JEAN WATSON ”
Disusun Oleh :
1. Mira Wahyu Kusumawati 196070300111001
2. Nadya Karlina Megananda 196070300111005
3. Febriyanti 196070300111006
4. Sigit Yulianto 196070300111007
5. Devanda Faiqh Albyn 196070300111008
6. Alifia Dian Sukmaningtyas 196070300111016
7. I Dewa Gede Candra Dharma 196070300111018
8. Amin Aji Budiman 196070300111020
9. Ratna Wulandari 196070300111024
10. Liana 196070300111026
11. Resti Ikhda Syamsiah 196070300111029
12. Wahyi Sholehah Erdah S 196070300111039
13. Yosef Andrian Beo 196070300111045
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
BAB 1
LATAR BELAKANG
1.2 Tujuan
Tujuan dari lembar tugas ini adalah :
1.2.1 Mengetahui konsep teori dari Jean Watson
1.2.2 Mengimplemetasikan teori Caring terhadap kasus yang ada
1.2.3 Problem solving kasus
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa dapat memahami konsep teori dari Jean Watson
1.3.2 Mahasiswa dapat mengimplemetasikan teori caring terhadap kasus yang ada
1.3.3 Mahasiswa mampu melakukan problem solving kasus terkait konsep caring
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori Jean Watson
Salah satu filosof dalam metha teori adalah Dr. Jean Watson. Watson
adalah perawat Amerika yang dilahirkan di Virginia Barat dan sekarang
tinggal di Boulder, Colorado sejak 1962. Watson juga merupakan
cendekiawan di American Academy of Nursing dan telah menerima
beberapa gelar kehormatan dan doctoral di tingkat nasional dan
internasional. Dari Universitas Colorado, Watson memperoleh gelar BSN di
bidang keperawatan dan psikologi, Master di bidang Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan melanjutkan PhD di bidang psikologi dan konseling
pendidikan. Watson diangkat sebagai Profesor Keperawatan di bidang Ilmu
Caring di Univ. Colorado, Fakultas Keperawatan. Beliau juga pendiri Pusat
Human Caring di Colorado. Beliau telah mempublikasikan sejumlah tulisan
yang menggambarkan cara pandangnya dan teori Human Caring, yang
dipelajari oleh perawat di berbagai Negara (Cara, 2003).
Berkembangnya teori caring adalah diawali dari adanya kepercayaan,
nilai dan asumsi Watson tentang perawatan. Menurut Watson (1985)
merawat, cinta, menyusun jiwa dan merupakan inti dari sifat
perikemanusiaan. Beliau mencatat bahwa dalam sejarahnya, keperawatan
melibatkan caring dan berkembang dari caring. Selain itu, beliau
menyebutkan bahwa caring akan menentukan kontribusi keperawatan dalam
memanusiakan manusia di dunia (De Laune dan Ladner, 2002).
Teori caring menekankan bahwa nilai-nilai, pengetahuan dan praktik
perawatan diintegrasikan dengan proses penyembuhan dari dalam diri dan
pengalaman hidup klien, sehingga memerlukan seni perawatan,
penyembuhan dan kerangka kerja yang disebut faktor carative. Faktor ini
bersifat melengkapi, tapi berbeda dengan faktor kuratif. Kuratif
dikembangkan oleh dokter, sementara carative dikembangkan oleh perawat
(Parker, 2001). Menurut Watson (1997), di awal perkembangannya
keperawatan memiliki ruang lingkup praktik yang sangat sempit, sangat
dipengaruhi oleh paradigma kedokteran dan ilmu biomedik tradisional. Hal
tersebut tidak sesuai karena paradigma keperawatan seharusnya berfokus
pada perawatan-penyembuhan, bukan diagnosis-penatalaksanaan medis
yang berfokus pada penyakit dan patologinya seperti paradigma kedokteran
(Fawcett, 2002).
Evolusi teori caring yang digagas oleh Jean Watson diantaranya
sebagai berikut :
3.1.1 Praktik Perawatan yang secara sadar diberikan dengan keramahan dan
ketenangan hati.
3.1.2 Mampu menampilkan, memungkinkan dan mempertahankan sistem
kepercayaan mendalam dan kehidupan subyektif seseorang atau orang
yang diberi perawatan.
3.1.3 Mengupayakan praktik spiritual dan transpersonal seseorang,
mengesampingkan ego pribadi, membuka cara pandang orang lain dengan
sensitifitas dan perasaan kasihan.
3.1.4 Mengembangkan dan mempertahankan hubungan perawatan dengan rasa
tolong menolong dan saling percaya.
3.1.5 Mampu menampilkan, mendukung, perasaan negatif dan positif yang
berhubungan dengan jiwa terdalam diri dan orang yang diberikan
perawatan.
3.1.6 Menggunakan proses pemecahan masalah yang kreatif dan sistematis,
digabungkan dengan pengetahuan perawatan yang dimiliki, serta
melibatkan seni praktik perawatan-penyembuhan.
3.1.7 Mendukung proses belajar-mengajar transpersonal yang menggunakan
pengalaman untuk mempersatukan pemahaman, dan melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain.
3.1.8 Menyediakan lingkungan fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang supportif,
protektif, dan korektif yang kondusif untuk proses perawatan pada setiap
level (lingkungan fisik sebaik lingkungan non fisik, lingkungan yang
penuh energi positif di mana kebersamaan, kenyamanan, harga diri, dan
kedamaian tumbuh dengan maksimal).
3.1.9 Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan memuaskan,
dengan penuh kesadaran, memberikan perawatan dengan body language
yang baik, dengan memperhatikan seluruh aspek perawatan, merawat baik
kesadaran jiwa maupun spiritual.
3.1.10 Mengijinkan kekuatan spiritual-fenomenal-eksistensial menjadi pembuka
dimensi misteri-spiritual dan eksistensial kehidupan dan kematian
seseorang, perawatan jiwa bagi diri sendiri dan orang yang diberikan
perawatan.
Pelaksanaan praktik keperawatan jiwa yang tepat pada pasien dengan
gangguan mental, merupakan hal yang sangat penting untuk pemulihan
(Marques, Siqueira & Antonia, 2016). Cleary, Horsfall dan Escott (2015)
menyatakan bahwa konsep kepedulian, kasih sayang, dan empati adalah
pusat dari setiap layanan kesehatan mental berkualitas tinggi. Konsep
tersebut sejalan dengan konsep 10 proses caritas klinis milik Jean Watson
dimana asuhan keperawatan perlu diberikan dengan keramahan dan
ketenangan hati. Kebaikan hati yang dimiliki perawat ini perlu diterapkan
dalam asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kesejahteraan pasien
(Cleary & Horsfall, 2016). Hal ini didukung oleh penelitian Yang,
Hargreaves dan Bostrom (2014) pada 1098 perawat yang menyatakan
bahwa perawat yang menunjukkan sikap empati yang tinggi dapat
menurunkan penggunaan restrain dan pengurungan pada pasien gangguan
jiwa. Selain itu, penerapan teori caring dapat membantu menurunkan
tingkat depresi, ansietas pada pada pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian
Tektas dan Cam (2017) yang menyatakan bahwa aplikasi teori human
caring milik Jean Watson mampu menurunkan nilai depresi, ansietas dan
perasaan putus asa yang dirasakan pasien yang mengalami keguguran.
Konsep Jean Watson ini juga diterapkan oleh perawat psikiatrik dalam
fase pemulihan kondisi pasien. Perawat memberikan perawatan
Biopsikososio cutural yang komperhensif sehingga pasien dapat
memperoleh perawatan dari aspek emosional, sosial, kognitif, mental dan
fisik. Perawat psikiatrik perlu memahami apa kesulitan yang dihadapi
individu dan pencapaian seperti apa yang diinginkan sehingga tercapai
hubungan teraupetik dan mempercepat pemulihan. Perawat juga dapat
memberikan edukasi kepada pasien dan keluaraga untuk mengembalikan
kepatuhan pasien terhadap regimen terapi terutama bagi pasien yang
mengalami putus obat. (Savasan & Cam, 2017). Dukungan sosial dapat
meningkatkan kualitas dan self efikasi pada pasien dengan gangguan mental
(Cam & Yalciner, 2017).
Aplikasi teori human caring pada kasus pasien HDR tampak pada
pelaksanaan proses keperawatan. Tahap pengkajian pada pasien HDR
dilakukan melalui interaksi perawat-pasien melalui komunikasi terapeutik
untuk mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan pasien.
Pada tahap ini, terjadi proses interaksi perawat pasien. Dalam 10 carrative
factor, maka tahap pengkajian merupakan tahap ke-4 yaitu membangun
hubungan kemanusiaan yang paling percaya dan saling bantu. Tanpa
hubungan saling percaya, perawat tidak akan dapat melakukan tindakan
keperawatan karena pasien HDR mengalami krisis kepercayaan kepada
orang lain. Wujud aplikasi caring perlu adanya hubungan saling percaya dan
saling membantu (Watson 1979 dalam Parker & Smith, 2010).
a. Kesimpulan
Dr. Jean Watson adalah seorang filosof dalam metha theory yang
menciptakan teori human caring. Dalam teory human caring lebih
menekankan pada konsep carative dimana konsep carative ini lebih sesuai
dengan paradigma keperawatan yang seharusnya berfokus pada perawatan-
penyembuhan. Konsep mayor dalam teori Watson adalah Faktor Carative
yang membedakan keilmuan perawat dan dokter, The Transpersonal Caring
Relationship yang membahas hubungan perawat traspersonal, dan
Momen/Waktu Caring yaitu keterbatasan waktu dan tempat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan,
konsep carrative ini berubah menjadi faktor caitas yang didalamnya
mencakup 10 elemen yang merupakan translasi faktor carative dalam proses
caritas klinis.
b. Saran
Perawat perlu memahami lebih mendalam tentang teori human caring
terutama pada perawat yang bekerja pada rumah sakit jiwa karena konsep
mendasar dari teori ini yang mebahas tentang interpersonal antar pasien dan
perawat merupakan bekal mendasar pada asuhan keperawatan jiwa. Perawat
yang bekerja di rumah sakit jiwa perlu memperoleh keterampilan
komunikasi terapeutik dan empati, dan memiliki tingkat caring yang lebih
tinggi. Selain itu juga perlu dilakukan pengkajian lebih dalam untuk
menentukan terapi apa saja yang sesuai dengan konsep dasar teori caring
ini.
DAFTAR PUSTAKA