Disusun Oleh:
Nama : Nengsih Dharmawani
NIM : 11202014
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah Analisa
Jurnal EBN yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Artritis Reumatoid pada lansia di Desa Lau Rakit Dusun II
Kecamataaaaan STM Hilir Kab Delli Serdang“
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Medikal
Bedah dalam Program Studi Pendidikan S1 Keperawatan Non Regular di STIKes
PERTAMEDIKA. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada:
1. Ibu Wasijati, SKp., Msi., M.Kep selaku dosen kordinator mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah yang membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan tugas ini.
2. Keluarga yang sudah bersedia memberikan dukungan waktu, ketenangan dan
doa yang tak terhingga dirumah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan .................................................................................. 4
A. Kesimpulan .......................................................................... 22
B. Saran .................................................................................... 22
LAMPIRAN ............................................................................................... 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 994 dalam
Nugroho. W, 2000).
Seseorang yang sudah mengalami lanjut usia akan mengalami
beberapa perubahan pada tubuh/fisik, psikis/intelektual, sosial
kemasyarakatan maupun secara spiritual atau keyakinan. Salah satu
perubahan tersebut terjadi pada Sistem Muskuloskletal dimana tulang
kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh menjadi lebih pendek,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan menjadi
sklerosis, atrofi serabut otot (Wahjudi Nugroho, 2000). Dengan meningkatnya
usia fungsi otot dapat dilatih dengan baik namun usia lanjut tidak selalu
mengalami atau menderita rematik. Bagaimana timbulnya kejadian
reumathoid arthritis ini sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti
(Bjelle, 2004).
Berdasarkan kesepakatan para ahli di bidang rematologi, reumatik
dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari kesepakatan,
dinyatakan ada 3 keluhan utama pada sistem Muskuloskeletal yaitu : nyeri,
kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama yaitu :
pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan gerak (Divisi Geriatri
Bagian/Smf Penyakit Dalam Rsup.H.Adam Malik Medan). Nyeri adalah
proses biologis, psikologis, dan sosial yang kompleks dan faktor penting yang
mempengaruhi fungsi dan kualitas hidup bagi individu dengan arthritis
(Sridhor dkk,2003).
Penatalaksanaan rasa nyeri yang direkomendasikan oleh World Health
Organization menganjurkan pengobatan nyeri pada lansia dilakukan secara
konservatif dan bertahap untuk mengurangi terjadinya efek samping (Kasran
& Rina, 2006). Prinsip utama pada penatalaksanaan rasa nyeri adalah
menghilangkan serangan rasa nyeri. Manajemen nyeri yang efektif bagi lansia
dapat dilakukan dengan pendekatan secara farmakologik dan non
farmakologik (Kasran & Rina, 2006).
2
Tingginya prevalensi penyakit rheumathoid arthritis secara logis akan
menimbulkan implikasi peningkatan biaya kesehatan dan permasalahan lain
yang timbul selain masalah biaya ekonomi yang besar adalah efek samping
yang diakibatkan pemakaian obat-obat sintetis untuk reumathoid arthritis
seperti golongan NSAID dan Steroid. Perdarahan Saluran Makanan Bagian
Atas (PSMBA) akibat obat-obat rematik dialami oleh 1 dari 50 pasien
pemakainya. Penelitian di RSCM pada tahun 005 oleh Marcellus Simadibrata
dkk terhadap 1192 pasien PSMBA menunjukkan NSAID gastropathy
merupakan PSMBA tersering (70 %) (Dinas kesehatan Provinsi Sumatera
utara, 2010)
Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan perawat
secara mandiri dalam menurunkan skala nyeri rheumathoid arhtritis yaitu
dengan kompres jahe (Santoso, 2010). Jahe (Zinger Officinale (L) Rosc)
mempunyai manfaat yang beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri,
pemberi aroma, ataupun sebagai obat. Secara tradisional, kegunaannya antara
lain untuk mengobati rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot,
tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam dan infeksi ( Ali et al, 2008
dalam Hernani & Winarti, 2000). Beberapa komponen kimia jahe, seperti
gingerol, shogaol dan zingerone memberi efek farmakologi dan fisiologi
seperti antioksidan, anti inflamasi, analgesik, antikarsinogenik (stoilova et al.
2007 dalam Hernani & Winarti, 2010).
Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi
sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas oleoresin
menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga ke sirkulasi
perifer (Swarbrick dan Boylan, 2002). Senyawa gingerol telah terbukti
mempunyai aktivitas sebagai antipiretik, antitusif, hipotensif anti inflamasi
dan analgesik (Surch et al. 1999 dalam Hernani & Winarti, 2010).
Berdasarkan penelitian Nurul Fitriyah, FMIPA UI,0 tentang Efek
Ekstrak Etanol 70% Rimpang Jahe Merah (Zingiber Officinale Rosc. Var
Rubrum) Terhadap Peningkatan Kepadatan Tulang Tikus Putih Betina RA
(Rheumathoid Arthritis) Yang Diinduksi oleh Complete Freund s Adjuvant
3
dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 56 mg/200 g berat badan
tikus ekstrak jahe merah memiliki persentase penghambatan udem terbesar,
setara dengan natrium diklofenak dosis 1 mg/200 g bb tikus, dan ketiga dosis
ekstrak jahe merah memiliki efek dalam meningkatkan kadar kalsium tulang
setara dengan natrium diklofenak dosis mg/200 g berat badan tikus dan
kontrol normal.
Badan Pusat Statistik 2010 menyatakan bahwa pada tahun 2025
jumlah lansia akan berkisar 34,22 juta jiwa hal ini akan mempengaruhi
tingginya jumlah penderita reumathoid artritis di Indonesia. Hasil sensus
penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di
Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun
2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah lansia di Indonesia
akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada
tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa
(Badan Pusat Statistik, 2010).
Data penderita rheumathoid arthtritis di lingkungan kerja puskesmas
Tiga Balata pada tahun 2014 yaitu sebanyak 470 penderita ( SPTP Puskesmas
Tiga balata, 2014) yang mengeluh rasa nyeri baik pagi maupun malam serta
efek samping dari penggunaan obat-obat sintesis untuk rheumatoid arthritis
dan tingginya komponen kimia jahe seperti gingerol yang mampu memberi
efek farmakologi dan fisiologi seperti antiinflamasi dan analgesik.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti seberapa
besar pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada penderita
rheumathoid arthritis di lingkungan kerja Puskesmas Tiga Balata.
B. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh kompres jahe terhadap intensitas nyeri pada
penderita rheumathoid arthritis usia diatas 40 tahun di lingkungan kerja
Puskesmas Tiga Balata tahun 2015.
4
2. Tujuan Khusus
a. Bagi Responden
Memberikan masukan pengetahuandalam mengatasi nyeri
rheumathoid arthritis, dimana responden dapat mandiri mengolah
jahe sebagai terapi komplementer dalam mengatasi nyeri
rheumathoid arthritis
b. Bagi Praktek Keperawatan
Memberikan masukan pengetahuan terapi komplementer dengan
kompres jahe yang dapat digunakan sebagai tindakan keperawatan
baik di komunitas maupun di rumah sakit untuk mengurangi
intensitas nyeri pada penderita rheumathoid arthritis.
5
BAB II
ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama
1. Judul Jurnal : Pengaruh Kompres Hangat Jahe Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Arthritis Rheumatoid
Pada Lansia Di Desa Lau Rakit Dusun II
Kecamatan STM Hilir Kab. Deli Serdang.
2. Peneliti : Rentawati Purba, Siti Marlina, Adi Arianto
3. Desain Penelitian : One-group pretest-posttest design.
4. Populasi Sampling : Lansia (45-90th) sebanyak 13 orang , 6 orang
laki laki dan 7 orang perempuan. di Desa Lau
Rakit Dusun II Kecamatan STM Hilir Kab.
Deli Serdang.
5. Instrumen Penelitian : Pre – post Eksperimen (observasi) Pemberian
kompres hangat jahe.
6. Uji Statistik : T-test statistical test pengaruh jahe terhadap
penurunan skala nyeri p=0.001 p< 0.05
B. Jurnal Pendukung
1. Judul jurnal : Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah
(Zingiber officinale var rubrum) Terhadap
Kadar Kolesterol Total Pada WAnita MAsa
Klimakterium Menopause.
2. Peneliti : Siti Mahmudah
3. Desain Penelitian : Quasi Experiment dengan rancangan non
equivalent ( pretest-posttest) control group
design
4. Populasi Sampling : 36 responden yang terdiri dari 18 responden
kelompok perlakuan dan 18 responden
6
kelompok control dengan tekhnik purposive
sampling.
5. Instrumen Penelitian : Eksperimen (observasi) Pemberian ekstrak jahe
merah (Zingiber officinale var rubrum)
6. Uji Statistik : easy touch GCU
2. Intervention
Dilakukan kompres hangat jahe (pre-post) kemudian diukur skala nyeri
lansia selama 15 menit. Kompres hangat jahe dilakukan oleh peneliti
kemudian skala nyeri lansia diukur kembali. Jahe yang digunakan 20
gram, kemudian kulitnya dibuang dan ditumbuk hingga lumat.
Kemudian jahe tersebut direbus sampai mendidih dan pada saat
mengompres bungkus menggunakan handuk kecil. Lakukan setiap
kompres hangat setiap kali lansia mengalami nyeri sendi.
3. Comparisson
a. Judul Jurnal : Pengaruh Kompres serei hangat terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Artritis
Rheumatoid Pada Lanjut Usia
b. Peneliti : Marlina Andriani
c. Desain Penelitian : Eksperimen one-group pretest-posttest
design.
7
d. Populasi Sample : 20 orang
e. Instrumen Penelitian : Eksperimen
f. Uji Statistik : Non eksperimental dengan studi korelasi
g. Hasil Penelitian : Ada pengaruh pemberian kompres serei
hangat terhadap penurunan intensitas
nyeri arthritis rheumatoid pada lanjut usia
dengan rata-rata penurunan intensitas
nyeri yang dirasakan setelah dilakukan
kompres serei hangat 1,95 dan nilai
signifikan 0,000<a 0,05. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh
kompres serei hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri arthritis rheumatoid pada
lanjut usia.
4. Outcome
Menunjukkan adanya pengaruh kompres hangat jahe terhadap
penurunan skala nyeri dengan berlaku ketentua bahwa p-palue lebih
kecil dari a = 0.05 dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak.
8
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
9
kemudian kandungan oleoresin lebih banyak dibandingkan dengan jenis jahe
yang lain yang mana berkasiat sebagai antiradang.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang membutuhkan Asmadi, (2008). Kompres adalah
suatu upaya dalam mengatasi kondisi fisik dengan cara memanipulasi suhu
tubuh atau dengan memblokir efek rasa sakit. Kompres cukup berguna dalam
mengatasi aneka penyakit ringan dan gejala-gekalanya. Misalnya pada
demam, memar, bengkak, nyeri otot, gatal-gatal, kram, gangguan psikis, dan
ketegangan syaraf Jaelani,(2009).
B. Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah perasaan kompleks, banyak faktor yang
mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Menurut
international association for the study of pain, nyeri adalah pengalaman
emosional dan sensorik yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial, atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Perasaan nyeri
sebenarnya merupakan peringatan akan adanya kerusakan jaringan,
sehingga mengingatkan manusia untuk menghindarkan diri dari bahaya
yang dapat mengancam nyawa atau berakibat fatal. Satyanegara, (2014).
Nyeri adalah salah satu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat
subyektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, dapat di
anggap sebagai modalitas nyeri. Arif Mutaqqin (2008).
2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri di bagi menjadi 2 yaitu menurut smeltze,S.C bare B.G, (2002)
dalam buku khoerul latif,(2014):
10
a. Nyeri akut
Nyeri biasanya mereda jika ganguan yang menjadi penyebab teratasi,
onset baru,durasinya kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri menetap, dimana penyebab yang mendasari tidak dapat di
hilangkan.onset terus menerus atau hilang. Durasi nya lebih dari 6
bula.
Keterangan:
0 : tidak nyeri,
1-3 : nyeri ringan, secara subyek dapat berkomunilasi dengan baik.
4-6 : nyeri sedang, subyek menyeringai dan dapat menunjukan lokasi
nyeri, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : nyeri berat, tidak dapat mengikuti peintah tidak dapat dialihkan
dengan teknik nafas dalam.
10 : nyeri hebat, subyek tidak dapat lagi perkomunikasi.
a. Usia
11
nyeri, pada pasien lansia sering kali memiliki sumber nyeri lebih dari
satu.
b. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda signifikan dalam
berespon terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri.
d. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan
cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
e. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat
keparahan pada masing-masing individu dalam kaitannya dengan
kualitas nyeri.
f. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi
persepsi nyeri, perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan
meningkatkan respon nyeri sedangkan
g. upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon
nyeri. Ansietas (kecemasan)
h. Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan
tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas.
i. Keletihan
Keletihan dan kelelahan yang dirasakan seseorang akan
meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping
individu.
12
j. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang terbiasa merasakanan nyeri akan lebih siap dan
mudah mengantisipasi nyeri dari pada individu yang mempunyai
pengalaman sedikit tentang nyeri.
k. Dukungan keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan,
bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain dan orang terdekat,
walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang
terdekat akan sangat membantu.
C. Rematik
1. Pengertian
Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan,
nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya
(Adelia, 2011).
Reumatik dapat mengenai siapa saja yang rentan terkena penyakit
reumatik. Hal itu tentu saja tergantung pada jenis reumatik,umumnya
penderita reumatik akan merasa nyeri pada sendi dan tulang dan biasanya
mulai terjadi pada usia pertengahan ( Junaidi, 2006 ).
