stress
psikologi
- Nutrisi
- Lingkungan Kualitias tidur
- Obat yang buruk
- motivasi
Meningkatkan
Sumber: Hidayat (2006), mubarok (2007)
kualitas tidur
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEIFINISI OPERASIONAL &
HIPOTESA
Variabel ada karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara satu
dengan yan glainnya dan diteliti dalam suatu penelitian. Variabel penelitian
dikembangkan dari konsep/teori dan hasil penelitian terdahulu sesuai dengan
fenomena atau masalah penelitian. Dalam penelitian dikenal beberapa jenis
variabel berdasarkan hubungan sebab-akibat, antara variabel-variabel tersebut
antara lain variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat
(dependent variabel) (Dharma, 2011).
B. HIPOTESIS
Hipotesis penelitian adalah Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara
karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.
Hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Hipotesis Nol= H0
Tidak ada Pengaruh Terapi Musik Suara Alam Terhadap Kualitas Tidur
Pasien Di Unit Perawatan Kritis (ICU) RS Premier Bintaro
2. Hipotesis Alternatif= Ha
Ada Pengaruh Terapi Musik Suara Alam Terhadap Kualitas Tidur Pasien
Di Unit Perawatan Kritis (ICU) RS Premier Bintaro.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel penelitian menurut (Sugiyono, 2015) adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan kajian teoritis dan konsep yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat disusun defenisi operasional penelitian sebagai berikut:
A. Desain Penelitian
Design penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan sesuatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya
penelitian (Dharma, 2011).
Penelitian ini menggunakan quasi experiment, dengan rancangan pre and post
test without control yaitu peneliti hanya melakukan intervensi pada suatu
kelompok tanpa pembanding. Perlakuan dinilai degan cara membandingkan
pre test dengan post test (Dharma, 2011)
R O1 X O2
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau karakteristiknya kita
ukur dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari
populasi (Sutanto, 2010)
Pemilihan sampel secara Non-Probability Sampling adalah pemilihan
sampel yang tidak dilakukan secara acak. Non-Probability Sampling
menghasilkan peluang yang tidak sama pada individu dalam populasi
untuk terpilih menjadi sampel. Meskipun peluang untuk terpilih menjadi
sampel tidak sama, namun Non-Probability Sampling masih dibenarkan
jika sampel terpilih dapat mewakili populasinya (Darma, 2011).
a) Kriteria Inklusi
Sampel yang digunakan alah sample yang ditemui saat dilakukan
penelitian yang memenuhi inklusi sebagai berikut :
1) Pasien kesadaran compos mentis
2) Tidak mempunyai gangguan pendengaran
3) Bersedia menjadi subjek penelitian
4) Responden berada di ICU RS Premier Bintaro
b) Kriteria Eklusi
Kriteria dimana subjek penelitian tidak layak dijadikan sample
karentidak memenuhi syarat penelitian yaitu:
1) Pasien kesadaran tidak composmentis
2) Memiliki gangguan pendengaran
3) Tidak mau dijadikan sebagai responden penelitian
C. Tempat penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Rumah Sakit Premier
Bintaro, dikarenakan penelitian tentang intervensi yang diberikan musik suara
alam terhadap kualitas tidur pasien ICU. Penelitian dilaksanakan di ruang ICU
RS Premier Bintaro.
D. Waktu penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Desember 2019
sampai dengan Januari 2020.
E. Etika penelitian
Etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian.
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang
teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika
penelitian (Jacob, 2004).
Etika penelitian memiliki berbagai macam prisip, akan tetapi ada tiga prinsip
etik utama yang menjadi dasar standar etik dalam melaukan penelitian (Polit,
Beck & Hungler, 2001), di antaranya adalah:
1. Beneficence
Peneliti berupaya melindungi responden dari bahaya, atau ketidknyamanan
baik fisik maupun mental saat melakukan pengisian kuesioner. Peneliti
meyakinkan kepada responden bahwa partisipasi dan informasi yang
didapat dari responden digunakan untuk kebutuhan penelitian, bukan
untuk digunakan sebagai ekploitasi pada diri responden.
4. Anonimity
Terjadi ketika peneliti tidak dapat berhubungan dengan responden melalui
data yang diisi responden
1. Instrument penelitian
a) Terapi musik suara alam
Instrumen yang digunakan yaitu dengan lagu/mp3 melalui handphone,
earphone yang dipasangkan ke pasien untuk mendengarkan terapi
music.
b) Kuesioner kualitas tidur
Instrumen yang digunakan yaitu kueasioner PSQI Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI). Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
merupakan kuesioner untuk menilai kualitas tidur dalam waktu satu
bulan. PSQI merupakan instrumen yang telah terbukti efektif dan
digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur orang dewasa.
1. Prosedur administrative
a) Peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Kepela Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA
b) Setelah izin penelitian yang telah dikerluarkan oleh Kepala Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PERTAMEDIKA digunakan
peneliti untuk melakukan penelitian.
c) Peneliti melakukan permintaan izin kepada Kepala Perawat ICU RS Premier
Bintaro untuk melakukan penelitian dan izin pengambilan data yang
diserahkan kepada supervisior ruangan ICU.
2. Prosedur teknis
a)
Kurnia, W, J, Andrew., R, Nana. (2014). Musik Suara Alam Terhadap Peningkatan
Kualitas Tidur Pada Pasien Kritis. URL: garuda.ristekdikti.go.id
Morton, P. G., Fontaine, D. K., Hudak, C. M., Gallo, B. M. (2013). Critical Care
Nursing 10th Edition A Holistic Approach. Wolters Kluwer Health.
Urden, Linda D, et all. 2012. Priorities in Critical Care Nursing : Fift Edition.
Canada : Mosby Elsevier
Engwall,M. Fridh, I. Johansson,L. Bergbom,I. Lindahl, B. (2015). Lighting, sleep
and circandian ryhtm : An intervention study in the intensive care unit.
Intensive and Critical Care Nursing. https://doi.org/10.1016/j.iccn.2015.07.001
Romero-Bermejo, F.J. (2016). Sleep quality in intensive care unit: Are we doing our best
for our patients?. Indian Journal Critical Care Medicine, 18, 191-2.
Boyko, Y., Ording, H., Jennum, P. (2012). Sleep disturbances in critically ill
patients in ICU: how much do we know?. Acta Anaesthesiologica
Scandinavica Foundation. 56: 950-958. Diunduh pada tanggal 26
Oktober 2014 jam 17.00 WIB dari
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22404330>
Engwall, Fridh, Johansson, Bergbom & Lindhal. (2015) Lighting, sleep and
circadian rhythm: An intervention study in the intensive care unit.
Olsen KDE, Dysvik, Hanse BS. Intensive and critical care nursing (online). 2009; 25:
190-198. Available from: https://www.elsevier.com/journals/intensive-and-critical-
care-nursing/0964-3397?generatepdf=true
22. Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia A. Buku ajar psikiatri klinis edisi 2.
Jakarta: EGC, 2010
23.
Feldman RS. Pengantar psikologi. Jakarta : Salemba Medika, 2012
26. King LA. Psikologi umum : sebuah pandangan apresiatif. Jakarta : Salemba
Medika, 2010
Wicaksono DW. Analisis faktor dominan yang berhubungan dengan kualitas tidur
pada mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Airlangga, 2012 diakses melalui
http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Jurnal.rtf
27. Hidayat M & Hidayat A. Ketrampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika, 2008
28. Alimul H. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika, 2006
31. Mubarak WI, Nurul C. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori & aplikasi
dalam praktik. Jakarta : EGC, 2007
32. Indri VU, Karim D, Elita V. Hubungan antara nyeri, kecemasan dan lingkungan
dengan kualitas tidur pada pasien post operasi apendisitis. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau, 2014
33. Maurits LS dan Widodo ID. Faktor dan penjadualan shift kerja vol 13 no 2 ISSN :
0853-8697. Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, 2008
Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D.H. dan Kartasasmita, R.E., 2004, Asas
Pengembangan Prosedur Analisis, Airlangga University Press, Surabaya
Djohan. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. 1st ed. Yogyakarta: Galangpres; 2006.
Campbell D. Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran,
Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama; 2002.
Chlan L. A Review of the Evidence for Music Intervention to Manage Anxiety in
Critically Ill Patients Receiving Mechanical Ventilatory Support. Archives of
Psychiatric Nursing. 2009;177–9.