Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH)

DI SUSUN OLEH :

RAHAYU RAHMATIKA

2022207209243

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Stroke Non Hemoragik adalah suatu gangguan peredaran darah otak
tanpa terjadi suatu  perdarahan yang ditandai dengan kelemahan pada satu
atau keempat anggota gerak atau hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah,
pandangan kabur dan dysfhagia (kesulitan menelan). Stroke non haemoragik
dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan stroke trombotik.
(Wanhari dalam Hendra, 2018)
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88%
dari seluruh kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia
akibat sumbatan atau penurunan aliran darah otak. Stroke non
hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah
iskemik. Penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi
serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai
dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel yang diikuti
dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya
terjadi kematian neuron.

2. Etiologi
a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak) Thrombosis ini
terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti disekitarnya. Keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis
cerebral:
1) Atherosklerosis/arterioskerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta  berkurangnya ketentuan atau elastisitas pembuluh darah.
2) Hypercoagulasi pada polysitemia adalah darah bertambah kental,
peningkatan viskositas hematokrit meningkat dapat melambatkan
aliran darah serebral.
3) Arteritis (radang pada arteri).
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain) Emboli serebral
merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah, lemak dan
udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
c. Haemortologi Perdarahan intrakranial atau intra serebral termasuk
perdarahan dalam ruang sub arachnoid/kedalam jaringan otak sendiri. Ini
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, pengerasan dan  pemisahan jaringan
otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan sehingga terjadi infark otak, oedema dan mungkin hemiasi otak.
d. Hypoksia Umum
1) Hipertensi yang parah
2) Cardiac pulmonary arrest
3) CO turun akibat aritmia
e. Hypoksia Setempat
1) Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migran
f. Iskemia (penurunan aliran darah ke otak)

3. Klasifikasi
Berdasarkan pendapat menurut Ayu R D, (2018) stroke non hemoragik atau
CVA (Cerebro Vaskuler Accident) dapat dibagi menjadi:
a. TIA (Trans iskemik attack): Gangguan neurologis yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam.
b. Stroke infolusi: Stroke atau Cerebro Vaskuler Accident (CVA) yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat
semakin berat dan bertambah buruk.
c. Stroke komplit: Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen
4. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan
gejala penyakit stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau
tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian penglihatan atau
pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan melihat  pada satu atau
kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang
jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata
yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan
dan terjatuh dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.Gejala -
gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul
bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara
lain  bersifat:
a. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan
hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient
ischemic attack (TIA). Serangan  bisa muncul lagi dalam wujud sama,
memperberat atau malah menetap.
b. Sementara, namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible iskhemik
neurologik defisit (RIND).
c. Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang
dissebut  progressing stroke atau stroke inevolution.
d. Sudah menetap/permanen
5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Doenges dalam Hendra, 2018) pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada penyakit stroke adalah:
a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti  perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/
ruptur.
b. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
c. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau
serangan iskemia otak sepintas.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
e. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. EEG ( Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan
pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
g. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna
terdapat pada thrombosis serebral.

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer &
Bare (2002) adalah:
a. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah
adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan
mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat
diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan
intrvena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki
aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrim perlu dihindari
untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi
meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan
menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya akan menurunkan
aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak
konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Mahasiswa
b. Identitas Klien: nama, usia, jenis kelamin, tanggal masuk, no. register,
diagnostik medik.
c. Alasan diraat di ICU/HCU
d. Pengkajian Primer: airway, breathing, circulation, disability
e. Pengkajian Sekunder: riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan head to toe.
f. Monitoring Tiap Jam
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
b. Gangguan Mobilitas Fisik
c. Gangguan Pola Tidur
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Risiko Perfusi Setelah dilakukan Manajemen Peningkatan
Serebral Tidak asuhan keperawatan Tekanan Intrakranial
Efektif selama 1x24 jam Observasi:
diharapkan perfusi 1. Identifikasi penyebab
serebral meningkat peningkatan TIK
dengan krikteria 2. Monitor penurunan tingkat
hasil: kesadaran
1. Sakit kepala 3. Monitor tekanan perfusi
menurun serebral
2. Gelisah menurun Terapeutik:
1. Ambil sampel drainase
cairan serebrospinal
2. Pertahankan posisi kepala
dan leher netral
3. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik asuhan keperawatan Observasi:
selama 1x24 jam 1. Identifikasi adanya nyeri
diharapkan mobilitas atau keluhan fisik lainnya
fisik meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik
dengan krikteria melakukan pergerakan
hasil: Terapeutik:
1. Pergerakan 1. Fasilitasi aktivitas
ekstremitas mobilisasi dengan alat
meningkat bantu
2. Kekuatan otot 2. Fasilitasi melakukan
meningkat pergerakan, jika perlu
3. Gerakan terbatas 3. Libatkan keluarga untuk
menurun membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan tidur:
Tidur asuhan keperawatan
Observasi:
selama 1x24 jam
diharapkan pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas
membaik dengan tidur
krikteria hasil : 2. Identifikasi faktor
pengganggu tidur (fisik
1. Keluhan sulit
dan atau psikologis)
tidur menurun
2. Keluhan sering Terapeutik:
terjaga menurun
1. Modifikasi lingkungan
3. Keluhan istirahat
2. Fasilitasi menghilangkan
tidak cukup
stress sebelum tidur
menurun
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi:

1. Jelaskan pentingnya tidur


cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur

DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Hendra Adhi. (2018). Laporan Pendahuluan Stroke Non Hemoragik.
Politeknik Kesehatan Surakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai