Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN. W DENGAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS


DI RUANG JLAMPRANG RSUD BENDAN
KOTA PEKALONGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Preseptor Klinik : Honi Nurohman, S.Kep.,Ns

Pembimbing Akademik : Isrofah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun oleh :

Naziatul Maela (NPM. 1420002942)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEKALONGAN

2020

i
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan asuhan keperawatan ini.

Asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan


oleh Pembimbing akademik keperawatan medikal bedah Universitas Pekalongan.
Penulisan asuhan keperawatan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan para pembaca tentang Penyakit Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

Penulis menyadari bahwa asuhan keperawatan ini tidak dapat diselesaikan


tanpa ada dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih, semoga segala bantuan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah disisi
Allah SWT.

Tentunya dalam penulisan asuhan keperawatan ini tidak terlepas dari


segala kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi perbaikan asuhan keperawatan ini. Semoga asuhan
keperawatan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekalongan, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 5
1. Latar Belakang ..................................................................................... 5
2. Tujuan .................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................. 6
1. Definisi ................................................................................................ 6
2. Etiologi .................................................................................................7
3. Faktor predisposisi ............................................................................... 7
4. Patofisiologi ......................................................................................... 8
5. Pathway ................................................................................................9
6. Tanda dan gejala .................................................................................. 10
7. Pengkajian ............................................................................................10
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul .................................... 11
9. Rencana asuhan keperawatan .............................................................. 12
10. Discharge planning .............................................................................. 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13
1. Kesimpulan .......................................................................................... 13
2. Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. W DENGAN HERNIA NUKLEUS
PULPOSUS DI RUANG JLAMPRANG RSUD BENDAN KOTA
PEKALONGAN ................................................................................................ 16

iv
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

A. BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit hernia nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan dimana
nukleus pulposus keluar menonjol kedalam kanalis spinalis. melalui
anulus fibrosis yang robek. Penyakit ini biasa disebut dengan syaraf
kejepit. Salah satu faktor resiko HNP adalah pekerjaan, seperti terlalu
sering mengkat beban yang berat, sehingga meyebabkan tekanan pada
tulang belakang dan menyebabkan penonjolan nukleus pulposus
(Harahap, 2020).
HNP merupakan penyakit degenerasi spinal yang paling sering dan
menjadi penyebab 30% hingga 80% dari kasus NPB. HNP dapat terjadi
pada semua diskus intervertebralis, tetapi yang paling sering terjadi
adalah di segmen lumbosakral, tepatnya di diskus intervertebralis L5-S1.
Pasien HNP utamanya datang dengan keluhan utama berupa nyeri pada
punggung bawah. Persepsi nyeri ini bertujuan untuk membatasi gerakan
yang melibatkan otot-otot punggung. Pembatasan gerak ini diakibatkan
oleh spasme otot, spasme otot sendiri adalah suatu upaya proteksi
terhadap cedera atau lesi yang lebih berat yang mungkin dapat terjadi.
Spasme otot akan menimbulkan suatu manifestasi yaitu penurunan Range
of Motion (ROM) atau fleksibilitas dari punggung dan tulang belakang
(Nasikhatussoraya dkk, 2016).
Nyeri termasuk dalam pengalaman sensorik dan emosional yang
sangat tidak menyenangkan dipicu oleh suatu stimulus pada ujung saraf
sensorik. Semua pasien akan merasakan nyeri apabila efek anastesi sudah
hilang, karena obat-obatan analgesic yang diberikan pasca operasi bertahan
selama 6-8 jam (Smaltzer, 2010 dalam Rochmawati, 2018).

5
Nyeri bukan hanya sensasi yang tidak menyenangkan, tetapi juga
mempengaruhi hampir tiap aspek kehidupan pasien mulai dari aktivitas
kehidupan sehari-hari, emosi, dan interaksi sosial. Penurunan kualitas
hidup merupakan hal yang umum ditemukan pada penderita nyeri
punggung bawah kronik. Pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan
menyediakan jalan bagi para klinisi untuk memahami dengan lebih baik
efek dari suatu penyakit terhadap kesehatan pasien secara menyeluruh.
Selain itu, penilaian kesehatan fisik, mental, dan sosial diperlukan untuk
menentukan modalitas terapi lain yang mungkin diperlukan
(Nasikhatussoraya dkk, 2016).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien hernia nukleus pulposus
b. Tujuan Khusus
1) Mampu memberikan gambaran pengkajian kepada pasien hernia
nukleus pulposus
2) Mampu memberikan gambaran diagnosa kepada pasien hernia
nukleus pulposus
3) Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan kepada pasien
hernia nukleus pulposus
4) Mampu mengimplementasikan asuhan keperawatan kepada
pasien hernia nukleus pulposus
5) Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan kepada
pasien hernia nukleus pulposus

B. BAB II TINJAUAN TEORI


1. Definisi
Penyakit hernia nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan dimana
nukleus pulposus keluar menonjol kedalam kanalis spinalis melalui
anulus fibrosis yang robek. Penyakit ini biasa disebut dengan syaraf

6
kejepit. HNP dapat terjadi pada semua diskus intervertebralis, tetapi yang
paling sering terjadi adalah di segmen lumbosakral, tepatnya di diskus
intervertebralis L5-S1 (Harahap, 2020).
Sedangkan definisi dari nyeri sendiri adalah suatu sensori yang tidak
menyenangkan dari suatu emosional disertai kerusakan secara aktual
maupun potenial atau kerusakan jaringan secara menyeluruh. Nyeri
adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh, nyeri timbul bilamana
jaringan rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untung
menghilangkan rasa nyeri tersebut. (Lukman & Ningsih, 2013).
2. Etiologi
HNP sebagian besar disebabkan karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai diskus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada pasien trauma gejala
singkatnya disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama
beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian diskus
kapsulnya mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan
memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau
terhadap saraf tulang belakang saat muncul dari kolumna tulang belakang
(Helmi, 2012).
3. Faktor predisposisi
Berikut ini faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi (Muttaqin,
2011):
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus
lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan
keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan
ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh

7
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
d. Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke
aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.
4. Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat
sirkumferensial karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan
tersebutmenjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini
telah terjadi maka risiko HNP hanya terjadi menunggu waktu dan trauma
berikutnya saja. Gaya penanganan itu dapat diasumsikan sebagai gaya
traumatik ketika menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda
berat dan sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nukleus pulposus dapat mencapai kekorpus
tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebollangsung ke
kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nukleus pulposus ke dalam
korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenalsebagai
nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya keadaan
sulit schmorl merupakan kelainan yang mendasari nyeri punggung bawah
subkronis ataukronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang
tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya
nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus
menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang
berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada disisi
lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis mengalami lisis,
sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Muttaqin, 2011).

8
5. Pathway

Trauma baik secara langsung


maupun tidak langsung pada discus Bertambahnya usia
invertebratalis

Kandungan air duscus berkurang


Sobeknya anulus fibrosus
serabut menjadi kotor dan hialisasi

Nucleus yang tertekan hebat akan


mencari jalan keluar Menekan akar saraf spinal

Mendorong ligamentum
longitudinal

Herniasi Nukleus Pulposus

Pelepasan bradikinin Spasme otot

Kesulitan atau hambatan


Aktivasi nosiseptor
melakukan pergerakan

Dorsal column
Gangguan mobilitas fisik

thalamus

Kortex cerebri

Respon nyeri pada punggung


Kelemahan
bagian bawah, nyeri sepanjang
neuromuskular
tungkai, dsb

Nyeri akut

Sumber: Muttaqin (2011)

9
6. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala HNP secara umum yaitu (Muttaqin, 2011):
e. Nyeri punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.
f. Spasme otot
g. Peningkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk,
mengangkat beban berat, berdiri secara tiba-tiba.
h. Kesemutan, kekakuan, kelemahan pada ekstermitas.
i. Deformitas.
j. Penurunan fungsi sensori, motorik.
k. Konstipasi, kesulitan saat defekasi dan berkemih.
l. Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.
m.Ischialgia yaitu nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan
berdenyut sampai ke bawah lutut. Ischialgia merupakan nyeri yang
terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke tungkai.
n. Dapat timbul gejala kesemutan
o. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk
mencegah kerusakan fungsi permanen.
p. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda
berat, membungkuk akibat bertambahnya tekanan intratekal.
q. Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman
duduk pada sisi yang sehat
7. Pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat beban berat atau
mendorong benda berat).
b. Keluhan utama
Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau mendorong
benda berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,

10
mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau mendenyut yang terus-
menerus. Penyebaran nyeri apakah nyeri radikular atau nyeri acuan
(nyeri dirujuk). Nyeri tadi menetap, atau hilang timbul, makin lama
makin nyeri. R, letak atau lokasi nyeri. Lokasi nyeri dilakukan dengan
setepat-tepatnya sehingga menunjukkan nyeri dapat diketahui dengan
cermat. S, pengaruh dalam posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan
dengan aktivitas tubuh, yang bagaimana cara dapat meredakan rasa
nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang
menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu,
gerakan yang kedekatan. Obat-obatan yang sedang diminum seperti
analgetik, berapa lama diminumkan. T Sifanya akut, sub akut,
perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin
lama makin nyeri.
c. Riwayat Keperawatan
1) Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
2) Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan
nyeri bawa punggung
d. Status mental
Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang
banyak pikiran. Lebih bijakasana bila kita kemungkinan adanya
ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stres).
e. Pemeriksaan
1) Keadaan umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan
jantung, paru-paru, perut.
2) Neurologik
Pemeriksaan motorik
8. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

11
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
9. Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa
Kriteria hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan dengan perawatan diharapkan nyeri akut Observasi
agen pencedera fisik akan teratasi dengan kriteria Identifikasi lokasi,
hasil: karakteristik, durasi,
1. Klien melaporkan nyeri frekuensi, kualitas, intensitas
berkurang dg scala 2-3 nyeri
2. klien dapat istirahat dan Terapetik
tidur Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
terapi musik, terapi pijat,
aromaterapi, dll)
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
fisik berhubungan perawatan diharapkan mobilitas Observasi
dengan gangguan fisik akan teratasi dengan Identifikasi adanya nyeri atau
neuromuskular kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
1. klien meningkat dalam
Terapeutik
aktivitas fisik
2. klien memperagakan Fasilitasi aktivitas mobilisasi
penggunaan alat dengan alat bantu (mis. pagar
3. Memverbalisasikan tempat tidur)
perasaan dalam Edukasi
meningkatkan kekuatan dan Ajarkan mobilisasi sederhana
kemampuan berpindah yang harus dilakukan (mis.
duduk di tempat tidur, duduk
disisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

10. Discharge planning


Berdasarkan Instalasi Rehabilitas Medik dan Kesehatan Masyarakat
RSUD Dr. Soetomo Surabaya (2011):
f. Demonstrasikan dan anjurkan olahraga untuk punggung, latihan
erobik, dan daya tahan
g. Anjurkan pasien untuk melakukan peregangan dan latihan punggung

12
h. Pastikan pasien mengangkat beban yang benar dalam melakukan
semua aktivitas
i. Ajarkan pasien untuk menghindari istirahat di tempat tidur  yang lama
atau tidak beraktivitas
j. Rujuk ke konseling yang dibutuhkan (bila perlu)
k. Edukasi pasien mengenai perobahan pola hidup seperti berhenti
merokok, peningkatan aktivitas, olahraga berat badan
l. Berikan informasi mengenai anatomi punggung dan perawatan
punggung untuk mengurangi gejala
m. Ajarkan pasien mengenai pihak terkait anjuran istirahat guna
mengurangi peradangna dan menyembuhkan herniasi diskus
n. Anjurkan pasien yang herniasinya pada diskus lumbar untuk tetap
istirahat ditempat tidur dengan ambulasi ke kamar mandi saja sampai
peradangan dan nyeri sudah berkurang, lalu ambulasi dapat
ditingkatkan, tapi hindari mengangkat beban dan duduk
o. Anjurkan mengikuti dengan terapi fisik sesuai indikasi
p. Informasikan pada pasien mengenai gerakan yang perlu dihindari
q. Instruksikan pada pasien untuk melaporkan jika ada perubahan dalam
fungsi neurologis atau jika nyeri radikuler berulang
r. Anjurkan mengonsumsi nutrisi yang baik, menghindari obesitas dan
istirahat yang cukup untuk mengurangi risiko penyakit berulang

C. BAB. III PENUTUP


1. Kesimpulan
Penyakit hernia nukleus pulposus (HNP) adalah keadaan dimana
nukleus pulposus keluar menonjol kedalam kanalis spinalis melalui
anulus fibrosis yang robek. HNP dapat terjadi pada semua diskus
intervertebralis, tetapi yang paling sering terjadi adalah di segmen
lumbosakral, tepatnya di diskus intervertebralis L5-S1. Ada berbagai
tanda dan gejala dalam mengenali penyakit ini.

13
2. Saran
a. Bagi pembaca
Dapat menambah pengetahuan tentang penyakit hernia nukleus
pulposus sehingga dapat dijadikan sebagai penambahan ilmu dalam
bidang keperawatan.
b. Bagi pendidikan
Untuk meningkatkan dan memperlancar dalam proses pembuatan
makalah, hendaknya pihak pendidikan menambah literatur-
literatur di perpustakaan khususnya penyakit hernia nukleus
pulposus dan menambah kapasitas jaringan internet yang lebih
tinggi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Erli Sari. 2020. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Syaraf
Terjepit Pada Tulang Belakang (HNP) Menerapkan Metode Case Based
Reasoning. Journal of Computer System and Informatics. Vol 1 (4)

Helmi, Zairin N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


medika

Instalasi Rehabilitas Medik dan Kesehatan Masyarakat RSUD Dr. Soetomo


Surabaya. 2011. Nyeri punggung bawah.

Lukman dan Ningsih, N. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, A. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Nasikhatussoraya dkk. 2016. Hubungan Intensitas Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas


Sehari-Hari Dengan Kualitas Hidup : Studi Pada Pasien Hernia Nukleus
Pulposus (Hnp) Lumbal. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol 5 (4)

Rochmawati, Nanik. 2018. Pengaruh murottal al-quran terhadap nyeri post


operasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insani Cendikia Medika.

15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. W DENGAN
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS DI RUANG
JLAMPRANG RSUD BENDAN
KOTA PEKALONGAN

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 15 Desember 2020
Jam : 08.00 WIB
Pengkajian diperoleh dari : pasien dan keluarga pasien
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. W
Umur : 66 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Wonopringgo
Agama : Islam
Status perkawinan : Nikah
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakhir : SMP
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. A
Umur : 25 th
Hubungan dg pasien : Anak kandung
Alamat : Wonopringgo
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk RS
Pasien mengeluhkan nyeri dipinggang bagian kanan sampai paha
dari bulan agustus hingga sekarang. Pasien berpikiran bahwa asam
uratnya tinggi namun setelah diperiksakan ternyata pasien

16
menderita syaraf kejepit kemudian pasien dibawa ke RSUP Dr.
Kariadi Semarang tetapi pasien tidak sabar untuk mengantri
sehingga anaknya membawa pasien ke RSUD Bendan pada hari
senin tanggal 14 Desember 2020 pukul 13.00 WIB.
b. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri luka insisi post op laminektomi.
P (paliative) : Tn. W mengatakan nyeri jahitan post op
Q (quality) : Tn. W mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk dan
ngilu
R (region) : Tn. W mengatakan nyeri pada punggung bawah
S (severity) : skala 4 (dari 0-10)
T (time) : Tn. W mengatakan nyeri selalu hilang timbul
c. Riwayat penyakit dahulu/yang pernah diderita
Pasien memiliki kolestrol dan asam urat
d. Riwayat penyakit keluarga
Anak klien mengatakan jika tidak memiliki penyakit keturunan
dalam keluarganya.
e. Genogram

17
Keterangan:

3. Pengkajian pola Gordon


a. Persepsi kesehatan-pola manajemen kesehatan
Pasien dan keluarga menganggap kesehatan itu penting karena
pasien telah memiliki riwayat beberapa macam penyakit (asam urat
dan kolestrol) sehingga saat sakit klien langsung berobat
dilingkungan sekitar biasanya pergi ke puskesmas.
b. Pola nutrisi-metabolisme
Sebelum Sakit Sesudah Sakit

Antropometri : Antropometri :
BB = 70 kg BB = 50 kg
TB = 165 cm TB = 165 cm

Biochemical : - Biochemical :
Clinical Sign : - Creatinin = 1,9 mg/dL
Dietary : Ureum = 59,4 mg/dL
Tn. W biasa memakan apa saja seperti Glukosa darah sewaktu = 85 mg/dL
bubur, nasi, buah-buahan, sayur-
sayuran dll. Tidak ada alergi makanan Clinical sign : -

Dietary :
Klien memakan sesuai makanan yang
diberikan dari rumah sakit.

c. Pola eliminasi
Sebelum sakit Selama sakit
Eliminasi Urine : Eliminasi Urine :
Frekuensi 5x sehari Frekuensi 5x sehari
Warna kuning jernih Warna kuning jernih
Bau khas Bau khas

Eliminasi Fekal : Eliminasi Fekal :

18
Frekuensi 1x/hari Frekuensi 1x/hari
Warna cokelat Warna cokelat
Konsistensi lunak Konsistensi lunak
Bau khas Bau khas

d. Pola aktivitas-latihan
Sebelum sakit : pasien dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari
secara mandiri
Selama sakit : pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, pasien lebih banyak menghabiskan
waktunya ditempat tidur, untuk berjalan kekamar
mandi pun tidak sanggup sehingga klien dibantu
anggota keluarga.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Toileting √
Tingkat mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Kemampuan ROM √
Berjalan √
Keterangan :
1 : mandiri
2 : menggunakan alat bantu
3 : dibantu orang lain
4 : dibantu orang dan perawat
5 : ketergantungan / tidak mampu

e. Pola tidur-istirahat
Sebelum sakit Selama sakit
Pasien mengatakan pola tidur teratur, biasa Pasien mengatakan tidak bisa tidur seperti
tidur 5-8 jam dan merasa tidurnya nyenyak biasanya karena mengeluhkan nyeri dan
akan tidur pada siang hari selama 2 jam

f. Pola persepsi-kognitif
1) Penglihatan
DS: pasien mengatakan masih dapat melihat objek yang besar.
DO: pasien tidak menggunakan kacamata

19
2) Pendengaran
DS: -
DO: pasien menjawab pertanyaan yang diajukan walaupun
dengan keadaan mata tertutup.
3) Pengecap
DS: pasien mengatakan masih dapat merasakan rasa asin, manis,
dan pahit.
DO: -
4) Persepsi Nyeri
DS: pasien mengatakan masih dapat merasakan nyeri
DO: pasien tampak menahan nyeri saat kaki dicubit
g. Pola persepsi diri
Gambaran diri : pasien merasa ingin segera sembuh dengan
keadaan tubuhnya saat ini
Harga diri : pasien tidak merasa malu atas penyakitnya
dan menerima yang terjadi saat ini
Peran : pasien berperan sebagai seorang kakek dan
memiliki tiga orang cucu
Identitas diri : klien adalah seorang laki-laki
Ideal diri : klien mengatakan bahwa dirinya ingin
kembali sehat seperti sebelumnya
h. Pola hubungan peran
DS : pasien merupakan seorang kakek. Klien memiliki hubungan
baik dengan keluarganya
DO : selama di rumah sakit pasien ditunggu oleh anaknya yang
bergantian.
i. Pola fungsional seksual
DS : pasien memiliki istri

20
DO : pasien seorang laki-laki dan memiliki tiga anak, 1 perempuan
dan 2 laki-laki.
j. Pola manajemen stress kopping
Skala Cemas : 0= Tidak cemas
1=Mengungkapkan kerisauan (V)
2= Tingkat perhatian tinggi
3= Kerisauan tidak berfokus
4= Respon simpate – adrenal
5= Panik
k. Sistem kepercayaan nilai
Pasien merupakan orang jawa, sehari-hari menggunakan bahasa
jawa. Pasien beragama islam. Pasien yakin dengan berdoa, dirinya
akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: sedang
b. Tanda-tanda vital
- Suhu : 36,5 °C
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi: 100 x/menit
- RR : 16 x/menit
c. Head to toe
Kepala Bentuk Bentuk simetris, warna rambut keputihan
(beruban), rambut pendek, keadaan rambut
berminyak, kulit kepala bau dan kotor, dan
tidak ada benjolan.
Mata Bentuk mata simetris, sklera tidak ada ikterik,
konjungtiva anemis, penglihatan normal, mata
tampak bersih.
Hidung Bentuk simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada
sekret
Telinga Bentuk simetris, tidak ada serumen
Mulut Tidak mencong, bibir putih pucat serta pecah-
pecah dan simetris, mukosa mulut kering, gigi

21
bersih dan rapi.
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada lesi dan respon menelan
baik
Paru Inspeksi Gerakan dada simetris, tidak tampak retraksi
dinding dada, tidak ada lesi
Palpasi tactil fremitus normal antara sisi kanan dan kiri
Perkusi sonor seluruh lapang paru
Auskultasi suara dasar vesikuler, tidak terdapat bunyi
ronchi
Jantung Inspeksi simetris, letak kordis tidak tampak
Palpasi letak kordis dapat teraba
Perkusi batas jantung tidak melebar
Auskultasi bunyi jantung normal tidak ada murmur
Ekstremitas Atas Terpasang infus Ringer laktat 20 tpm di tangan
bagian kanan sehingga tidak dapat bergerak
bebas
Bawah Tidak terdapat edema dan tidak ada varises
Kekuatan 5 5
otot
4 4
Genetalia Inspeksi Daerah genetalia bersih, tidak ada lesi, dan tidak
ada gangguan saat berkemih. Pada anus tidak
terdapat hemoroid.
Sistem integumen Inspeksi Tugor kulit elastis, tampak bersih tidak ada lesi,
warna kulit sawo matang, suhu kulit normal,
kulit lengket dan ada bau badan.
Sistem persarafan Inspeksi Tidak ada gerakan abnormal seperti tremor

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Jenis pemeriksaan : Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 14-12-2020
Hasil :
Nama test Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 10.0 gr/dL 11.5 - 16.5
Hematokrit 30.4 % 35 – 49
Lekosit 12 4.0 – 10
Trombosit 401 150 – 450
Eritrosit 3.44 4.4 – 6.0
MCV 88.2 fl 80 – 100
MCH 29.0 pg 26 – 34
MCHC 32.9 g/dL 33 – 37
RDW-CV 12.1 % 11.5 – 14.5
RDW-SD 45.1 fL 35 – 47
PDW 15.4 fL 9.0 – 13.0
MPV 7.5 fL 7.9 – 11.1
PCT 0.3 % 0.108 – 0.282

22
23
b. Jenis pemeriksaan : Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 14-12-2020
Hasil : Golongan darah B rhesus positif
c. Jenis pemeriksaan : Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 15-12-2020
Hasil :
Nama test Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 9.4 gr/dL 11.5 - 16.5
Hematokrit 28.4 % 35 – 49
Lekosit 17.80 4.0 – 10
Trombosit 388 150 – 450
Eritrosit 3.35 4.4 – 6.0
MCV 84.8 fl 80 – 100
MCH 28.1 pg 26 – 34
MCHC 33.1 g/dL 33 – 37
RDW-CV 12.4 % 11.5 – 14.5
RDW-SD 38.2 fL 35 – 47
PDW 9.7 fL 9.0 – 13.0
MPV 9.3 fL 7.9 – 11.1
P-LCR 18.3 15.0 – 25.0

d. Jenis pemeriksaan : Radiologi


Tanggal pemeriksaan : 16-12-2020
Hasil :
- Cor tak membesar
- Pulmo: ada opasitas semi lobulated di paracardial kanan 
ditandai dengan massa, nodul pulmo multiped

6. Terapi
Jenis terapi Nama obat Dosis Indikasi
IV Ringer laktat 20 tpm Infus
IV Anbacim 2x1 gr Injeksi
IV Ketorolac 2x30 mg Injeksi
IV Ranitidine 2x50 mg Injeksi
IV Mecobalamin 3x500 mg Injeksi

24
7. Pengkajian resiko jatuh
SKALA MORSE (MORSE FALLS SCALE/MFS)
PENGKAJIAN SKALA NILAI KETERANGAN
Riwayat jatuh, apakah pernah jatuh dalam 3 Tidak : 0 0
bulan terakhir? Ya : 25
Diagnosa medis sekunder: apakah memiliki Tidak : 0 15
lebih dari satu penyakit? Ya : 15
Alat bantu jalan:

❖ Bedrest/dibantu perawat
❖ Penopang, tongkat/walker/kru 0
k
15
❖ Berpegangan pada benda-benda 15
disekitar (kursi, meja, lemari)
30
Terapi intravena : apakah memakai heparin Tidak : 0 15
lock/iv Ya : 15

Cara berjalan /berpindah

❖ Normal /bed rest/immobilisasi


0
❖ Lemah (tidak bertenaga)
❖ Terganggu/tidak normal
(pincang/diseret) 15 15

30

Status mental
❖ Orientasi sesuai kemampuan diri
❖ Lupa keterbatasan diri 0
0
15
TOTAL 60 Resiko tinggi
Nama terang dan tanda
tangan penilai
Naziatul Maela

Keterangan :

Skor Keterangan
0-24 Beresiko rendah
25-45 Beresiko sedang
>45 Resiko tinggi
8. Assesment khusus pasien lansia > 60 tahun
a. SKOR NORTON

25
SKOR Kondisi Kesadaran Aktifitas Mobilisasi Inkontinensia
fisik
umum
4 Baik Composment Ambula Bergerak bebas Tidak ada (V)
is (V) n
3 Sedang Apatis Ambula Sedikit terbatas Kadang-kada
(V) n dengan ng
bantuan (V)
2 Buruk Konfus Hanya bisa Sangat terbatas Sering inkontinensi
/Sopor duduk (V) a urine
1 Sangat Stupor/ Tiduran Tidak bisa Inkontinensia alvi
buruk Koma bergerak dan urine

Jumlah skor : 16
Kategori skor :
16 - 20 Kecil sekali/tidak terjadi resiko dekubitus
12 - 15 Kemungkinan kecil terjadi resiko dekubitus
< 12 Besar terjadi resiko
b. Dekubitus : Tidak ada (V) Ada

c. Kontraktur/Nyeri gerak : Tidak ada Ya (V) di pinggang


bagian kanan sampai
paha
d. Menggunakan alat bantu : Tidak ada

Ya : tongkat (V) walker


kursi roda lainnya
e. Memory : baik (V) sering lupa tidak ingat

B. ANALISA DATA

No. Tanggal Data Problem Etiologi


Pre Operasi
1 15-12-2020 DS: pasien mengatakan dirinya Ansietas kurang terpapar
cemas informasi tentang
DO: tindakan
Nadi = 100 x/menit pembedahan
Skala cemas = 1 (mengungkapkan
kerisauan)
Post Operasi

1 16-12-2020 DS: pasien mengatakan nyeri muncul Nyeri akut Luka insisi post
pada malam hari sehingga pasien op laminektomi
tidak bisa tidur

26
P = Nyeri jahitan post op
Q = Seperti tertusuk-tusuk dan
ngilu
R = Bagian punggung bawah
S = Skala 4
T = Hilang timbul
DO: Terdapat luka jahitan pada
punggung bawah panjang luka ± 15
cm, suhu sekitar luka hangat, ditutup
dengan kassa kering.
TD = 120/90 mmHg
nadi= 88x/menit
suhu= 36,50C
RR= 20x/menit
SPO2= 97%
2 16-12-2020 DS: pasien mengatakan nyeri muncul Gangguan Pola Nyeri luka insisi
pada malam hari sehingga pasien Tidur post op
tidak bisa tidur
DO:
 pasien tampak lesu
 kantung mata pasien tampak
menebal

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1.Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang tindakan
pembedahan
Post Operasi
1.Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi post op laminektomi
2.Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan nyeri luka insisi post op

D. INTERVENSI
Tgl/Jam No.DX Tujuan Intervensi
Pre Operasi
15-12-2020 1 Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi
08.00 WIB perawatan selama 10 menit Observasi
diharapkan ansietas akan teratasi Periksa ketegangan otot, frekuensi
dengan kriteria hasil: nadi, tekanan darah, dan suhu
1. Pasien mengatakan siap sebelum dan sesudah latihan
dilakukan operasi Terapeutik
2. Pasien tidak tegang dan Ciptakan lingkungan tenang tanpa
kooperatif gangguan dengan pencahayaan dan
suhu yang nyaman, jika
memungkinkan
Edukasi
Anjurkan rileks dan merasakan

27
sensasi relaksasi
Post Operasi
16-12-2020 1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
perawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan nyeri akut akan Identifikasi lokasi, karakteristik,
teratasi dengan kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
1. Pasien melaporkan nyeri intensitas nyeri
berkurang dg scala 2-3 Terapetik
2. Pasien dapat mengontrol Berikan teknik nonfarmakologis
nyeri untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
terapi dzikir)
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
Berikan injeksi ketorolac 2x30 mg
2 Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur
perawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan pola tidur akan Identifikasi pola aktivitas dan tidur
teratasi dengan kriteria hasil:
Terapeutik
1. Jumlah jam tidur dalam batas
normal 6-8 jam perhari Modifikasi lingkungan (mis.
kekuatan dan kemampuan pencahayaan, kebisingan, suhu,
berpindah matras, dan tempat tidur)
2. Perasaan segar sesudah tidur Edukasi
atau istirahat Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit

E. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam No.DX Implementasi Evaluasi Paraf
Pre Operasi
15/12/2020 1 Memonitor TTV S : pasien mengatakan cemas atas operasi
08.00 yang akan dilakukannya
O: -
TD = 110/70 mmHg
Suhu = 36,40C Maela
RR = 20 x/menit
Nadi = 100 x/menit
SPO2 = 97%
Tangan kanan terpasang infus RL 20 Tpm
Menganjurkan pasien S : mengajarkan teknik napas dalam
rileksasi O : pasien mampu mempraktekkan apa
yang sudah diajarkan
Post operasi
16/12/2020 1 Mengidentifikasi nyeri S: pasien mengatakan nyeri muncul pada Maela
08.30 malam hari sehingga pasien tidak bisa
tidur
P = Nyeri jahitan post op
Q = Seperti tertusuk-tusuk dan
ngilu
R = Bagian punggung bawah

28
S = Skala 4
T = Hilang timbul
O: Terdapat luka jahitan pada punggung
bawah panjang luka ± 15 cm, suhu sekitar
luka hangat, ditutup dengan kassa kering.
KU = sedang
TD = 120/90 mmHg
nadi= 88x/menit
suhu= 36,50C
RR= 20x/menit
SPO2= 97%
Terpasang transfusi darah ditangan kanan
pukul 06.30 WIB
Terpasang DC (pukul 07.30 = 500 ml)
09.00 1 Memberikan terapi S : setalah mendengarkan audio dzikir
audio dzikir selama 15 menit pasien menyebutkan
nyeri skala masih 4 setelah terapi audio
dzikir berakhir
P = Nyeri jahitan post op
Q = Seperti tertusuk-tusuk dan
ngilu
Maela
R = Bagian punggung bawah
S = Skala 4
T = Hilang timbul
O:
- pasien fokus terhadap dzikir yang
diputar dengan mengikutinya
- pasien tampak meringis menahan nyeri
2 Mengidentifikasi pola S : pasien mengatakan tadi malam tidak
aktivtitas dan tidur bisa tidur
Maela
pasien O : pasien tampak lesu, kantung mata
pasien tampak menebal
17/12/2020 1 Memberikan terapi S : Setalah mendengarkan audio dzikir Maela
15.00 audio dzikir selama 15 menit pasien menyebutkan
nyeri skala masih 4 setelah terapi audio
dzikir berakhir
P = Nyeri jahitan post op
Q = Seperti tertusuk-tusuk dan
ngilu
R = Bagian punggung bawah
S = Skala 4
T = Hilang timbul
O : Terdapat luka jahitan pada punggung
bawah panjang luka ± 15 cm, suhu sekitar
luka hangat, ditutup dengan kassa kering.
KU = sedang
TD = 120/90 mmHg
nadi= 88x/menit
suhu= 36,50C
RR= 20x/menit
SPO2= 97%
Terpasang infus RL 20 tpm ditangan
kanan

29
17.00 Memberikan injeksi S : pasien mengatakan masih nyeri
ketorolac 30 mg, O : pasien masih meringis menahan nyeri
anbacim 1 gr, ranitidin Maela
50 mg, mecobalamin,
500 mg
20.00 2 Memberikan tempat S:-
tidur yang nyaman dan O : pasien dapat tertidur
tenang. Stik laken
Maela
bersih kondisi tempat
tidur juga bagus serta
lingkungan yang tenang
18/12/2020 1 Memberikan injeksi S : pasien mengatakan masih nyeri
08.00 ketorolac 30 mg, O : pasien masih meringis menahan nyeri
anbacim 1 gr, ranitidin Maela
50 mg, mecobalamin,
500 mg
13.00 Memberikan terapi S : Pasien menyebutkan nyeri skala sudah
audio dzikir berkurang menjadi 3 setelah terapi audio
dzikir berakhir
P = Nyeri jahitan post op
Q = Seperti tertusuk-tusuk dan
ngilu
R = Bagian punggung bawah
S = Skala 3
T = Hilang timbul
O : Terdapat luka jahitan pada punggung Maela
bawah panjang luka ± 15 cm, suhu sekitar
luka hangat, ditutup dengan kassa kering.
KU = sedang
TD = 120/80 mmHg
nadi= 84x/menit
suhu= 360C
RR= 20x/menit
SPO2= 97%
Terpasang transfusi darah ditangan kanan

F. EVALUASI
Tgl/Jam No.DX Evaluasi Paraf
Pre operasi
15/12/2020 1 S : pasien mengatakan cemas atas operasi yang akan
08.00 dilakukannya
O: -
TD = 110/70 mmHg
Suhu = 36,40C
RR = 20 x/menit
Maela
Nadi = 100 x/menit
SPO2 = 97%
Tangan kiri terpasang infus RL 20 Tpm
Pasien kooperatif dan bertanya-tanya
A: ansietas sudah teratasi
P: hentikan intervensi

30
Post operasi
18/12/2020 1 S : Pasien menyebutkan nyeri skala sudah berkurang menjadi 3
13.00 setelah terapi audio dzikir berakhir
P = Nyeri jahitan post op
Q = Seperti tertusuk-tusuk dan
ngilu
R = Bagian punggung bawah
S = Skala 3
T = Hilang timbul
O : Terdapat luka jahitan pada punggung bawah panjang luka ±
15 cm, suhu sekitar luka hangat, ditutup dengan kassa kering. Maela
KU = sedang
TD = 120/80 mmHg
nadi= 84x/menit
suhu= 360C
RR= 20x/menit
SPO2= 97%
Terpasang transfusi darah ditangan kanan
A : Nyeri akut sudah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
18/12/2020 2 S : Pasien mengatakan dapat tertidur tadi malam dari pukul
13.00 20.00-02.00
O : Wajah terlihat lebih segar, tidak ada kantung mata, pasien
Maela
terlihat lebih rileks
A : Gangguan pola tidur sudah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi

31

Anda mungkin juga menyukai