KELAS 3A
DISUSUN OLEH :
2019
A. PENGERTIAN
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010,
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau kedua-duanya.
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(Depkes, 2008).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Associations
2010 (ADA) dalam (Ndraha 2014:10), dibagi dalam 4 jenis yaitu:
Diabetes mlitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDMDM
Tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena
sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama
sekali. Sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-
peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinis pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
Diabetes melitus tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes
Mellitus/NIDDM
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin
tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena
terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi
glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya
masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi
relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya
sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi
insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami
desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi
perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya
resistensi insulin yang terjadi perlahan-lahan akan
mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang.
DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
Diabetes melitus gestasional komplikasi perinatal. Penderita DM
gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.DM
tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada
trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan
meningkatnya.
Diabetes melitus tipe lainDM tipe ini terjadi karena etiologi lain,
misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik
endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan
kelainan genetik lain.
C. ETIOLOGI
Kombinasi antara faktor genetik, faktor lingkungan, resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM tipe 2.
Faktor lingkungan yang berpengaruh seperti obesitas, kurangnya aktivitas
fisik, stres, dan pertambahan umur (KAKU, 2010). Faktor risiko juga
berpengaruh terhadap terjadinya DM tipe 2.
Beberapa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 antara lain berusia ≥
40 tahun, memiliki riwayat prediabetes ( A1C 6,0 % -6,4 % ), memiliki
riwayat diabetes melitus gestasional, memiliki riwayat penyakit vaskuler,
timbulnya kerusakan organ karena adanya komplikasi, penggunaan obat
seperti glukokortikoid, dan dipicu oleh penyakit seperti HIVserta populasi
yang berisiko tinggiterkena diabetes melitus seperti penduduk Aborigin,
Afrika, dan Asia(Ekoe et al., 2013).
Klasifikasi etiologi diabetes melitus adalah sebagai berikut
(Perkeni, 2011) :
a. Tipe 1 (destruksi sel β).
b. Tipe 2 (dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, dan
disertai resistensi insulin).
c. Diabetes tipe lain,yaitu:
1) Defek genetik fungsi sel β.
2) Defek genetik kerja insulin.
3) Penyakit eksokrin pankreas.
4) Endokrinopati.
5) Pengaruh obat.
6) Infeksi.
7) Imunologi.
8) Sindrom genetik lain seperti sindrom down.d.Diabetes
melitus gestasional.
D. TANDA GEJALA
Gejala diabetes mellitus digolongkan menjadi gejala akut dan
gejala kronik. Gejala akut ini adalah gejala yang umum muncul pada
penderita diabetes mellitus ditandai seperti banyak makan (polifagia),
banyak minum (polidipsi), banyak kencing (polyuria) atau yang
biasanya disingkat 3P. Fase ini biasanya penderita menunjukan berat
badan yang terus naik (bertambah gemuk), karena pada saat ini
jumlah insulin yang masih mencukupi, bila keadaan tersebut tidak
segera diobati, lama-kelamaan akan timbul gejala yang disebakan
karena kurangnya insulin seperti mual dan nafsu makan mulai
berkurang.Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukan gejala
akut (mendadak) tetapi baru menunjukan gejala sesudah beberapa
bulan atau beberapatahun mengidap penyakit DM gejala seperti ini
disebut gejala kronik. Gejala kronik ini ditandai seperti kesemutan,
kulit terasa panas atau seperti tertusuk – tusuk, rasa tebal dikulit
sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur, kram,
mudah mengantuk, mata kabur dan sering ganti kacamata, gatal di
sekitar kemalauan, gigi mudah goyah dan mudah lepas, dan kemampuan
seksual menurun bahkan impoten (Misdiarly, 2006:14-17).
E. PATOFISIOLOGI
a. Patofisiologi DM tipe 1 Terjadinya DM tipe 1 utamanya
disebabkan oleh defisiensi insulin. Defisiensi insulin dapat
menyebabkan gangguan metabolisme lipid, protein, dan glukosa
(Raju dan Raju, 2010dalam Ozougwu et al., 2013). Gangguan
metabolisme lipid terjadi karena meningkatnyaasam lemak bebas
dan benda keton sehingga penggunaan glukosaberkurang dan
menyebabkan hiperglikemia. Gangguan metabolisme protein
terjadi karena meningkatnya kecepatan proteolisisyang
menyebabkan asam amino dalam plasma tinggi dan peningkatan
proses katabolisme protein. Gangguan metabolisme glukosa terjadi
karena peningkatan proses glukoneogenesissehingga glukosa
hepatik meningkat.
b. Patofisiologi DM tipe 2Terjadinya DM tipe 2 utamanya disebabkan
oleh resistensi insulin (Raju dan Raju, 2010dalam Ozougwu et al.,
2013). Selain itu, terjadinya DM tipe 2 bisa terjadi karena resistensi
insulin dan defisiensi insulin (Holt, 2004 dalam Ozougwuet al.,
2013).Umumnya patofisiologi DM tipe 2 dipengaruhi oleh
beberapa keadaan yaitu :
1. Resistensi insulin dikarenakan obesitas dan penuaan (Lemos et
al., 2011 dalam Fatimah, 2015).
2. Disfungsi sel βpankreas sehingga menyebabkan defisiensi
insulin yang terjadi melalui 3 jalur yaitu (Hakimet
al.,2010dalam Fatimah, 2015) :
a) Pengaruh luar yang menyebabkan rusaknya sel
βpankreas seperti virus dan zat kimia.
b) Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c) Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.
3. Terjadinya peningkatan glukosa hepatik yang tidak disertai
kerusakan sel β pankreas.
F. PATHWAY
DM
Reaksi Autoimun
Defisiensi Insulin
Terjadi
Hiperglikemia
Hipoksia Perifer
Intake tidak Penurunan BB
Adekuat
Nyeri
Defisit Volume Resiko Nutrisi
Cairan Kurang
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Smelzer dan Bare (2008), adapun pemeriksaan penunjang
untuk penderita diabetes melitus antara lain :
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi
keringatnya (menurun atau tidak), kemudian bulu pada
jempol kaki berkurang (-).
2) Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah --pecah , pucat,
kering yang tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang
tebal atau bisa jugaterapa lembek.
3) Pemeriksaan pada neuropatik sangat penting untuk
mencegah terjadinya ulkus.
b. Pemeriksaan Vaskuler
1) Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan,
adanya benda asing, osteomelietus.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula
Darah Sewaktu), GDP (Gula Darah Puasa).
Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau
tidaknya kandungan glukosa pada urine tersebut.
Biasanya pemeriksaan dilakukan menggunakan cara
Benedict (reduksi). Setelah pemeriksaan selesai
hasil dapat dilihat dari perubahan warna yang ada :
hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata
(++++).
Pemeriksaan kultur pus Bertujuan untuk mengetahui
jenis kuman yang terdapat pada luka dan untuk
observasi dilakukan rencana tindakan selanjutnya.
Pemeriksaan Jantung meliputi EKG sebelum
dilakukan tindakan pembedahan.
H. PENATALAKSANAAN
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya
penderita setelah menjalani tindakan operasi debridement yaitu termasuk
tindakan perawatan dalam jangka panjang.
1) Medis Menurut Sugondo (2009)penatalaksaan secara medis sebagai
berikut :
a) Obat hiperglikemik Oral.
b) Insulin
Ada penurunan BB dengan drastic.
Hiperglikemi beratc)Munculnya ketoadosis diabetikum
Gangguan pada organ ginjal atau hati.
c) Pembedahan Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan
pembedahan yang bertujuan untuk mencegah penyebaran ulkus
ke jaringan yang masih sehat, tindakannya antara lain :
Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka
ulkus diabetikum.
Neucrotomi.
Amputasi.
2) Menurut Sugondo (2009), dalam penatalaksaan medis secara
keperawatan yaitu :
a) Diet
Diet harus diperhatikan guna mengontrol peningkatan
glukosa.
b) Latihan
Latihan pada penderita dapat dilakukan seperti olahraga kecil,
jalan –jalan sore, senam diabetik untuk mencegah adanya
ulkus.
c) Pemantauan Penderita ulkus mampu mengontrol kadar gula
darahnya secara mandiri dan optimal.
d) Terapi insulin Terapi insulin dapat diberikan setiap hari
sebanyak 2 kali sesudah makan dan pada malamhari.
e) Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan dilakukan
bertujuan sebagai edukasi bagi penderita ulkus dm supaya
penderita mampu mengetahui tanda gejala komplikasi pada
dirinya dan mampu menghindarinya.
f) Nutrisi disini berperan penting untuk penyembuhan luka
debridement, karena asupan nutrisi yang cukup mampu
mengontrol energy yang dikeluarkan.
g) Stress Mekanik Untuk meminimalkan BB pada ulkus.
Modifikasinya adalah seperti bedrest, dimana semua pasin
beraktifitas di tempat tidur jika diperlukan. Dan setiap hari
tumit kaki harus selalu dilakukan pemeriksaan dan
perawatan (medikasi) untuk mengetahui perkembangan
luka dan mencegah infeksi luka setelah dilakukan
operasi debridement tersebut. (Smelzer & Bare, 2005)
h) Tindakan pembedahan Fase pembedahan menurut Wagner
ada dua klasifikasi antara lain :
Derajat 0 : perawatan local secara khusus tidak dilakukan
atau tidak ada.
3) Tujuan Penatalaksanaan
a) Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengen¬
dalian glukosa darah.
b) Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati..
c) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.
I. PENGKAJIAN
a. Pengkajian factor fisik yang mempengaruhi kemampuan untuk
mempelajari atau menampilkan keterampilan perawatan diri
Keterbatasan penglihatan
Keterbatasan dalam koordinasi motoric
Keterbatasan persarafan
Pengkajian factor sosial yang mempengaruhi penatalaksanaan
diabetes dan perencanaan pendidikan kesehatan, melalui :
Kemampuan baca tulis
Kemampuan sumber keuangan atau jaminan kesehatan
Kepemilikan dukungan keluarga
Kebiasaan sehari – hari
Pengkajian status emosional, meliputi :
Observasi penampilan secara umum
Perhatikan kekhawatiran tentang diabetes
Kemapuan koping
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau
2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa > 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO
yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Anjurkan untuk minum sesuai kebutuhan (minimal 50 cc per/kg berat
badan) jika tidak ada komplikasi.
b. Minta klien/keluarga untuk mencatat pemasukan segera setelah
minum.
c. Minta klien/keluarga untuk mencatat jumlah urine yang di keluarkan
saat BAK.
d. Bersama klien dan keluarga mengukur pemasukan dan pengeluaran
cairan perhari, dan membandingkannya untuk mengidentifikasi adanya
tanda – tanda dehidrasi.
No Soal Jawaban
.
1. Apa saja kelainan yang terjadi pada a. kelainan garam.
penderita diabetes mellitus… b. kelainan sekresi insulin.
c. kelainan darah.
d. kelainan sekresi insulin
dan kerja insulin.
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi a. faktor tidur.
terjadinya DM tipe 2… b. faktor genetik dan
lingkungan.
c. faktor suhu.
d. faktor berlebih gerak.
3. Obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stress a. pusing.
dan faktor genetik adalah penyebab dari b. jantung.
terjadinya… c. batuk.
d. Diabetes Mellitus
4. Yang tidak menjadi pemicu resiko dari a. minum soda dalam
terjadinya DM yaitu… keadaan perut kosong.
b. minum sirup yang
mengandung fruktosa
tinggi.
c. pemanis buatan yang
terdapat pada minuman.
d. menggunakan gula
rendah kalori.
5. Yang temasuk tanda-tanda DM kecuali… a. banyak berkemih
b. banyak melamun
c. banyak minum
d. banyak makan
6. Penghasil insulin dalam tubuh yakni… a. otak
b. hati
c. pankreas
d. jantung
7. Apa saja pemeriksaan fisik pada pasien a. Inspeksi, palpasi,
DM… perkusi
b. inspeksi saja
c. dilihat-lihat keadaannya
d. auskultasi
8. Apa saja sumber nutrisi karbohidrat yang a. ubi goreng
dianjurkan untuk penderita DM…. b. nasi putih
c. nasi merah
d. nasi uduk
9. Berapa kebutuhan air minum pada a. 90 lt sehari
penderita DM… b. 50 cc per/kg berat badan
c. 70 cc per/kg berat badan
d. semua benar
10. Apa saja yang harus diperhatikan oleh a. diet nutrisi dan terapi
penderita DM saat fase pengobatan… insulin secara rutin
b. memakan banyak garam
daripada gula
c. tidur-tiduran saja karna
lemas
d. begadang hingga larut
malam