Rematik adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan di
masyarakat penyakit ini ada yang menyerang sendi dan ada pula yang
hanya menyerang jaringan disekitar sendi (Dalimartha, 2008).
2. Klasifikasi
Menurut (Adelia, 2011) ada 2 jenis rematik yaitu rematik sendi
dan rematik jaringan lunak.
Rematik sendi adalah rematik yang menyerang persendian,
rematik ini dibagi beberapa macam namun yang paling sering dijumpai
adalah :
13
a. Artritis rheumatoid
Artritis rheumatoid belum di ketahui penyebabnya dengan pasti, ada
yang mengatakan mikoplasma, virus, dan lain-lain namun itu semua
belum terbukti, beberapa kasus Artritis rheumatoid berhubungan
dengan stress yang berat, seperti tiba-tiba kehilangan anggota
keluarga.
b. Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih
dengan penyakit yang belum diketahui namun mengakibatkan
kelainan biologis, morfologis dan lainnya. Penyebab penyakit ini
belum diketahu pasti namun ada beberapa faktor resiko yang
berhubungan seperti usia yang lebih dari 40 tahun, jenis kelamin
yaitu dengan wanita yang lebih sering mengalami, suku bangsa,
genetic, kegemukan atau penyakit metabolik, pekerjaan, olah raga,
cidera sendi, kepadatan tulang dan lain-lain
c. Atritis gout
Adalah penyakit yang berhubungan dengan asam urat darah.
Penyakit ini disebabkan karena Kristal monosodium urat
dipersendian meningkat, obesitas, penyakit kulit, kadar trigliserida
yang tinggi, pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan
baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton yang meninggi dan
akan menyebabkan asam urat yang ikut meninggi.
14
c. Tenositivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.
d. Entesopati timbul akibat menggunakan lengan secara berlebihan,
degenerasi dan radang sendi.
d. Bursitis adalah peradangan bursa yang terjadi ditempat perlekatan
tendon atau otot ke tulang.
e. Nyeri punggung terdapat didaerah pinggang kebawah yang dapat
menjalar sampai kekaki.
3. Gejala
Gejala rematik Menurut Utami (2005) adalah :
a. Nyeri sendi
Merupakan keluhan utama pada rematik. nyeri sendi ada dua macam
yaitu nyeri sendi mekanis dan nyeri inflamasi (nyeri karena radang),
nyeri mekanis biasanya timbul setelah seseorang melakukan kegiatan
atau aktifitas dan akan hilang setelah beristirahat, nyeri inflamasi
biasanya terjadi pada pagi hari ketika sesorang bangun tidur. Nyeri
inflamasi biasanya nyeri hebat ketika digerakan, biasanya nyeri akan
menghilang setelah beberapa saat.
b. Kaku sendi
Gejala ini ditandai dengan sulitnya sendi digerakan, biasanya kaku
sendi terjadi pada pagi hari, pada umumnya terjadi pada sendi,
seperti pinggul, tulang belakang dan lutut.
15
Karena sendi tidak dapat berfungsi secara normal, hal ini juga dapat
terjadi karena seseorang ingin menghilangkan rasa nyeri yang
meradang dengan cara menekuk posisi persendian tersebut.
f. Sendi berbunyi
Gejala lain seperti berat badan menurun , rasa lelah dan lesu susah
tidur, aktivitas suami istri terganggu, dan gerakan menjadi lambat
4. Patofisiologi
Pada rematik reaksi autoimun terjadi dalam jaringan synovial, proses
fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi, otot akan turut
tertekan karena serabut otot akan mengalami perubahan degenerative
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer& Bare , 2002).
D. Lansia
1. Pengertian
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaan kehidupan,
menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho,2008).
Lansia mengalami proses menua (aging process) secara alami
yang tidak dapat dihindari (Hawari, 2007).Penuaan adalah normal,
dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan
16
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Stanley,2006)
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat, figur tubuh yang tidak proporsional
(Ahdaniar dkk, 2014). Proses penuaan akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes
RI; 2004).
2. Karakteristik Lansia
Menurut Maryam (2008). Lansia memiliki kerakteristik sebagai
berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU
No.13 tentang kesehatan)
b. Kebutuhan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spritural, serta dari kondisi
adaftip hingga kondisi mal adaptip.
3. Klasifikasi lansia
Menurut WHO dalam (Maryam, 2008) klasifikasi lansia di
golongkan menjadi 4 yaitu :
a. Usia pertengahan atau middleage yaitu seseorang yang berusia 45-59
tahun
b. Lanjut usia atau elderly yaitu seseorang yang berusia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua atau old yaitu orang yang berusia 75-90 tahun
d. Lanjut usia tua atau very old yaitu seseorang yang berusia diatas 90
tahun
17
4. Perubahan yang dihadapi lansia
a. Perubahan fisik
Sel pada lansia jumlahnya akan berkurang, ukurannya
membesar, cairan tubuh dan cairan intra seluler menurun
(Maryam,2008)
Rata-rata pada lansia jumlah saraf neocortical berkurang
sebesar 1 perdetik, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat
dalam merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu khususnya
dengan stress, mengecilnya syaraf pancaindra, serta menjadi kurang
sensitive terhadap sentuhan (Efendi,2009).
Pada system pendengaran membran timpani atrofil sehingga
terjadi gangguan pendengaran, tulang-tulang pendengaran
mengalami kekakuan (Maryam,2008).
System penglihatan timbul sklerosis pada sfingter pupil dan
hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola
(sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak,
hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan
menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan
warna hijau pada skala pemeriksaan (Efendi,2009).
Katup jantung pada system kardiovaskuler menebal dan
kaku, kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh
darah menurun serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat (Maryam,2008).
Pada system pernafasan otot mengalami kehilangan kekuatan
dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas dari silia, paru-paru
kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimal menurun dan
kedalaman nafas menurun (Efendi,2009). Alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus (Maryam,2008).
18
Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami skerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang
menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor (Efendi,2009).
Pada gastrointestinal, esophagus melebar, asam lambung
menurun, peristaltic menurun sehingga daya absorpsi juga menurun,
ukuran lambung mengecil serta fungus organ aksesoris menurun
sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim
pencernaan (Maryam,2008).
System genitourinaria, ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal
menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus
menurun sehingga kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan
urine juga menurun (Maryam,2008). Otot- otot kandung kemih
melemah kapasitasnya menurun hingga 200ml dan menyebabkan
frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine (Efendi,2009).
