Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN CKR

DI RUANG SADEWA 1 RSD KRMT WONGSONEGORO SEMARANG


Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan
Dosen Pengampu Maulidta Karuningtyas W,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Tingkah Enggaring Tyas (2005076)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2022
A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa pendarahan intestinal dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak. Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak
pada kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Febriyanti, dkk, 2017).

Cedera kepala adalah suatu trauma mekanik terhadap kepala, baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis
yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen
(Sudiharto dan Sartono, 2010).

Cidera Otak Sedang (COS) biasanya juga disebut sebagai cidera kepala
dikarena secara anatomi organ otak berada di dalam tulang tengkorak kepala. Cidera
kepala dapat diklasifikasikan menurut tingkat kesadaran ditentukan dengan nilai
GCS, yaitu:

a. Cidera Kepala Ringan


a) Nilai GCS 13-15
b) Dapat terjadi kehilangan kesadaran tetapi kurang dari 30 menit
c) Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma ( Andra &
Yessie, 2012 )
b. Cidera Kepala Sedang
a) Nilai GCS 9-12
b) Saturasi 02 > 90% dan tekanan darah systole > 100mmhg
c) Dapat terjadi kehilangan kesadaran > 30 menit dalam 24 jam
d) Dapat terjadi fraktur tengkorak (Padila, 2012).
c. Cidera Kepala Berat
a) Nilai GCS 8 – 3
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
c) Juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intracranial (Andra &
Yessie, 2012).
2. Etiologi

Menurut Brain Injury Association of America (2013), penyebab utama cedera


kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%,
karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%, disebabkan kekerasan
sebanyak 11%, dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama
cedera kepala.

Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien
trauma kepala yaitu sebanyak 32,1% dan 29,8% per 100.000 populasi. Kekerasan
adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1% per
100.000 populasi di Amerika Serikat (Coronado, 2011). Penyebab utama terjadinya
trauma kepala antara lain:

a. Kecelakaan lalu lintas


Kecelakaan Lalu Lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan kendaraan yang lain atau benda lain. Sehingga
menyebabkan kerusakan atau cedera kepada pengguna jalan raya (Rendi dan
Margareth, 2012).

b. Jatuh
Jatuh didefinisikan sebagai (terlepas), turun atau meluncur ke bawah dengan
cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih digerakkan turun maupun
sesudah sampai ke tanah. Menyatakan bahwa jatuh secara tidak proporsional
mempengaruhi kelompok usia termuda dan tertua, lebih dari setengah
(55%)antara anak-anak usia 0-14 tahun disebabkan karena jatuh, lebih dari
dua pertiga (81%)pada orang dewasa berusia 65 tahun dan lebih tua
disebabkan karena jatuh (Rendi dan Margareth, 2012).
c. Kekerasan
Kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau
kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, menyebabkan
kerusakan fisik pada orang lain secara paksaan (Padila, 2012).
3. Patofisiologi

Otak dapat berfungsi dengan baik oksigen dan glukosa terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses okidasi. Otak tidak
mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun
sebentar akan menyebabkan gangguan perfusi. Demikian pula dengan kebutuhan
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20mg%,
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 75% akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi serebral.

Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan


oksigen melalui proses metabolik an aerob yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah. Pada kontusio berat hipoksia atau kerusakan otak dapat terjadi
penimbunan asam laktat akibat metabolisme an aerob. Dalam keadaan normal
cerebral blood flow (CBF) adalah 50-60 ml/menit/100gr. Jaringan otak, yang
merupakan 15% dari cardiac output.

Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas


atypical-myocordial, perubahan tekanan vaskuler dan uedem paru. Perubahan otonom
pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan distritmia, fibrilasi
atrium dan ventrikel, takikardia.

Akibat adanya perubahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana


penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi.
Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan
arteriol otak tidak begitu besar (Tarwoto, 2012).
4. Pathways
5. Manifestasi Klinis

Klien dengan cidera otak sedang mengalami kelemahan pada salah satu bagian
tubuh disertai kebingungan bahkan terjadi penurunan kesadaran hingga koma.
Terjadi abnormalitas pupil, terjadi defisit neurologis berupa gangguan penglihatan
dan pendengar berdasarkan letak lesi yang terdapat pada otak. Pasien akan mengalami
kejang otot dan gangguan pergerakan. Bila terjadi perdarahan dan fraktur pada
tengkorak maka akan terjadi hematoma yang menyebabkan peningkatan tekanan
intra kranial. Peningkatan TIK dapat menimbulkan nyeri atau pusing pada kepala.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto rontgen (X-ray) untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur


b. Foto polos tengkorak (skull X-ray)
c. Angiografi serebral
d. Pemeriksaan MRI
e. CT Scan : indikasi ct scan berupa nyeri kepala atau muntah-muntah,
penurunan GCS lebih dari 1 poin, adanya laserasi, fraktur tulang tengkorak,
dan adanya luka tembus akibat benda tajam atau peluru (Andra & Yessie,
2012).

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan cedera kepala menurut Batticaca
(2008) antara lain :

a. Deficit neurologis

b. Infeksi sistemik (pneumonia, septikemia)

c. Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventrikulitis, ab-

ses otak)

d. Osifikasi heterotrofik (nyeri tulang pada sendi-sendi yang menunjang berat

badan)

e. Epidural hematoma (EDH) adalah berkumpulnya darah di dalam ruang

epidural di antara tengkorak dan dura meter. Keadaan ini sering di akibatkan
karena terjadi fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal

tengah terputus atau rusak (laserasi) dimana arteri ini berada diantara dura

meter dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal dan

terjadi hemoragik sehingga menyebabkan penekanan pada otak.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan di rumah sakit menurut Padila (2012), adalah:

a) Berikan infuse dengan cairan non osmotik (kecuali dextrose oleh karena dexstrose
cepat dimetabolisme menjadi H2O+CO2 sehingga dapat menimbulkan edema
serebri)
b) Diberikan analgesia atau antimuntah secara intravena
c) Berikan posisi kepala dengan sudut 15-45 derajat tanpa bantal kepala, dan posisi
netral, karena dengan posisi tersebut dari kaki dapat meningkatkan dan
memperlancar aliran balik vena kepala sehingga mengurangi kongesti cerebrum
dan mencegah penekanan pada syaraf medula spinalis yang menambah TIK.

Penatalaksanaan menurut Tarwoto (2012), adalah :

a) Prinsip penatalaksanaan cedera kepala adalah memperbaiki perfusi jaringan


serebral, karena organ otak sangat sensitif terhadap kebutuhan oksigen dan
glukosa. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan diperlukan keseimbangan
antara suplay dan demand yaitu dengan meningkatkan suplai oksigen dan glukosa
otak. Untuk meningkatkan suplai oksigen di otak dapat dilakukan melalui
tindakan pemberian oksigen atau dengan mengajarkan teknik nafas dalam,
mempertahankan tekanan darah dan kadar hemoglobin yang normal. Sementara
upaya untuk menurunkan kebutuhan oksigen otak dengan cara menurunkan laju
metabolisme otak seperti menghindari keadaan kejang, stress, demam, suhu
lingkungan yang panas, dan aktifitas yang berlebihan.
b) Untuk menjaga kestabilan oksigen dan glukosa otak juga perlu diperhatikan
adalah tekanan intrakranial dengan cara mengontrol cerebral blood flow (CBF)
dan edema serebri. Keadaan cerebral blood flow (CBF) ditentukan oleh berbagai
faktor seperti tekanan darah sistemik, cerebral metabolic rate (CMR). Pada
keadaan hipertensi menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak, hal ini akan
menghambat oksigenasi otak. Demikian juga pada peningkatan metabolisme akan
mengurangi oksigenasi otak karena kebutuhan oksigen meningkat. Disamping itu
pemberian obat-obatan untuk mengurangi edema serebral, memperbaiki
metabolisme otak dan mengurangi gejala seperti nyeri

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data Pasien
b. Keluhan umum. Pasien tidak dapat melakukan perge rakan, merasakan nyeri
pada area fraktur, rasa lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas
c. Riwayat kesehatan sekarang. Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana
terjadinya dan bagian tubuh mana yang terkena.
d. Riwayat kesehatan sebelumnya, Apakah pasien pernah mengalami penyakit
tertentu yang dapat mempengaruhi kesehatan sekarang.
e. Riwayat kesehatan keluarga. Apakah anggota keluarga
Pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin akan mempengaruhi
kondisi sekarang.
f. Riwayat psikososial. Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh
karena ini kaji gambaran ideal diri, harga diri, dan identitas diri serta interaksi
pasien dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan tempat
tinggalnya.
g. Aktivitas sehari-hari. Pengkajian ini bertujuan melihat perubahan pola yang
berkiatan dengan terganggunya sistem tubuh serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar pasien.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kondisi umum. Pasien imobilisasi biasanya meng alami, kelemahan,
kurangnya kebersihan diri dan penurunan berat badan.
2) Sistem Pernapasan. Pengkajian untuk mendeteksi sekret, gerak dada
saat bernapas auskultasi bunyi napas, dan nyeri tekan pada daerah dada
serta frekuensi napas.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)


b. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala (D.0017)
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)

3. Intervensi

DIAGNOSA KEPE TUJUAN DAN KRITE INTERVENSI


RAWATAN RIA HASIL
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindak Manajemen nyeri (l.08238)
pencedera fisiologis an keperawatan selama 3
(D.0077) x24 jam diharapkan tingk Observasi
at nyeri menurun dengan a. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : b. Identifikasi faktor yang
1. Keluhan nyeri me memperberat dan mem-
nurun peringan nyeri
2. Meringis menuru Terapeutik
n a. Berikan teknik nonfar-
3. Muntah menurun makologis untuk mengu-
rangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imaji-
nasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
b. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
a. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
b. Ajarkan teknik nonfar-
makologis untuk mengu-
rangi rasa nyeri
Resiko perfusi Setelah dilakukan tindak Pemantauan tekanan intrakanial
serebral tidak efektif an keperawatan selama 3 (l.06198)
b.d cedera kepala x24 jam diharapkan perfu
(D.0017) si serebral meningkat den Observasi
gan kriteria hasil : a. Monitor peningkatan TD
1. Tingkat kesadara b. Monitor ireguleritas irama
n meningkat nafas
2. Sakit kepala men c. Monitor penurunan tingkat
urun kesadaran
3. Tekanan intrakani Terapeutik
al menurun a. Pertahankan posisi kepala
dan leher netral
b. Atur interval pemantauan s
esuai kondisi pasien
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosed
ur pemantauan informasik
an hasil pemantuan, jika p
erlu
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindak Manajemen energi (l.05178)
b.d kelemahan an keperawatan selama 3
(D.0056) x24 jam diharapkan toler Observasi
ansi aktivitas meningkat a. Identifikasi gangguan fung
dengan kriteria hasil : si tubuh yang mengakibatk
1. Kemudahan dala an kelelahan
m melakukan akti b. Monitor pola dan jam tidur
vitas sehari-hari c. Monitor kelelahan fisik
meningkat Terapeutik
2. Kekuatan tubuh b a. Sediakan lingkungan nya
agian atas mening man dan rendah stimulus
kat b. lakukan latihan rentang ge
3. Keluhan Lelah m rak pasif dan aktif
enurun Edukasi
a. anjurkan tirah baring
b. anjurkan melakukan aktivi
tas secara bertahap

DAFTAR PUSTAKA
Coronado, V.G.,Xu., Basavaraju, S.V., Mc Guire, L.C., Wald,M.M., Faul M.D., et al. (2011).
Surveillance for traumatic brain injury-related deaths United States 1997-2007. MMWR, 60
(5), 1-36

Dharma, K.K. 2013. Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media Febriyanti,
dkk.2017. Pengaruh Terapi Oksigenasi Nasal Prong Terhadap

Perubahan Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado. e-Jurnal Keperawatan (e- Kp) Vol 5 No 1

Fransiska Batticaca B, 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Salemba medika, jakarta

Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.

Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika


Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi PenelitianIlmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Padila. 2012. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), 2008. Konsensus Nasional


Penanganan Cedera Kepala dan Cedera Spinal. Perdossi, jakarta

Rendy,Clevo dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikasi Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika, Yogyakarta

Sartono dan Sudiharto, 2010. Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Suport.

CV. Agung Seto, Jakarta

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Sujarweni, Wiratna.

2014. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Sukardi. 2009. Metode

Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara


Sukmadinata. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya

Tarwoto. 2012. Pengaruh latihan slow deep breathing terhadap intensitas nyeri kepala akut
pada pasien cedera kepala ringan. Jurnal Universitas Indonesia. Jakarta ISBN 978-602-
97846-3-3. Diakses tanggal 21 februari 2015

Ucha Clarinta dan Rekha Nova Iyos. 2016. Cedera Kepala Berat dengan Perdarahan
Subaraknoid.J Medula Unila Vol 4 No 4

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai