Disusun oleh :
N202101040
CI LAHAN CI INSTITUSI
B. ETIOLOGI
Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan
infeksi bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
2. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit
autoimun (penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3. Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu
panas dan kelelahan setelah bermain disiang hari.
Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering menyerang anak adalah demam
akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry &Marendra, 2010)
Fase 3 (pemulihan)
D. PATOFISIOLOGI
Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari
pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme
seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang
dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen
yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen
endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini
pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat
mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).
Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit,
limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi,
atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang
dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan
pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk
prostaglandin. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu
sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-
mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan
produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan
menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.
Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase
kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu
tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas
otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan
dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.
Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai
dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk
menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan (Dalal & Zhukovsky,
2006).
E. PATHFLOW
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan febris atau demam menurut (Shvoong, 2010), untuk menurunkan
suhu tubuh dalam batas normal tanpa mengunakan obat yaitu dengan cara di kompres:
1. Menyiapakan air hangat
2. Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke dalam baskom dan mengusapnya ke
seluruh tubuh
3. Melakukan tindakkan diatas beberapa kali (setelah kulit kering)
4. Mengeringkan tubuh dengan handuk
5. Menghentikan prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati
Pengobatan febris atau demam dapat menggunakan obat diantaranya yaitu sebagai
berikut :
1. Paracetamol (para acetoaminophenol)
Suatu obat untuk mengurangi demam (antipiretik) dan nyeri (analgetik). Obat
ini aman untuk bayi dan anak sesuai kebutuhan, karena itu dapat dibeli bebas. Obat ini
dimetabolisme di hati sehingga bila dosis berlebih dapat menimbulkan gangguan
fungsi hati. Efek samping obat (ESO) bersifat reversible, penghentian obat dapat
memperbaiki keadaan umum anak dan ESO akan berangsur-angsur hilang sehingga
kondisi anak kembali normal. Parasetamol dapat diberikan setiap 6 jam sesuai
kebutuhan. Dosis parasetamol berdasarkan BB. Jenis obat yang mengandung
parasetamol sangat banyak seperti Tempra, Sanmol, Praxion, Naprex, Bodrexin sirup,
Dumin, Termorex, dll. Dosis 10-15 mg/kg berat badan (BB) per kali pemberian,
maksimal 60 mg/kg BB per hari. Apabila orang tua kesulitan dalam menghitung dosis
hendaknya berkonsultasi dengan dokter atau apoteker.
Sediaan drop diberikan pada bayi dengan BB dibawah 10 kg atau pada anak
dengan kesulitan minum obat karena volume pemberian relatif sedikit. Pada anak
dengan BB diatas 10 kg dapat diberikan sirup. Tablet diberikan pada anak usia diatas
12 tahun. Dari penelitian terbukti bahwa pemberian oral dan suppositoria sama
efektifnya. Sediaan suppositoria (melalui dubur) diberikan bila pemberian oral tidak
memungkinkan, contohnya anak dengan muntah profuse, anak tidur, atau tidak sadar.
2. Ibuprofen
Ibuprofen dapat diberikan pada kondisi demam yang tinggi (>40 C), demam
membandel yang tidak responsif terhadap pemberian Parasetamol, atau demam yang
disertai dengan peradangan. Dosis obat ini adalah: 5-10 mg/kg BB setiap kali
pemberian, maksimal 40 mg/kg BB/hari. Contoh obat yang mengandung ibuprofen
antara lain Proris, Rhelafen, Fenris, Bufect, dll (Anonim, 2009).
Dalam memilih obat demam, pilih obat yang tidak mengandung alkohol,
karena beberapa produk sirup juga ada yang menggunakan alkohol sebagai
campurannya (Anonim, 2009).
H. PENGKAJIAN
1. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
b. Pemeriksaan persistem
Sistem persepsi sensori
Sistem pernafasan
Sistem kardiovaskuler
Sistem gastrointestinal
Sistem integumen
Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
2. Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan
diaporesisi
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kykle T, Carman S. 2014. Keperawatan Pediatri. Praptiani W, Tiar E, Yuliani D, Wildiarti D. (editor).
EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Vol 2. Hal 467 – 481.
Sodikin. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Pustaka Belajar. Yogyakrta 2012.
Suryanto, Sukatmi, Jayanti TW. 2012. Efektivitas Bawang Merah Terhadap Penurunan Suhu Tubuh
Pada Anak Febris Usia 1 – 5 Tahun. Dosen Akper Pamenag – Pare, Perawat Magang Pamenag – Pare.
No 6. Hlm 63 – 65.