Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA AN. P DENGAN FEBRIS


Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing : Ns. Ulfah Azizah, M.Kep.

Di Susun Oleh :

Nama : Dwi Liliani Enggar Puspitasari

NIM : 1811020006

Kelas : 4A.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses
alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu >
37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit
autoimun, keganasan, ataupun obat – obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh di atas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus penyakit-
penyakit yang di tandai dengan adanya demam yang dapat menyerang sistem tubuh., selain
itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik maupun
non-spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin, 2012).
Menurut (Suriadi, 2001) demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal.
Febris dapat didefiniskan sebagai keadaan ketika individual mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari 37,8ºC per oral atau 37,9ºC per
rectal karena faktor eksternal (Tamsuri,2006).
Jadi kesimpulannya adalah Febris adalah suatu keadaan suhu tubuh di atas normal
(abnormal) yang bisa diakibatkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit) di
hipotalamus.
2. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat
disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga
pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma) (Nurarif,2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. Demam dapat di sebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi
(Guyton dalam Thabrani, 2015)
Penyebab demam non infeksi yang dapat ditemukan adalah demam karena kanker
melalui jalur tumor, alergi dan transfuse darah (Dalal S, Donna S, Zhukovsky, 2006).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan
antara lain : ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeiksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain
secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu di perhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai
demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (2000) bahwa
etiologi febris antara lain :
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitis media
f. Imunisasi.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala febris antara lain :
a. Anak rewel (suhu lebih dari 37,5ºC- 40ºC)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernafasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan.

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung, anoreksia,
somnolen. Batasan mayornya yaitu suhu lenih tinggi dari 37,5ºC, kulit hangat, takikardia.
Sedangkan batasan minornya : kulit kemerahan, peningkatan pernafasan, menggigil, nyeri
dan sakit spesifik (misal : sakit kepala dan vertigo) (Isselbachel. 1999, Carpenio, 2009).

4. Patofisiologi dan Pathways


Demam merupakan mekanisme pertahanan tubuh (imunitas) anak terhadap infeksi
atau zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Bila zat asing masuk ke tubuh akan merangsang
system pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Piregon adalah zat penyebab
demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (endogen) dan luar tubuh (eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh makroorganisame atau merupakan reaksi imunologik terhadap
benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein, dan zat lain
terutama toksin polisakarida, yang diepaskan oleh bakteri toksik yang dihasilkan dari
degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada
mekanisme ini bakteri akan difagositisis oleh leukosit darah, makrofag dan limfosit..
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengaturan panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). hal ini akan menimbulkan reaksi menaikan
suhu tubuh.
Pengeluaran panas yang terjadi akan menyebabkan dehidrasi tubuh akan kehilangan
cairan elektrolit yang menyebabkan penurunan intrasel maupun ekstrasel hal ini akan
mengakibatkan kejang, mual, muntah, intake makanan yang berkurang dan pola tidur yang
terganggu.
Pathways

Adanya infeksi atau zat asing yang


masuk ke dalam tubuh dan suhu
lingkungan

Merangsang sistem pertahanan tubuh


dengan mengeluarkan pirogen

Pirogen membawa pesan melalui


reseptor pada tubuh

Dihantarkan kepusat pengaturan panas


di hipotalamus

Dalam hipotalamus pirogen akan


dirangsang pelepasan asam arakidonat

Menimbulkan reaksi kenaikan suhu

Demam febris

Metabolism basal meningkat

Oksigen ke
Suhu tubuh
otak Evaporasi meningkat
Anak rewel Kejang dan Pengeluaran
Hipertermi demam keringat melalui
menangis
dan gelisah kulit

Resiko injuri
Intake makanan
Ansietas yang kurang

Kekurangan
volume cairan

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab demam
Berikut adalah pemeriksaan untuk seseorang yang terkena demam antara lain :
1) Tes darah lengkap : bertujuan untuk mengetahui jumlah setiap komponen penyusun
darah. Nilai diluar rentang normal menandakan ada masalah, berikut adalah
komponen yang di pantau dalam pemeriksaan laboratorium :
 Jumlah sel darah merah (WBC)
 Jumlah sel darah putih (RBC)
 Kadar Haemoglobin (Hb)
 Hematokrit (Hct)
 Trombosit.
2) Tes panel metabolisme : bertujuan untuk mengetahui kondisi berbagai komponen
yang terlibat dalam metabolisme tubuh yaitu : kadar gula darah, kalsium, protein
total.
3) Tes Urine Pemeriksaan laboratorium pada urine dilakukan dengan mengamati
penampilan, konsentrasi, dan kandungan urine. Hasil abnormal dapat menandakan
sejumlah penyakit seperti infeksi saluran kemih, penyakit ginjal, dan diabetes.
Memantau kondisi.
 Menggunakan Strip Khusus (dipstick test) untuk mengetahui tingkat keasaman
(pH), konsentrasi, penanda infeksi, adanya darah, serta kadar gula, protein,
bilirubin, dan keton.
 Uji Mikroskopis untuk mengamati keberadaan sel darah merah, sel darah putih,
bakteri, jamur, kristal batu ginjal, atau protein khusus yang menandakan
gangguan ginjal.
6. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga setpoint hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian
antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup Parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ Parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendok teh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet Parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau the manis. Obat penurun panas ini diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.

2) Non- Farmakologi
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti:
1). Memberikan minuman yang banyak.
2). Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal.
3). Menggunakan pakaian yang tidak tebal.
4). Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh
yang memerlukan. Kompres merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh.
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.Kompres hangat
adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan
pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh.
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu
proses evaporasi atau penguapan panas tubuh. Penggunaan Kompres hangat di
lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 –15 menit dengan temperature
air 30-32ºC.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada
daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak
terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga
akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan
percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih
banyak.

7. Penalaksaan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
1) Indentitas Pasien
a. Nama : An. P
b. Umur : 6 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan.
2) Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami demam dengan suhu 38,5ºC.
3) Keadaan saat ini
Pada tanggal 06 Desember 2020 keluarga pasien mengatakan pasien mengalami
demam dengan suhu 38,5ºC dengan gejala badan teraba hangat. Saat di lakukan
pengkajian An. P mengatakan masih merasakan pusing yang berdenyut-denyut,
dan mual. An. P terlihat, rewel, tidak mau untuk makan dan makan harus dengan
paksaan dari orangtuanya serta lemas. Setelah di lakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan data : Tekanan darah (TD) : 120/80mmHg, Suhu : 38,5ºC,
Respirasi (RR): 24x/menit dan Nadi : 120x/menit.
P : Nyeri akibat demam
Q : Terasa derdenyut
R : Di kepala sebelah kanan
S : Skala nyeri 4
T : Sering.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu pasien mengatakan pasien 1 bulan yang lalu mengalami demam, pasien tidak
pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan fisik maupun psikologis pada
anak serta ibu pasien mengatakan pasien belum pernah di rawat di rumah sakit.
Diagnosa Keperawatan yang sering muncul
1) Hipertermi b.d proses penyakit dd. Kenaikan suhu yaitu : 38,5ºc
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang minat pada
makanan
3) Kekurangan volume cairan b.d asupan cairan yang tidak adekuat.

Intervensi Keperawatan

1) Hipertermi b.d proses penyakit dd. Kenikan suhu yaitu : 38,5ºC


Tujuan untuk mendapatkan suhu yang normal yaitu 37ºC
Dengan kriteria hasil :
 Suhu tubuh dalam batas normal
 Bebas dari kedinginan
 Suhu stabil 36,5ºC Dan 37,5ºC.
Intervensi
Perawatan demam
Manajemen demam
 Monitor suhu sesering mungkin
 Monitor IWL
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tekanan darah,RR, dan nadi
 Monitor intake dan output
 Selimuti pasien
 Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Berikan antipiretik jika perlu
 Berikan pengobatan untuk mengatasi demam
 Berikan cairan intravena
Temperature regulation
 Monitor suhu setiap 2 jam sekali
 Monitor TD, Nadi, dan RR
 Monitor tanda-tanda hipertermi
 Tingkatkan intake cairan
 Selimuti pasien
 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang minat pada
makanan
Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan kriteria hasil :
 Frekuensi mual menurun
 Hasrat untuk makan menaik
 Rangsangan untuk makan naik
 Menyenangi makanan naik
Intervensi
O : Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
Kaji penurunan nafsu makan
N : Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Damping klien saat makan
E : Berikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi
C : Kolaborasikan dengan instalasi gizi dalam pemberian diit yang tepat
3) Kekurangan volume cairan b.d kurang asupan cairan yang adekuat
Tujuannya mual dan muntah kembali normal dengan kriteria hasil :
 Asupan cairan meningkat
 Asupan makanan meningkat
 Keseimbangan cairan meningkat

Intervensi

O : Mengobservasi riwayat diare

Monitor tanda dan gejala

N : Intrusikan keluarga pasien untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan


konsistensi tinja

E : Anjurkan pasien untuk tidak makan pedas

C : Kolaborasikan pemberian obat diare yang tepat.


DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Sri, Pertiwi, P.P. (2015). Efektifitas Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Anak Demam Usia 1 - 3 Tahun Di SMC RS Telogorejo Semarang. Jurnal
Keperawatan. Diakses dari ejournal.stikestelogorejo.ac.id pada 7 Desember 2020 pada
pukul 07.00 WIB.

Wardiyah, Aryanti, Setiawati, dan Umi Romayati. 2016. “Perbandingan Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami Demam Di Ruang Alamanda Rsud Dr . H . Abdul Moeloek Provinsi
Lampung Tahun 2015.”Kesehatan Holistik 10(1): 36–44. Diakses
http://malahayati.ac.id/wpcontent/uploads/2016/07/Jurnal-Aryanti-Setiawati-Umi-
Romayati.pdf. Pada tanggal 7 Desember 2020 pada pukul 08.00 WIB.

Sodikin. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Pustaka Belajar. Yogyakrta 2012. Diakses pada
tanggal 7 Desember 2020 pada pukul 13.30 WIB.

Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta: Agung
Setia. Diakes pada tanggal 7 Desember 2020 pada pukul 08.30 WIB.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. Diakes pada tanggal 7 Desember
2020 pada pukul 11.00 WIB

Isselbacher, J Kurt. 1999. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam / editor edisi bahasa
Inggris, Kurt J. Isselbacher....[et al] ; editor edisi bahasa Indonesia, Ahmad H. Asdie.- Ed.
13- Jakarta : EGC. Diakes pada tanggal 7 Desember 2020 pada pukul 13.00 WIB

Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh dan Kenyamanan pada Anak Usia
Pra Sekolah Dan Sekolah yang Mengalami demam di Ruang Anak Rumah Sakit Muhammadiah
Bandung Tahun 2009. Skripsi, Universitas Indonesia Fakultas Keperawatan. 2009.

Anda mungkin juga menyukai