Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PERIKARDIUM + PERKARDIUM SINTESIS

RSU DR.SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun Oleh:
Agung tri widodo
1930004
Kelompok 1

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS


STIKKES KEPANJEN
MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung

merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya

sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yaitu

diluar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom).

Perikardium merupakan lapisan jantung paling luar yang merupakan

selaput pembungkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral

yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.

Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk

menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan

terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup, karena itu

membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang terpenting

dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri

koronaria.

Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika,

radang, neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh timbunan

cairan (disebut efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis).

Perikarditis adalah peradangan perikardium viseralis atau parietalis dengan

atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikardium baik bersifat

transudat atau eksudat atau purulen dan disebabkan oleh berbagai

macam penyebab. Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang merupakan
55% dari seluruh kasus. Perikarditis / septic (28%) disebabkan oleh

Staphylococcus aureus,

Diplococcus pneumonie dan Streptococcus hemolyticus. Pada perikarditis,

ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan perikardium viseratis dan atau

parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah akut,

perikarditis non spesifik (viral), infark miokard, dan uremia.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang

perikardium. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau

idiopatik. Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau

hemoperikardium. Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya

perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala- gejala pasien (Strimel

W, 2006).

Efusi perikardial mengacu pada masuknya cairan ke dalam kantung

perikardium. Kejadian ini biasanya disertai dengan perikarditis, gagal jantung,

atau bedah jantung. (Smeltzer,C.Suzanne, 2001, hal. 818).

Secara normal kantung perikardiun berisi cairan sebanyak kurang dari.

Cairan perikardium ini akan terakumulasi akibat dari adanya peradangan, kelainan

sistemik, maupun akibat dari bedah jantung, sehingga cairan pada kantung

perikardium akan tersekresi semakin banyak melebihi kemampuan absorpsinya.

2.2 Etiologi

Menurut Smeltzer, C. Suzanne (2001) Efusi Perikardial sering diawali

oleh suatu keadaan peradangan pada Perikardium (Perikarditis), gagal jantung,

dan juga bedah jantung. Selain itu adanya tumor dan juga trauma pada jantung

juga dapat menyebapkan terjadinya Efusi Perikardial.

Disamping penyebap yang langsung mengenai jantung, terdapat penyebap

lain yang berasal dari organ tubuh yang lain yang dapat menyebapkan Efusi
Perikardial yaitu kanker paru dan kanker payudara. Hal ini dikarenakan

metaplasia dari sel kanker yang menyerang paru dan payudara dapat bermetastase

ke struktur terdekatnya, salah satunya adalah pericardium.

2.3 Manifestasi Klinis

Pasien mungkin akan mengeluh dada teras penuh atau sangat nyeri.

Peregangan kantung perikardium menyebapkan dada seperti tertekan. Tanda-

tanda lain mencakup napas pendek, dan tekanan darah yan menurun dan

berfluktuasi.

Pada saat inspirasi, tekanan darah menjadi rendah (pulsus parodoksus) dan

denyut nadi tidak dapat diraba. Tekanan vena cenderung meningkat dan bunyi

jantung lemah ditandai dengan pembesaran vena leher. Tanda kardinal gangguan

ini adalah tekanan darah arteri menurun, tekanan denyut nadi menurun, tekanan

vena meningkat dan bunyi jantung lemah.

2.4 Patofisiologi

Ruang perikardial biasanya hanya berisi 15-50 ml cairan yang berfungsi

sebagai pelumas untuk lapisan visceral dan parietal perikardium. Cairan ini diduga

berasal dari perikardium visceral dan pada dasarnya merupakan ultrafiltrat

plasma.

Adanya penyebap seperti peradangan pada perikardium, gagal jantung,

edah jantung, trauma jantung, dan kanker dapat mengakibatkan cairan

perikardium terakumulasi secara berlebihan yang tidak diimbangi dengan absorpsi

yang adekuat, yang terakumulasi secara lambat tanpa menyebapkan gejala yang

nyata. Namun demikian, perkembangan efusi yang cepat, dapat meregangkan


perikardium sampai ukuran maksimal dan menyepabkan penurunan curah jantung

serta peningkatan aliran balik vena ke jantung.

Penurunan curah jantung dapat mengakibatkan aliran darah coroner

menurun, sehingga dapat menyebapkan terjadinya iskemia pada miokardim.

Selain itu, penurunan curah jantung juga dapat menyebapkan perfusi jaringan

menurun yang berakibat pada tiga hal yaitu kongesti pada pulmonal yang

kemudian menyebapkan terjadinya sesak napas.

Kemudian perfusi jaringan yang menurun, mengakibatkan aliran darah

sistemik yang tidak adekuat dan membuat terjadinya kelemahan fisik. Terakhir

perfusi jaringan yang menurun berakibat pada kondisi dan prognosis penyakit

yang dapat membuat pasien merasa cemas.


2.5 Pathway
2.2 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada Efusi Perikardial

diantaranya sebagai berikut :

1. Foto Thorak : dilakukan untuk melihat adanya pembesaran jantung yang

biasanya akan berbentuk globuler. Gambaran jantung seperti ini baru tampak jika

cairan lebih dari 250 ml serta sering juga dijumpai efusi pleura.

2. Echocardiography : merupakan pemeriksaan noninvasif yang palig akurat,

disini akan tampak akumulasi cairan di dalam kantung perikardium.

Kadang-kadang tampak juga adanya metastase pada dinding perikardium.

3. Perikardiosintesis : sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga lebih

aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10% serosanguinus.

Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan sitologi. Pemeriksaan

sitologi cukup sensitif dengan kemempuan diagnostik sekitar 80%, tetapi hasil

negatif palsu sering terjadi pada limfoma maligna dan mesotelioma. Dalam

keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.

4. CT-Scan : dilakukan untuk menentukan komposisi cairan dan dapat mendeteksi

sedikitnya 50 ml cairan dan dapat mendeteksi adanya kalsifikasi.

5. MRI : dilakukan untuk mendeteksi sedikitnya 30 ml cairan perikardial, dapat

mendeteksi adanya hemoragik atau tindak. Nodularity/penyimpangan dari

perikardium yang dilihat pada MRI mungkin merupakan indikasi dari efusi gas.
2.3 Penatalaksanaan

Apabila fungsi jantung sangat terganggu, maka perlu dilakukan aspirasi

perikardial (tusukan pada kantung perikardium) untuk mengambil cairan dari

kantung perikardium. Tujuan utamanya adalah mencegah Tamponade jantung

yang dapat menghambat kerja jantung normal. Selama prosedur, pasien harus

dipantau dengan EKG dan pengukuran tekanan hemodinamika. Peralatan

resusitasi darurat juga harus tersedia. Kepala tempat tidur dinaikkan 45-60 derajat,

agar jantung lebih dekat dengan dinding dada sehingga jarum dapat dimasukkan

dengan mudah.

Jarum aspirasi perikardium dipasang pada spuit 50 ml, melalui three- way

stop cock. Lead V (kawat lead perkordial) EKG dihubungkan ke ujung jarum

menghisap dengan perekat aligator, karena EKG dapat membantu menentukan

apakah jarum telah menyentuh perikardium. Bila terjadi tusukan, maka akan

terjadi elevasi segmen ST atau stimulasi kontraksi ventrikel prematur.

Ada berbagi tempat yang mungkin digunakan untuk aspirasi perikardium.

Jarum bisa dimasukkan pada sudut antara batas costa kiri dan sifoid, dekat apeks

jantung, antara rongga kelima dan keenam batas sternum, atau pada batas kanan

sternum pada rongga interkostal keempat. Jarum dimasukkan perlahan hingga

memperoleh cairan.

Bila terjai penurunan tekanan vena sentral dengan disertai peningkata

tekanan darah ini menunjukkan tamponade jantungnya sudah hilang. Pasien

biasanya kemungkinan merasa lebih nyaman. Bila cairan dalam pericardium

cukup banyak, maka perlu dipasang kateter untuk mengalirkan perdarahan

ataupun efusi yang kambuh.


Selama prosedur ini dilakukan, perhatikan adanya darah dalam cairan yang keluar.

Darah perikardium tidak akan membeku dengan cepat, sementara darah yang

tidak sengaja terhisap dari bilik jantung akan segera membeku. Cairan

perikardium kemudaian akan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan tumor,

kultru bakteri, analisa kimia dan serologis serta hitungan jenis sel.
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1. Keluhan utama : pasien biasanya akan mengeluhkan cepat lelah dalam

beraktifitas karena adanya pembesaran jantung akibat penambahan volume

cairan perikardium yang dapat menghambat kerja jantung nomal.

2. Riwayat penyakit sekarang : menanyakan riwayat penyakit yang

diderita pasien saat itu, selain dari keluhan yang diungkapkan pasien.

3. Riwayat penyakit dahulu : menanyakan riwayat penyakit apa saja yang

pernah dialami pasien sebelum mengalami penyakit yang diderita saat ini.

4. Riwayat penyakit keluarga : menanyakan riwayat penyakit yang pernah

dialami anggota keluarga yang lain yang mungkin dapat berupa penyakit

herediter ataupu menular.

5. Pengkajian pola aktivitas istirahat : pasien biasanya akan mengalami

kelemahan dan kelelahan yang ditandai dengan takikardi, Tekanan Darah

menurun, dan dispnea saat beraktifitas.

6. Pengkajian pola sirkulasi : pasien biasanya memiliki riwayat Penyakit

Jantung Koroner, Ca Paru dan Ca Mamae yang ditandai dengan takikardi,

disritmia, dan edema.

7. Pengkajian pola eliminasi : pasien biasanya memiliki riwayat penyakit

ginjal dan penurunan frekuensi urin yang ditandai dengan urin tampak

pekat dan gelap.


8. Pengkajian pola pernapasan : pasien biasanya akan mengalami napas

pendek yang terjadi biasaya pada malam hari ditandai dengan dispnea

nocturnal, takipnea, dan pernapasan dangkal.

9. Pengkajian pola kenyamanan : pasien biasanya akan mengeluh nyeri

pada dada (sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi, gerakan

menelan, berbaring : hilang dengan duduk, bersandar kedepan

(perikarditis). Nyeri dada/punggung/sendi (endokarditis).

2. PEMERIKSAAN FISIK

Head to Toe

a. Kepala dan wajah : pucat, bibir sianosis.

b. Leher : peninggian vena jugularis.

c. Dada : ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda kusmaul,

takipnea, bunyi jantung melemah / redup dan pekak jantung melebar

d. Abdomen dan pinggang : tidak ada tanda dan gejala.

e. Pelvis dan Perineum : tidak ada tanda dan gejala.

f. Ekstrimitas : pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada Efusi Perikardial menunjukkan :

a. Kolaps diastole pada atrium kanan

b. Kolaps diastole pada ventrikel kanan

c. Kolaps pada atrium kiriPeningkatan pemasukan abnormal pada aliran

katup trikuspidalis dan terjadi penurunan pemasukan dari aliran katup mitral

> 15 %
d. Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan penurunan

pemasukan dari ventrikel kiri

e. Penurunan pemasukan dari katup mitral .

f. Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, ditandai dengan

takipnea, pernapasan dangkal.

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 berkurang ditandai

dengan nadi lemah, penurunan kesadaran, pucat, sianosis dan akral dingin.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung

ditandai denga distensi vena jugularis, sianosis.

4. Nyeri dada berhubungan dengan penurunan aliran darah koroner.

5. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubunga dengan kelemahan

fisik.

6. Kecemasan berhubungan dengan kondisi dan prognosis penyakit.

7. Koping individu inefektif berhubungan dengan kecemasan dan kurang

informasi.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah

(Brunner & Suddarth : editor). Jakarta : EGC

Tarwanto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan

Edisi

4. Jakarta : Salemba Medika

dr.Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan

Penyakit

Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014.

Jakarta : EGC

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai