Oleh :
NIM: 1820014
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan HMD (Hyaline Membrane Disease) di Ruang Perintologi
RSUD Karsa Husada Kota Batu , yang Dilakukan Oleh :
NIM : 1820014
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Progam Pendidikan Program Sarjana
Keperawatan Departemen Keperawatan Anak, yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2022 yang telah
disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN HMD
A. Definisi
Hyaline Membrane Disease (HMD) atau disebut juga Respiratory Distress Syndrome
(RDS) merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan
pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30% dari kematian neonatus diakibatkan oleh HMD
atau komplikasi yang dihasilkannya.
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran
surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif
dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi.
Sindrom distres pernapasan/respiratory distress syndrome (RDS) merupakan suatu
gangguan respiratori pada neonatus terutama akibat kurangnya surfaktan yang berfungsi
menurunkan tekanan permukaan alveoli dan mempertahankan alveoli agar tidak kolaps
(Gomella TL, 2013).
Jadi HMD disebut juga respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindroma Gawat
Nafas tipe 1, yaitu gawat napas pada bayi kurang bulan yang terjadi segera atau beberapa
saat setelah lahir, ditandai adanya kesukaran bernafas, (pernafasan cuping hidung, grunting.
Tipe pernapasan dispnea/takipnea, retraksi dinding dada, dan sianosis).
B. Etiologi
b. Asfiksia perinatal
c. Maternal diabetes
Hyaline Membrane Disease (HMD sering ditemukan pada bayi prematur. Insidens
berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan. Artinya
semakin muda usia kehamilan ibu. Semakin tinggi kejadian HMD pada bayi tersebut.
Sebaliknya semakin tua usia kehamilan, semakin rendah kejadian HMD .
Kegagalan mengembangkan functional residual capacity (FRC) dan kecenderungan
dari paru yang terkena untuk mengalami atelektasis berhubungan dengan tingginya tegangan
permukaan dan absennya phosphatydilglycerol, phosphatydilinositol, phosphatydilserin,
phosphatydilethanolamine dan sphigomyelin.
Pembentukan surfaktan dipengaruhi Ph normal, suhu dan perfusi. Asfiksia,
hipoksemia, dan iskemia pulmonal yang terjadi akibat hipovolemia, hipotensi dan stress
dingin, menghambat pembentukan surfaktan. Epitel yang melapisi paru-paru juga dapat
rusak akibat konsentrasi oksigen yang tinggi dan efek pengaturan respirasi, mengakibatkan
semakin berkurangnya surfaktan.
Adapun manifestasi klinis Hyaline Membran Disease (HMD) adalah sebagai berikut:
a. Penyakit membrane hyaline ini mungkin terjadi pada bayi prematur dengan berat
badan 1000-2000 gram atau masa gestasi 30-36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi
dengan berat badan lebih dari 2500 gram.
b. Riwayat asfiksia pada waktu lahir atau tanda gawat bayi pada akhir kehamilan. Tanda
gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama.
c. Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasis dan perfusi paru
yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran klinis seperti dispnea
atau hiperpneu, sianosis karena saturasi O2 yang menurun dan karena pirau vena
arteri dalam paru atau jantung, retraksi suprasternal, epigastrium, interkostal dan
respiratory grunting
Gambaran klinik yang biasa ditemukan pada HMD yaitu gangguan pernafasan berupa:
a. Dispneu
b. Sianosis
c. Retraksi suprasternal/epigastrik/intercostals
b. Hipotensi
c. Kardiomegali
e. Hipotermi
D. Patofisiologis
Bayi prematur lahir dengan kondisi paru yang belum siap sepenuhnya untuk berfungsi
sebagai organ pertukaran gas yang efektif. Hal ini merupakan faktor utama terjadinya HMD.
Ketidaksiapan paru menjalankan fungsinya tersebut terutama disebabkan oleh kekurangan atau
tidak adanya surfaktan. Kekurangan atau ketidakmatangan fungsi sufaktan menimbulkan
ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi. Tanpa surfaktan,
janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang. Setiap kali bernafas menjadi sukar dan
memerlukan usaha yang keras untuk mengembangkan parunya pada setiap hembusan napas
(ekspirasi). Hal ini mengakibatkan bayi lebih banyak menghabiskan oksigen untuk
menghasilkan energi daripada menerima sehingga menyebabkan bayi kelelahan. Dengan
meningkatnya kekelahan, bayi akan semakin sedikit membuka alveolinya. Ketidakmampuan
mempertahankan pengembangan paru ini dapat menyebabkan atelektasis .
Faktor ibu : Dm, Asma, Faktor tali pusat : Gemeli, Faktor bayi : Solutio
F.