System endokrin, menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH,
dan LH, aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi
aldosteron, serta sekresi hormone kelamin seperti progsteron,
estrogen dan testosterone ( Efendi, 2009)
System integument kulit menjadi keriput, kulit kepala dan
rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal,
elastisitas menurun, veskularisasi, rambut memutih, kelenjar keringat
menurun, kuku keras dan rapuh ( Maryam, 2008 ).
b. Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, hereditas,
lingkungan, tingkat kecerdasan, dan kenangan (memori) (Effendi,
2009) kemampuan belajar pada lansia masih ada tetapi relative
menurun ( Maryam, 2008 )
19
c. Perubahan psikososial
Pada masa pensiun lansia akan kehilangan sumber financial,
kehilangan status, relasi, dan pekerjaan dan merasakan atau
kesadaran akan kematian (Effendi, 2009). Perubahan psikologis pada
lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan
keinginan, depresi, dan kecemasan ( Maryam, 2008 ).
E. Kerangka konsep
- obesitas
Nyeri
- virus
Rematik
Terapi
20
F. Kerangka teori
G. Hipotesa
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada pengaruh pemberian kompres serei hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut usia dengan rata-rata
penurunan intensitas nyeri yangdirasakan setelah dilakukan kompres serei
hangat 1,95 dan nilai signifikansi 0,000 <α 0,05. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada pengaruh kompres serei hangat terhadap penurunan
intensitas nyeri artritis rheumatoid pada lanjut usia.
Adanya pengaruh kompres hangat jahe terhadap penurunan skala
nyeri artritis reumatoid pada lanisa di Desa Lau Rakit Kecamatan STM Hilir
Kabupaten Deli SerdangSkala nyeri pada penderita artritis reumatoid yang
diberikan terapi kompres hangat jahe dengan ketentuan p-value < α= 0,005
dengan demikian berlakuku ketentuan Ha diterima ada pengaruh kompres
hangat jahe terhadap penurunan skala nyeri artritis reumatoid .
B. Saran
1. Petugas Kesehatan
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat disosialisasikan kepada
masyarakat dan meningkatkan pelayanan kesehatan terutama kepada
lanjut usia yang mengalami keluhan nyeri sendi dan perlunya
peningkatan penyuluhan kesehatan pada penderita artritis rheumatoid
tentang pengobatan non farmokologi berupa tehnik kompres serei.
22
2. Masyarakat
Bagi masyarakat dapat memberikan salah satu alternative pengobatan
untuk menurunkan intensitas nyeri atritis rheumatoid.
23
DAFTAR PUSTAKA
5. Makalah MDS dan Konsep Nyeri, Intan Firmallah, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang,2011
24
DAFTAR LAMPIRAN
25
Jurnal Penelitian Keperawatan Medik Vol. 2 No. 2 Edition: November 2019 – April 2020
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM
Received: 21 Maret 2020 Revised: 05 April 2020 Accepted: 24 April 2020
Abstract:
Rheumatoid Arthritis is a chronic of systemic inflammatory the disease,
systemic inflammation that can be affect tissues and organs, especially
attacking synovial joints. Based on the American of college Rheumathology
states that 52.5 million or approximately 23 % of the population of United
States suffer from rheumatoid arthritis. It is estimated that at least 355
million of the world population suffer from rheumatism, which means that 1
in 6 of the world's population of the experiences rheumatic disease. The
results of the survey on the European continent in 2004 showed that
rheumatic disease was the most common chronic disease. Approximately
50% of Europeans aged over 50 years experience musculoskletal pain
complaints. All the types of rheumatism cause disruptive pain so that one's
of the ability to move can be disrupted by rheumatic disease. One of the
non-pharmacological interventions that nurses can do independently in
reducing the scale of rheumatoid arthritis pain is by compressing warm
ginger. The design of the reseach used Pre-Experiment using One Grop
design. The design of theTest is Pre-Post. The sample of the Reseach was
13 people. the results of the test is t test statistical test the effect of ginger
compresses on the decrease in pain scale is known that the value of p =
0.001 is p <0.05 thus Ho is rejected which means there is the effect of
ginger warm compresses on the reduction in rheumatoid arthritis pain scale.
16
Purba, Marlina & Arianto, Pengaruh Kompres Hangat …
17
Purba, Marlina & Arianto, Pengaruh Kompres Hangat …
18
Purba, Marlina & Arianto, Pengaruh Kompres Hangat …
ini berlaku ketentuan bahwa p-palue Dalam Mengurangi Nyeri Otot Pada
lebih kecil dari α = 0.05 dengan Atlet Sepak Takraw. Universitas
demikian Ha diterima dan H0 ditolak, Deponegoro. Semarang (Curcuma
yaitu ada pengaruh kompres hangat Doestica Val). Dalam Sediaan
jahe terhadap penurunan skala nyeri. Topical Pada Menat Jantan
SIMPULAN DAN SARAN Darmojo, 2011 Geriatri Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut. Edisi 3. Jakarta:
Hasil penelitian initerdapat adanya
BalaiPenerbit Selemba Medika
pengaruh kompres hangat jahe
terhadap penurunan skala nyeri artritis Elizabeth J.Corwin. (2009). Buku Saku
reumatoid pada lanisa di Desa Lau Rakit Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya
Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Media
SerdangSkala nyeri pada penderita
Ghozali ,2011 Apliksi Analisi Multivanate
artritis reumatoid yang diberikan terapi
Dengan Program Spps Semarang.
kompres hangat jahe dengan ketentua
Badan Peneribit Universitas
p-value < α= 0,005 dengan demikian
Deponegoro
berlakuku ketentuan Ha diterima ada
pengaruh kompres hangat jahe Hamid A.M. (2011). Keefektifan
terhadap penurunan skala nyeri artritis Kompres Tepid Sponge Yang
reumatoid . Dilakukan IbuDalam Menurunkan
Demam Pada Anak Di Puskesmas
Saran
Mubulsari Kabupaten Jamber. Tesis
1. Bagi peneliti Program Studi Magister
Bagi peneliti lain dapat melakukan Kedokteran. UNS
penelitian menggunakan dengan
Hernani 2010 Identification Of Chemical
terapi herbal lain yang dapat
Components On Red Ginger
menurunkan skala nyeri atritis
(Zingiber Offiernale Var Rubrum)
reumatoid.
By Gcms. Proc. International
2. Bagi pendidikan keperawatan
Seminar OnNatural Product
Diharapkan menjadi bahan informasi
Chemistry And Utilization Of
bagi mahasiswa tentang manfaat
Natural Resources. Ul-Unisco,
kompres hangat jahe terhadap
Jakarta : 501-505
penurunan skala nyeri atritis
rheumatoid. Kate Ferry- Swainson & Eddy Soetrisno.
3. Bagi masyarakat 2004. Buku Pintar Terapi Jahe.
Dapat memberikan salah satu Jakarta
alternative pengobatan untuk Notoatmodjo, S. 2010. Meteologi
menurunkan intensitas nyeri atritis Penelitian Ilmu Kesehatan Jakarta :
rheumatoid. Rineka Cipta
19
Purba, Marlina & Arianto, Pengaruh Kompres Hangat …
20
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe …
Siti Mahmudah
Prodi Kebidanan, Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta
Email : sitimahmudah2000@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kesimpulan pemberian ekstrak jahe merah 10 gram yang diminum dua kali sehari selama 14 hari dapat
menurunkan kadar kolesterol total pada wanita masa klimakterium menopause.
36
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
37
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
38
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
univariat dan bivariat. Analisis Total Pre dan Post Pemberian Ekstrak
test.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kadar kolesterol total <200 mg/dl sebanyak 11
kadar kolesterol total pada kelompok perlakuan responden (61%).
sebelum diberikan ekstrak jahe merah 100%
diatas 200 mg/dl. Sesudah pemberian ekstrak jahe 2. Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total
merah yang kadar kolesterol total >200 mg/dl Pre dan Post Pada Kelompok Kontrol
turun menjadi 7 responden (39%), sedangkan
39
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe …
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui responden (72%), sedangkan kadar kolesterol
bahwa kadar kolesterol total pada kelompok total >200 mg/dl meningkat menjadi 5
kontrol pre intervensi <200 mg/dl sebanyak 16 responden (28%).
responden (89%), >200 mg/dl sebanyak 2 3. Pengukuran Kadar Kolesterol Total Wanita
responden (11%). Kadar kolesterol total setelah Masa Klimakterium Menopause Sebelum
14 hari tanpa pemberian ekstrak jahe merah Pemberian Ekstrak jahe Merah Pada
kadar kolesterol total <200 mg/dl sebanyak 13 kelompok Perlakuan dan Kontrol
Berdasarkan tabel diatas dapt diketahui 181,50 mg/dL dengan standar deviasi 14,26 mg/dL,
bahwa 18 responden kelompok perlakuan standart eror 3,36 dan didapatkan nilai minimal
mempunyai nilai rata-rata kadar kolesterol pre test 157 mg/dL dan maksimal 204 mg/dL.
adalah 222,61 mg/dL dengan standar deviasi
23,87 mg/dL, standart eror 5,63 dan didapatkan 4. Pengukuran Kadar Kolesterol Total Wanita
nilai minimal 204 mg/dL dan maksimal 290 mg/dL. Masa Klimakterium Menopause Sesudah
Pada 18 responden kelompok kontrol mempunyai Pemberian Ekstrak Jahe Merah Pada
nilai rata-rata kadar kolesterol pre test adalah Kelompok Perlakuan dan Kontrol
40
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe …
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui test adalah 186,11 mg/dL dengan standar deviasi
bahwa 18 responden kelompok perlakuan 18,19, standart eror 4,29 dan didapatkan nilai
mempunyai nilai rata-rata kadar kolesterol post minimal 158 mg/dL dan 220mg/dL
test adalah 200,61 mg/dL dengan standar deviasi
22,33 mg/dL, standart eror 5,26 dan didapatkan 5. Pengukuran Kolesterol Total pada Wanita
nilai minimal 174 mg/dL dan maksimal 269 Masa Klimakterium pada Kelompok Perlakuan
mg/dL. Pada 18 responden kelompok kontrol dan Kontrol
mempunyai nilai rata-rata kadar kolesterol post
Mean t Critical
No Kelompok N t Stat p
Pre Post two-tail
1 Perlakuan 18 222.61 200.61 4.991 2.110 0.000
2 Kontrol 18 181,50 186,11 1.435 2.110 0,169
41
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui yang berlebihan dalam tubuh akan
bahwa Berdasarkan tabel di atas dapat tertimbun di dalam dinding pembuluh
diketahui bahwa pada kelompok perlakuan darah dan menimbulkan kondisi yang
mempunyai nilai mean Pre 222,61 dan Post disebut arterosklerosis yaitu
200,61. Sedangkan t Stat 4,991 > t Critical penyempitan atau pengerasan pembuluh
two- tail 2,110 dan ρ value 0,000 < alpha darah. Kondisi ini merupakan risiko
0,05 sehingga ada perbedaan yang signifikan terjadinya penyakit jantung dan stroke.
antara rerata kadar kolesterol sebelum dan Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh
sesudah pemberian ekstrak jahe merah. Pada susunan makanan sehari-hari yang
kelompok kontrol didapatkan nilai mean Pre masuk dalam tubuh (diet). Faktor
181,50 dan Post 186,11. Sedangkan t Stat lainnya yang dapat mempengaruhi kadar
1,435 < t Critical two-tail 2,110 dan ρ value kolesterol darah disamping diet adalah
0,169 > alpha 0,05 sehingga tidak ada keturunan, umur, jenis kelamin, obesitas,
perbedaan yang signifikan pada kelompok stres, alkohol, olah raga.
kontrol yang tidak diberikan ekstrak jahe Penelitian ini dengan responden
merah. wanita masa klimakterium menopause
dengan rentang usia 40-65 tahun dimana
B. PEMBAHASAN terdapat 20 responden (55,5%)yang
terdiri dari 18 orang darikelompok
1. Kadar Kolesterol Total pada Responden perlakuan dan 2 orang kelompok kontrol
Sebelum Pemberian Ekstrak Jahe Merah. dengan kadar kolesterol total lebih dari
Kolesterol total merupakan kadar 200 mg/dl pada saat sebelum dilakukan
keseluruhan kolesterol yang beredar pemberian ekstrak jahe merah. Pada
dalam tubuh manusia. Kolesterol tinggi penelitian ini mayoritas responden kadar
atau hiperkolesterolemia adalah kondisi kolesterol total pretest >200 mg dl.
dimana tingkat kolesterol dalam darah Peningkatan kadar kolesterol merupakan
yang melampaui kadar yang normal. faktor risiko penyakit kardiovaskuler
Kolesterol dalam tubuh dapat terutama pada wanita di masa
menyebabkan berbagai penyakit klimakterium menopause dimana seiring
khususnya penyakit jantung dan bertambahnya usia terjadi penurunan
hipertensi termasuk dalam kategori hormon estrogen yang sangat berperan
sepuluh besar penyakit tidak menular untuk melindungi dari penyakit
yang banyak diderita masyarakat kardiovaskuler. Klimakterium adalah
Indonesia (Riskesdas, 2013). Kolesterol masa peralihan dari masa reproduktif
42
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
43
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
44
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
45
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
46
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
47
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
48
P ISSN 2337-649X Siti Mahmudah, Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe
…
49
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
Abstract
This study aims to look at the influence of warm lemongrass compress to decrease theintensity of pain in
the elderly rheumatoid arthritis Tarok Dipo villages community health centers Guguk Panjang
Bukittinggi working area. This study used an experimental metnod of one-group pretest-postest design
using a total sampling with a sample of 20 people, collecting data through interviews with measuring
outcomesassessment using the numeric rating scale and with observation we can get result with used
scale Wong Barker (Scale Face), mean pain intensity before a warm lemongrasscompress 4,90 and after
warm lemongrass compress 2,95. The results abtained rheumatoid arthritis pain intensity difference
before and after warm lemongrass compress. This is evidenced by the t-test t value obtained at 10,563
with a significance value = 0,000, with a warm lemongrass compress these results can be used as an
alternative to reduce pain intensity and pain felt by the elderly suffering rheumatoid arthritis. It was
concluded that a warm lemongrass compress effect on rheumatoid arthritis decrease pain intensity and
can be resumed as intervention can be carried out independently by people with rheumatoid arthritis.
Keywords: (rheumatoid arthritis, pain intensity, olds, lemongrass compress)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kompres serei hangat terhadap penurunan intensitas
nyeri artritis rheumatoid pada lansia. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen one-group pretest-
posttets design dengan menggunakan total sampling dengan sampel sebanyak 20 orang, pengumpulan
data yang dilakukan melalui wawancara dengan penilaian hasil ukur menggunakan numeric rantingscale
(NRS) dan melalui observasi dengan penilaian hasil ukur menggunakan skala Wong Barker (skala
wajah), mean intensitas nyeri sebelum kompres serei hangat 4,90 dan setelah dilakukan kompres serei
hangat 2,95. Hasil penelitian ini didapatkan perbedaan intensitas nyeri artritis rheumatoid sebelum dan
setelah dilakukan kompres serei hangat. Ini dibuktikan dengan uji t-test didapat nilai t sebesar 10,563
dengan nilai signifikansi = 0,000, dengan hasil tersebut kompres serei hangat dapat digunakan sebagai
salah satu alternative untuk mengurangi intensitas nyeri dan rasa nyeri yang dirasakan oleh lanjut usia
yang menderita artritis rheumatoid. Dapat disimpulkan bahwa kompres serei hangat berpengaruh
terhadap intensitas nyeri artritis rheumatoid dan dapat dilanjutkan sebagai intervensi yang dapat
dilakukan secara mandiri oleh penderita artritis rheumatoid.
Kata kunci : (rtritis rheumatoid, intensitas nyeri, lansia, kompres serai hangat)
34
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
2007).Lebih mudahya artritis rheumatoid Penelitian dari The Science and Technology
diartikan sebagai penyakit yang menyerang yang dikutip dalam livestrong.com telah
sendi, otot, dan jaringan tubuh (Utami, menentukan bahwa serai memiliki manfaat
2005). antioksidan yang dapat membantu mencegah
kanker, dalam serei terdapat kandungan zat
Namun begitu banyak aktivitas keperawatan anti-mikroba dan anti bakteri yang berguna
nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk sebagai obat infeksi serta mengandung
menghilangkan nyeri.Metode penghilang senyawa analgetik yang membantu
nyeri nonfarmakologi biasanya mempunyai menghilangkan rasa sakit atau nyeri seperti
resiko lebih rendah.Meskipun tindakan nyeri otot dan nyeri sendi akibat artritis
tersebut bukan merupakan pengganti untuk rheumatoid atau anti rematik.
obat-obatan, tindakan tersebut mungkin
dapat mempersingkat episode nyeri Para ilmuwan dari Universitas Gorin di
(Smeltzer, 2001). Israil pada tahun 2006 telah menemukan
bahwa dalam serei ada senyawa yang dapat
Salah satu tindakan untuk menghilangkan meringankan peradangan dan iritabilitas
nyeri secara nonfarmakologi yaitu dengan serta dalam tumbuhan serei itu juga terdapat
menghangatkan persendian yang sakit. suatu senyawa yang dapat mematikan sel
Mekanisme metode ini sama dengan metode kanker, dalam tanaman serei terkandung zat
terapi pijat yang menggunakan terapi gate biotik yaitu minyak serei dikenal dengan
kontrol. Ada bermacam-macam cara minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai
pemanasan yaitu kompres hangat dengan obat alternative untuk bahan pijat rematik.
handuk, dengan mendekatkan botol ke
kedua sendi yang sakit dan bisa juga dengan Sejalan dengan bertambahnya usia pada
berjemur di bawah sinar matahari. lansia berbagai penyakit menghampirinya
Penggunaan panas mempunyai keuntungan salah satunya adalah penyakit artritis
meningkatkan aliran darah ke suatu area dan reumatoid. Diperkirakan penderita reumatik
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri, di dunia telah mencapai 335 juta jiwa.
panas yang lembab dapat menghilangkan Angka ini akan terus meningkat dan pada
kekakuan pada pagi hari akibat artritis tahun 2025 diperkirakan lebih dari 25%
(Ceccio, 1990 dalam Potter, Perry, 2001). akan mengalami kondisi kelumpuhan akibat
kerusakan tulang dan penyakit sendi. Pada
Dalam buku Herbal Indonesia disebutkan suatu Survey radiografi pada wanita
bahwa khasit tanaman serei mengandung dibawah 40 tahun hanya 2% menderita
minyak atsiri yang memiliki sifat kimiawi osteoartritis, akan tetapi pada usia 45 – 60
dan efek farmakologi yaitu rasa pedas dan tahun angka kejadiannya 30% sementara
bersifat hangat sebagai anti radang (anti orang-orang diatas 61 tahun angka
inflamasi) dan menghilangkan rasa sakit kejadiannya lebih dari 65% (Suyono,2001).
atau nyeri yang bersifat analgetik serta
melancarkan sirkulasi darah, yang di Pelayanan kesehatan diseluruh dunia akan
indikasikan untuk menghilangkan nyeri otot menghadapi tekanan pada 10-20 tahun
dan nyeri sendi pada penderita artritis mendatang, karena peningkatan yang luar
rheumatoid, badan pengalinu dan sakit biasa orang yang terkena penyakit
kepala (Hembing, 2007). Musculoskeletal. Organisasi kesehatan dunia
35
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
36
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
Intensitas Frequency %
Nyeri
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
sebelum dilakukan kompres serei hangat
1-3 13 65%
sebagian besar lanjut usia mengalami nyeri
artritis rheumatoid dengan intensitas 4-6
4-6 7 35%
(sedang) sebanyak 85%.
Rata-rata Intensitas Nyeri Setelah Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
DilakukanKompres SereiHangat setelah dilakukan kompres serei hangat
Nyeri Standar 95% sebagian besar lanjut usia mengalami nyeri
Setelah Mean Mean Min Max artritis rheumatoid dengan intensitas 1-3
Deviasi Ci
(ringan) sebanyak 65%.
2,95 2,95 1 5 1,099 2,44
– Analisis Bivariat
3,46
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui
Dari analis diatas didapatkan rata-rata pengaruh pemberian kompres serei hangat
intensitas nyeri atritis rheumatoid setelah terhadap intensitas nyeri artritis rheumatoid
diberikan kompres serei hangat pada lanjut menggunakan uji statistik yaitu uji t-test
usia dengan nilai rata-rata intensitas nyeri
dependent dengan teknik komputerisasi dengan
2,95 (nyeri ringan) sedangkan perbedaan
intensitas nyeri artritis rheumatoid yang tingkat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian
dialami setelah kompres serei hangat, lanjut dikatakan bermakna jika nilai p value < 0,05
usia lebih banyak mengutarakan dan yang berarti ada pengaruh pemberian serei
merasakan tingkat intensitas nyeri pada hangat terhadap intensitas nyeri
38
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
rheumatoid.Adapun hasil analisa bivariat pada sebelum dilakukan kompres serei hangat
penelitian ini adalah : yang didapat 1,071 dan setelah dilakukan
kompres serei hangat standar deviasi 1,099
Tabel.6 dengan perbedaan standar deviasi sebesar
0,826 sedangkan nilai t = 10,563 dengan
Pengaruh Kompres SereiHangat terhadap
signifikansi 0,000, sehingga dapat ditarik
Intensitas Nyeri
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
intensitas nyeri artritis rheumatoid sebelum
dan setelah dilakukan kompres serei hangat.
Dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh
Kompres SereiHangat terhadap Intensitas
NyeriAtritis Rheumatid Pada Lanjut Usia
diKelurahan Tarok DipoWilayah Kerja
Puskesmas Guguk Panjang Bukittinggi,
terbukti dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05).
PEMBAHASAN
Univariat Intensitas Nyeri sebelum
dilakukan kompres serei hangat
Berdasarkan hasil analisa pada tabel 2
didapat rata-rata intensitas nyeri sebelum
dilakukan kompres serei hangat adalah 4,90
(nyeri sedang) dengan standar deviasi 1,071.
Dengan 95% tingkat kepercayaan, intensitas
nyeri klien sebelum dilakukan kompres serei
hangat antara 4,40 – 5,40 (nyeri sedang).
Dan dapat disimpulkan bahwa sebelum
dilakukan kompres serei hangat seluruh
responden (85%) mengalami nyeri sedang
dan (15%) mengalami nyeri ringan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syarifah Aini, Skepyang
berjudul Pengaruh Kompres Hangat
Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Pasien
Hasil penurunan ini juga dapat dilihat
Rematik Di Kelurahan Koto Panjang Ikur
pada tabel t-test secara statistik didapat Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
perbedaan nilai rata-rata intensitas nyeri Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun
sebelum dilakukan kompres serei hangat 2010, yang didapat rata-rata tingkat nyeri
sebesar 4,90 dan setelah dilakukan kompres sebelum dilakukan kompres serei hangat
serei hangat terdapat penurunan intensitas sebesar 4,79 dengan standar deviasi sebesar
nyeri dengan nilai rata-rata 2,95 dengan 1,032.
rata-rata perbedaan intensitas nyeri sebelum Usia pertengahan cenderung akan
dan setelah pemberian kompres serei hangat mengalami penurunan aktifitas dan berlanjut
sebesar 1,95. Sedangkan standar deviasi sampai tua karena terjadinya penurunan
39
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
fungsi tubuh akibat proses penuaan. Organ- nyeri yang dirasakan secara berlebihan
organ tubuh yang dulunya berfungsi dengan dibandingkan dengan wanita.
baik tanpa adanya gangguan, sekarang Dilihat dari rentang usia yang biasanya
mengalami kemunduran karena dalam beresiko terkena artritis rheumatoid adalah
proses penuaan(Smeltzer, 2001). usia 40 tahun keatas, penyakit ini lebih
Hasil penelitian ini mendukung penjelasan cenderung diderita usia 40 tahun keatas
diatas yang mana mayoritas lanjut usia yang karena kita ketahui sistem metabolisme pada
menjadi responden pada penelitian ini usia tersebut sudah mulai terganggu atau
mengalami nyeri artritis rheumatoid pada mengalami penurunan fungsi, namun tidak
daerah lutut yang terdiri dari 12 orang, pada menutup kemungkinan kelompok usia
pergelangan kaki sebanyak 5 orang, dan produktif juga dapat terkena.
pada bagian pinggulsebanyak 3 orang,
sehingga mereka merasa terganggu dalam Setiap lanjut usia penderita artritis
melakukan aktifitas akibat rasa nyeri, kaku rheumatoid mengalami nyeri ringan sampai
pada sendi, bengkak dan terganggunya sedang, kadang bisa berat. Rata-rata klien
fungsi sendi. Selain itu responden mengalami nyeri sedang dan lamanya nyeri
perempuan lebih mendominasi bisa berjam-jam bahkan berhari- hari
dibandingkan responden laki-laki sebesar terutama pada cuaca dingin dan pagi hari,
35%. Dan kriteria usia yang diterakan pada hal ini diakibatkan karena kerusakan
kriteria sampel juga sangat mendukung jaringan sendi,kerusakan tulang rawan
penjelasan teori faktor resiko yang (kartilago) sendi dan tulang didekatnya,
dipaparkan Sudoyo (2007), yang disertai perforasi dari tulang dan jaringan
mengatakan usia merupakan variabel yang lunak didalam dan sekitar daerah yang
selalu diperhatian dalam penyelidikan- terkena. Pada umumnya lanjut usia artritis
penyelidikan epidemologi. Angka kesakitan rheumatoid dengan intensitas nyeri sedang
maupun kematian hampir semua (4-6) merasakan nyeri sering terjadi pada
menunjukkan hubungan dengan usia. daerah lutut, kaki, pergelangan kaki dan
tangan, dan diberbagai persendian lainya.
Menurut asumsi peneliti, dilihat dari segi Rata-rata lanjut usia merasa terganggu
jenis kelamin lanjut usia yang menderita dalam beraktifitas karena rasa nyeri yang
artritis rheumatoid di Kelurahan Tarok Dipo dialaminya.Jika nyeri tidak diatasi dengan
yang terbanyak adalah responden segera, ini akan berlanjut hingga nyeri berat
perempuan sebanyak 13 orang dengan dan dapat mengganggu aktivitas klien.
proporsi sebesar 65% dan laki-laki sebanyak Intensitas Nyeri Artritis Rheumatoid
7 orang dengan proporsi sebesar 35%. Jenis pada Lanjut Usia Setelah Dilakukan
kelamin mempunyai pengaruh penting Kompres Serei
dalam berespon terhadap nyeri (Matasarin &
Jacob, 1997, dikutip dari harsono, Berdasarkan hasil analisa pada tabel 4
2009).Perbedaan jenis kelamin telah didapat rata-rata intensitas nyeri setelah
diindentifikasi dalam hal nyeri dan respon dilakukan kompres serei hangat adalah 2,95
nyeri.Laki-laki memiliki sensitifitas yang (nyeri ringan) dengan standar deviasi 1,099.
lebih rendah dibandingkan dengan wanita Dengan 95% tingkat kepercayaan, intensitas
atau kurang merasakan nyeri (Smeltzer and nyeri klien setelah dilakukan kompres serei
Bare).Laki- laki kurang mengekspresikan hangat antara 2,44 – 3,46 (nyeri ringan).
