Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS ANAK II

POST PARTUM PERSALINAN NORMAL

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas Anak II

Pembimbing : Warsini SST., MPH

Disusun oleh :
Dian Wulandari
2020.018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat yang
telah diberikan penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Praktik Klinik
Keperawatan Maternitas Anak II dengan judul “Post Persalinan Normal” ini dengan baik.
Pada dasarnya laporan ini digunakan untuk memenuhi sebagian syarat praktik klinik
keperawatan anak II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Kosala.
Keberhasilan penulisan laporan pendahuluan ini, tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Endang Dwi Ningsih, M.M., selaku Direktur SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PANTI KOSALA.
2. Ibu Warsini SST., MPH., selaku dosen pembimbing laporan pendahuluan yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan.
3. Ibu Sabat Dini selaku pengurus perpustakaan SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANTI KOSALA yang telah membantu dalam pencarian referensi.
4. Kedua orang tua dan keluarga atas segala dorongan moril dan materil selama ini.
5. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan laporan pendahuluan ini hingga
selesai.
Atas segala bantuan, dorongan dan saran serta petunjuk yang telah diberikan selama
ini. Penulis sampaikan rasa hormat yang sedalam-dalamnya. Penulis menyadari dalam
penulisan laporan pendahuluan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi
kesempurnaan laporan ini.

Sukoharjo, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS
PADA IBU DENGAN POST PARTUM NORMAL

A. Pengertian
Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
melalui jalan lahir (Apriza, et al., 2020 : 90)
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau bukan
jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Mutmainnah, et
al., 2017 : 3)
B. Proses Persalinan Normal
Menurut Oktarina (2016 : 13-15), proses persalinan dibagi menjadi empat kala,
yaitu :
a. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm). Pada permulaan
his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih
dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat his
dibedakan menjadi dua fase, yaitu :
1) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
dengan pembukaan mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif
a) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
sampai dengan 9 cm.
c) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi pembukaan lengkap.
Menurut Mutmainnah, et al. (2017 : 7-8), di dalam fase ini, frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali
atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau
lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata yaitu 1 cm per jam untuk
primigravida dan 2 cm untuk multigravida. Fase-fase tersebut dijumpai pada
primigravida begitu pula pada multigravida terjadi demikian, tetapi pada fase
laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme
pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum (OUI) akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri
eksternum (OUE) membuka. Pada ostium uteri internum (OUI) dan
eksternum (OUE) akan mengalami penipisan dan pendataran serviks yang
bersamaan. Kala I selesai apabila pembukaan serviks sudah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam.
b. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala II
adalah :
a. His semakit kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50
sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan
mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai
hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka
serta kepala seluruhnya.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan :
1) Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu, ditarik curam ke
bawah untuk melahirkan bahu belakang.
2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan
bayi.
3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban.
g. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada
multipara rata-rata 0,5 jam.
c. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasentanya pada lapisan nitabusch,
karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
dengan memperhatikan tanda-tanda :
1) Uterus menjadi bundar.
2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan.
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada
fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi
lahir. Menurut Mutmainnah, et al. (2017 : 11), lepasnya plasenta secara
schultze, biasanya tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir dan banyak
mengeluarkan darah setelah plasenta lahir, sedangkan cara duncan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput
ketuban.
d. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Pada jam 1 setiap 15
menit, 4x. Pada jam ke 2 setiap 30 menit, 2x. Yang diperiksa meliputi:
1) Kedaan umum
2) Tinggi Fundus Uterus (TFU)
3) Kontraksi uterus
4) Perdarahan Pervaginam (PPV)
5) Jahitan
6) Tada-tanda vital
7) Keluhan
C. Masa Nifas dan Kebijakannya
1. Pengertian Masa Nifas
Masa Nifas merupakan masa penting bagi ibu dan bayi baru lahir. Dalam
masa nifas, perubahan besar terjadi dari sisi perubahan fisik, emosi, dan kondisi
psikologis ibu ( Astuti, et al. 2015 : 3).
Post partum adalah masa sesudah persalinan berakhir hingga pulihnya
kembali organ reproduksi (eksternal dan internal). Masa ini membutuhkan waktu
kurang lebih enam minggu, tetappi akan pulih sempurna seperti kondisi sebelum
hamil dalam waktu tiga bulan. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium
(Wardiyah dan Riyalni, 2016).
Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan segera setelah
lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan fisiologi ibu, terutama
system reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Periode ini
berlangsung enam minggu atau berakhir saat kembalinya masa kesuburan
(Marliandiani dan Nyna, 2015 : 2).
2. Tahapan Pemulihan Masa Nifas
Menurut Marliandiani dan Nyna, (2015 : 3) :
a. Puerperium dini
Beberapa jam setelah persalinan, ibu dianjurkan segera bergerak dan turun
dari tempat tidur.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa yakni kepulihan meneyeluruh dari organ-organ reproduksi
internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8 minggu.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat Kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Masa Nifas
Menurut Marliandiani dan Nyna (2015 : 33-35) , faktor – faktor yang
mempengaruhi masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Kondisi fisik dan psikologi ibu
1) Gejala fisik
a) Ibu masih mengalami keletihan
b) Muncul keluhan sembelit
c) Rasa tidak nyaman di payudara
d) Nyeri pada parineal
e) Pengeluaran lokia
2) Gejala psikologi
a) Gembira, depresi, atau perubahan diantara keduanya
b) Merasa tidak mampu, bertambahnya rasa percaya diri, atau
berpindah-pindah perasaan diantara keduanya
c) Bertambah atau berkurangnya gairah seksual
d) Baby blues yang berlanjut, perasaan sedih atau uring-uringan
b. Factor lingkungan dan budaya
pada masa sesudah persalinan, budaya setempat ibu post partum akan
menunjang lancer atau tidaknya masa nifas. Misal pada budaya Jawa yaitu
selapan. Budaya tertentu melarang ibu nifas mengkonsumsi protein tinggi.
c. Factor ekonomi
Bertambahnya anggota keluarga juga memengaruhi bertambahnya
kebutuhan sehingga tuntutan ekonomi semaki meningkat.
4. Perubahan Fisiologi dan Perubahan Psikologis Masa Nifas
Menurut Kumalasari (2015), perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post
partum diantaranya :
a. Perubahan system reproduksi
1) Involusi uterus
Involunsi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
2) Afterpains
Pada primipara, tonus otot meningkat sehingga fundus pada umumnya
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami
multipara dan biasa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa
awal puerperium.
3) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus.
4) Serviks
Serviks mengalami involunsi bersama dengan uterus. Warna serviks
merah kehitaman karena pembuluh darah. Konsistensinya lunak kadang
terdapat laserasi.
5) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses persalinan dan akan kembali bertahap dalam 6-8
minggu postpartum.
6) Payudara
Pada wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu produksi
susu dan sekresi susu.
b. Perubahan system pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan. Hal ini karena alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong
pada waktu melahirkan. Supaya BAB kembali teratur, dapat diberikan
makanan yang tinggi serat dan pemberian cairan yang cukup.
c. Perubahan system perkemihan
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang
puerperium mengalami sulit BAK, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala
janin.
d. Perubahan system muskuluskeletal
Tidak jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke
belakang. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara
perlahan.
e. Perubaha system endokrin
1) Oksitosin
Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi uterus pada
waktu yang sama membantu proses involunsi uterus.
2) Prolactin
Penurunan estrogen menjadikan prolactin bereaksi terhadap alveoli dari
payudara sehingga menstimulasi produksi ASI.
3) HCG, HPL, estrogen, dan progresteron
Ketika plasenta lepas tingkat hormone HCG, HPL, estrogen, dan
progresteron di dalam darah menurun dengan cepat.
4) Pemulihan ovulasi dan menstruasi
Pada ibu yang menyusui, ovulasi jarang terjadi sebelum 20 minggu dan
tidak terjadi di atas 28 minggu. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan
menstruasi mulai antara 7-10 minggu.
f. Perubahan system kardiovaskular
Meskipun terjadi penurunan dalam aliran darah ke organ setelah hari
pertama, aliran darah ke payudara meningkat untuk persiapa laktasi.
g. Perubahan system hematologi
Jumlah sel darah putih dapat meningkat 25.000-30.000 pada beberapa hari
pertama postpartum.
h. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu
Suhu tubuh inpartu tidak lebih dari 37,2ºC sesudah 2 jam pertama
melahirkan umumnya suhu kembali normal, jika suhu lebih dari 38ºC
mungkin terjadi infeksi.
2) Nadi dan pernapasan
Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu
tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus.
3) Tekanan darah
Keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak terdapat penyakit penyerta.
i. Perubahan berat badan
Di saat melahirkan, ibu mengalami kehilangan 5-6 kg BB dan 3-5 kg selama
minggu pertama nifas.
j. Perubahan kulit
Setelah persalinan hormonal berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang.
Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap (striae albican).
Menurut Marliandiani dan Nyna (2015), perubahan psikologis yang terjadi pada
ibu post partum adalah sebagai berikut :
a. Fase taking in
Hari pertama sampai kedua setelah persalinan ibu merasakan lelah karena
proses persalinan yang dilaluinya. Ibu merasakan nyeri pada jalan lahir,
merasa mulas akibat involunsi, dan kurang tidur.
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan sudah mulai ada rasa tanggung jawab
dalam merawat bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah
tersinggung.
c. Fase letting go
Fase ini berlangsung setelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan fase
tanggung jawab akan peran barunya. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri
dan bayinya.
5. Kebutuhan Dasar Ibu Pada Masa Nifas
Menurut Marliandiani dan Nyna (2015), kebutuhan dasar ibu post partum
diantaranya :
a. Kebutuhan gizi
1) Mengkonsumsi kalori tiap hari sebanyak 500-700 kalori
2) Penuhi diet seimbang terdiri atas protein, kalsium, vitamin, sayuran hijau,
dan buah
3) Kebutuhan cairan sedikitnya 3 liter per hari yang diperoleh dari air putih,
susu, sari buah, atau sup
4) Untuk mencegah anemia konsumsi tablet zat besi selama masa nifas
5) Vitamin A (200.000 unit)
b. Ambulasi dini
1) Awali dengan mengatur napas, miring kanan, miring kiri, dan duduk
2) Duduk dengan tubuh ditahan dengan tangan, geserkan kaki ke sisi
ranjang dan biarkan kaki menggantung sebentar
3) Dengan bantuan orang lain, perlahan-lahan ibu berdiri dan berpegangan
pada tempat tidur
4) Jika terasa pening, duduklah kembali. Stabilkan diri sebelum melangkah
c. Eliminasi (BAB & BAK)
Dalam enam jam pertama ibu postpartum harus dapat BAK. Semakin lama
urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan infeksi
organ perkemihan. Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus BAB
karena semakin lama fases tertahan maka akan semakin sulit BAB dengan
lancar.
d. Kebersihan diri
1) Anjurkan ibu untuk selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelamin
2) Anjurkan ibu untuk mandi
3) Mengajarkan cara membersihkan kelamin
4) Anjurkan mengganti pembalut setiap kali terasa penuh
e. Seksual
Setelah enam minggu diperkirakan pengeluaran lokia telah bersih, semua
luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomy dan luka bekas SC biasanya
telah sembuh dengan baik, sehingga ibu dapat memulai kembali hubungan
seksual.
f. Latihan / senam nifas
Manfaat senam nifas :
1) Memperbaiki sirkulasi darah
2) Memperbaiki otot pelvis dan peregangan oto abdomen
3) Membantu ibu lebih rileks
4) Mempercepat terjadinya proses involusi organ reproduksi
6. Konsep Dasar Nyeri Post Partum
a. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul Ketika
jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri (Andarmoyo, 2013).
b. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi Nyeri menurut Andarmoyo, (2013) sebagai berikut :
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi secara akut, penyakit atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi
(ringan-berat) serta berlangsung selama beberapa detik hingga 6 bulan.
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu
c. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Andarmoyo (2013), Penetalaksanaan nyeri dibagi menjadi
manajemen nyeri farmakologis dan manajemen nyeri non farmakologis :
1. Manajamen nyeri farmakologi
Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang menggunakan
obat-obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan metode ini
memerlukan intruksi dan medis. Ada beberapa strategi menggunakan
pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri persalinan dengan
menggunakan analgesia maupun anestesi.
2. Manajemen nyeri non farmakologis
Manajemen nyeri non farmakologis merupakan Tindakan menurunkan
respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologi. Manajemen nyeri
non farmakologi sangat beragam, yaitu bimbingan antisipasi, terapi es
dan panas atau kompres panas dan dingin, stimulasi saraf elektris
transkutan, distraksi, distraksi intelektual, relaksasi, imajinasi terbimbing,
hypnosis, akupuntur, umpan balik biologis, serta massase.
D. Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Wardiyah dan Rilyani (2016), pengkajian yang dilakukan pada ibu
postpartum diantaranya :
a. Biodata klien
b. Pemeriksaan umum
1) Tingkat kesadaran
2) Tanda-tanda vital
c. Keadaan umum
1) Payudara
a) Laktasi : hari 2-3 kolostrum meningkat
b) Adakah pembengkakan, kemerahan, nyeri, teraba hangat, bentuk
putting
2) Abdomen
a) Buncit/tidak
b) Ada linea nigra/tidak
c) Periksa adanya diastasis rektus abdominis
d) Fundus uteri, periksa kontraksi, posisi, dan tingginya
3) Kandung kemih
Periksa setiap kali fundus uteri, kandung kemih ibu cepat berisi karena
diuresis postpartum dan cairan intravena.
4) Perineum
a) Periksa setiap 15 menit dalam hubungannya dengan fundus,
alirannya harus sedang, bila darah mengalir cepat, curigai adanya
robekan
b) Tanyakan darah yang keluar dari kemaluannya bagaimana: jumlah,
warna, bau
c) Kaji kebersihannya
d) Kaji ada atau tidaknya hemoroid
e) Kaji keadaan luka episiotomy bila ada
5) Ekstremitas bawah
a) Kaji adanya edema
b) Kaji adanya varises
2. Nursing care plans
Menurut Wardiyah dan Rilyani (2016), diagnose yang dapat ditegakkan pada
ibu postpartum adalah:
a. Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi uterus, pembengkakan payudara
b. Perubahan pola eliminasi urine yang berhubungan dengan diuresis pasca
partum
c. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
d. Resiko infeksi yang berhubungan dengan kerusakan integritas kulit
e. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI dalam Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (2017), diagnosa utama yang dapat ditegakkan pada pasien
postpartum adalah:
a. Ketidaknyamanan pasca partum
1) Pengertian
Perasaan tidak nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah
melahirkan.
2) Penyebab
a) Trauma perineum selama persalinan dan kelahiran
b) Involunsi uterus, proses pengembalian ukuran rahim ke ukuran
semula
c) Pembengkakan payudara dimana alveoli mulai terisi ASI
d) Kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan
e) Factor budaya
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Mengeluh tidak nyaman
b) Objektif
(1) Tampak meringis
(2) Terdapat kontraksi uterus
(3) Luka episiotomy
(4) Payudara bengkak
4) Gejala dan tanda minor
a) Objektif
(1) Tekanan darah meningkat
(2) Frekuensi nadi meningkat
(3) Berkeringat berlebihan
(4) Menangis/merintih
(5) Hemoroid
5) Kondisi klinis terkait
a) Kondisi pasca persalinan
Menurut TIM pokja DPP PPNI (2019), SLKI untuk diagnosa ketidaknyamanan
pasca partum yang tepat adalah:

a. Status kenyamanan pasca partum


1) Definisi
Perasaan nyaman yang berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan
2) Ekspektasi : meningkat
3) Kriteria hasil
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1 Keluhan tidak nyaman


2 Kontraksi uterus

3 Meringis

4 Payudara bengkak

5 Tekanan darah

Skala :
1: meningkat
2: cukup meningkat
3: sedang
4: cukup menurun
5: menurun
Menurut TIM Pokja DPP PPNI (2018), SIKI untuk diagnosa ketidaknyamanan
pasca partum yang tepat adalah:
a. Edukasi perawatan perineum
1) Definisi
Memberikan informasi dalam membersihkan daerah kemaluan dan
sekitarnya.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
(2) Identifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan perineal
pascapartum
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media penkes
(2) Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya
c) Edukasi
(1) Jelaskan prosedur perineal hygiene yang benar
(2) Jelaskan tanda-tanda infeksi pada perineum
(3) Anjurkan selalu menjaga area genetal agar tidak lembab
(4) Anjurkan sesering mungkin mengganti celana dalam
(5) Ajarkan cara penggunaan pembalut

b. Perawatan pasca persalinan


1) Definisi
Mengidentifikasi dan merawat ibu segera setelah melahirkan sampai
dengan enam minggu.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor tanda-tanda vital
(2) Monitor keadaan lokia (warna, jumlah, bau)
(3) Periksa perineum
(4) Monitor nyeri
(5) Monitor status pencernaan
(6) Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
(7) Identifikasi adanya masalah adaptasi psikologis ibu postpartum
b) Terapeutik
(1) Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
(2) Massase fundus sampai kontraksi kuat jika perlu
(3) Dukung ibu untuk melakukan ambulasi diri
(4) Beri kenyamanan pada ibu
(5) Fasilitasi ibu berkemih secara normal
(6) Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara optimal
(7) Diskusikan kebutuhan aktivitas dan istirahat selama postpartum
(8) Diskusikan penggunaan alat kontrasepsi
(9) Diskusikan perubahan fisik dan psikologis postpartum
c) Edukasi
(1) Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan keluarga
(2) Jelaskan pemeriksaan pada bayi dan ibu secara rutin
(3) Ajarkan perawatan perineum yang tepat
(4) Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara non farmakologis
d) Kolaborasi
(1) Rujuk ke konselor laktasi, jika perlu
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI dalam Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (2017), diagnose kedua yang dapat ditegakkan pada pasien
postpartum adalah:
a. Menyusui tidak efektif
1) Definisi
Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran
pada proses menyusui.

2) Penyebab
a) Fisiologis
(1) Ketidakadekuatan suplai ASI
(2) Hambatan pada neonates (premature, sumbing)
(3) Anomaly payudara ibu
(4) Ketidakadekuatan reflex oksitosin
(5) Ketidakadekuatan reflex menghisap bayi
(6) Payudara bengkak
(7) Riwayat oprasi payudara
(8) Kelahiran kembar
b) Situasional
(1) Tidak rawat gabung
(2) Kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui
(3) Kurangnya dukungan keluarga
(4) Factor budaya
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
(1) Kelelahan maternal
(2) Kecemasan maternal
b) Objektif
(1) Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu
(2) ASI tidak menetes
(3) BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
(4) Nyeri/lecet terus menerus setelah minggu kedua
4) Gejala dan tanda minor
a) Objektif
(1) Intake bayi tidak adekuat
(2) Bayi menghisap tidak terus menerus
(3) Bayi menangis saat disusui
Menurut TIM pokja DPP PPNI (2019), SLKI untuk diagnosa menyusui tidak
efektif yang tepat adalah:
a. Status menyusui
1) Definisi
Kemampuan memberi ASI secara langsung dari payudara kepada bayi
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
2) Ekspektasi : membaik
3) Kriteria hasil
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5

1 Perlekatan bayi pada payudara ibu

2 Tetesan/pancaran ASI

3 Hisapan bayi

4 Bayi tidur setelah menyusu

5 Kemampuan ibu memposisikan


bayi dengan benar

Skala :
1: menurun
2: cukup menurun
3: sedang
4: cukup meningkat
5: meningkat
Menurut TIM Pokja DPP PPNI (2018), SIKI untuk diagnosa menyusui tidak
efektif yang tepat adalah:
a. Edukasi menyusui
1) Definisi
Memberikan informasi dan saran tentang menyusui yang dimulai dari
antepartum, intrapartum, dan postpartum.
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Identifikasi kesiapa dan kemampuan menerima informasi
(2) Identifikasi tujuan dan keinginan mneyusui
b) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media penkes
(2) Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
(3) Berikan kesempatan unutk bertanya
(4) Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri untuk menyusui
(5) Libatkan system pendukung (suami, keluarga)
c) Edukasi
(1) Berikan konseling menyusui
(2) Jelaskan manfaat menyusui bagi dan bayi
(3) Ajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan dengan benar
(4) Ajarkan perawatan payudara
b. Pendampingan proses menyusui
1) Definisi
Memfasilitasi ibu dalam kegiatan menyusui agar dapat dipertahankan
2) Tindakan
a) Observasi
(1) Monitor kemampuan ibu unutk menyusui
(2) Monitor kemampuan bayi menyusu
b) Terapeutik
(1) Damping ibu selama kegitan menyusui berlangsung
(2) Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri untuk menyusui
dengan menggunakan boneka saat membantu ibu
memposisikan bayinya
(3) Damping ibu memposisikan bayi dengan benar
(4) Berikan ibu pujian
(5) Diskusikan masalah selama menyusui
c) Edukasi
(1) Ajarkan ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu
(2) Ajarkan ibu mengeluarkan ASI unutk diolesi pada putting
sebelum dan sesudah mneyusui agar kelenturan putting tetap
terjaga
(3) Ajarkan ibu mengarahkan mulut bayi dari arah bawah ke atas
putting
(4) Ajarkan posisi menyusui
(5) Ajarkan perlekatan yang benar
(6) Ajarkan cara memerah ASI
(7) Informasikan ibu agar selalu mengkosongkan payudara pada
payudara yang belum disusui dengan memerah ASI
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, et al 2013. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah 1. CV. MEDIA SAINS


INDONESIA. Jawa Barat
Apriza, et al. 2020. Konsep Dasar Keperawatan Maternitas. Dilihat 11 Juni 2022.
https://www.google.co.id/books/edition/Konsep_Dasar_Keperawatan_Maternitas/
bJ4MEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=konsep+dasar+persalinan+normal&printsec=frontcover.htm>.
Astuti, et al.2015. Asuhan Kebidanan NIFAS & MENYUSUI. Penerbit Erlangga, Bandung.
Kumalasari Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan Antenatal,
Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi. Salemba Medika, Jakarta.
Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Dilihat 9
Juni 2022. https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_A
suhan_Kebidanan_Persalinan_da/tgCDDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=persalinan+normal&printsec=frontcover.htm>.

Marliandiani Yefi dan Nyna Pupita Ningrum. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas dan Menyusui. Salemba Medika, Jakarta.
Mutmainnah, A. U. 2017. Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru Lahir. ANDI, Yogyakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.

Wardiyah Aryanti dan Rilyani. 2016. Sistem Reproduksi. Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai