Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN BY.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS


DI RUANG ANAK RS AMELIA PARE

Di susun oleh :
Ernawati
(202006109)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
KARYA HUSADA KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN BY.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS
DI RUANG ANAK RS AMELIA PARE

Mengetahui,

Ernawati
(202006109)

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik

(Rahayuning Sukowati, S.Kep., Ns) (Widyasih Sunaringtyas, S.Kep. Ns., M.Kep)

LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –
obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan
oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius
seperti meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius,
pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai
demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi.
Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang mengalami
atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu
tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap
peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan non
infeksi yang berinteraksi dengan hospes.
2. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010) antara lain :
1) Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis.

2) Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari
radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan.
3) Malignant Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
kekakuan otot karena anestesi total.
Sedangkan tipe-tipe demam antara lain :
1) Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2) Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3) Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4) Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5) Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula
3. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, sinusitis, bronchiolitis, pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa
hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya :
1) Suhu lingkungan.
2) Adanya infeksi.
3) Pneumonia.
4) Malaria.
5) Otitis media.
6) Imunisasi
4. Manisfestasi
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2) Kulit kemerahan
3) Hangat pada sentuhan
4) Peningkatan frekuensi pernapasan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
1) Demam
2) Gangguan saluran pencernaan
3) Gangguan kesadaran
4) Relaps (kambuh)
5. Patofisiologi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme
basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia,
maka simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga
otot dan lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap
dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis.
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran
lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung,
pembicaraan menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor
dan koma.
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan
dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan.
Pada pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan,
yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada
pasienfebris atau demam biasanya pada Hb akan mengalami penurunan,
sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat
pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, (pemeriksaan
sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk –
batuk).

PATHWAY FEBRIS
Agen infeksius (Bakteri, virus & jamur) Dehidrasi
Mediator inflamasi

Monosit/ makrofag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen

Mempengaruhi hipothalamus penurunan cairan intrasel


Anterior

Demam

Infeksi bakteri, virus Meningkatnya Ph berkurang peningkatan


suhu
Metabolik tubuh tubuh

Secresi mukus berlebih anoreksia/muntah Hipertermi

Menyubat saluran nafas Kelemahan intake makanan


berkurang

Sesak nafas
Intoleransi Nutrisi kurang dari
aktivitas kebutuhan
Ketidakefektifan
pola nafas