40
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
Dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan wajah Wong and Barker (skala wajah)
kompres serei seluruh responden (65%) merupakan skala nyeri enam wajah dengan
mengalami nyeri ringandan (35%) ekspresi berbeda, menampilkan wajah
mengalami nyeri sedang. bahagia hingga wajah sedih, digunakan
Pada tabel 3frekuensi intensitas nyeri untuk mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini
artritis rheumatoid sebelum dilakukan biasanya dipergunakan mulai anak usia 3
kompres serei hangat 85% mengalami (tiga) tahun (Potter and Perry, 2005).
intensitas nyeri sedang (4-6) ada 17 orang Pemberian kompres hangat pada daerah
dan lainya intensitas nyeri ringan (1-3) tubuh akan memberikan sinyal ke
sebesar 15%. Pada table 5 setelah dilakukan hypothalamus melalui sumsum tulang
kompres serei hangat 65% responden belakang. Ketika reseptor yang peka
dengan intensitas nyeri ringan (1-3) dan terhadap panas dihypothalamus diransang,
35% dengan intensitas nyeri sedang (4-6). system effektor mengeluarkan signal yang
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang mulai berkeringat dan vasodilatasi
seberapa parah nyeri dirasakan oleh perifer.Perubahan ukuran pembuluh darah
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat diatur oleh pusat vasomotor pada medulla
subjektif dan individual dan kemungkinan oblongata dari tangkai otak, dibawah
nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan pengaruh hipotalamik bagian anterior
sangat berbeda oleh dua orang yang sehingga terjadi vasodilatasi.Terjadinya
berbeda. Pengukuran nyeri dengan vasodilatasi ini menyebabkan aliran darah
pendekatan objektif yang paling mungkin kesetiap jaringan bertambah khususnya yang
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh mengalami radang dan nyeri, sehingga
terhadap nyeri itu sendiri.Namun, terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak yang meradang (Tamsuri,2006).
dapat memberikan gambaran pasti tentang Durasi kompres serei hangat juga
nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). mempengaruhi respon nyeri yang dirasakan,
Karakteristik paling subjektif pada nyeri dengan kata lain kompres serei hangat
adalah tingkat keparahan atau intensitas diberikan jika toleransi respon fisiologis
nyeri tersebut.Klien sering kali diminta setiap pasien berbeda-beda. Toleransi yang
untuk mendeskripsikan sebagai nyeri ringan, dapat diberikan pada seseorang dalam
sedang, berat.Namun makna istilah ini pemberian kompres serei hangat ini yaitu
berbeda bagi perawat dan klien.Dari waktu dilakukan selama 20 menit.Berdasarkan hal
kewaktu informasi jenis ini juga sulit untuk tersebut, keseluruhan responden dalam
dipastikan.Skala penilaian numerical rating penelitian ini dapat mentoleransi durasi
scale / NRS lebih digunakan sebagai kompres serei hangat dengan waktu 20
pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal menit dengan 20 responden.
ini, klien menilai nyeri dengan Penelitian ini mendukung penelitian dari
menggunakan skala 0-10. Menurut AHCPR Isnainil S.Kep, pada tanggal 5 April sampai
(1992), skala paling efektif digunakan saat 21 Mei 2011 sebagai karya tulis ilmiah,
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat
setelah intervensi terapeutik. Dan apabila terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Pasien
digunakan untuk menilai nyeri maka Rematik di Poli Interne RSAM Bukittinggi
direkomendasikan patokan 10 cm dan Skala tahun 2011, dimana hasil penelitian ini
41
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
42
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
43
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
Aktif Di Klinik Hj. Hamidah Nasution hangat untuk pengurangan nyeri penderita
Medan Tahun 2010” dimana penelitian ini artritis rheumatoid.
mengatakan terdapat adanya pengaruh PUSTAKA
penggunaan kompres hangat terhadap Arikunto, (2006). Prosedur Penelitian Suatu
penurunan nyeri persalinan kala Ifase aktif. Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka
Menurut asumsi peneliti, mengenai Cipta.
kompres serei hangat dalam menurunkan
intensitas nyeri pada lanjut usia artritis Asmadi. (2008). Tehnik Prosedur
rheumatoid terbukti dalam mengurangi nyeri Keperawatan :Konsep dan Aplikasi
yang dirasakan oleh klien. Adanya Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta
penurunan intensitas nyeri artritis :Salemba Medika
rheumatoid setelah dilakukan kompres serei
hangat ini disebabkan karena tanaman serei Bobak. (2006). Buku Ajar Keperawatan
memiliki kandungan enzim siklo-oksigenase Marternitas, Jakarta : EGC
yang dapat mengurangi peradangan pada
penderita artritis rheumatoid, selain itu serei Corwin, E, J.(2000). Buku Saku Pofisiologi,
juga memiliki efek farmokologis yaitu rasa Jarkarta : EGC
pedas yang bersifat hangat.Dimana efek
hangat ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku Darmojo, B . (1999). Geriatri (Ilmu
dan spasme otot, karena terjadi vasodilatasi Kesehatan Usia Lanjut),Jakarta :
pembuluh darah. FKUI
KESIMPULAN Dermawan, F (2008). Lansia Masa Kini Dan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Mendatang diperoleh tanggal 12
penelitian kompres serei hangat ini adalah februari 2012, from.http;//
:Ada pengaruh pemberian kompres serei WWW.Headline News/ Situs Resmi
hangat terhadap penurunan intensitas nyeri Kementrian Kesehatan Rakyat. Htm
artritis rheumatoid pada lanjut usia dengan Dharma, K, (2011).Metodelogi Penelitian
rata-rata penurunan intensitas nyeri yang Keperawatan. Jakarta : CV Trans
dirasakan setelah dilakukan kompres serei Info Media.
hangat 1,95 dan nilai signifikansi 0,000 <α
0,05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan Data Dinas Kesehatan Kota Bukititnggi
bahwa ada pengaruh kompres serei hangat Tahun 2011
terhadap penurunan intensitas nyeri artritis
rheumatoid pada lanjut usia. Departemen Kesehatan RI, (2009).
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat Prevalensi Rheumatoid Artritis.
disosialisasikan kepada masyarakat dan Propinsi Indonesia
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama
kepada lanjut usia yang mengalami keluhan Departemen Kesehatan RI, (2001). Defenisi
nyeri sendi dan perlunya peningkatan Lanjut Usia. Propinsi Indonesia
penyuluhan kesehatan pada penderita artritis
rheumatoid tentang pengobatan non Ester, M. (2005). Buku Ajar Fundamental
farmokologi berupa tehnik kompres serei Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik edisi 4.Jakarta : EGC
44
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
45
ISSN: 1979-9292
JURNAL IPTEKS TERAPAN E-ISSN: 2460-5611
Research of Applied Science and Education v10.i1 (34-46)
46