Disusun Oleh :
Tingkah Enggaring Tyas (2005076)
1. Definisi
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa pendarahan intestinal dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak
pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Febriyanti, dkk, 2017).
Cedera kepala adalah suatu trauma mekanik terhadap kepala, baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis
yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen
(Sudiharto dan Sartono, 2010).
Cidera Otak Sedang (COS) biasanya juga disebut sebagai cidera kepala
dikarena secara anatomi organ otak berada di dalam tulang tengkorak kepala. Cidera
kepala dapat diklasifikasikan menurut tingkat kesadaran ditentukan dengan nilai
GCS, yaitu:
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien
trauma kepala yaitu sebanyak 32,1% dan 29,8% per 100.000 populasi. Kekerasan
adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1% per
100.000 populasi di Amerika Serikat (Coronado, 2011). Penyebab utama terjadinya
trauma kepala antara lain:
b. Jatuh
Jatuh didefinisikan sebagai (terlepas), turun atau meluncur ke bawah dengan
cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih digerakkan turun maupun
sesudah sampai ke tanah. Menyatakan bahwa jatuh secara tidak proporsional
mempengaruhi kelompok usia termuda dan tertua, lebih dari setengah
(55%)antara anak-anak usia 0-14 tahun disebabkan karena jatuh, lebih dari
dua pertiga (81%)pada orang dewasa berusia 65 tahun dan lebih tua
disebabkan karena jatuh (Rendi dan Margareth, 2012).
c. Kekerasan
Kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau
kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, menyebabkan
kerusakan fisik pada orang lain secara paksaan (Padila, 2012).
3. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik oksigen dan glukosa terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses okidasi. Otak tidak
mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan perfusi. Demikian pula dengan kebutuhan
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20mg%,
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 75% akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.
Klien dengan cidera otak sedang mengalami kelemahan pada salah satu bagian
tubuh disertai kebingungan bahkan terjadi penurunan kesadaran hingga koma.
Terjadi abnormalitas pupil, terjadi defisit neurologis berupa gangguan penglihatan
dan pendengar berdasarkan letak lesi yang terdapat pada otak. Pasien akan mengalami
kejang otot dan gangguan pergerakan. Bila terjadi perdarahan dan fraktur pada
tengkorak maka akan terjadi hematoma yang menyebabkan peningkatan tekanan
intra kranial. Peningkatan TIK dapat menimbulkan nyeri atau pusing pada kepala.
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan cedera kepala menurut Batticaca
(2008) antara lain :
a. Deficit neurologis
ses otak)
badan)
epidural di antara tengkorak dan dura meter. Keadaan ini sering di akibatkan
karena terjadi fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal
tengah terputus atau rusak (laserasi) dimana arteri ini berada diantara dura
meter dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal dan
8. Penatalaksanaan
a) Berikan infuse dengan cairan non osmotik (kecuali dextrose oleh karena dexstrose
cepat dimetabolisme menjadi H2O+CO2 sehingga dapat menimbulkan edema
serebri)
b) Diberikan analgesia atau antimuntah secara intravena
c) Berikan posisi kepala dengan sudut 15-45 derajat tanpa bantal kepala, dan posisi
netral, karena dengan posisi tersebut dari kaki dapat meningkatkan dan
memperlancar aliran balik vena kepala sehingga mengurangi kongesti cerebrum
dan mencegah penekanan pada syaraf medula spinalis yang menambah TIK.
1. Pengkajian
a. Data Pasien
b. Keluhan umum. Pasien tidak dapat melakukan perge rakan, merasakan nyeri
pada area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas
c. Riwayat kesehatan sekarang. Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana
terjadinya dan bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat kesehatan sebelumnya, Apakah pasien pernah mengalami penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan sekarang.
e. Riwayat kesehatan keluarga. Apakah anggota keluarga
Pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin akan mempengaruhi
kondisi sekarang.
f. Riwayat psikososial. Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh
karena ini kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi
pasien dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
g. Aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola yang
berkiatan dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kondisi umum. Pasien imobilisasi biasanya meng alami, kelemahan,
kurangnya kebersihan diri dan penurunan berat badan.
2) Sistem Pernapasan. Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada
saat bernapas auskultasi bunyi napas, dan nyeri tekan pada daerah dada
serta frekuensi napas.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Coronado, V.G.,Xu., Basavaraju, S.V., Mc Guire, L.C., Wald,M.M., Faul M.D., et al. (2011).
Surveillance for traumatic brain injury-related deaths United States 1997-2007. MMWR, 60
(5), 1-36
Dharma, K.K. 2013. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media Febriyanti,
dkk.2017. Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap
Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. e-Jurnal Keperawatan (e- Kp) Vol 5 No 1
Fransiska Batticaca B, 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Salemba medika, jakarta
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Padila. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Rendy,Clevo dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikasi Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika, Yogyakarta
Sartono dan Sudiharto, 2010. Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Suport.
2014. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Sukardi. 2009. Metode
Tarwoto. 2012. Pengaruh latihan slow deep breathing terhadap intensitas nyeri kepala akut
pada pasien cedera kepala ringan. Jurnal Universitas Indonesia. Jakarta ISBN 978-602-
97846-3-3. Diakses tanggal 21 februari 2015
Ucha Clarinta dan Rekha Nova Iyos. 2016. Cedera Kepala Berat dengan Perdarahan
Subaraknoid.J Medula Unila Vol 4 No 4
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.