Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Tugas Praktik Klinik (BLOKPK015)

Dosen Pembimbing :

Tunjung SY., Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

Nama : Farahdina Maylia P

Nim : 2020.025

Kelas : 2A

SEKOLAH TINGGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA SURAKARTA

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Praktik klinik Febris

Nama : Farahdina Maylia Putri

NIM : 2020.025

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing

(Tunjung SY., Ns., M.Kes)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Febris”. Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti Praktik Klinik di SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANTI KOSALA

Dalam Penyusunan Laporan Pendahuluan ini, penulis banyak mendapatkan


bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Endang Dwi Ningsih, M.M. selaku Ketua SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PANTI KOSALA.
2. Ibu Tunjung SY., Ns., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan ini.
3. Keluarga dan rekan-rekan tercinta yang telah memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini masih


banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga Laporan Pendahuluan ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Surakarta, Juli 2022

Penulis
A. Definisi

Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70 C. Ada


yang menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh
diatas normal (380 – 400C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,10
C, ada juga yang menyebutkan > 400 C. Subfebris, bila suhu
tubuh diatas normal, tapi lebih rendah dari 37,70C (Zein, 2012).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi


yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi
suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh
untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam
terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan
, ataupun obat – obatan (Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas


normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan
akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya
demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).

B. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya
suatu molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan
Pirogen, yaitu zat pencetus panas. Biasanya penyebab demam
sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan
pemeriksaan medis yang terarah.

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab


demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat
dan holistic (Nurarif, 2015). Demam terjadi bila pembentukan
panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang
mempengaruh

pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak


atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal dalam Thobroni (2015) bahwa etiologi
febris,diantaranya

1. Suhu lingkungan.

2. Adanya infeksi

3. Pneumonia.

4. Malaria.

5. Otitis media.

6. Imunisasi

C. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipid dan
permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal, memmbran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta elektrolit lainnya
kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam
neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar
sel neuron berlaku sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut sebagai potensial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran ini, diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATP-
ase ynag terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial
membran ini dapat diubah oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler


2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya
mekanis, kimiawia atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri
karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan


meningkatkan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan
oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3
tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh
karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi
difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran sel
yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran
listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh
bagian sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” sehingga terjadilah kejang.Ambang kejang
tiap anak berbeda. Pada anak dengan ambang rendah, kejang
dapat terjadi pada suhu 380C, sedang anak dengan ambang
kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.
D. Tanda Dan Gejala

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)


2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

E. Komplikasi
1. Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh

2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak


demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga
tidak membahayan otak
3. Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012), Pemeriksaan radiologis


:
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga
harus diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap,
termasuk kimia darah, serologi terhadap beberapa seromarker
yang ada, serta pemeriksaan imunologi, seperti ANA test untuk
melihat kemungkinan SLE.

Pemeriksaan labolatorium :

1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk


penjajakan demam. Kalau dari darah dan urine rutin
sudah dapat menemukan penyebab demam, maka
pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi diagnostik atau
untuk melihat kemungkinan komplikasi. Banyak penyakit
infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga dengan
pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1
beberapa penyakit infeksi yang umum di Indonesia dengan
manifestasi demam dapat dibedakan dengan pemeriksaan
darah rutine dan mengenali jenis demamnya. Beberapa
petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi
dan non infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan
darah rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis,
demam tifoid, tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan
batu (biasanya disertai dengan hematuria), SLE, ITP, dan
malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti
DBD, chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria,
leptospirosis, leukemia (lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya,
leptosopirosis, malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti
pada diare akut, DBD.
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung.
Proteinuria ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan
berbagai sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan
hematuria. Gross hematuria sering dijumpai pada pasien
leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever), batu saluran
kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana
secara mikroskopik, dapat menemukan berbagai
mikroorganisme penyebab demam, seperti amuba, shigella,
berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur. Pemeriksaan
feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes sensitivitas serta
PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan
mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus
dilakukan pada pasien demam yang dicurigai malaria.
Pemeriksaan darah malaria harus diambil dari ujung jari
(darah tepi, bukan darah vena). Hapusan darah tebal dan
tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal, tidak
difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi
G. Penatalaksanaan Medis

Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas


diperlukan penggunaan obat – obatan antipiretik. Ibuprofen
mungkin aman bagi anak
– anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama
kerja yang serupa dengan kerja asetamin

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir,


umur, jenis kelamin, nama orang tua, perkerjaan orang
tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris
mengeluh suhu tubuh panas > 37,5 °C, berkeringat,
mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan
peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C, gejala febris yang
biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah,
berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot
dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan
apabila klien pernah mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di
derita oleh keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun
penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.

g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal,


natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada
anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan
dan keadaan sosial klien
i. Kebutuhan dasar

1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris


mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan
sehingga kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah
untuk tidur karena klien merasa gelisah dan
berkeringat.
Mandi

3) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk


buang air besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi
konsitensi bab menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15


– 13, berat badan serta tinggi badan
2) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya
> 37,5

°C, nadi > 80 x i Head to toe

a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas


trauma atau tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk),
tidak ada gangguan / kelainan.
c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.

d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk,


kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan
atau tidak, biasanya pada klien dengan febris
mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan
dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada
peningkatan bising usus bising usus normal pada
bayi 3 – 5 x
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan
lebih cepat dan dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya
denyut pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.

i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat


nafas yang tertinggal / gerakan nafas dan
biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma
j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien

(1) Motorik halus Gerakan yang menggunakan


otot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Misalnya :
memindahkan benda dari tangn satu ke yang
lain, mencoret – coret, menggunting
(2) Motorik kasar Gerakan tubuh yang
menggunakan otot

– otot besar atau sebagian besar atau seluruh


anggota tubuh yang di pengaruhi oleh
kematangan fisik anak contohnya kemampuan
duduk, menendang, berlari, naik turun tangga
( Lerner & Hultsch. 1983)
(3) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk
berbicara dan berhitung.
k. Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor
urine, feses, darah, dan biasanya leokosit nya > 10.000
( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data
pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk
mengurangi shu tubuh klien, seperti ibuprofen,
paracetamol (Yahya, 2018)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju


metabolisme (D.0130)
b. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolisme (D.0019)
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
(D.0056)

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan


lingkungan (D.0055)
e. Ansietas berhubungan dengan disfungsi system keluarga
(D.0080)
Diare berhubungan dengan perubahan air dan makanan (D.0020

3. Intervensi
N Diagnosis Tujuan Intervens
o i
keperawatan
.
1. Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.
berhubunga tindakan keperawatan 15506) Observasi
 ldentifikasi penyebab Hipertermia
n dengan 3x 24 jam, diharapkan :
 monitor suhu tubuh
peningkatan 1. Pucat menurun  monitor kadar elektrolit
laju 2. Menggigil menurun  monitor komplikasi
metabolism 3. Takikardi menurun  Akibat Hipertermia
Terapeutik
e (D.0130) 4. Suhu membaik
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Suhu kulit ketat
membaik  berikan cairan
oral Edukasi
(Termoregulasi
 Anjurkan tirah
L.14134) baring Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
Cairan dan elektrolit

2. Deficit nutrisi Setelah dilakukan Pemantauan Nutrisi (I.03123) Observasi


berhubungan tindakan keperawatan  Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
dengan 3x 24 jam, diharapkan :
 Identifikasi perubahan BB
peningkatan 1. Pola makanan  Identifikasi kelainan pada kulit

kebutuha yang  Identifikasi kelainan pada rambut


n dihabiskan  Identifikasi pola makan
metabolis 2. Sariawan  Identifikasi kelainan pada kuku
berkurang  Identifikasi Kemampuan menelan
me
 Identifikasi kelainan pada rongga mulut
(D.0019) 3. Perasaan
 Identifikasi kelainan eliminasi
cepat  Monitor mual muntah
kenyang  Monitor asupan oral
menurun  Monitor warna konjungtiva
 Monitor hasil laboratorium
4. Nafsu
Terapeutik
makan  Timbang BB
meningk  Ukur antroprometri komposisi tubuh
at  Hitung perubahan BB
 Atur interval waktu pemantauan
5. Bising
sesuai dengan kondisi pasien
usus  Dokumentasi kan hasil
membai pemantauan Edukasi
k  Jelaskan tujuan dan
prosedur Pemantauan
6. Membran
 Informasi kan hasil pemantauan
mukosa
membaik
(Status nutrisi
L.03030)
3. Intoleransi Setelah dilakukan Pemantauan tanda vital
(I.02060) Observasi
aktivitas tindakan
keperawatan
berhubung 3x 24 jam,  monitor nadi ( frekuensi,
an dengan diharapkan : kekuatan, irama )
1. Frekuensi  monitor pernapasan (
kelemaha
frekuensi, kedalaman )
n (D.0056) nadi
 monitor suhu tubuh
membaik  monitor oksimetri nadi
2. Kemudahan  identifikasi penyebab perubahan
dalam tanda vital
Terapeutik
melakukan
 atur interval pemantauan sesuai
aktivitas sehari - kondisi pasien
hari  Dokumentasikam hasil
pemantauan Edukasi
3. Perasaan
 Jelaskan tujuan dan
lemah prosedur pemantauan
menurun  Informasikan hasil pemantauan, jika
4. Frekuensi perlu

napas
membaik
(Toleransi
aktivitas
L.05047)
4. Gangguan Setelah dilakukan Teknik Menenangkan
pola tindakan (I.08248) Observasi
 Identifikasi masalah yang
keperawatan 3x 24
dihadapi Terapeutik
tidur jam, diharapkan :  Buat kontrrak dengan pasien
berhubunga 1. Kesejahteraan  Ciptkan ruangan yang nyaman
n dengan fisik membaik dan tenang

hambatan
lingkung 2. Perawatan Edukasi
an sesuai  Anjurkan mendengarkan music,
video animasi, yang lembut atau
(D.0055) kebutuhan
music yang disukai
3. Keluhan tidak  Anjurkaan melakukan teknik
nyaman menen angkan hingga perasaan
menurun menjadi tenang

4. Gelisah menurun
5. Keluhan sulit
tidur menurun
6. Keluhan
kedinginan
7. Pola
eliminasi
membaik
8. Pola tidur
membaik
(Status
Kenyamanan
L.08064)
5. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
berhubung tindakan (I.09314) Observasi
 Identifikasi saat tingkat
an dengan keperawatan 3x 24
ansietas berubah
disfungsi jam, diharapkan :  Identifikasi kemampuan
system 1. Kontak mata mengambil keputusan

membaik
keluar 2. Pola  Monitor tanda-tanda
ga tidur ansietas Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik
(D.008 membai
untuk menumbuhkan
0) k kepercayaan
3. Pucat menurun  Pahami situasi yang membuat
ansietas
4. Perilaku
 Gunakan pendekatan yang tenang
gelisah dan meyakinkan
menurn  Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Tremor  Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk
menurun (Tingkat
sensasi yang dialami
Ansietas L.09093)  Anjrkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik
relaksasi Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,
jika perlu
6. Diare Setelah dilakukan Pemberian Obat ( I.
berhubung tindakan 02062 ) Observasi
 identifikasi kemungkinan
an dengan keperawatan 3x 24
alergi, interaksi dan kontra
perubahan jam, diharapkan : indikasi obat
1. Nyeri abdomen  monitor tanda vital dan nilai
air
dan menurun laboratorium sebelum pemberian
obat Terapeutik
2. Konaistensi
 Perhatikan peroduser pemberian obat
makanan feses
 lakukan prinsip 6 benar
(D.0020) membaik  buang obat yang tidak terpakai
3. Frekuensi /kadaluarsa
defekasi  dokumentasikan pemberian obat
dan respon terhadap obat
membaik
Edukasi
4. Distensi  Jelaskan jenis obat, alasan pemberian
abdomen  Tindakan yang di harap kan dan
efek samping
menurun
 Jelaskan faktor yang dapat
(Eliminasi fekal meningkatkan
L. 04033 ) dan menurunkan efektifitas obat
Daftar Pustaka

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat


terhadap penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3
tahun di SMC RS Telogorejo Semarang.
Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id

M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan


Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media

Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko


Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat Pada Anak
Demam Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman
Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi
Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.).
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1
ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):


Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.).
Jakarta: DPP PPNI.

Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian


Kompres Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami demam Rsud Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan
- Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94

Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q


Dengan Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi, 2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska
%20damayanti. Pdf

Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012

Anda mungkin juga menyukai