Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DEBRIDEMENT

DI RUANG IBS

RS KRMT WONGSONEGORO

DOSEN PENGAMPU : MAULIDTA KARUNINGTYAS W,NS.,M.KEP

OLEH :

TINGKAH ENGGARING TYAS

2005076

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA


FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG 
2022
A. Pengertian
Debridement adalah proses mengangkat jaringan mati dan benda asing dari dalam
luka untuk memaparkan jaringan sehat di bawahnya. Jaringan mati bisa berupa pus,
krusta, eschar (pada luka bakar), atau bekuan darah (Ariningrum, 2018)

B. Indikasi
Indikasi dilakukannya tindakan debridement menurut Sjamsuhidajat (2018) sebagai
berikut:
a. Luka dengan proses pemulihan lambat disertai fraktur tulang akibat kecelakaan
atau trauma. Jenis fraktur ini biasanya merusak kulit sehingga luka terus
mengeluarkan darah dan hematoma. Jika kondisi fraktur sangat parah dan
memerlukan pencangkokan tulang, debridemen akan dilakukan untuk
membersihkan dan mempersiapkan area fraktur untuk prosedur cangkok.
b. Pasien yang terdiagnosis osteomielitis. Kondisi ini ditandai dengan tulang yang
meradang akibat infeksi. Kondisi ini jarang terjadi di negara maju dan umumnya
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang dapat menyebar hingga
sumsum tulang.
c. Pasien yang terdiagnosis pertumbuhan lesi jinak pada tulang. Dalam kasus
tertentu, pencangkokan tulang diperlukan untuk menyempurnakan pengobatan,
dan debridemen tulang merupakan salah satu proses yang harus dijalani.
d. Pasien diabetes dengan luka terbuka pada tangan atau kaki yang beresiko
mengalami infeksi. Infeksi kaki cukup umum di antara pasien diabetes, umumnya
memerlukan perawatan khusus dan agresif untuk menyelamatkan anggota tubuh
dari amputasi total.
e. Korban kebakaran, terutama dengan cedera yang agak dalam
C. Pathway
D. Prosedur Tindakan operasi
Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap Orientasi

1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja

1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
3. Membuka peralatan
4. Memakai sarung tangan
5. Membasahi plester dengan alcohol dan buka menggunakan pinset
6. Membuka balutan lapis luar
7. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
8. Membuka balutan lapis dalam
9. Menekan tepi luka (sepanjang luka) untuk mengeluarkan pus
10. Melakukan debridement
11. Membersihkan luka dengan cairan NaCl
12. Melakukan kompres desinfektan dan tutup dengan kasa
13. Memasang plester
14. Merapikan pasien

Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan


2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

E. Komplikasi
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis
post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar
tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena
dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi. Organisme yang
paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens, organisme gram
positif. Stapilococus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka
yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan
antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi.
d. Ventilasi paru tidak adekuat.
e. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2018).

F. Pengkajian Diagnosa dan Intervensi Fase Pre Operatif


1. Pengkajian Fase Pre Operatif
a. Identitas pasien meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan, golongan
darah, alamat, no registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnose.
b. Ringkasan hasil anamsesa preoperative
Keluhan ketika pasien dirawat sampai dilakukan tindakan sebelum oprasi.
c. Pengkajian psikologis, meliputi perasaan takut/cemas dan keadaan emosi pasien.
d. Pengkajian fisik, pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah,nadi, pernafasan dan
suhu.
e. System integument, apakah pasien pucat, sianosis, dan adakah penyakit kulit
diarea badan.
f. System kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada system cardio, validasi apakah
pasien menderita penyakit jantung, kebiasaan minum obat jantung sebelum oprasi,
kebiasaan merokok, minum alcohol, oedema, irama dan frekuensi jantung.
g. System pernafasan, apakah pasien bernafas teratur dan batuk secara tiba-tiba
dikamar oprasi.
h. System gastrointestinal, apakah pasien diare?
i. System reproduksi, apakah pasien wanita mengalami mentruasi?
j. System saraf, bagaiman kesadran?
k. Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, lavement, kapter, perhiasan,
make up, scheren, pakaian pasien perlengkapan oprasi dan validasi apkah pasien
alergi terhadap obat?
2. Diagnosa Keperawatan Pre Operatif
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencidera Fisik
b. Ansietas b.d Krisis Situasional Operasi
c. Deficit Pengetahuan b.d Keterbatasan Informasi Tentang Penyakit dan Proses
Operasi
3. Intervensi Pre Operatif

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan observasi
pencidera fisik keperawatan 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri berkurang karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri.
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun 3. Identifikasi respons nyeri
4. Kesulitan tidur menurun non verbal
4. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologs untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. Hypnosis,
akupresure, terapi music,
biofeedback, terapi pjat,
aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
3. Anjurkan teknik
nonfarmakologs untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
2 Ansietas b.d Krisis Setelah dilakukan tindakan Observasi:
Situasional Operasi keperawatan diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat
ansietas dapat terkontrol, ansietas
dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda
1. Perilaku gelisah ansietas
menurun 3. Identifikasi kemapuan
2. Perilaku tegang mengambil tindakan
menurun Terapeutik:
3. Keluhan pusing 1. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
4. Tekanan darah menurun 2. Dengaran penuh perhatian
5. Freuensi nadi menurun 3. Ciptakan suasana
Pola tidur membaik terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
Edukasi:
1. Jelaskan prosedur,termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien.
3. Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
ansietas,jika perlu
3 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
b.d Keterbatasan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi kseiapan dan
Informasi tentang bertambahnya pengetahuan kemampuan menerima
Penyakit dan Proses pasien tentang penyakitnya. informasi
Operasi Dengan Kriteria hasil: 2. Identifikasi factor yang
1. Kemampuan dapat meningkatkan dan
menjelaskan menurunkan motivasi
pengetahuan suatu topik hidup bersih dan sehat
meningkat Terapeutik :
2. Perilaku sesuai dengan 1. Sediakan materi dan media
pengetahuan meningkat pendidikan kesehatan
3. Perilaku membaik 2. Jadwalkan pendidikkan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
sehat
A. Pengkajian Diagnosa dan Intervensi Fase Intra Operatif
1. Pengkajian Fase Intra Operatif
Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara garis besar yang
perlu dikaji adalah:
a. Pengkajian mental, bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih
sadar/terjaga maka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang
dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut
menghadapi prosedur tersebut
b. Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka perawat
harus memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
c. Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah habis apa belum.
d. Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg
BB/jam.
2. Diagnosa Keperawatan Intra Operatif
a. Resiko Pendarahan b.d Tindakan Pembedahan
b. Resiko Cidera b.d Perubahan Fungsi Psikomotor
c. Resiko Syok b.d Perdarahan
3. Intervensi Intra Operatif

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Resiko Pendarahan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
b.d Tindakan keperawatan diharapkan 1. Monitor tanda dan
Pembedahan resiko pendaran tidak gejala perdarahan
terjadi. 2. Monitor tanda-tanda
Dengan kriteria hasil: virtal ortostatik
1. Kemampuan mencari Terapeutik :
informasi tentang factor 1. Batasi tindakan
resiko meningkat invasive
2. Kemampuan melakukan 2. Gunakan kasur
strategi control resiko pencegah decubitus
meningkat Edukasi:
3. Kemampuan 1. Jelaskan tanda dan
menghindari factor gejala perdarahan
resiko 2. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk
menghindari
konstipasi
3. Anjurkan segera
melaporkan jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika
perlu
2 Resiko Cidera b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Pastikan posisi pasien
Perubahan keperawatan diharapkan yang sesuai dengan
Psikomotor cedera tidak terjadi, dengan tindakan operasi
kriteria hasil: 2. Pasang elektrode
1. Tubuh pasien bebas dari penetral
cedera 3. Cek daerah penekanan
pada tubuh pasien
selama operasi
4. pastikan keamanan
elektrikal dan alat- alat
yang digunakan
5. Hitung jummlah kasa,
jarum, bisturi, depper,
dan hitung instrumen
bedah
6. Lakukan time out
7. Lakukan sign out

3 Resiko Syok b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawatan 1x24 jam 1. observasi tanda-tanda
Perdarahan
diharapkan resiko syok vital
dapat diatasi dengan kriteria 2. monitor status
hasil: kardiopulmonal (frekuensi
1. Perdarahan dapat diatasi dan kekuatan
2. Tanda-tanda vital dalam nadi,frekuensi
batas normal nafas,TD,MAP)
3. Tidak terjadi penurunan 3. monitor status
nadi oksigenasi ( oksimetri
4. Nadi tidak lemah nadi,AGD)
5. Klien tidak mengalami 4. monitor status cairan
akral dingin (memasukkan dan
6. Tidak tampak pucat keluarga,turgor kulit,CRT)
7. Waktu pengisian kapiler Terapeutik
kurang dari 3 detik 1. Berikan oksigen untuk
8. Klien tidak mengalami mempertahankan saturasi
penurunan kesadaran oksigen>94%
2.pasang jalur IV, jika
perlu
3. lakukan skin test untuk
mencegah reaksi alergi
Edukasi
1. jelaskan penyebab
risiko syok
2. jelaskan tanda dan
gejala awal syok
3. anjurkan melapor jika
menemukan atau
merasakan tanda dan
gejala awal syok
4. anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
5. anjurkan menghindari
alergi
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
IV,jika perlu
B. Pengkajian Diagnosa dan Intervensi Fase Post Operatif
2. Pengkajian Fase Post Operatif
a. Status respirasi, meliputi: kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,
kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas
b. Status sirkulatori, meliputi: nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
c. Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
d. Balutan, meliputi: keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung
dengan sistem drainage.
e. Kenyamanan, meliputi: terdapat nyeri, mual dan muntah.
f. Keselamatan, meliputi: diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel
panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
g. Perawatan, meliputi: cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainage: bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,
sifat dan jumlah drainage.
h. Perawatan, meliputi: cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainage: bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,
sifat dan jumlah drainage.
3. Diagnose Keperawatan Port Operatif
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencidera
b. Gangguan Pertukaran Gas b.d Efek Samping Anastesi
c. Gangguan Intergritas Kulit b.d Penurunan Mobilitas

4. Intervensi Post Operatif

No Diagnose Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan observasi
Agen Pencidera keperawatan 1x24 jam 1. Identifikasi lokasi,
Fisik diharapkan nyeri berkurang karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun nyeri.
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun 3. Identifikasi respons nyeri non
4. Kesulitan tidur menurun verbal
4. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologs untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Hypnosis, akupresure, terapi
music, biofeedback, terapi
pjat, aromaterapi, kompres
hangat/dingin)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
3. Anjurkan teknik
nonfarmakologs untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tidakan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi
Pertukaran Gas keperawatan diharapkan napas, kedalaman usaha napas
b.d Efek kerusakan pertukaran gas 2. Auskultasi bunyi napas,
Samping tidak terjadi, dengan kriteria tandai aera penurunan atau
Anastesi hasil: hilangnya ventilasi, dan
1. Status neorogis dalam adanya bunyi tambahan
batas normal 3. Pantau hasil gas darah dan
2. Dispenea tidak ada kadar elektrolit
3. Tidak ada gelisah, 4. Pantau status mental
sianosi, dan kelatihan 5. Observasi terhadap sianosis,
terutama membran mukosa
mulut
6. Pantau status pernapasan dan
oksigenasi
7. Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
8. Kolaborasi dalam pemberian
oksigen sesuai dengan
kebutuhan
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Intergritas Kulit keperawatan diharapkan 1. Monitor karateristik luka
b.d Penurunan Gangguan integritas kulit 2. Monitor tanda-tanda infeksi
Mobilitas tidak terjadi, dengan kriteria Terapeutik :
hasil: 1. Pasang balutan sesuai jenis
1. Perdarahan menurun luka
2. Nyeri menurun 2. Pertahankan tehnik steril saat
3. Kemerahan menurun melakukan perawatan luka
4. Hematoma menurun 3. Ganti balutan sesuai jumlah
5. Jaringan parut menurun eksudat dan drainase
6. Nekrosis menurun Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. Ajarkan prosedur perawatan
luka secara mandiri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur
debidement
2. Kolaborasi pemberian
antibiotik
G. Daftar Pustaka
Ariningrum, D. (2018). Buku Pedoman Keterampilan Klinis: Perawatan Luka.
Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mansjoer, A (2018). Kapita Selekta Kedokteran. jilid I. Edisi ke-3. FKU, Jakarta:
Media Aesculapius\

Perry,P.G dan Potter. P.A , (2015). Buku Ajar Fundemental Keperawatan; Konsep
Dasar, Proses, Dan Praktik, Edisi 8 Jakarta: EGC

PPNI (2018) Standar diagnosa keperawatan indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018) Standar Intervensi keperawatan indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018) Standar Luaran keperawatan indonesia Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Sjamsuhidajat,R. (2018). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
Indonesia : EGC.

Anda mungkin juga menyukai