DI SUSUN OLEH :
MIFTAQUL HUDHA
P27820722158
JURUSAN KEPERAWATAN
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Kepala Puskesmas Perak Timur Surabaya,
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar Lansia
1. Definisi Lansia atau menua (menjadi tua)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi,
arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).
2. Batasan Lansia
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi :
1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.
3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun
4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun
3. Klasifikasi Lansia
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan
4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau melakukan
kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari nafkah
sehingga dalam kehidupannya bergantung pada orang lain
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum, partisipasi
dan keterlibatan dalam kegiatan di masyarakat dan Negara atau pemerintah
1. Definisi Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Menurut Lany Sustrani, dkk (2010) hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkanya. Tubuh akan bereaksi lapar, yang
mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Apabila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap akan menimbulkan gejala yang
disebut sebagai penyakit darah tinggi. Hipertensi mencakup tekanan darah 140/90 mmHg
(milimeter Hydragyrum atau milimeter air raksa) dan di atasnya (Lany Sustrani, dkk, 2010).
2. Etiologi Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada (Ritu Jain, 2011) :
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Klasifikasi hipertensi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan 2 jenis
klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi secondary.
1) Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai
akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola
makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan
obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu
pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat
mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang
olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
2) Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah
tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal
jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu hamil
tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada
wanita yang berat badannya diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini
sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap
orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
5. Patofisiologi Hipertensi
Banyak faktor yang turut berinteraksi dalam menentukan tingginya natrium tekanan
darah. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan perifer, tekanan darah
akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan darah mengalami
kenaikan, atau oleh kenaikan faktor tersebut (Kaplan N.M, 2010).
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
Foto Thorax : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
7. Penatalaksanaan Medis Hipertensi
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang diberikan
pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretik, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
8. Komplikasi Hipertensi
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : Nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat sebelum tinggal di
panti, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir,
tanggal masuk panti, kamar dan penanggung jawab.
b. Riwayat Masuk Panti
Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana proses nya sehingga
dapat bertempat tinggal di panti.
c. Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara kandung, pasangan, dan
anak-anak)
d. Riwayat Lingkup Hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang tinggal di rumah,
derajat privasi, alamat, dan nomor telpon.
e. Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan
f. Sumber/ Sistem Pendukung Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan
kesehatan seperti dokter, perawat atau klinik
g. Deksripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien lansia dengan
hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan ritual ataupun aktivitas sebelum
tidur
h. Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi : status kesehatan umum selama stahun yang lalu, status kesehatan umum
selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan kesehatan utama, serta pengetahuan
tentang penatalaksanaan masalah kesehatan.
i. Obat-Obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana mengonsumsinya, atas nama
dokter siapa yang menginstruksikan dan tanggal resep
j. Nutrisi Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum, pola
konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan. Biasanya pasien dengan
hipertensi perlu memenuhi kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral,
air, lemak, dan serat. Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol
tekanan darah pada klien.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien dari ujung
kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk menemukan tanda klinis dari suatu penyakit
dengan teknik inpeksi, aukultasi, palpasi dan perkusi.
a. Pada pemeriksaan kepala dan leher
meliputi pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur
wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea mata,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan, tekanan bola mata,
cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung, dan septum nasi, menilai ukuran
telinga, ketegangan telinga, kebersihan lubang telinga, ketajaman pendengaran,
keadaan bibir, gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea,
tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis serta denyut nadi karotis.
b. Pada pemeriksaan payudara
meliputi inpeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (warna kemerahan pada
mammae, oedema, papilla mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi aerola
mammae, apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai apakah
ada benjolan, pembesaran kelenjar getah bening, kemudian disertai dengan
pengkajian nyeri tekan).
c. Pada pemeriksaan thoraks
meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot
bantu pernafasan, pola nafas), palpasi (penilaian vocal premitus), perkusi (menilai
bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskultasi (peniaian suara nafas dan
adanya suara nafas tambahan).
d. Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi (mengamati ada tidaknya
pulsasi serta ictus kordis), perkusi (menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui
ukuran jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung tambahan, ada
atau tidak bising/murmur)
e. Pada pemeriksaan abdomen
meliputi inspeksi terdapat atau tidak kelainan berupa (bentuk abdomen,
benjolan/massa, bayangan pembuluh darah, warna kulit abdomen, lesi pada
abdomen), auskultasi(bising usus atau peristalik usus dengan nilai normal 5-35
kali/menit), palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa, benjolan/massa, pembesaran
hepar dan lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen serta pemeriksaan asites).
f. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya
meliputi area pubis, meatus uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
g. Pada pemeriksaan muskuloskletal
meliputi pemeriksaan kekuatan dan kelemahan eksremitas, kesimetrisan cara berjalan.
Pada pemeriksaan integument meliputi kebersihan, kehangatan, warna, turgor kulit,
tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada kulit serta terdapat lesi atau tidak.
h. Pada pemeriksaan neurologis
meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran (GCS),
3. Diagnosa Keperawatan
1) (D.0082) Distress spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan dalam beribadah
2) (D.0058) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (pusing)
3) (D.0080) Ansietas berhubungan dengan disfungsi system keluarga
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi keperawatan
Implementasi Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat oleh untuk mencapai hasil yang efektif dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki
oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian
rencana yang telah ditentukan tercapai.
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan poses mulai dari pengkajian,
diagnose , perencanaan, tindakan dan evaluasi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA