Di susun oleh :
Ernawati
(202006109)
Mengetahui,
Ernawati
(202006109)
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat –
obatan (Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu
pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Sebagian besar kondisi febris yang terjadi pada bayi serta anak disebabkan
oleh virus, dan anak sembuh tampa terapi spesisfik. Namun infeksi bakteri serius
seperti meningitis, sepsis, osteomilitis, srtritis spesis, infeksi traktus urinarius,
pneumonia, endokarditis, gastroenteritis dapat mula – mula muncul sebagai
demam tampa tanda yang menunjuk pada suatu lokasi.
Jadi dapat disimpulkan febris keaadaan dimana seseorang yang mengalami
atau beresiko kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih dari batas normal suhu
tubuh yaitu < 37,5 °C, dan demam juga dapat berperan penting terhadap
peningkatan perkembangan imunitas dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi, demam dapat terjadi karena berbagai proses infeksi dan non
infeksi yang berinteraksi dengan hospes.
2. Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010) antara lain :
1) Fever
Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis.
2) Hyperthermia
Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari
radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan.
3) Malignant Hyperthermia
Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
kekakuan otot karena anestesi total.
Sedangkan tipe-tipe demam antara lain :
1) Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2) Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3) Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4) Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
5) Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula
3. Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam
otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-
penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, sinusitis, bronchiolitis, pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis, meningitis,
bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi, 2006).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien,
pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa
hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya :
1) Suhu lingkungan.
2) Adanya infeksi.
3) Pneumonia.
4) Malaria.
5) Otitis media.
6) Imunisasi
4. Manisfestasi
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2) Kulit kemerahan
3) Hangat pada sentuhan
4) Peningkatan frekuensi pernapasan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
1) Demam
2) Gangguan saluran pencernaan
3) Gangguan kesadaran
4) Relaps (kambuh)
5. Patofisiologi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme
basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia,
maka simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga
otot dan lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap
dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis.
Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran
lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung,
pembicaraan menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor
dan koma.
Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan
dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus
anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan.
Pada pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan,
yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, Leokosit. Pada
pasienfebris atau demam biasanya pada Hb akan mengalami penurunan,
sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat
pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, (pemeriksaan
sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk –
batuk).
PATHWAY FEBRIS
Agen infeksius (Bakteri, virus & jamur) Dehidrasi
Mediator inflamasi
Sitokin pirogen
Demam
Sesak nafas
Intoleransi Nutrisi kurang dari
aktivitas kebutuhan
Ketidakefektifan
pola nafas
Gelisah
Masuk dalam saluran nafas Nyeri akut
K A
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
A
R Y
A H U SA
D
Jl. Soekarno Hatta, Kotak Pos 153, Telp/Fax. (0354) 395203 Pare Kediri
Website: www.stikes-khkediri.ac.id
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK
I. DATA UMUM
Nama : By. A
Ruang : Anak
No. Register : 235xxxx
Umur : 9 bulan 24 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Bahasa :-
Alamat : Bangunrejo, 01/02, Pranggang, Plosoklaten, Kediri
Pekerjaan : Belum bekerja
Penanggung jawab : Ny. D (Ibu)
Pendidikan Terakhir : -
Golongan Darah : Tidak terkaji
Tanggal MRS : 2 Desember 2020 pukul 22:25
Tanggal Pengkajian : 7 Desember 2020 pukul 07.30
Diagnosa Medis : Febris
Genogram:
III. RIWAYAT ANTENATAL & POST NATAL
1. Riwayat selama kehamilan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A rutin melakukan pemeriksaan
kandungan 1 bulan sekali ke dokter spesialis kandungan, melakukan USG
setiap 3 bulan sekali dan rajin mengikuti posyandu balita 1 minggu sekali.
Postnatal : Usia kehamilan 38 minggu, anak pertama, BB lahir 3000 gram,
lahir secara spontan, ASI ekslusif selama 6 bulan tanpa bantuan susu
formula, saat ini menjalami program MPASI.
2. Obat-obatan yang digunakan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengkonsumsi obat-obatan
apapun selain vitamin penambah darah yang diberikan oleh dokter.
Postnatal : Sejak lahir sampai usia 9 bulan, bayi A belum mengkonsumsi
obat apapun karena belum pernah sakit.
3. Tindakan operasi
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak melakukan operasi apapun.
Bayi A lahir secara normal.
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A belum pernah
melakukan operasi apapun.
4. Riwayat alergi
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengalami alergi apapun.
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A tidak mengalami
alergi apapun.
5. Kecelakaan
Antenatal : Selama kehamilan, ibu bayi A tidak mengalami kecelakaan
atapun riwayat jatuh
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A tidak kecelakaan.
6. Imunisasi
Antenatal : Selama hamil, ibu bayi A melakukan imunisasi lengkap berupa
vaksin tetanus toksoid, difteri toksoid, pertussis aseluler (Tdap),
pneumokokus, meningokokus, hepatitis A, dan hepatitis B.
Postnatal : Semenjak lahir hingga usia 9 bulan, bayi A rutin mengikuti
posyandu balita 1 minggu sekali dan melakukan imunisasi rutin berupa
Hepatitis (B1, B2, B3, B4), Polio (0, 1, 2,3), BCG, DPT (1,2,3), Hib (1,2,3),
PCV (1,2,3), Rotavirus (1,2,3), Influenza dan Campak.
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh
Bayi A diasuh oleh kedua orang tuanya, dibantu oleh neneknya
2. Hubungan dengan anggota keluarga juga saudara
Ibu klien mengatakan hubungan dengan keluarga baik yaitu anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya seabliknya juga dengan kelaurga –
keluarga yang lain, klien juga dapat mudah beradaptasi dengan keluarga
yang baru ia kenal.
3. Pembawaan secara umum
Klien tampak baik – baik saja dari segi fisik tidak ada mengalami kecacatan
dan klien dapat mudah berinteraksi dengan yang lain.
4. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah tergolong bersih. Jarak antara tetangga tidak terlalu
dekat. Jarak rumah dan septitank sekitar 5 meter. Namun, tetangga sering
membakar sampah yang asapnya menuju ke rumah bayi A.
4) Diit khusus
MPASI
5) Tanda kecukupan nutrisi (NCHS atau menyesuaikan RS setempat)
-
5. Pola Eliminasi
Eliminasi Uri
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Tidak terkaji karena Tidak terkaji karena
menggunakan pampers menggunakan pampers
Pancaran Tidak terkaji karena Tidak terkaji karena
menggunakan pampers menggunakan pampers
Jumlah Tidak terkaji karena + 40 cc/8 jam
menggunakan pampers
Bau Khas urin Khas urin
Warna Kekuningan Kekuningan
Perasaan setelah - -
BAK
Total Produksi Tidak terkaji karena 1.200 cc/24 jam
Urin menggunakan pampers
Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 2x/hari 1x/hari
Konsistensi Padat Cair
Bau Khas feses Khas feses
Warna Coklat kekuningan Kekuningan
2. Pemeriksaan Fisik ( B1 – B6 )
1) B1 (Breathing)
I : pernapasan cuping hidung (+), otot bantu nafas (+), RR : 24x/menit
P : Nyeri tekan (-)
P : vesikuler
A : rokhi (+), mengi (+)
2) B2 (Blood)
I : tidak terdapat perdaraha, tidak terdapat pembesaran vena jugularis
P : Nadi : 110x/menit
P : pekak
A : s1 s2 tunggal
3) B3 (Brain)
I : GCS 456, kesadaran composmentis
P: -
P:-
A:-
4) B4 (Bladder)
I : pembesaran kandung kemis (-)
P : nyeri tekan (-)
P:-
A:-
5) B5 (Bowel)
I : Tidak ada tanda kemerahan
P : nyeri abdomen (-)
P : Timpani
A : Bising usu 15x/menit
6) B6 (Bone)
I : Tidaka ada trauma atau kelainan tulang
P:-
P:-
A :-
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
Tanggal 2 Desember 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Leukosit DL 5720 L. 4.300-10.300 P. 4.300-11.300
Hemoglobin DL 10.4 L. 13,4-17,7 P.11,4-15,1 gr/d
Hematokrit DL 30.6 L. 45-50 P. 35-45%
Trombosit DL 133000 150.000-400.000 sel/lp
2) Radiologi
-
3) Pemeriksaaan penunjang lainnya
-
4. Terapi
1. Oral
P.o paracetamol syr 3x1 cth
2. Parenteral
Inf. Rl 8 tpm
Inj. Sankorbin 2x1
Inj. Antrain 3x1
3. Lain – lain
Ventolin 3x1
Sianosis mukolitik,
menurun
Pola nafas
efektif
3 Pola nafas Setelah dilakukan Terapi Oksigen
tidak tindakan Observasi:
efektif keperawatan 3x24 1. Monitor kecepatan aliran
(D.0005) jam inspirasi dan oksigen
Inspirasi atau ekspirasi yang 2. Monitor posisi alat terapi
dan/atau tidak memberikan oksigen
ekspirisasi ventilasi adekuat 3. Monitor tanda-tanda
yang tidak membaik dengan hipoventilasi
memberika criteria hasil : 4. Monitor integritas mukosa
n ventilasia Dispneu hidung akibat pemasangan
dekuat menurun oksigen
Penggunaan Terapeutik:
otot bantu 5. Bersihkan secret pada mulut,
nafas hidung dan trakea, jika perlu
menurun 6. Pertahankan kepatenan jalan
Frekuensi napas
nafas dalam 7. Berikan oksigen jika perlu
rentang Edukasi
normal 8. Ajarkan keluarga cara
nafas Kolaborasi
3 Kamis, 3 3 14.30 Terapi Oksigen 21.00 S : Ibu pasien mengatakan sesak Ernawati
Des 2020 Observasi: berkurang
1. Memonitor kecepatan aliran O:
oksigen Otot bantu nafas (+)
2. Memonitor posisi alat terapi Takipne (+)
oksigen RR : 22x/menit
3. Memonitor tanda-tanda Gelisah
hipoventilasi
Rewel
4. Memonitor integritas mukosa
Pernapasan cuping hidung
hidung akibat pemasangan oksigen
(+)
Terapeutik:
5. Membersihkan secret pada mulut, A : Masalah teratasi sebagian
hidung dan trakea, jika perlu P : Lanjutkan intervensi
6. Mempertahankan kepatenan jalan
napas
7. Memberikan oksigen jika perlu
Edukasi
8. Mengajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
9. Berkolaborasi penentuan dosis
oksigen
4 Jum’at, 3 1 14.30 Manajemen Hipertermia 21.00 S : ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya masih panas tetapi sudah
1. Mengidentifikasi penyebab sedikit menurun
hipertermia (mis. dehidrasi,
terpapar lingkungan panas, O:
penggunaan inkubator) S : 37,3 C
2. Memonitor suhu tubuh N : 116x/menit
3. Memonitor kadar elektrolit Akral hangat
4. Memonitor haluaran urine Mukosa bibir kering
5. Memonitor komplikasi akibat
hipertermia Kulit tampak kemerahan
Terapeutik: Lemas
6. Menyediakan lingkungan yang Gelisah
dingin Menggigil
7. Meloonggarkan atau lepaskan A : Masalah teratasi sebagian
pakaian P : Lanjutkan Intervensi
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu
5 Jum’at, 3 2 14.30 Manajemen Jalan Napas 21.00 S : Ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya sudah tidak batuk
1. Memonitor pola napas O:
2. Memonitor bunyi napas tambahan Ronkhi (-)
3. Memonitor sputum Wheezing (-)
(jumlah,warna,aroma) Penapasan cuping hidung (-)
Terapeutik Kontraksi dada (-)
4. Mempertahankan kepatenan jalan A : Masalah teratasi
napas P : Intervensi dihentikan
5. Memposisikan semi fowler atau
fowler
6. Melakukan fisioterapi dada, jika
perlu
7. Memberikan oksigen, jika perlu
Edukasi
8. Meganjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak kontra
indikasi
Kolaborasi
9. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik
Edukasi
8. Mengajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi
9. Berkolaborasi penentuan dosis
oksigen
7 Sabtu, 4 1 22.00 Manajemen Hipertermia 07.00 S : ibu pasien mengatakan Ernawati
Des 2020 Observasi: anaknya sudah tidak panas
1. Mengidentifikasi penyebab O:
hipertermia (mis. dehidrasi, S : 36,3 C
terpapar lingkungan panas, N : 110x/menit
penggunaan inkubator) Akral hangat
2. Memonitor suhu tubuh Mukosa bibir lembab
3. Memonitor kadar elektrolit
Anak nampak ceria
4. Memonitor haluaran urine
A : Masalah teratasi
5. Memonitor komplikasi akibat
P : Intervensi dihentikan,
hipertermia
lakukan discharge planning
Terapeutik:
6. Menyediakan lingkungan yang
dingin
7. Meloonggarkan atau lepaskan
pakaian
8. Membasahi dan kipasi permukaan
tubuh
9. Memberikan cairan oral
10. Memberikan oksigen, jika perlu
11. Melakukan kompres hangat
Edukasi
12. Menganjurkan tirah baring
Kolaborasi
13. Berkolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika perlu