Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS PADA ANAK DI BANGSAL MELATI


RSUD dr.SOEDIRMAN KEBUMEN

Oleh :
NUR SYIFA QOTHRUN NADA
1440120040

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS
TAHUN AKADEMIK 2022
A. Pengertian
Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh 37,7° C. Ada yang
menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38
40°C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,1° C, ada juga yang
menyebutkan> 40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih
rendah dari 37,7°C (Zein, 2012).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang


masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu> 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal


sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat
panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai
dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam
mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik
dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap
infeksi (Wardiyah, 2016).

Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia


berada di atas normal atau diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala
saat tubuh manusia terserang penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).

Berdasarkan paparan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan demam


merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal
atau diatas 37oC sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus yang dapat menyerang sistem tubuh.
B. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu.
molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat
pencetus panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam
waktu satu atau dua hari dengan pemeriksaan medis yang terarah.

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain


infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau
reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.


Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan
karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
C. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh
ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) serta
elektrolit lainnya kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+
dalam neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel
neuron berlaku sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut sebagai potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini, diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K-ATP-ase ynag terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler.
2 Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawia
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena
penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C akan meningkatkan


metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%.
Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium melalui membran sel yang mengakibatkan
lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh bagian sel maupun membran sel di
sekitarnya dengan bantuan "neurotransmitter" sehingga terjadilah kejang.
Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak dengan ambang rendah,
kejang dapat terjadi pada suhu 38°C, sedang anak dengan ambang kejang
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5°C - 39°C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
E. Pathway

Agen infeksius
Dehidrasi
Mediator inflamasi

Tubuh kehilangan
Monosit/makrofag
cairan

Sitokin pirogen Tubuh kehilangan


cairan

Mempengaruhi hypothalamus
Anterior

Demam

Gangguan Rasa Ph berkurang Peningkatan


Nyaman Suhu tubuh

Tidak bisa tidur Anoreksia


Hipertermi

Intake makanan
Gangguan
berkurang
Pola Tidur

Risiko Defisit
Nutrisi
F. Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis
maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani demam pada anak:

a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
1) Paracetamol
2) Ibuprofen

b. Tindakan non farmakologis


Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4) Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin
pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk
menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat.
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk
yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat
membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres
hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 15 menit
dengan temperature air 30-32°C, akan membantu menurunkan panas
dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena
pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak
vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi
yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke
kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis:
thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium:
1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan
demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan
penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi
diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi.
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria
ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara
mikroskopik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab
demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan berbagai jenis
jamur.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan
pada pasien demam yang dicurigai malaria.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan
untuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1. IgM, IgG).
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga
sebagai akibat dari infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi,
seperti NSI pada DBD.
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini
untuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit.
9.Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan
dan dugaan klinis.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien Meliputi: nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, nama orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku,
bangsa, agama.
b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh,
suhu tubuh panas> 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan
peningktan suhu tubuh diatas 37.5 °C, gejala febris yang biasanya
yang kan timbul menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu
makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien
pernah mengalmi penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh
keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun penyakit menular,
ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi: prenatal, natal,
postnatal, serta data pemebrian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan
sosial klien
i. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris
mengalami nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga
kekurang asupan nutrisi.
2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk
tidur karena klien merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk
buang air besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi
konsitensi bab menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 13,
berat badan serta tinggi badan
2) Tanda-tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya >
37,5°C, nadi > 80 xi Head to toe
a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas
traumaatau tidak
b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada
angguan/kelainan.
c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d) Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk,
kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau
tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir
klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam,
abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising
usus bising usus normal pada bayi 3-5 x
f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih
cepat dan dalam
g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut
pada nadinya meningkat
h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.
i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas
yang tertinggal gerakan nafas dan biasanya
kesadarannya gelisah, apatis atau koma
k. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien
2) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya:
memindahkan benda dari tangn satu ke yang lain,
mencoret-coret, menggunting
3) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan otot -
otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
yang di pengaruhi oleh kematangan fisik anak
contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik
turun tangga (Lerner & Hultsch. 1983)
4) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk berbicara.
dan berhitung.
5) Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor
urine, feses, darah, dan biasanya leokosit nya > 10.000 (
meningkat). sedangkan Hb. Ht menurun. m. Data
pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk
mengurangi shu tubuh klien, seperti ibuprofen,
paracetamol (Yahya, 2018)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
(D.0130)
Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan
inkubator Kondisi klinis
terkait :
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(D.0055)
Penyebab :
1) Hambatan lingkungan
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restrain fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan
tidur Kondisi klinis terkait :
1) Nyeri/kolik
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
4) Penyaki paru obstruktif paru
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) Kondisi pasca operasi
c. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(D.0032)
Faktor risiko :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrient
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi
6) Faktor psikologis

Kondisi klinis terkait :


1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Celebral plasy
5) Cleft lip
6) Cleft palate
7) Amyotropic lateral sclerosis
8) Kerusakan neuromuscular
9) Luka bakar
10) Kanker
11) Infeksi
12) AIDS
13) Penyakit Crohn’s
14) Enterokilitis
15) Fibrosis kistik
3. Rencana Intervensi
No. Diagnose Luaran dan Ekspetasi Intervensi
1. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen
b.d keperawatan selama 3 x 24 jam Hipertermia
peningkatan diharapkan masalah keperawatan (I.15506)
laju hipertermi dapat teratasi dengan Observasi
metabolisme kriteria hasil : -Identifikasi
Termogulasi (L.14134) penyebab
1. Menggigil menurun hipertermia (mis.
2. Suhu tubuh membaik dehidrasi, terpapar
3. Suhu kulit membaik lingkungan panas,
penggunaan
inkubator)
- Monitor suhu tubuh
-Monitor kadar
elektrolit
-Monitor haluaran
urine
-Monitor komplikasi
akibat hipertermia

Terapeutik
-Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)

- Lakukan
pendinginan eksternal
(mis. selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
- Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu

2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur


pola tidur keperawatan selama 3 x 24 jam (I.05174)
b.d masalah keperawatan gangguan Observasi
hambatan pola tidur dapat teratasi dengan - Identifikasi pola
lingkugan kriteria hasil : aktivitas dan tidur
Pola Tidur (L.05045) - Identifikasi faktor
- Keluhan sulit tidur menurun pengganggu tidur
- Keluhan pola tidur berubah (fisik dan/atau
menurun psikologis)
- Keluhan istirahat tidak cukup - Identifikasi makanan
menurun dan minuman yang
mengganggu tidur
(mis, kopi, teh,
alkohol, maka
mendekati waktu
tidur, minum banyak
air sebelum tidur)
- Identifikasi obat
tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
- Modifikasi
lingkungan (mis.
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
- Batasi waktu tidur
siang, jika perlu
Fasilitasi
menghilangkan stres
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal
tidur rutin
- Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
- Sesuaikan jadwal
pemberian obat
dan/atau tindakan
untuk menunjang
siklus tidur-terjaga

Edukasi :
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
- Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
- Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur (mis.
psikologis, gaya
hidup, sering berubah
shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi
otot autogenik atau
cara nonfarmakologi
lainnya

3. Risiko Setelah dilakukan tindakan Manajemen


defisit keperawatan selama 3 x 24 jam Gangguan Makan
nutrisi b.d masalah keperawatan risiko (I. 03111)
faktor defisit nutrisi dapat teratasi Observasi
psikologis dengan kriteria hasil : - Monitor asupan dan
Status Nutrisi (L.03030) keluarnya makanan
- Porsi makan yang dihabiskan dan cairan serta
meningkat kebutuhan kalori
- Berat badan badan membaik
- Nafsu makan membaik Terapeutik
- Timbang berat
badan secara rutin
- Diskusikan perilaku
makan dan jumlah
aktivitas fisik
(termasuk olahraga)
yang sesuai
- Lakukan kontrak
perilaku (mis. target
berat badan,
tanggung jawab
perilaku)
- Dampingi ke kamar
mandi untuk
pengamatan perilaku
memuntahkan
kembali makanan
- Berikan penguatan
positif terhadap
keberhasilan target
dan perubahan
prilaku
- Berikan
konsekuensi jika
tidak mencapai target
sesuai kontrak
- Rencanakan
program pengobatan
untuk perawatan di
rumah (mis. medis,
konseling)

Edukasi
- Anjurkan membuat
catatan harian
tentang perasaan dan
situasi pemicu
pengeluaran
makanan (mis.
pengeluaran yang
disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
- Ajarkan pengaturan
diet yang tepat
- Ajarkan
keterampilan koping
untuk penyelesaian
masalah perilaku
makan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
target berat badan,
kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
DAFTAR PUSTAKA

Haritini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap penurunan
suhu tubuh anak usia 1 – 3 tahun di SMC RS Telohorejo Semarang.
Http://ejournal.sistestelogorejo.ac.id

https://id.scribd.com/document/538846787/1-LAPORAN-PENDAHULUAN-
FEBRIS

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai