Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN COMBUSTIO/LUKA BAKAR

DI SUSUN OLEH :

RAHAYU RAHMATIKA

2022207209243

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Luka bakar merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel
lainnya. Luka bakar ialah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau
terpapar dengan zat-zat termal, chemical, elektrik atau radiasi yang
menyebabkan Luka bakar . luka bakar ialah truama pada kulit yang
disebabkan oleh panas tinggi.
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para medis.
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain.

2. Etiologi
a. Listrik: voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
b. Thermal: api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar
ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari).
c. Chemical: organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.
d. Inhalasi: saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang hebat,
inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.

3. Klasifikasi
a. Luka bakar derajat I (super facial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam
proses penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar
derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan,
terdapat gelembung-gelembung yang ditutupi oleh daerah putih,
epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh
kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama
ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari,
misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama
akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh dasar luka
berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit
normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II
ada dua Menurut (Rahayuningsih, 2012) :
1) Derajat II dangkal (superficial)kerusakan yang mengenai bagian
superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-
14 hari.
2) Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness)


Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih
dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat,
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi
protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan (Rahayu
ningsih, 2012).

4. Manifestasi Klinis
a. Derajat 1:Memerah, menjadi putih jika ditekan, tanpa edema, kesemutan,
rasa nyeri reda jika kedinginan, hiperestesia.
b. Derajat 2: Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, permukaan luka
basah, edema, nyeri, supersensitifitas (sensitif terhadap udara dingin).
c. Derajat 3: Kering, luka berwarna putih, edema, syok, hemature, tak terasa
nyeri.
d. Derajat 4: Pengelupasan kulit, kering, tidak menimbulkan nyeri.

5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap: Menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.
b. AGD: Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2
atau PaCO2.
c. Elektrolit serum
d. CoHbg: Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon
monoksida.
e. BUN : Mengetahui penurunan fungsi ginjal.
f. Toto rontgen dada : Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca luka
bakar dini.
g. Bronkoskopi: Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil dapat
meliputi edema, pendarahan/tukak pada saluran pernafasan atas.
h. EKG :Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar
listrik.
i. Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka
bakar selanjutnya.

7. Komplikasi
a. Gagal respirasi yang akut
Perawat harus melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap tanda-tanda
cedera instalasi seperti bertambahnya keparauan suara, stridor
(pernafasan berbunyi). Frekuensi dan dalam respirasi abnormal atau
perubahan mental yang disebabkan oleh hipoksia
b. Syok sirkulasi
Pasien harus dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal syok
hipovolemik atau kelebihan muatan cairan yang terjadi sekunder akibat
resusitasi cairan yang paling sering dijumpai adalah kekurangan cairan
yang dapat berkembang menjadi syok sirkulasi (atau syok distribusi).
c. Gagal ginjal
Haluaran urin yang tidak memadai dapat menunjukkan resusitasi yang
tidak adekuat atau awal terjadinya gagal ginjal akut.
d. Sindrom kompartemen
Status neurovaskuler ekstremitas harus dinilai dengan teliti, khususnya
jika luka bakar tersebut melingkar (sekumfenensial). Pengkajian ini akan
membantu kita untuk mendeteksi gangguan sirkulasi akibat peningkatan
edema karena konstriksi yang disebabkan oleh pembentukan esker pada
luka bakar derajat tiga.
e. Ileus paralitik
Dilatasi lambung dan ileus paralitik kerapkali terjadi pada periode awal
pasca luka bakar. Mual dan distensi abdomen (kembung, meteorasmus)
merupakan gejala yang ditemukan.

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Obat
2) Pemberian Cairan
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan luka
2) Perawatan terapi obat
3) Perawatan cairan

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas Klien: nama, usia, jenis kelamin, tanggal masuk, no. register,
diagnostik medik.
b. Keluhan Utama/Alasan Masuk RS
c. Pengkajian Primer: airway, breathing, circulation, disability
d. Pengkajian Sekunder: riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan head to toe.
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
3. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
asuhan keperawatan
Observasi :
diharapkan tingkat
nyeri membaik 1. Identifikasi lokasi,
dengan krikteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas dan
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis 3. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
memperingan nyeri

Terapeutik :

1. Berikan teknik
nonfarmakologis

Edukasi :

1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

Kolaborasi ;

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Risiko Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Integritas Kulit
Integritas asuhan keperawatan Observasi:
Kulit/Jaringan integritas kulit dan 1. Identifikasi penyebab
jaringan meningkat gangguan integritas kulit
dengan krikteria Terapeutik:
hasil: 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
1. Kerusakan tirah baring
lapisan kulit 2. Lakukan pemijatan pada
menurun area penonjolan tulang,
2. Kerusakan jika perlu
jaringan menurun Edukasi:
1. Anjurkan minum air yang
cukup
2. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, Rahayu. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; Nusa


Bina Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta; Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai