NPM: 1222007451
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan
Pada tanggal:
Mengetahui,
Remilda Armika Vianti, S. Kep., Ns., Ovin Sidi Pratomo, S. Kep., Ns.
M. Kep.
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2024
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam atau febris merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami
peningkatan di atas normal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya
mencapai lebih dari 37,5 C. demam merupakan penyakit yang paling sering muncul pada
penyakit anak-anak. Sebagian besar demam pada anak di sebabkan oleh infeksi,
peradangan dan gangguan metabolic. Hal ini menyebabkan perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Jika demam tidak segera diatasi dapat menimbulkan efek
yang berbahaya pada anak yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, kejang demam sampai
kematian. (Sodikin, 2012). Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan
tersendiri yang berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan,
apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam dapat
membahayakan keselamatan anak, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan
menimbulkan komplikasi lain seperti, hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran.
Demam yang mencapai suhu 41°C angka kematiannya mencapai 17%, dan pada suhu 43°C
akan koma dengan kematian 70%, dan pada suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa
jam (Wardiyah, 2015).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2022, prevalensi
demam di dunia adalah sekitar 25%. Angka ini berarti bahwa sekitar 1 dari 4 orang di dunia
pernah mengalami demam dalam setahun terakhir. Prevalensi demam bervariasi di
berbagai negara. Negara-negara dengan tingkat kesehatan yang rendah cenderung memiliki
prevalensi demam yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti
kemiskinan, kurangnya akses ke layanan kesehatan, dan tingkat sanitasi yang buruk.
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018,
prevalensi demam di Indonesia adalah sekitar 21%. Angka ini berarti bahwa sekitar 1 dari
5 orang di Indonesia pernah mengalami demam dalam setahun terakhir. Prevalensi demam
di Indonesia bervariasi di berbagai daerah. Daerah-daerah dengan tingkat kesehatan yang
rendah cenderung memiliki prevalensi demam yang lebih tinggi.
B. Pengertian
Sodikin (2012) dalam Fadli (2018) Demam atau febris merupakan suatu keadaan
suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus.
Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit- penyakit yang ditandai dengan adanya demam
dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan
perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau
pertahanan terhadap infeksi. Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi
yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam terjadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabakan oleh infeksi (bakteri, virus,
jamur, atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat- obatan (Hartini, 2018).
C. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di
dalam tubuh kita yang disebut dengan pirogen, yaitu zat pencetus panas. Biasanya
penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan pemeriksaan
medis yang terarah. Secara umum, penyebab demam adalah: Penyakit infeksi, penyakit
kolagen, keganasan, dehidrasi, penyakit latrogenik, gangguan di susunan saraf pusat,
penyakit darah, kerusakan jaringan, penyakit spesifik, hipertermia, tak terdiagnosis (fever
of unknown origin = fou), demam dibuat-buat, demam karena obat (drug fever) (Zein
Umar, 2012).
D. Patofisiologi
Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan
mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan
jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta lymfosit pembunuh yang
memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecah
bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/ pirogen
endogen) (Sodikin, 2012). Pada saat interleukim- 1 sudah sampai ke hipotalamus akan
menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8-10
menit. Interluekim- 1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan
prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja
dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Karena cairan dan elektrolit
ini dapat mengakibatkan demam, mempengaruhi keseimbangan tremogulasi di
hipotalamus arterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit
maka keseimbangan tremogulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan (Sodikin,
2012).
E. Manifestasi Klinik
Sewaktu demam berlangsung, akan terlihat berbagai gejala klinis pada demamnya.
Ada 3 fase yang terjadi selama demam berlangsung, yaitu :
1. Fase I (awitan dingin atau menggigil)
Pada fase awal ini demam akan disertai dengan :
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi
e. Merasakan sensasi dingin
f. Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontruksi
g. Rambut kulit berdiri
h. Pengeluaran keringat berlebihan
i. Peningkatan suhu tubuh
2. Fase 2 (proses demam)
Selama proses demam berlangsung akan disertai dengan :
a. Proses menggigil hilang
b. Kulit terasa hangat (panas)
c. Merasa tidak panas (dingin)
d. peningkatan nadi dan laju pernapasan
e. Peningkatan rasa haus
f. Dehidrasi ringan hingga berat
g. Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf
h. Lesi mulut
i. Kehilangan nafsu makan (bila demam memanjang)
j. Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein.
3. Fase III (pemulihan)
Saat fase pemuliha makan akan disertai :
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Menggigil ringan
d. Kemungkinan mengalami dehidrasi
F. Pathway
H. Pengkajian
Menurut Nurarif (2015) pengkajian keperawatan pada pasien demam/febris adalah
sebagai berikut :
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam gejala lain yang menyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll),
apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien)
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)
I. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
b. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit, fluktuasi
suhu lingkungan
c. Resiko cidera berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
d. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang kurang dan diaforesis.