Hipotensi, Taxemia hamil kurang bulan, plasenta, Plasenta previa
G. Aspiksia
Bayi prematur
Termoregulasi
Sianosis tidak efektif
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit membrane hyaline,
Perdarahan intrakranial oleh belum berkembangnya sistem saraf pusat
terutama sistem vaskularisasinya, adanya hipoksia dan hipotensi yang
kadang- kadang disertai renjatan. Faktor tersebut dapat membuka nekrosis
iskemik, terutama pada pembuluh darah kapiler di daerah periventrikular
dan dapat juga di ganglia basalis dan jaringan otak.
a. Gejala neurologik yang tampak berupa kesadaran yang
menurun, apneu, gerakan bola mata yang aneh, kekakuan
ekstermitas dan bentuk kejang neonatus lainnya.
b. Komplikasi pneumothoraks atau pneuma mediastrium mungkin
timbul pada bayi yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanis.
Pemberian O2 dengan tekanan yang tidak terkontrol baik,
mungkin menyebabkan pecahnya alveolus sehingga udara
pernafasan yang memasuki rongga-rongga toraks atau rongga
mediastrium.
c. Komplikasi pneumothoraks atau pneuma mediastrium mungkin
timbul pada bayi yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanis.
Pemberian O2 dengan tekanan yang tidak terkontrol baik,
mungkin menyebabkan pecahnya alveolus sehingga udara
pernafasan yang memasuki rongga-rongga toraks atau rongga
mediastrium.
3) Perdarahan pulmonal
5) Apnea
6) Hipotensi sistemik
7) Anemia
8) Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial)
2) Perdarahan intraventrikuler
4) Kerusakan neurologis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Gambaran Radiologis
- Pemeriksaan Darah
H. Penatalaksanaan Medis
I. Asuhan Keperawatan
1. PENGAKAJIAN
1) Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa
dan identitas orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan
dengan diagnosa asfiksia neonatorum.
2) Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak
napas.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan apakah
spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi.
4) Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake
oral karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu bertujuan
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoni. Pola eliminasi : umumnya bayi
mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama pencernaan belum
sempurna. Kerbersihan diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga
kebersihan terutama saat BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya terganggu karena
bayi sesak napas.
5) Pemeriksaan fisik :
a) Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik,
adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala
teranggukangguk, meringis, alis berkerut.
b) Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris : pernapasan cuping
12 hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi subklavikular,
frekuensi dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan gambarkan bunyi
napas : stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah, mengorok,
keseimbangan bunyi napas.
6) Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan
obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah : darah rutin. Nilai
darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%) biasanya
pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
Leukosit lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi
preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350
x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi preterm dengan post asfiksia cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) Nilai analisa gas darah pada
bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung
turun terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2
pada bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. PO2 (normal
75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena
terjadi hipoksia progresif. HCO3 (normal 24-28 mEq/L). Nilai serum elektrolit
pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal 134-150 mEq/L) . Kalium
(normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L) Photo thorax :
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola nafas tidak efektif
2) Termoregulasi tidak efektif
3) Gangguan Nutrisi
3. NURSING CARE PLAN
No Diagnosa Keperawatan SIKI
4. IMPLEMENTASI
Tahap ini perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
5. EVALUASI
Rukiyah, A.Y., & Yulianti, L(2013). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita (3th ed).
Jakarta: TIM.
Rochmah, N, dkk. 2012. Metode Pemeriksaan Kualitas General Movements
Meningkatkan Nilai Prediksi Ultrasonografi Kepala untuk Memprediksi
Perkembangan Bayi Kurang Bulan dai Ibu Preeklampsia Berat. Sari Pediatri Volume:
14. Fakultas Ilmu Kedokteran Airlangga.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Wong D. L., Huckenberry M.J.(2010).Wong’s Nursing care of infants and children. Mosby
Company, St Louis Missouri
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BY.NY.H
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KARSA HUSADA BATU
1. Identitas Pasien
Nama : By.Ny.Hariati No. Reg : 00167888
Usia : 0 Th, 0 Bln, 0 hari Tanggal MRS : 21 Mei 2022
Nama Orang tua : Ny. H dan Tn. M Tanggal Pengkajian: 24 Mei
2022
Pekerjaan Orang tua: Swasta
Alamat : Dsn Krajan Ternyang Sumberpucung
Suku: Jawa
Agama: Islam
Pendidikan Orang tua: SMA
Diagnosa Medis : HMD (Hyaline Membrane
Disease)
2. Keluhan Utama
a. Keluhan Utama Saat MRS : Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal
21 mei 2022 pada pukul 05.30 dengan keluhan ketuban pecah dini pada
tanggal 20 mei 2022 pukul 09.00, usia kehamilan 27 mgg. Warna ketuban
bening.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian : Bayi lahir SC, kembar gemeli
dengan induksi letak sungsang gemeli I kala I, fase aktif memanjang tonus
otot lemah sianosis perifer retraksi IC (+) uk. 27 mgg, ketuban jernih. Bayi
menangis kuat, terdapat retraksi dinding dada, gerak aktif, refleks hisap
lemah, muntah. Terpasang OGT (Oro Gastric Tube), shring pump. Infus
pump Dextrose 10%, dan nasal CPAP {Continous positive airway pressure).
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Riwayat Kehamilan :kehamilan G1AP1001Ab0, Riwayat pemeriksaan ke
bidan ±2x selama kehamilan
b. Riwayat Kelahiran :
ANC ( prenatal ) : ±2x selama kehamilan
Jenis persalinan : Secsio caesar
BB lahir : 1180 gr
Kelainan kongenital : Tidak ada kelainan kongenital
Post Natal : Bayi lahir mengalami asfiksia
Keterangan :
Pola Kesehatan
Personal Hygiene -
Jantung Regular
Ritme: Normal
CRT< 2 detik
Abdomen -Inspeksi : Bentuk normal, tali pusat
segar dan bersih
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
No Rm : 0016788 No.Lab : 22015625
Nama Pasien : By Ny Hariati 2 Tgl Registrasi : 21-05-2022 09:49
Jenis Kelamin : laki-laki Tgl Selesai : 21-05-2022 11:21
Tanggal Lahir : 21-05-2022 Ruang : Perinatologi -NICU
Usia : 0 th 0 bln 0 hr
Selasa, 24 -5 -2022
No. Nama Obat Dosis
2 Vicillin sx 2 x 75 mg
3 Gentamicin 1 x 7,5 mg
5 PO Interlac 1 x 5 Ns
Rabu, 25-05-2022
2 Vicillin sx 2 x 75 mg
3 Gentamicin 1 x 7,5 mg
5 PO Interlac 1 x 5 Ns
6 B Plex 1 x 0,1 ml
7 Aminophilin 3 x 3 mg
Kamis, 26-05-2022
No. Nama Obat Dosis
2 Vicillin sx 2 x 75 mg
3 Gentamicin 1 x 7,5 mg
5 PO Interlac 1 x 5 Ns
6 B Plex 1 x 0,1 ml
7 Aminophilin 3 x 3 mg
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan
1 Pola Nafas Tidak Efektif b/d Kelemahan Otot Pernafasan d.d
Pernafasan Cuping Hidung (D.0005)
2 Termoregulasi Tidak Efektif b/d Peningkatan Kebutuhan Oksigen d.d
Suhu Tubuh Fluktuatif (D.0149)
3 Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi d.d
Napas cuping hidung (D.0003)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Objektif
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping hidung
3. Diameter thorax anterior – posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit mwnurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ejkspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Eksursi berubah
2. Termoregulasi tidak efektif (D.0149 Adaptasi Neonatus (L.10098) Regulasi Temperatur (I.14578)
)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan pasien membaik Observasi:
dengan kriteria hasil sebagai berikut: 1. Monitor suhu bayi sampai stabil
Penyebab
No Indikator 1 2 3 4 5 (36,5°C- 37,5°C)
1. Stimulasi pusat termoregulasi
1B Berat badan 1 2 3 4 5 2. Monitor suhu tubuh anak tiap dua
hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan 2B Membran mukosa kering 1 2 3 4 5 jam, jika perlu
3. Proses penyakit 3B Prematuritas 1 2 3 4 5 3. Monitor tekanan darah, frekuensi
4. Proses penuaan Keterangan: pernafasan dan nadi
5. Dehidrasi A: 4. Monitor warna dan suhu kulit
6. Ketidaksesuaian pakaian untuk suhu 1 : Menurun 5. Monitor dan catat tanda dan gejala
lingkungan 2 : Cukup menurun hipotermia atau hipertermi
7. Peningkatan kebutuhan oksigen 3 : Sedang
8. Perubahan laju metabolisme 4 : Cukup Meningkat Terapiutik :
9. Suhu lingkungan ekstrim 5 : Meningkat 1. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
10. Ketidakadekuaatn suplai lemak subkutan yang adekuat
11. Berat badan ekstrim B: 2. Masukkan bayi bblr ke dalam plastik
12. Efek agen farmakologis 1 : Meningkat segera setelah lahir
2 : Cukup meningkat 3. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Gejala dan Tanda Mayor: 3 : Sedang 4. Hangatkan terlebih dahulu bahan-
Subjektif 4 : Cukup Menurun bahan yang akan kontak dengan bayi
(tidak tersedia) 5 : Menurun
Kolaborasi :
Objektif C:
1. Kulit dingin atau hangat 1 : Memburuk Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
2. Menggigil 2 : Cukup memburuk perlu
3. Suhu tubuh fluktuatif 3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
Gejala dan tanda minor: 5 : Membaik
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Piloreksi
2. Pengisian kapiler >3 detik
3. Tekanan darah meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi nafas meningkat
6. Takikardi
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianotik
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
25/5 Regulasi Temperatur (I.14578) S:
2022
-Bayi berada di dalam inkubator
07.00 Observasi:
– 1. Memonitor suhu bayi sampai stabil (36,5°C- 37,5°C) O:
14.00 2. Memonitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
3. Memonitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi • k/u lemah
4. Memonitor warna dan suhu kulit
5. Memonitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau hipertermi • SPO : 96%
• S : 36,5°C
Terapiutik :
1. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Memasukkan bayi bblr ke dalam plastik segera setelah lahir A: Masalah belum teratasi
3. Mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhan P: Lanjutkan intervensi
4. Menghangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan
bayi
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
Kolaborasi :
Berkolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
Edukasi :
• k/u lemah
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Spo2 : 93%
Menginformasikan hasil pemantauan, Jika perlu.
• HR : 148
• RR : 55x/menit