OLEH :
NAMA : VERANITA NINDI PROBO UTAMI
NIM : P07120215029
TINGKAT : 3.A
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah
atau sel darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat
dikelompokkan menjadi hematuri makroskopis (gross hematuria)
adalah suatu keadaan urin bercampur darah dan dapat dilihat dengan
mata telanjang. Keadaan ini dapat terjadi bila 1 liter urin bercampur
dengan 1 ml darah. Gross hematuria bisa disertai dengan clot/bekuan
darah, dimana dapat berasal dari perdarahan di ureter/ginjal, buli-buli
dan prostat. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri yang hanya dapat
diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. Hematuria yang secara
kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah
tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel
darah merah per lapangan pandang (Sunarka, 2002).
2. ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di
dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem
urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi
orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih,
pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi. Namun,
diferensial lengkap sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang
berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis
hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan
adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria
mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria
ditemukan pada neoplasma dari urinary tract. genitourinari.
Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik
mikrohematuria, sulit di identifikasikan penyebabnya. Akibatnya,
dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas
penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan
kemungkinan suatu keganasan.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
3. POHON MASALAH
Hematuria
sistem urogenitalia Luar sistem urogenitalia
bakteri memasuki
ginjal dari aliran mengkompres
darah atau naik dari uretra
ureter ke ginjal
Perdarahan
menghalangi dalam urine
aliran urin
Risiko Infeksi
Resiko
kesulitan kekurangan
buang air kecil volume cairan
Nyeri Akut
Gangguan
eliminasi urine
4. KLASIFIKASI
a. Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering
mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di
prostat). Penyebabnya ada di bawah sphincter externa.
b. Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih
dapat menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat.
Penyebabnya ada di proximal urethra atau di leher/dasar buli-buli.
c. Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari
awal hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli,
ureter atau ginjal. Penyebabnya ada di buli-buli, ureter atau ginjal.
Pada wanita, hematuria yang terjadi sesuai siklus menstruasi
menunjukkan kemungkinan adanya endometriosis pada traktus
urinarius. Darah yang ditemukan antara proses berkemih, seperti
bercak darah yang ditemukan pada celana dalam, sering
menunjukkan adanya perdarahan pada salah satu atau kedua ujung
uretra.
5. MANIFESTASI KLINIS
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di
dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar
urogenitalia. Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain
(Purnomo, 2007):
1) Infeksi/inflamasi, antara lain pielonefritis, glomerulonefritis,
ureteritis, sistitis, dan urethritis.
2) Tumor jinak/tumor ganas, antara lain tumor pielum, tumor ureter,
tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
3) Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain kista ginjal dan ren
mobilis.
4) Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
5) Batu saluran kemih.
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia adalah
adanya kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sistem
hematologik yang lain. Faktor-faktor lain seperti obat pengencer darah
yang mencegah pembekuan darah atau obat-obatan anti inflamasi
seperti aspirin mendorong perdarahan saluran kemih. Obat-obatan
umum yang dapat menyebabkan darah kemih seperti penisilin dan
siklofosfamid obat anti kanker (Cytoxan).
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah
Penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk
mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat
pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat
pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat
dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan
urolithiasis.
b. Pemeriksaan urine
Dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik
dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada
hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non
glomeruler.
Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan
adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih,
sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan
dengan batu asam urat.
Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya
selsel urotelial.
c. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus
hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi
ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih
dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal
memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran
kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma
saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
d. USG
Berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat
(padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter,
kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum,
dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar.
e. Endoultrasonografi
Yaitu ekografi transurethral sangat bergunauntuk pemeriksaan
prostat dan buli-buli.
f. Arteriografi
Dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih
aman dan informatif. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat
dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
g. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya
setelah obstruksi dihilangkan.
h. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan
gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
i. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan
perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli
j. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika
pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan
penyebab hematuria.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan
retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli
dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak
berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan
darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika
terjadi eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan
pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus
diberikan antibiotika.
Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah
mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer
penyebab hematuria.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata)
untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat
(lokalis).
a) Keadaan umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah
tandatanda, seperti :
1. Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmentis tergantung pada keadaan klien.
2. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang,
berat dan pada kasus hematuri biasanya akut.
3. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik
fungsi maupun bentuk.
b) Pemeriksaan head-to-toe :
1. Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak
ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala
2. Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis
(karena tidak terjadi perdarahan).
3. Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
4. Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak
ada lesi atau nyeri tekan.
5. Mulut dan Gigi
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
6. Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelan ada.
7. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
8. Paru
a. Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung
pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan
paru.
b. Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
c. Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
lainnya.
d. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
9. Jantung
a. Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
b. Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
c. Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
10. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
b. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
c. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
d. Auskultasi
Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
11. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada
kesulitan BAB.
12. Kulit
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat,
bengkak, oedema, nyeri tekan.
13. Ekstermitas
Kekuatan otot, adanya oedema atau tidak, suhu akral, dan
ROM.
2) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Radiologi
b) Pemeriksaan Laboratorium
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Eliminasi Urine
b. Nyeri Akut
c. Risiko Infeksi
d. Risiko Kekurangan Volume Cairan
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Ekspresi wajah nyeri (mis., Tekanan darah normal (dewasa : pengalaman nyeri dan
mata kurang bercahaya, 120/80mmHg) NOC sampaikan penerimaan pasien
tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu : terhadap nyeri
fokus, meringis) Fokus 2. Pain control Kriteria
menyempit (mis., persepsi Gali bersama pasien dan
waktu, proses berpikir, Hasil : keluarga mengenai factorfaktor
interaksi dengan orang dan
lingkungan) Fokus pada diri Melaporkan perubahan terhadap gejala yang dapat menurunkan atau
sendiri Keluhan tentang nyeri pada professional kesehatan memperberat nyeri Berikan
intensitas menggunakan
standar skala nyeri (mis., Mengenali apa yang terkait dengan informasi mengenai nyeri,
skala Wong-Baker FACES, gejala nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
skala analog visual, skala
lama nyeri akan dirasakan, dan
penilaian numeric) Menggunakan tindakan pengurangan
antisipasi dari
(nyeri) tanpa analgesic
ketidaknyamanan akibat
prosedur
Kendalikan factor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
Keluhan tentang karakteristik ketidaknyamanan (mis., suhu
nyeri dengan menggunakan ruangan,pencahayaan dan
standar instrument nyeri (mis., suara bising)
McGill Pain Questionnaire, Kurangi atau
Brife Pain Inventory eliminasifaktorfaktor yang
Laporan tentang perilaku dapat mencetus atau
nyeri/perubahan meningkatkan nyeri (mis.,
aktivitas (mis., anggota ketakutan, kelelahan, keadaan
keluarga, pemberi monoton, dan kurang
asuhan) pengetahuan)
Mengekspresikan perilaku Pilih dan implementasikan
(mis., gelisah, merengek, tindakan yang beragam (mis.,
menangis, waspada) farmakologi, nonfarmakologi,
Perilaku distraksi interpersonal) untuk
Perubahan pada parameter memfasilitasi penurunan nyeri
fisiologis (mis., tekanan darah,
sesuai kebutuhan
frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen, Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
dan end-tidal karbon dioksida menangani nyerinya dengan
(CO2)) tepat
Perubahan posisi untuk Ajarkan penggunaan teknik
menghindari nyeri non farmaklogi
□ ktor risiko selama ..... x ..... jam diharapkan : Inf ection Control
Kurang pengetahuan untuk NOC : □ Bersihkan lingkungan setelah
Status imunitas dipakai pasien lain
□ menghindari pemajanan patogen
□ Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Pertahankan teknik isolasi
□ Malnutrisi □
Obesitas □ Mendeskripsikan proses penularann □ Batasi pengunjung bila perlu
□
Penyakit kronis (mis. Diabetes penyakit, factor yang □ Instruksikan pada pengunjung
mellitus) mempengaruhi penularan serta untuk mencuci tangan saat
□
Prosedur invasif penatalaksanaannya berkunjung meninggalkan
□ Menunjukkan kemampuan untuk mencegah pasien
Pe
r tahanan Tubuh Primer Tidak timbulnya infeksi Gunakan sabun antimikroba
□
Adekuat □ Jumlah leukosit dalam batas normal untuk cuci tangan
□ Gangguan integritas kulit □ Menunjukkan perilaku hidup sehat Cuci tangan setiap sebelum
□
□ Gangguan perisstalsis dan sesudah tindakan
Merokok keperawatan Gunakan baju,
□ □
Pecah ketuban dini sarung tangan sebagai alat
□
Pecah ketuban lmbat penlindung
□ □
Perubahan pH sekresi Pertahankan lingkunan aseptic
□
Stasis cairan tubuh selama pemasangan alat
□
□ Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
Pertahanan Tubuh Sekunder Tidak
Ad dengan petunjuk umum
ekuat
□ Imunosupresi □ Gunakan kateter intermiten
□ Leukopenia untuk menurunkan infeksi
□ Penurunan hemoglobin kandung kencing
□ Supresi respons inflamasi (mis. □ Tingkatkan intake nutrisi
Interleukin 6 [IL-6], C-reactive □ Berikan terapi antibiotic bila
protein [CRP])] perlu
□ Batasi pengunjung
□ Pertahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
□ Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
□ Ajarkan cara
menghindari infeksi