Gelisah
Masuk dalam saluran nafas Nyeri akut

Sila mendorong virus ke Ansietas


Jaringan Nyeri menelan Ketidakef
ektifan
Reflek spasmus gagal Infeksi pada tenggorokan bersihan
jalan
nafas
Merusak lapisan epitel Kelenjar muskus Pengeluaran cairan
Meningkat mukosa berlebih
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan
status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong
tokis atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis, reaksi
terhadap orang tua, variasikeadaan, respon social, warna kulit, dan status hidrasi.
Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah, urin atau feses,
pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin dan feses rutin,
morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit.
7. Penatalaksanaan
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun
kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani
demam pada anak :
1) Farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik
berupa:
a. Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan
puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali
dalam waktu 3-4 jam.
Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis
sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga
jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan
suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh.
Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena
alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi
hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah
hepatotoksik atau gangguan hati.
Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar (sehat)
tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau
kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri
perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik
kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme
(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan
waktu perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang
masa sakit).
b. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila
alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan
jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas
dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB.
Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4
jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen
memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare,
perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah.
Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta
gagal ginjal.
2) Non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan
seperti (Nurarif, 2015):
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan
metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis
kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Kompres hangat
adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah
dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh
tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016).
Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu
proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016).
Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan
selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air 30-32oC,
akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat
pori-pori kulit melalui proses penguapan.
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena
pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang
besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai
banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami
vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas
dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015)
8. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:
1) Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24
jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak.
Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak dmam
thypoid yaitu :
1) Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik
2) Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi
3) Anemia hemolitik
4) Pneumoni, empyema dan pleuritis
5) Hepatitis, koleolitis
9. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama
orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama
Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh panas >
37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh diatas 37,5 °C,
gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil, mual/muntah,
berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu
Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah mengalmi penyakit
sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik itu penyakit
keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram
Petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta data pemebrian imunisasi
pada anak.
h. Riwayat social
Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan social klien
i. Kebutuhan dasar
a) Makanan dan minuman
Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan, dan susuh
untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.
b) Pola tidur
Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena
klien merasa gelisah dan berkeringat.
c) Mandi
d) Eliminasi
Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan
juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair
j. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran
Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta
tinggi badan
b) Tanda – tanda vital
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x i
c) Head to toe
 Kepala dan leher
Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak
 Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan / kelainan.
 Mata
Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
 Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut
Bentuk, kebersihan, fungsi indranya adanya gangguan atau
tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir
klien akan kering dan pucat.
 Thorak dan abdomen
Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya
nyeri dan ada peningkatan bising usus bising usus normal
pada bayi 3 – 5 x i.
 Sistem respirasi
Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam.
 Sistem kardiovaskuler
Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya meningkat
 Sistem musculoskeletal
Terjadi gangguan apa tidak.
 Sistem pernafasan
Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal /
gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis
atau koma
k. Pemeriksaan Perkembangan
a) Kemandirian dan bergaul
Aktivitas sosial klien
b) Motorik halus
Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Misalnya : memindahkan benda dari tangn satu ke
yang lain, mencoret – coret, menggunting
c) Motorik kasar
Gerakan tubuh yang menggunakan otot – otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi
oleh kematangan fisik anak contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga ( Lerner & Hultsch. 1983)
d) Kognitif dan bahasa
Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.
l. Pemeriksaan penunjang
Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan
biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht
menurun.
m. Data pengobatan
Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,
seperti ibuprofen, paracetamol.
2) Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Pola nafas tidak efektif
d. Nyeri akut
e. Defisit nutrisi
f. Intoleransi aktivitas
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Outcome Intervensi
1 Hipertermi (D.0130) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
adalah Suhu tubuh keperawatan 1x8 jam diharapkan suhu Observasi:
meningkat di atas tubuh tetap berada pada rentang normal. 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
rentang normal Dengan criteria hasil : terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
tubuh  Menggigil hilang 2. Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh menurun dalam rentang 3. Monitor kadar elektrolit
normal 4. Monitor haluaran urine
 Suhu kulit menurun dalam rentang 5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
normal Terapeutik:

 Tanda gejala dehidrasi hilang 6. Sediakan lingkungan yang dingin


7. Longgarkan atau lepaskan pakaian
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Hindari pemberian antipiretik atau asprin
11. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberiancairan dan elektrolit intravena,
jika perlu
2 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas
tidak efektif 3x24 jam oksigenasi dan/atau eliminasi Observasi:
(D.0001) adalah karbondioksida pada membran alveolus- 1. Monitor polanapas
Ketidakmampuan kapiler menjadi normal dengan criteria 2. Monitor bunyi napas tambahan
membersihkan sekre hasil : 3. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
tatau obstruksi jalan  Batuk efektif meningkat Terapeutik
napas untuk  Produksi sputum meningkat 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
mempertahankan  Mengi menurun 5. Posisikan semi fowler atau fowler
jalan napas tetap  Sianosis menurun 6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
paten 7. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
 Sianosis menurun
8. Berikan oksigen, jikaperlu
 Pola nafas efektif
Edukasi
9. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontra indikasi
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik,
3 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Oksigen
efektif (D.0005) 3x24 jam inspirasi dan atau ekspirasi yang Observasi:
Inspirasi dan/atau tidak memberikan ventilasi adekuat 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
ekspirisasi yang membaik dengan criteria hasil : 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
tidak memberikan  Dispneu menurun 3. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
ventilasia dekuat  Penggunaan otot bantu nafas 4. Monitor integritas mukosa hidung akibat
menurun pemasangan oksigen
 Frekuensi nafas dalam rentang Terapeutik:
normal 5. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika

 Kedalaman nafas menurun perlu


6. Pertahankan kepatenan jalan napas
7. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
8. Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
9. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

1. Definisi Tumbuh Kembang


Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan
ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah
tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat
sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan
ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ
tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari
kemampuan secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain,
berhitung, membaca, dan lain-lain.
2. Tahap Tumbuh Kembang Anak
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa
atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas
masa prenatal dan masa postnatal :
1) Masa Prenatal
Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.
Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8
minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum
menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi
sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-
40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan
berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan
jaringan otot.
2) Masa postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa
sekolah, dan masa remaja.
a. Masa neonates
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali
dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan
yang baru di dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua
sistem organ tubuh.
b. Masa bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama
(antara usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa
ini dapat berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam
peningkatan sususan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan
pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan
pada perkembangan motorik.
c. Masa Usia Prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih
terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada
aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson (dalam
Nursalam, 2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif
vs rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu
(courius) dan adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak
banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak
diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatifnya maka hal
tersebut membuat anak merasa bersalah. Sedangkan menurut teori
Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik, dimana anak mulai
mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan lakilaki. Anak juga
akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang tuanya
sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa
disekitarnya. Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses
perubahan dalam pola makan dimana pada umunya anak mengalami
kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah
menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan kognitif sudah
mulai menunjukkan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri
untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).
d. Masa Sekolah
Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik
dan kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah.
e. Masa remaja
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan
dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk
ke dalam tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki
dan perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas.
YAYASAN KARYA HUSADA KEDIRI AS
Y A YE D I R A N
STIKES KARYA HUSADA KEDIRI K I

Ijin Mendiknas RI No. 164/D/O/2005 Rekomendasi Depkes RI No. HK.03.2.4.1.03862

K A
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

A
R Y
A H U SA

D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri
Website: www.stikes-khkediri.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK
I. DATA UMUM

Nama : By. A
Ruang : Anak
No. Register : 235xxxx
Umur : 9 bulan 24 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa :-
Alamat : Bangunrejo, 01/02, Pranggang, Plosoklaten, Kediri
Pekerjaan : Belum bekerja
Penanggung jawab : Ny. D (Ibu)
Pendidikan Terakhir : -
Golongan Darah : Tidak terkaji
Tanggal MRS : 2 Desember 2020 pukul 22:25
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2020 pukul 07.30
Diagnosa Medis : Febris

II. DATA DASAR


Keluhan Utama :
Ibu pasien mengatakan badan bayi A panas
Alasan Masuk Rumah Sakit :
Ibu pasien mengatakan bayi A panas sejak + 5 hari yang lalu, badan panas
dirasakan terus menerus dan sepanjang waktu, bayi A juga mengalami penurunan
nafsu makan dan pilek.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak 5 hari yang lalu badan bayi A panas disertai pilek. Panas dirasakan
sepanjang waktu sehingga bayi A rewel. Selain badan panas, bayi A juga pilek
dan batuk sehingga sulit bernafas yang menyebabkan semakin rewel dan gelisah.
Selain itu bayi A mengalami penurunan nafsu makan dan tidak mau minum susu.
Karena orang tua bayi A khawatir pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 22:25,
bayi A dibawa ke UGD RS Amelia.

Upaya yang telah dilakukan:


Selama dirumah orang tua hanya melakukan kompres hangat
Tindakan di rumah sakit berupa pemasangan infus

Terapi yang telah diberikan:


Selama di rumah bayi A belum diberikan terapi apa pun.
Terapi yang diberikan selama di UGD antara lain :
Inf. RL 8 tpm
Inj. Antrain extra 100 mg
P.o Paracetamol syr 3x 1

Riwayat Kesehatan Dahulu :


Sebelumnya bayi A belum pernah mengalami sakit serupa

Riwayat Kesehatan Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti kanker, TB,
Hipertensi maupun Diabetes Melitus. Sebelum bayi A sakit, tidak ada anggota
keluarga yang mengalami sakit seperti pilek atau yang lainnya.

Genogram:
III. RIWAYAT ANTENATAL & POST NATAL
1. Riwayat selama kehamilan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A rutin melakukan pemeriksaan
kandungan 1 bulan sekali ke dokter spesialis kandungan, melakukan USG
setiap 3 bulan sekali dan rajin mengikuti posyandu balita 1 minggu sekali.
Postnatal : Usia kehamilan 38 minggu, anak pertama, BB lahir 3000 gram,
lahir secara spontan, ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa bantuan susu
formula, saat ini menjalami program MPASI.
2. Obat-obatan yang digunakan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengkonsumsi obat-obatan
apapun selain vitamin penambah darah yang diberikan oleh dokter.
Postnatal : Sejak lahir sampai usia 9 bulan, bayi A belum mengkonsumsi
obat apapun karena belum pernah sakit.
3. Tindakan operasi
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak melakukan operasi apapun.
Bayi A lahir secara normal.
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A belum pernah
melakukan operasi apapun.
4. Riwayat alergi
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengalami alergi apapun.
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A tidak mengalami
alergi apapun.
5. Kecelakaan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengalami kecelakaan
atapun riwayat jatuh
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A tidak kecelakaan.
6. Imunisasi
Antenatal : Selama hamil, ibu bayi A melakukan imunisasi lengkap berupa
vaksin tetanus toksoid, difteri toksoid, pertussis aseluler (Tdap),
pneumokokus, meningokokus, hepatitis A, dan hepatitis B.
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A rutin mengikuti
posyandu balita 1 minggu sekali dan melakukan imunisasi rutin berupa
Hepatitis (B1, B2, B3, B4), Polio (0, 1, 2,3), BCG, DPT (1,2,3), Hib (1,2,3),
PCV (1,2,3), Rotavirus (1,2,3), Influenza dan Campak.

IV. PENGKAJIAN PERKEMBANGAN (DDST ATAU KPSP)


1. Motorik Kasar
Bayi A sudah mampu melempar bola
2. Motorik Halus
Bayi A sudah mampu menyusun balok
3. Personal Sosial dan Kemandirian
Bayi A sudah mampu minum air dalam cangkir dan memegang sendok saat
makan.
4. Bahasa
Bayi A sudah mampu menirukan kata-kata seperti mama, papa, susu, kue,
mandi.

V. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh
Bayi A diasuh oleh kedua orang tuanya, dibantu oleh neneknya
2. Hubungan dengan anggota keluarga juga saudara
Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik yaitu anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya seabliknya juga dengan kelaurga –
keluarga yang lain, klien juga dapat mudah beradaptasi dengan keluarga
yang baru ia kenal.
3. Pembawaan secara umum
Klien tampak baik – baik saja dari segi fisik tidak ada mengalami kecacatan
dan klien dapat mudah berinteraksi dengan yang lain.
4. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah tergolong bersih. Jarak antara tetangga tidak terlalu
dekat. Jarak rumah dan septitank sekitar 5 meter. Namun, tetangga sering
membakar sampah yang asapnya menuju ke rumah bayi A.

VI. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Orang tua bayi A sebelumnya hanya mengetahui bahwa anaknya sakit
panas. Karena merasa hanya sakit panas, bayi A tidak segera dibawa ke
pelayanan kesehatan. Namun, pola koping yang diterapkan orang tua
cenderung baik karena setelah bayi A tidak kunjung sembuh setelah dirawat
dengan kompres hangat, orang tua segera membawa bayi A ke rumah sakit.
2. Pola Aktivitas dan Latihan
 Kemampuan Perawatan Diri
Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 :
perlu bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain /
tidak mampu.
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Makan dan minum √
Gosok gigi √

Keterangan : Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa seluruh


aktivitas pasien dibantu oleh keluar
3. Pola Istirahat dan Tidur :
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah Jam Tidur Siang 3 jam 1 jam
Jumlah Jam Tidur Malam 11 jam 3 jam
Pengantar Tidur Minum susu Minum susu
Gangguan Tidur Tidak ada Badan panas dan sesak
Perasaan Waktu Bangun Ceria Lemas

4. Pola Nutrisi – Metabolik


1) Berat badan sebelum sakit dan saat sakit
Tanggal Pemeriksaan BB sebelum sakit BB saat sakit
28 November 2020 8,5 kg
02 Desember 2020 8 kg

2) Tinggi badan atau panjang badan


70 cm
3) Kebiasaan pemberian makanan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Bubur Bubur
Porsi Habis satu porsi 1-2 sendok makan
Total Konsumsi 3 prosi/hari 1/2 porsi/hari
Keluhan Tidak ada -

4) Diit khusus
MPASI
5) Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS setempat)
-

5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Tidak terkaji karena Tidak terkaji karena
menggunakan pampers menggunakan pampers
Pancaran Tidak terkaji karena Tidak terkaji karena
menggunakan pampers menggunakan pampers
Jumlah Tidak terkaji karena + 40 cc/8 jam
menggunakan pampers
Bau Khas urin Khas urin
Warna Kekuningan Kekuningan
Perasaan setelah - -
BAK
Total Produksi Tidak terkaji karena 1.200 cc/24 jam
Urin menggunakan pampers

Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 2x/hari 1x/hari
Konsistensi Padat Cair
Bau Khas feses Khas feses
Warna Coklat kekuningan Kekuningan

6. Pola Kognitif dan Persepsi Sensori


Tidak terkaji
7. Pola Konsep Diri
Tidak terkaji
8. Pola Mekanisme Koping
Tidak terkaji
9. Pola Fungsi Seksual – Reproduksi
Tidak terkaji

10. Pola Hubungan - Peran


Tidak terkaji
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Nilai Khusus Tidak terkaji Tidak terkaji
Praktik Ibadah Tidak terkaji Tidak terkaji
Pengetahuan tentang Tidak terkaji Tidak terkaji
praktik Ibadah selama
sakit

12. Pola aktivitas bermain


Bayi A tampak lemas dan rewel sehingga aktivitas hanya ditempat tidur dan
digendongan orang tuanya saja.

VII. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)


1. Status Kesehatan Umum
Keadaan/ penampilan umum: Pasien tampak lemas
Kesadaran : composmentis GCS: 4-5-6
BB sebelum sakit : 8,5 kg TB: 70 cm
BB saat ini : 8 kg
BB ideal : 8 kg
Perkembangan BB : Menurun
Status Gizi : Baik
Status Hidrasi : Baik
Tanda – tanda vital :
TD :-
N : 110x/menit
Suhu : 37,8 C
RR : 26x/menit

2. Pemeriksaan Fisik ( B1 – B6 )
1) B1 (Breathing)
I : pernapasan cuping hidung (+), otot bantu nafas (+), RR : 24x/menit
P : Nyeri tekan (-)
P : vesikuler
A : rokhi (+), mengi (+)
2) B2 (Blood)
I : tidak terdapat perdaraha, tidak terdapat pembesaran vena jugularis
P : Nadi : 110x/menit
P : pekak
A : s1 s2 tunggal
3) B3 (Brain)
I : GCS 456, kesadaran composmentis
P: -
P:-
A:-
4) B4 (Bladder)
I : pembesaran kandung kemis (-)
P : nyeri tekan (-)
P:-
A:-
5) B5 (Bowel)
I : Tidak ada tanda kemerahan
P : nyeri abdomen (-)
P : Timpani
A : Bising usu 15x/menit
6) B6 (Bone)
I : Tidaka ada trauma atau kelainan tulang
P:-
P:-
A :-

3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
Tanggal 2 Desember 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Leukosit DL 5720 L. 4.300-10.300 P. 4.300-11.300
Hemoglobin DL 10.4 L. 13,4-17,7 P.11,4-15,1 gr/d
Hematokrit DL 30.6 L. 45-50 P. 35-45%
Trombosit DL 133000 150.000-400.000 sel/lp

2) Radiologi
-
3) Pemeriksaaan penunjang lainnya
-

4. Terapi
1. Oral
P.o paracetamol syr 3x1 cth
2. Parenteral
Inf. Rl 8 tpm
Inj. Sankorbin 2x1
Inj. Antrain 3x1
3. Lain – lain
Ventolin 3x1

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Data Etiologi Diagnosa
1 DS : Ibu pasien mengatakan Proses penyakit Hipertermi
badan anaknya panas (D.0130)
DO :
 S : 37,8 C
 N : 110x/menit
 Akral hangat
 Mukosa bibir kering
 Kulit tampak kemerahan
 Hb : 10.4
 Hematokrit : 10.6
 Trombosit 133000
 Lemas
 Gelisah
 Menggigil
2 DS : ibu pasien mengatakan Hipersekresi jalan Bersihan jalan
hidung anaknya tersumbat nafas nafas tidak efektif
DO : (D.0001)
 Ronkhi (+)
 Wheezing (+)
 Penapasan cuping hidung
(+)
 Kontraksi dada (+)
 Gelisah
 Penumpukan sekret di
sekitar hidung
 Rewel
3 DS : Ibu pasien mengatakan Penurunan energi Pola nafas tidak
anaknya sesak efektif (D.0005)
DO :
 Otot bantu nafas (+)
 Takipne (+)
 RR : 24x/menit
 Gelisah
 Rewel
 Pernapasan cuping hidung
(+)
 Otot bantu nafas (+)

IX. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Hipertermi Tujuan: Setelah Manajemen Hipertermia
(D.0130) dilakukan tindakan Observasi:
adalah keperawatan 1x8 1. Identifikasi penyebab
Suhu tubuh jam diharapkan hipertermia (mis. dehidrasi,
meningkat suhu tubuh tetap terpapar lingkungan panas,
di atas berada pada rentang penggunaan inkubator)
rentang normal. Dengan 2. Monitor suhu tubuh
normal criteria hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
tubuh  Menggigil 4. Monitor haluaran urine
hilang 5. Monitor komplikasi akibat
 Suhu tubuh hipertermia
menurun dalam Terapeutik:
rentang normal 6. Sediakan lingkungan yang
 Suhu kulit dingin
menurun dalam 7. Longgarkan atau lepaskan
rentang normal pakaian

 Tanda gejala 8. Basahi dan kipasi permukaan


dehidrasi hilang tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Berikan oksigen, jika perlu
11. Lakukan kompres hangat
Edukasi
12. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
2 Bersihan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
jalan nafas tindakan Observasi:
tidak keperawatan 3x24 1. Monitor pola napas
efektif jam oksigenasi 2. Monitor bunyi napas tambahan
(D.0001) dan/atau eliminasi 3. Monitor sputum
adalah karbondioksida (jumlah,warna,aroma)
Ketidakma pada membran Terapeutik
mpuan alveolus-kapiler 4. Pertahankan kepatenan jalan
membersih menjadi normal napas
kan sekre dengan criteria hasil 5. Posisikan semi fowler atau
tatau : fowler
obstruksi  Batuk 6. Lakukan fisioterapi dada, jika
jalan napas efektif perlu
untuk meningkat 7. Berikan oksigen, jika perlu
mempertah  Produksi Edukasi
ankan jalan sputum 8. Anjurkan asupan cairan
napas tetap meningkat 2000ml/hari, jika tidak kontra
paten  Mengi indikasi
menurun Kolaborasi

 Sianosis 9. Kolaborasi pemberian

menurun bronkodilator, ekspektoran,

 Sianosis mukolitik,
menurun
 Pola nafas
efektif
3 Pola nafas Setelah dilakukan Terapi Oksigen
tidak tindakan Observasi:
efektif keperawatan 3x24 1. Monitor kecepatan aliran
(D.0005) jam inspirasi dan oksigen
Inspirasi atau ekspirasi yang 2. Monitor posisi alat terapi
dan/atau tidak memberikan oksigen
ekspirisasi ventilasi adekuat 3. Monitor tanda-tanda
yang tidak membaik dengan hipoventilasi
memberika criteria hasil : 4. Monitor integritas mukosa
n ventilasia  Dispneu hidung akibat pemasangan
dekuat menurun oksigen
 Penggunaan Terapeutik:
otot bantu 5. Bersihkan secret pada mulut,
nafas hidung dan trakea, jika perlu
menurun 6. Pertahankan kepatenan jalan
 Frekuensi napas
nafas dalam 7. Berikan oksigen jika perlu
rentang Edukasi
normal 8. Ajarkan keluarga cara

 Kedalaman menggunakan O2 di rumah

nafas Kolaborasi

menurun 9. Kolaborasi penentuan dosis


oksigen
X. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Hari/tgl Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi TTD
1 Kamis, 3 1 08.00 Manajemen Hipertermia 14.00 S : ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya masih panas
1. Mengidentifikasi penyebab O:
hipertermia (mis. dehidrasi,  S : 38,3 C
terpapar lingkungan panas,  N : 116x/menit
penggunaan inkubator)  Akral hangat
2. Memonitor suhu tubuh  Mukosa bibir kering
3. Memonitor kadar elektrolit
 Kulit tampak kemerahan
4. Memonitor haluaran urine
 Lemas
5. Memonitor komplikasi akibat
 Gelisah
hipertermia
 Menggigil
Terapeutik:
A : Masalah belum teratasi
6. Menyediakan lingkungan yang
P : Lanjutkan Intervensi
dingin
7. Meloonggarkan atau lepaskan
pakaian
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
2 Kamis, 3 2 08.00 Manajemen Jalan Napas 14.00 S : Ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya batuk setelah dilakukan
1. Memonitor pola napas nebul dan ingus keluar
2. Memonitor bunyi napas tambahan O:
3. Memonitor sputum  Ronkhi (+)
(jumlah,warna,aroma)  Wheezing (+)
Terapeutik  Penapasan cuping hidung
4. Mempertahankan kepatenan jalan (+)
napas  Kontraksi dada (+)
5. Memposisikan semi fowler atau  Gelisah
fowler
 Rewel
6. Melakukan fisioterapi dada, jika
A : Masalah teratasi sebagian
perlu
7. Memberikan oksigen, jika perlu P : Lanjutkan intervensi
Edukasi
8. Meganjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak kontra
indikasi
Kolaborasi
9. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

3 Kamis, 3 3 14.30 Terapi Oksigen 21.00 S : Ibu pasien mengatakan sesak Ernawati
Des 2020 Observasi: berkurang
1. Memonitor kecepatan aliran O:
oksigen  Otot bantu nafas (+)
2. Memonitor posisi alat terapi  Takipne (+)
oksigen  RR : 22x/menit
3. Memonitor tanda-tanda  Gelisah
hipoventilasi
 Rewel
4. Memonitor integritas mukosa
 Pernapasan cuping hidung
hidung akibat pemasangan oksigen
(+)
Terapeutik:
5. Membersihkan secret pada mulut, A : Masalah teratasi sebagian
hidung dan trakea, jika perlu P : Lanjutkan intervensi
6. Mempertahankan kepatenan jalan
napas
7. Memberikan oksigen jika perlu
Edukasi
8. Mengajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
9. Berkolaborasi penentuan dosis
oksigen
4 Jum’at, 3 1 14.30 Manajemen Hipertermia 21.00 S : ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya masih panas tetapi sudah
1. Mengidentifikasi penyebab sedikit menurun
hipertermia (mis. dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, O:
penggunaan inkubator)  S : 37,3 C
2. Memonitor suhu tubuh  N : 116x/menit
3. Memonitor kadar elektrolit  Akral hangat
4. Memonitor haluaran urine  Mukosa bibir kering
5. Memonitor komplikasi akibat
hipertermia  Kulit tampak kemerahan
Terapeutik:  Lemas
6. Menyediakan lingkungan yang  Gelisah
dingin  Menggigil
7. Meloonggarkan atau lepaskan A : Masalah teratasi sebagian
pakaian P : Lanjutkan Intervensi
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
5 Jum’at, 3 2 14.30 Manajemen Jalan Napas 21.00 S : Ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya sudah tidak batuk
1. Memonitor pola napas O:
2. Memonitor bunyi napas tambahan  Ronkhi (-)
3. Memonitor sputum  Wheezing (-)
(jumlah,warna,aroma)  Penapasan cuping hidung (-)
Terapeutik  Kontraksi dada (-)
4. Mempertahankan kepatenan jalan A : Masalah teratasi
napas P : Intervensi dihentikan
5. Memposisikan semi fowler atau
fowler
6. Melakukan fisioterapi dada, jika
perlu
7. Memberikan oksigen, jika perlu
Edukasi
8. Meganjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak kontra
indikasi
Kolaborasi
9. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

6 Jum’at, 3 3 14.30 Terapi Oksigen 21.00 S : Ibu pasien mengatakan Ernawati


Des 2020 Observasi: anaknya sudah tidak sesak
1. Memonitor kecepatan aliran O:
oksigen  Otot bantu nafas (-)
2. Memonitor posisi alat terapi  Takipne (-)
oksigen  RR : 20x/menit
3. Memonitor tanda-tanda  Pernapasan cuping hidung
hipoventilasi (-)
4. Memonitor integritas mukosa A : Masalah teratasi
hidung akibat pemasangan oksigen P : Intervensi dihentikan
Terapeutik:
5. Membersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
6. Mempertahankan kepatenan jalan
napas
7. Memberikan oksigen jika perlu

Edukasi
8. Mengajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
9. Berkolaborasi penentuan dosis
oksigen
7 Sabtu, 4 1 22.00 Manajemen Hipertermia 07.00 S : ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya sudah tidak panas
1. Mengidentifikasi penyebab O:
hipertermia (mis. dehidrasi,  S : 36,3 C
terpapar lingkungan panas,  N : 110x/menit
penggunaan inkubator)  Akral hangat
2. Memonitor suhu tubuh  Mukosa bibir lembab
3. Memonitor kadar elektrolit
 Anak nampak ceria
4. Memonitor haluaran urine
A : Masalah teratasi
5. Memonitor komplikasi akibat
P : Intervensi dihentikan,
hipertermia
lakukan discharge planning
Terapeutik:
6. Menyediakan lingkungan yang
dingin
7. Meloonggarkan atau lepaskan
pakaian
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai