Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU MASA NIFAS DENGAN SC INDIKASI PREEKLAMSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Praktik Klinik


Keperawatan Maternifas

Dosen Pembimbing: Ditya Yankusuma, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Ellya Kusuma Ningrum
2020.022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA SURAKARTA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan dipresentasikan di hadapan dosen pembimbing


Laporan Pendahuluan pada Ibu Nifas dengan SC Indikasi Preeklamsia Program
Studi Diploma III Keperawatan SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI
KOSALA SURAKARTA pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing

(Ditya Yankusuma, S.Kep., Ns., M.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Ibu Nifas dengan SC Indikasi Preeklamsi“. Dalam penyusunan
Laporan ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. E. Dwi Ningsih, M.M., selaku direktur Stikes Panti Kosala Surakarta.
2. Ibu Ditya Yankusuma, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing.
3. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik material
maupun spiritual.
4. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan saranya.

Penulis menyadari, Laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharpkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnya makalah. Semoga laporan ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis maupun pembaca.

Sukoharjo, Januari 2022

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS :
SC PREEKLAMSIA

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia (Sistem Kardiovaskuler)


1. Pengertian
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu
sistem organ yang berfungsi memindahkan zat dan dari sel. Suatu sistem
yang terdiri dari jantung. pembuluh darah, dan darah yang mengalir di
dalamnya. Dalam bidang keilmuan yang lebih umum, sistem
kardiovaskular sering disebut sebagai sistem transportasi tubuh atau
sistem peredaran darah. Transportasi dan peredaran di sini adalah
sebuah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan tubuh sekaligus
pengambilan zat yang tidak diperlukan untuk kemudian dikeluarkan dari
tubuh. Sistem kardiovaskular ini memiliki tiga komponen utama, yaitu
darah, jantung, dan pembuluh darah (Suprayitna & Fatmawati, 2019).
Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang terdiri dari jantung
(kardio) dan pembuluh darah (vaskular) (Hutomo et al., 2021).
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular atau yang biasa
disebut sistem sirkulasi adalah suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat dan nutrisi ke dan dari sel. Sistem ini juga membantu
stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari homeostasis). Ada dua jenis
sistem peredaran darah: sistem peredaran darah terbuka, dan sistem
peredaran darah tertutup. sistem peredaran darah, yang merupakan juga
bagian dari kinerja jantung dan jaringan pembuluh darah (sistem
kardiovaskuler) dibentuk. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup
organisme, didukung oleh metabolisme setiap sel dalam tubuh dan
mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh (Magdalena et al.,
2022).
2. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Menurut Aspiani (2014), anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler
adalah:
a. Anatomi sistem kardiovaskuler
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastrum. Jantun
berbetuk seperti kerucut tumpul dengan bagian bawah disebut apeks
terletak lebih ke kiri dari garis medial. Jantung dilapisi oleh selaput
yang disebut perikardium terdiri atas dua lapisan, yaitu perikardium
parietal dan perikardium viseral. Perikardium parietal, yaitu lapisan luar
yang melekat pada tulang dada dan selaput paru. Perkardium viseral,
yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut
epikardium. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan
perikardium yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung
saat memompa.
1) Lapisan jantung
Jantun terdiri atas tiga bagian, yaitu epikardium, miokardium, dan
endometrium.
a) Epikardium merupakan lapisan lentur, memiliki struktur yan sama
dengan perikardium viseral.
b) Miokardium merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot
yang berperan dalam menentukan kekuatan kontraksi.
c) Endokardium merupakan lapisan terdalam terdiri atas jarinan
endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup
jantung.
2) Katup jantung
Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik jantung. Ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikuler
dan katup semilunar.
a) Katup atrioventrikuler, memisahkan antara atrium dan ventrikel.
Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel dan mencegah aliran
balik ke atrium saat sistole ventrikel.
b) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta
dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan
dan arteri pulmonalis disebut katup semilunar aorta.
3) Ruangan jantung
Jatung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan, ventrikel kiri. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu
arah. Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
4) Pembuluh darah
Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada
keutuhan dan fungsi sistem vaskuler, karena darah dari jantung
akan dikirim ke setiap sel melalui sistem tersebut. Dinding
pembuluh darah terdiri atas tiga bagian, yaitu lapisan terluar (tunika
adventisia), lapisan tengah yang berotot (tunika media) dan lapisan
terdalam yaitu lapisan endotel (tunika intima).
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri atas
arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.
a) Arteri: dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak
jaringan elastis dan sebagian otot polos. Ventrikel kiri memompa
darah masuk ke dalam aorta dengan tekanan tinggi.
b) Arteriola: dinding arteriola terutama terdiri atas otot polos dengan
sedikit serabut elastis. Dindin berotot ini snagat peka dan dapat
berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke
jaringan kapiler.
c) Kapiler: dinding pembuluh darah kapiler sangat tipis terdiri atas
satu lapis sel endotel. Melalui membran yang tipis dan
semipermeabel, nutrisi dan metabolit berdifusi dari daerah
dengan konsentrasi tinggi menuju ke daerah dengan konsentrasi
rendah.
d) Venula: venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan
dinding otot yang relatif lemah namun peka. Pada pertemuan
antara kapiler dan venula terdapat sfringter postkapiler.
e) Vena: vena merupakan saluran berdinding relatif tipis dan
berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem
vena.
5) Sirkulasi jantung
Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian,
terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting
bagi sirkulasi jantung.
b. Fisiologi sistem kardiovaskuler
1) Sistem Konduksi Jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.
Dalam bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah
kontraksi bersamaan kedua atrium yang mengikuti suatu fraksi pada
detik berikutnya karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel.
Otot jantung dapat menghantarkan impuls listrik secara otomatis
dan berirama. Kemampuan serabut otot jantung menghantarkan
impuls listrik disebut konduksi. Adanya impuls listrik memungkinkan
otot jantung mengalami depolarisasi sehingga jantung dapat
berkontraksi, keadaan ini disebut eksitabilitas.
Sistem konduksi jantung terdiri atas nodus sinoatrial (sinoatrial
node, SA node), nodus atrioventrikuler (atrioventrikuler node, Av
node), berkas His dan serat purkinje.
a) Nodus sinoatrial (SA Node)
b) Nodus atrioventrikular (AV Node)
c) Berkas His
d) Serat purkinje
2) Siklus Jantung
3) Bunyi Jantung
4) Frekuensi Jantung
3. Klasifikasi/Jenis Gangguan
Menurut Riza (2018), jenis-jenis gangguan kardiovaskuler, adalah :
a. Hipertensi
b. Aterosklerosis
c. Angina
d. Infark Miokard Akut
e. Sindroma Koroner Akut
f. Gagal Jantung
4. Tanda dan Gejala
Menurut Riza (2018), pada seseorang yang mengalami ganguan
pada sistem kardiovaskuler, akan muncul beberapa gejala antara lain :
a. Nyeri dada dan rasa tidak nyaman
Pada pasien yang mengalami keluhan nyeri dada dan rasa tidak
nyaman, seringkali merupakan tanda dan gejala terjadinya sindroma
koroner akut ataupun diseksi aorta. Akan tetapi seringkali pasien tidak
mengeluhkan nyeri dada, akan tetapi mengeluh rasa tidak nyaman.
b. Dipsnea (sesak nafas)
Gejala sesak nafas yang muncul pada pasien dapat merupakan tanda
khusus yang disebabkan oleh gangguan pada jantung, gangguan pada
pernafasan gangguan neuromuscular, gangguan metabolik, ataupun
akibat dari toksin atau ansietas. Pada pasien yang mengalami
gangguan sistem kardiovaskuler, beberapa penyakit memunculkan
gejala sesak nafas antara lain angina pektoris maupun gagal jantung.
c. Palpitasi
Palpitasi merupakan kesadaran tidak terduga akan detak jantung yang
terasa di dalam dada. Hal ini terasa cepat, kuat dan ireguler dan
dideskripsikan dipukul-pukul, berdetak keras, melompat-lompat,
bergetar, berlomba atau meloncat-loncat. Palpitasi dapat terjadi pada
pasien aritmia.
d. Sinkop
Sinkop adalah hilangnya kesadaran akibat hipoperfusi serebral.
Pusing, sinkop atau perasaan akan pingsan dapat disebabkan oleh
kelainan kardiovaskuler.
e. Edema
Edema merupakan penumpukan cairan dalam ruang interstitial.
Gangguan kardiovaskuler yang memunculkan gejala edema biasanya
akibat dari gagal jantung, penggunaan obat-obatan vasodilator,
penyakit vena kronik dan limfedema.

B. Konsep Dasar Persalinan Caesar


1. Pengertian
Menurut Syaiful (2020) Sectio caesaria adalah suatu persalinan
buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram.
2. Patofisiologi
Menurut Syaiful (2020), SC merupakan tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala
panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan
letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi
postpartum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia
3. Indikasi
Menurut Syaiful (2020), indikasi ibu dilakukan tindakan persalinan
caesar, yakni:
a) Plasenta previa sentralis dan lateralis
b) Panggul sempit dimana jenis panggul dengan konjungnatavera
kurang dari 8 cm bisa dipastikan tidak dapat melahirkan dengan cara
spontan
c) Disproporsi sepalo pelvic yaitu ketidak mampuan kepala dan panggul
d) DistosiaservikPre eklamsi dan hipertensi
e) Mal presentasi janin
f) Partus lama
g) Distoksia oleh karena tumor
h) Runtur ubari yang mengancam
4. Indikasi pada Janin
Menurut Syaiful (2020), indikasi janin harus dilahirkan dengan
caesar, yakni :
a) Gawat Janin
b) Janin besar
c) Kontra indikasi
d) Janin mati
e) Syok, akibat anemia berat yang belum diatasi
f) Kelainan congenital berat.
5. Komplikasi
Menurut Syaiful (2020), komplikasi pada ibu yang melakukan
persalianan SC, antara lain:
a) Pada ibu
Infeksi Puerperium (Nifas) merupakan kenaikan suhu beberapa hari
dalam masa nipas, dibagi menjadi:
1) Pendarahan
2) Trauma kandung kemih akibat kandung kemih yang terpotong
saat melakukan seksiosesaria
3) Endometritis yaitu infeksi atau endometrium
4) Resikoruptura uteri padakehamilan peradangan pada
b) Pada bayi
Hipoxia, depresi pernapsan, sindrom gawat pernapasan

C. Konsep Penyakit (Preeklamsia pada Ibu Hamil)


1. Pengertian
Preeklamsia adalah kelainan multi sistemik yang terjadi pada
kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta
dapat disertai proteinuria, biasanya terjadi pada usia kehamilan 20
minggu ke atas atau dalam triwulan ketia dari kehamilan ataupun dapat
terjadi segera sesudah persalinan (Lalenoh, 2018).
Pre-eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. Pre-eklamsia dan eklamsia,
merupakan kesatuan penyakit, yakni langsung disebabkan oleh
kehamilan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
2. Penyebab/Faktor Risiko
Menurut Lalenoh (2018), faktor risiko yang berhubungan dengan
preeklamsia antara lain :
a. Obesitas dan disipidemia
b. Terpapar oleh vili korionik untuk pertama kalinya, yaitu pada
primigravida dan primipaternitas
c. Terpapar vili korionik yang berlebihan atau hiperplasentosis
d. Umur yang ekstrim (terlalu muda atau terlalu tua)
e. Riwayat keluarga pernah preeklamsia maupun hipertensi
f. Penyakit-penyakit ginjal dan kardiovaskuler termasuk hipertensi yang
sudah ada sebelum hamil
3. Patofisiologi
Menurut Lalenoh (2018), banyak teori yang dikemukakan tentang
terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yaitu diantaranya teori kelainan
vaskularisasi plasenta, teori iskemia plasenta dan pembentukan radikal
bebas, teori toleransi imunologik antara ibu dan janin, teori adaptasi
kardiovaskuler, teori genetik, teori defisiensi gizi, terori stimulus inflamasi.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Johnson (2014), tanda gejala yang muncul pada ibu hamil
dengan preeklamsia, antara lain:
a. Gejala akan beragam berdasar pada tingkat PIH dan organ yang
dipengaruhi. Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi
yang buruk saat kehamilan dapat mengakibatkan kelahiran dengan
berat rendah dan kelahiran prematur.
b. Mengalami hipertensi di berbagai level.
c. Protein dalam urin berkisar dari 1+ hingga 4+.
d. Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala, dan
hiperrefleksia hingga koma kemungkinan akan terjadi.
e. Berpotensi gagal hati.
f. Nyeri di kuadran kanan atas atau bagian perut atas kemungkinan
dialami dan terindikasi.
g. Hemolisis-matinya sel darah menyebabkan anemia dan penyakit
kuning
h. Meningkatnya enzim hati.
i. Jumlah trombosit rendah (<100.000/mm) atau thrombocytopenia
terindikasi diiringi dengan meningkatnya pendarahan dan waktu pem
bekuan darah, bintik-bintik merah (petechiae), gusi berdarah, dan
disseminated intravascular coagulation (DIC).
j. Mual, muntah, dan nyeri pada area perut terindikasi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Johnson (2014), hasil tes yang terdapat pada ibu hamil
dengan preeklamsia, antara lain:
a. Meningkatnya enzim hati (meningkatnya alanine aminotransferase
[ALT] atau meningkatnya aspartate transaminase [AST]).
b. Jumlah darah lengkap akan menunjukkan anemia (hemoglobin dan
hematokrit rendah) akibat hemolisis.
c. Mempelajari pembekuan darah abnormal.
d. Profil kimia akan menunjukkan peningkatan kreatinin dan elektrolit
abnormal karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non-tekanan dengan profil biofisik. O USG seri dan tes tekanan
kontraksi untuk menentukan status janin.
f. Evaluasi aliran Doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
a. Penatalaksanaan
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), penanganan untuk
preeklamsia adalah :
a. Jika setelah penanganan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, beri obat
anti hipertensi sampai tekanan darah diastolik di antara 90-100 mmHg
b. Pasang infus dengan jarum besar (16G atau lebih besar)
c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload cairan
d. Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
e. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam, hentikan magnesium sulfat dan
berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer laktat 1 L/8 jam dan pantau
kemungkinan oedema paru
f. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah
dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
g. Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung tiap jam
h. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru
7. Komplikasi
Komplikasi preeklampsia sampai dengan hipertensi kronis terjadi
pada 30% kehamilan. Preeklampsia ditandai dengan peningkatan
tekanan darah (≥ 140/90 mmHg), disertai proteinuria (minimal 0,3
gram/hari), dan/atau disfungsi organ lainnya (sindroma HELLP, edema
paru, gagal ginjal, gagal liver, CVA, gangguan penglihatan, eklampsia,
dan lain-lain) (Akbar, 2019).

D. Konsep Dasar Masa Nifas


1. Pengertian
Menurut Coad dan Dunstall (2006) sebagaimana dikutip oleh
Marliandiani dan Ningrum (2015), masa nifas (puerperium) dimaknai
sebagai periode pemulihan segera setelah lahirnya bayi dan plasenta
serta mencerminkan keadaan fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi
kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung
enam minggu atau berakhir saat kembalinya kesuburan.
Menurut Ambarwati (2010) sebagai mana dikutip oleh Kumalasari
(2015), masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu.
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut Kumalasari (2015), berikut ini tahapan masa nifas:
a. Puerperium dini
Kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Ibu diperbolehkan bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Menurut Kumalasari (2015), pada ibu masa nifas mengalami
beberapa perubahan fisiologis, antara lain:
a. Perubahan sistem reproduksi
1) Involusi uterus
Atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi
otot-otot polos uterus
No Waktu Tinggi Fundus Berat Diameter Palpasi
Involusi Uteri Uterus Uterus Serviks
1. Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 12,5 cm Lunak
gram
2. Plasenta Dua jari di bawah 750 12, 5 cm Lunak
lahir pusat gram
3. Satu Pertengahan 500 7,5 cm 2 cm
minggu pusat sampai gram
simfisis
4. Dua Tidak teraba di 300 5 cm 1 cm
minggu atas simfisis gram
5. Enam Bertambah kecil 60 gram 2,5 cm Menyempit
minggu

Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa


fundus uteri dengan cara berikut:
a) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm di bawah
pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan
menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
b) Pada hari kedua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm di
bawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di
bawah pusat.
c) Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simfisis.
Pada hari kesepuluh tinggi fundus uteri mulai tidak teraba.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses
involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan
oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut
(postpartum hemorrhage).
2) Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada
umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik
sering dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri yang
bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri setelah
melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus
terlalu teregang (misalnya, pada bayi besar dan kembar).
Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri
ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus.
3) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Jenis-jenis lochea adalah sebagai berikut.
a) Lochea rubra: lochea ini muncul pada hari 1-4 masa
postpartum, berwarna merah karena berisi darah segar
jaringan sisa-sisa plasenta.
b) Lochea saguinolenta: cairan berwarna merah kecokelatan dan
berlendir. Berlangsung hari ke-4-7. 3)
c) Lochea serosa: berwarna kuning kecokelatan, muncul hari ke-
7-14. 4)
d) Lochea alba: mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
serabut jaringan yang mati berlangsung selama 2-6 minggu.
4) Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat laserasi/perlukaan
kecil. Oleh karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi,
serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
5) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon
estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali
pada sekitar minggu keempat.
6) Payudara (mamae)
Pada semua wanita yang telah melahirkan, proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis, yaitu produksi susu dan sekres susu atau let down.
b. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
karena alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong pada waktu melahirkan, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diet atau makanan yang mengandung serat dan
pemberian cairan yang cukup.
c. Perubahan sistem perkemihan
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena
sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya
edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
d. Perubahan sistem muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang
sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamen rotundum mengendur, sehingga
uterus jatuh ke belakang. Mobilisasi sendi berkurang dan posti
lordosis kembali secara perlahan.
e. Perubahan sistem endokrin
1) Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitari posterior dan bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam
sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada
waktu yang sama membantu proses involusi uterus
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh
glandula pituitan anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara
sehingga menstimulasi produku ASI. Pada ibu yang menyusui,
kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi
folikel di dalam ovarium ditekan.
3) HCG, HPL, estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormon
HCG, HPL estrogen, dan progesteron di dalam darah ibu menurun
dengan cepat, normalnya setelah tujuh hari.
4) Pemulihan ovulasi dan menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali terjadi
sebelum 20 minggu dan tidak terjadi di atas 28 minggu pada ibu
yang melanjutkan menyusui untuk enam bulan. Pada ibu yang
tidak menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10
minggu.
f. Perubahan sistem kardiovaskular
Cardiac output meningkat selama persalinan dan peningkatan lebih
lanjut setelah kala III ketika besarnya volume darah dari uterus terjepit
di dalam sirkulasi. Penurunan terjadi setelah hari pertama puerperium
dan kembali normal pada akhir minggu ketiga. Meskipun terjadi
penurunan dalam aliran darah ke c organ setelah hari pertama, aliran
darah ke payudara meningkat untuk persiapan laktasi. Pada beberapa
hari pertama setelah kelahiran, fibrinogen, plasminogen, dan faktor
pembekuan menurun cukup cepat. Akan tetapi darah lebih mampu
untuk melakukan koagulasi dengan peningkatan viskositas, dan ini
berakibat meningkatkan risiko trombosis.
g. Perubahan sistem hematologi
Lekositosis meningkat, sel darah putih sampai berjumlah 15.000
selama persalinan, tetap meningkat pada beberapa hari pertama
postpartum. Jumlah sel darah putih dapat meningkat lebih lanjut
sampai 25.000-30.000 di luar keadaan patologi jika ibu mengalami
partus lama. Hb, Ht, dan eritrosit jumlahnya berubah di dalam awal
puerperium.
h. Perubahan tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai
berikut.
1) Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus
dapat naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal, namun tidak
akan melebihi 38°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari
38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien.
2) Nadi dan pernapasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus dan
dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh
tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium
kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi
labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti
keadaan semula.
3) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah bulan
tanpa pengobatan.
i. Perubahan berat badan
Di saat melahirkan ibu mengalami kehilangan 5-6 kg berat badan dan
3-5 kg selama minggu pertama masa nifas. Faktor-faktor yang
mempercepat penurunan berat badan pada masa nifas di antaranya
adalah peningkatan berat badan selama kehamilan, primiparitas,
segera kembali bekerja di luar rumah, dan merokok. Usia atau status
pernikahan tidak memengaruhi penurunan berat badan. Kehilangan
cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2.5 kg selama masa pascapartum.
j. Perubahan Kulit (Sistem Integumen)
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat
karena proses hormon Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum
pada pipi, hiperpigmentasi kulit sek payudara, hiperpigmentasi kulit
dinding perut (striae gravidarum). Setelah persalin hormonal
berkurang dan hiperpigmentasi pun menghilang. Pada dinding perut
akan menjadi putih mengkilap yaitu striae albican.
Menurut Marliandiani dan Ningrum (2015), perubahan psikologis
yang terjadi pada ibu postpartum adalah sebagai berikut:
a. Fase taking in
Hari pertama sampai kedua setelah persalinan ibu merasakan lelah
karena proses persalinan yang dilaluinya. Ibu merasakan nyeri pada
jalan lahir, merasa mulas akibat involunsi, dan kurang tidur.
b. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan sudah mulai ada rasa tanggung
jawab dalam merawat bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga
mudah tersinggung.
c. Fase letting go
Fase ini berlangsung setelah 10 hari melahirkan. Fase ini merupakan
fase tanggung jawab akan peran barunya. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya.

E. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


Menurut Kumalasari (2015), persalinan merupakan peristiwa penting
dan mulia. Kejadiannya penuh ketegangan ying menguras tenaga dan sangat
melelahkan. Oleh karena itu, ibu yang telah melahirkan mendapatkan
perawatan sebaik-baiknya. Penyediaan asuhan postpartum adalah
berdasarka prinsip yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan,
2. Memfasilitasi ibu untuk merawat bayinya dengan rasa aman, nyaman,
dan pemih percaya diri,
3. Memastikan pola menyusui yang mampu meningkatkan perkembangan
bayi,
4. Meyakinkan wanita dan pasangannya untuk mengembangkan
kemampuannya sebaga orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman
berharga sebagai orang tua,
5. Membantu keluarga mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan dan
mengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
Menurut Kumalasari (2015), perawatan fisik dan pemenuhan kebutuhan
dasar pada masa puerperium harus mengarah pada tercapainya kesehatan
yang baik, dengan upaya perawat/bidan diarahkan pada identifikasi dan
penatalaksanaan masalah kesehatan yang muncul pada masa nifu tersebut.
Adapun kebutuhan dasar ibu nifas di antaranya sebagai berikut.
1. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutri yang baik dapat mempercepat penyembuhan
ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak
mengandung cairan dan serat untuk mencegah konstipasi. Obat-obatan
dikonsumsi sebatas yang dianjurkan dan tidak berlebihan, selain itu ibu
memerlukan asupan sebagai berikut.
a. Tambahan kalori 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin menu empat kebutuhan dasar makanan (daging, buah,
sayuran, roti/biji-bijian).
c. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari yang cukup, pedoman u umum yang baik untuk diet
adalah 2-4 porsi/hari dengan pascapersalinan
d. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI
e. Minum sedikitnya tiga liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setelah setiap kali menyusui).
f. Hindari makanan yang mengandung kafein/nikotin.
2. Ambulasi
Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua
jam setelah persalinan normal. Pada ibu dengan partus normal ambulasi
dini dilakukan paling tidak 6-12 jam postpartum, sedangkan pada ibu
dengan partus sectio caesarea ambulasi dini dilakukan paling tidak
setelah 12 jam postpartum setelah ibu sebelumnya beristirahat (tidur).
Tahapan ambulasi yaitu miring kiri atau kanan terlebih dahulu,
kemudian duduk di apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu
dianjurkan untuk berjalan (mungkin toilet untuk berkemih), Manfaat
ambulasi dini adalah sebagai berikut.
a. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
b. Menurunkan insiden tromboembolisme.
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea).
d. Mempercepat mengembalikan tonus otot dan vena:
3. Eliminasi
a. Buang air kecil
Pengeluaran urine akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai
hari kelima postpartum karena volume darah ekstra yang dibutuhkan
waktu hamil tida diperlukan lagi setelah persalinan. Sebaiknya, ibu
tidak menahan buang air kecil ket ada rasa sakit pada jahitan karena
dapat menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehingga
menimbulkan perdarahan yang berlebihan. Dengan mengosongkan
kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan
pulih kembal dalam 5-7 hari postpartum. Ibu harus berkemih spontan
dalam 6-8 jam postpartum Pada ibu yang tidak bisa berkemih motivasi
ibu untuk berkemih dengan membasah bagian vagina atau melakukan
kateterisasi.
b. Buang air besar
Kesulitan buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan
akan rasa sakit takut jahitan terbuka, atau karena hemoroid. Kesulitan
ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengonsumsi makanan
tinggi serat, dan cukup minum sehingg bisa buang air besar dengan
lancar. Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bisa buang air besar.
Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air besar, ibu
bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak
tinja. Ini penting untuk menghindarkan gangguan pada kontraksi
uterus yang dapat menghambat pengeluaran cairan vagina. Dengan
melakukan pemulangan dini pun diharapkan ibu dapat segera BAB.
4. Personal higiene/perawatan diri
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena in kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga. Perawatan din yang dianjurkan di antaranya
sebagai berikut.
a. Perawatan perineum
1) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air. Bersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, baru kemudia membersihkan daerah sekitar
anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihka vulva setiap kali
selesai BAK/BAB. Jika terdapat luka episiotomi sarankan antak
tidak menyentuh luka.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
b. Pakaian
Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urine).
Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra
volume saat hamil. Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada
sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan
pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat
lochea
c. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada
rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya
menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal. Namun akan pulih
kembali setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan kondisioner
rambut yang cukup, lalu sisir menggunakan sisir yang lembut. Hindari
penggunaan pengering rambut.
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil
akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk
menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan
ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah
melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak
dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap
kering.
e. Perawatan payudara
Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu sehingga memperlancar pengeluaran susu. Lakukan perawatan
payudara secara teratur. Perawatan payudara hendaknya dimulai
sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan
dua kali sehari.
5. Istirahat dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga
secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi
bayi tidur.
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal, yaitu
sebagai berikut.
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
6. Aktivitas seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti da ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya yang mempunyai tradisi
menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
setelah 40 hari atau enam minggu setelah persalinan. Keputusan in
bergantung pada pasangan yang bersangkutan. Hubungan seksual dapat
dilanjutkan setiap saat ibu merasa nyaman untuk memulai dan aktivitas
itu dapat dinikmati.
7. Latihan senam nifas
Setelah persalinan terjadi involusi uterus. Involusi ini sangat jelas
terlihat pada alat-ala kandungan. Sebagai akibat kehamilan, dinding perut
menjadi lembek disertai adany striae gravidarum yang membuat
keindahan tubuh akan sangat terganggu. Cara untuk mengembalikan
bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. I. A. 2019. SLE Dalam Kehamilan. Airlangga University Press.


https://books.google.co.id/books?
id=8GvIDwAAQBAJ&pg=PA51&dq=komplikasi+preeklampsia&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwj4hfaY-
rv4AhXjR2wGHYitDZwQ6AF6BAgMEAM#v=onepage&q=komplikasi
%20preeklampsia&f=false

Aspiyani, R. Y. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. EGC, Jakarta.

Hutomo, C. S., Priastomo, Y., Koerniawan, D., Sihombing, K. P., Kristianto, S.,
Bintarawati, F., Sudra, R. I., Fitri, Y., Lazuana, T., Askur, Ulfiana, Q.,
Verawati, B., Rahmi, U., Badrus, A. R., Ermi, N., KK, I. F. J., Mahmud, A.,
Suwarto, T., & Argaheni, N. B. (2021). Ilmu Biomedik Dasar (R. Watrianthos
(ed.)). Yayasan Kita Menulis.
https://www.google.co.id/books/edition/Ilmu_Biomedik_Dasar/D8FEEAAAQ
BAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=konsep+kardiovaskuler&pg=PR5&printsec=frontcover

Johnson, J. Y. 2014. Keperawatan Maternitas (Prabawati, A., & Hardjono, D


(ed)). Rapha Publishing, Yogyakarta.

Kumalasari, I. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Postnatal, Bayi Baru Lahir, dan Kontrasepsi. Salemba
Medika, Jakarta.

Laleloh, C. 2018. Preeklamsi Berat dan Eklamsia. Deepublish, Yogyakarta

Magdalena, I., Prasetiya, A. W., Wulandari, E. P., Rahmawati, E., Rizka, H. N.,
Nurhaliza, J. S., Lestari, K. P., Maria, V., Khairunnisa, M., Hayati, N.,
Puspita, N., Syahrani, P., Oktafiani, R. D., Rohimah, Novianti, S., Hayati, T.
N., Tusyakil, T. A., Ningsih, Y. D., & Noer, Z. N. (2022). Konsep Dasar Biologi
(Syarifuddin (ed.)). Cendekia Publisher.
https://www.google.co.id/books/edition/Konsep_Dasar_Biologi/W3JnEAAAQ
BAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=konsep+kardiovaskuler&pg=PA78&printsec=frontcover

Marliandiani, Y dan N. P. Ningrum. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada


Masa Nifas dan Menyusui. Salemba Medika, Jakarta.

Riza, F. 2018. Sistem Kardiovaskuler. Deepublish, Yogyakarta.

Suprayitna, M., & Fatmawati, B. R. (2019). Panduan Praktikum: Modul


Keperawatan Ilmu Biomedik Dasar (M. I. Albayani (ed.)). Deepublish
Publisher. https://www.google.co.id/books/edition/Panduan_Praktikum/i-
34DwAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=konsep+kardiovaskuler&pg=PA1&printsec=frontcover

Syaiful, Y. dan F. Lilis, 2020. Asuhan Keperawatan Ibu Bersalin. Media Publish,
Jakarta

Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.


Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
LEMBAR KONSULTASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA SURAKARTA
Nama : Ellya Kusuma Ningrum
NIM : 2020.022
Judul Askep : Laporan Pendahuluan Ibu Nifas dengan SC Indikasi
Preeklamsia
Pembimbing : Ditya Yankusuma, S.Kep.,Ns., M.Kep.
No Tanggal Materi Konsultasi Paraf

Anda mungkin juga menyukai