Anda di halaman 1dari 31

JEAN WATSON: FILOSOFI DAN TEORI WATSON TENTANG

TRANSFERSONAL CARING (FILOSOFI KEPERAWATAN)

DISUSUN OLEH :
Sairomaito Harahap (237046005)
Deskrisman Stefan Mendrofa (237046006)
Sri Mahyunita (237046007)
Sakti Perdana Siregar (237046008)

Dosen Pembimbing :
Jenni Marlindawani., PhD

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR

“Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT. atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
31mampu untuk menyelesaikan makalah tentang " JEAN WATSON: FILOSOFI
DAN TEORI WATSON TENTANG TRANSFERSONAL CARING (FILOSOFI
KEPERAWATAN)".
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu-satu, yang telah membantu kami dalam penyelesaian
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima
kasih

Medan, 8 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Introduction to Nursing Theory

2.2. History

2.3. Significance

2.4. Paradigma Keperawatan Menurut Watson

2.5. Analisis Teori dan Penerapannya di Lapangan

2.6. Grand Theory Menurut Jean Watson

2.7. Transpersonal Caring Relationship

2.8. Caring Occation Moment

2.9. Penerapan Caring Watson dalam Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1. Contoh Kasus

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan teknologi di berbagai bidang telah memberikan banyak dampak
bagi kehidupan manusia salah satunya peningkatan masalah kesehatan yang
berdampak pada status kesehatan masyarakat. Hal ini mendorong peningkatan
kebutuhan akan pelayanan kesehatan, yang salah satunya adalah pelayanan
keperawatan. Keperawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan manusia, dan memberikan pelayanan komprehensif
terhadap seluruh aspek kehidupan yaitu biopsiko-sosial dan spiritual, (Nursalam,
2014).
Pelayanan keperawatan merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang unik
dan berbeda dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter ataupun
profesi lain. Filosofi dari keperawatan adalah humanisme, holism dan care
(Nursalam, 2014). Keperawatan merupakan profesi yang mengedepankan sikap
“care”, atau kepedulian, dan kasih sayang terhadap klien, (Perry, 2012).
(Watson, 2009) menempatkan caring sebagai dasar dan sentral dalam
praktek keperawatan. Caring memberikan kemampuan pada perawat untuk
memahami dan menolong klien. Seorang perawat harus memiliki kesadaran
tentang asuhan keperawatan, dalam memberikan bantuan bagi klien dalam
mencapai atau mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian dengan damai
Linberg, dalam (Nursalam, 2014).
Penelitian Aiken (2012) menunjukkan persentase perawat yang memiliki
kualitas pelayanan caring yang buruk terdapat pada Negara Irlandia 11%, dan
Yunani 47%. International Association of Human Caring menjelaskan bahwa
keperawatan selalu meliputi empat konsep yaitu merawat adalah apa yang perawat
lakukan, manusia adalah sasaran dari apa yang perawat lakukan, kesehatan adalah
tujuannya dan lingkungan adalah tempat dimana perawat merawat.
Di Indonesia sendiri caring menjadi salah satu penilaian bagi para
pengguna pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil survei kepuasan klien pada
beberapa Rumah Sakit di Jakarta menunjukan bahwa 14% klien tidak puas
terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan, disebabkan oleh perilaku caring
kurang baik (Kemenkes RI, dalam Abdul, 2015). Perilaku yang ditampilkan oleh
perawat adalah dengan memberikan rasa nyaman, perhatian, kasih sayang, peduli,
pemeliharaan kesehatan, memberi dorongan, empati, minat, cinta, percaya,
melindungi, kehadiran, mendukung, memberi sentuhan dan siap membantu serta
mengunjungi klien (Watson, 2012). Perilaku seperti itu akan mendorong klien
dalam perubahan aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial kearah yang lebih
baik.
Berdasarkan rekapitulasi data dari Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) pada bulan
Desember 2016 terdapat 296.876 perawat di Indonesia. Peran dominan inilah
yang membuat perawat dianggap sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit
sehingga dituntut untuk menunjukkan kemampuan perawatan yang baik saat
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Kozier, et. all., 2014). Penelitian
Hafrizka & Kamil (2017) mengenai perilaku caring perawat dengan pendekatan
teori Swanson di ruang rawat inap menunjukkan persentase perilaku caring
perawat sebanyak 58,2 % berada pada kategori baik, dan saran dari peneliti juga
mengatakan bahwa profesi keperawatan agar lebih meningkatkan pengetahuan
mengenai perilaku caring karena sangat membantu mempercepat proses
kesembuhan pasien yang dirawat sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan dan juga mutu pelayanan rumah sakit.
Watson (2012) dalam Theory of Human Care mengungkapkan bahwa ada
sepuluh carative factor yang dapat mencerminkan perilaku caring dari seorang
perawat. Sepuluh faktor tersebut adalah membentuk sistem nilai humanistik-
altruistik, menanamkan keyakinan dan harapan, mengembangkan sensitivitas
untuk diri sendiri dan orang lain, membina hubungan saling percaya dan saling
membantu, meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif,
menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan
keputusan, meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan
lingkungan yang mendukung, melindungi, dan atau memperbaiki mental,
sosiokultural dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia, mengembangkan faktor kekuatan eksistensial fenomenologis.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisi dan mengevaluasi model keperawatan Jean Watson

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui antecendent (sesuatu yang mendahului) pengetahuan dari


keperawatan dan adjunctive (tambahan) disiplin yang digunakan dalam
pengembangan teori jean watson
b. Mengetahui kejelasan teori dan ruang lingkup teori jean watson
c. Mengetahui gambaran konsep dan proposisi dari teori jean watson
d. Mengetahui philosopical claim yang menjadi dasar dari teori jean watson
e. Mengetahui internal consistency dari teori jean watson
f. Mengetahui parsimony dari teori jean watson
g. Mengetahui testability teori jean watson dalam kaitannya observability
dan terukurnya konsep
h. Mengetahui empirical adequacy teori jean watson yang sesuai dengan
empirical evidance
i. Mengetahui kecukupan pragmatis dari teori jean watson.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Introduction to Nursing Theory

Jean Watson adalah seorang sarjana keperawatan Amerika yang lahir di

West Virginia dan sekarang tinggal di Boulder, Colorado sejak tahun 1962. Dari

University of Colorado, ia meraih gelar sarjana di keperawatan dan psikologi,

gelar master di keperawatan kesehatan mental-kejiwaan, dan terus mendapatkan

gelar Ph.D dalam psikologi pendidikan dan konseling. Sekarang ini Jean Watson

seorang Profesor dan sebagai ketua Caring Science di University of Colora. Jean

Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan

manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada

unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa

manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan

diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi

kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi,

kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktifitas

dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk

integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan

kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu

kebutuhan aktualisasi diri.

4
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa

manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam

perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam

keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan

keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan

tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan status kesehatan,

mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan

kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2.2. History

Jean Watson mengemukakan bahwa filosofi yang pada akhirnya terkenal

dengan sebutan “J.W”, berupaya untuk mendefinisikan hasil dari aktifitas

keperawatan yang berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan.

Watson, (1979).

Tindakan keperawatan yang mengacu langsung pada pemahaman


hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia. Keperawatan memperhatikan

peningkatan dan mengembalikan kesehatan, serta pencegahan terjadinya penyakit.

a. Asumsi Dasar Science of Caring

Dalam jurnal Aplikasi Model Konseptual Caring Dari Jean Watson

Dalam Asuhan Keperawatan oleh Abi dan Burhannudin (2008) dikemukakan

bahwa Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar

dari transpersonal caring. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak

dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Watson menyatakan tujuh asumsi

tentang science of caring Asumsi dasar tersebut yaitu:

1) Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya


secara interpersonal.

2) Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan


terhadap kebutuhan manusia tertentu.

3) Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan


keluarga.

4) Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini,
tetapi juga menerima akan jadi apa dia kemudian.

5) Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari


potensi yang ada, dan di saat yang sama membiarkan sesorang untuk
memilih tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu.

6) Caring lebih “healthogenic” daripada curing.

7) Praktek caring merupakan sentral bagi keperawatan

b. Faktor Carative dalam Caring

Original carative factors dikembangkan oleh Watson menjadi

clinical caritas processes yang menawarkan pandangan yang lebih terbuka


(Watson, 2004), yaitu :

1) Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan

ketenangan dalam konteks kesadaran terhadap caring.

2) Hadir dengan sepenuhnya, dan mewujudkan dan mempertahankan sistem

kepercayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan

orang dirawat.

3) Memberikan perhatian terhadap praktek – praktek spiritual dan

transpersonal diri orang lain, melebihi ego dirinya.

4) Mengembangkan dan mempertahakan suatu hubungan caring yang

sebenarnya, yang saling bantu dan saling percaya.

5) Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan

negatif.

6) Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif

sebagai bagian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caring-

healing yang artistik.

7) Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang

mengakui keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut

pandang orang lain.

8) Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik

maupun non fisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran,

yang memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan

kedamaian.

9) Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang


penuh, memberikan “human care essentials”, yang memunculkan

penyesuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan, dan kesatuan diri dalam

seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan secara

spiritual.

10) Menelaah dan menghargai misteri spritual, dan dimensi eksistensial dari

kehidupan dan kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan

orang yang dirawat.

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan

Human Caring Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur

teori kemanusiaan. Jean Watson (1985) membagi kebutuhan dasar manusia dalam

dua peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order

needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).

Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu

membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap


kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain dan semuanya

dianggap penting. Kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya

kebutuhan dasar biofisikal, kebutuhan psikofisikal, kebutuhan psikososial dan

kebutuhan intrapersonal dan interpersonal.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia

adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan,

sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan

sejahtera baik fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera merupakan

keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan

tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status kesehatan,

mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan

kesehatan.

Berikut tingkatan kebutuhan tersebut :

a. Lower Order Needs (Biophysical Needs)


1) Survival Needs
2) The need for food and fluid
3) The need for elimination
4) The need for ventilation
b. Lower Order Needs (Psychophysical Needs)
1) Fuctional Needs
2) The need for activity-inactivity
3) The need for sexuality
c. Higher Order Needs (Psychosocial Needs)
1) Integrative Need
2) The need for achievement
3) The need for affiliation
d. Higher Order Needs (Intrapersonal-interpersonal Needs)

1) Growth-seeking need
2) The need for self-actualization
2.3. Significance

Caring merupakan bentuk kepedulian perawat terhadap klien sebagai

bentuk perhatian, penghargaan dan mampu memenuhi kebutuhannya. Caring

dalam keperawatan merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik

keperawatan.

(Watson, 2009) menempatkan caring sebagai dasar dan sentral dalam

praktek keperawatan. Caring memberikan kemampuan pada perawat untuk

memahami dan menolong klien. Seorang perawat harus memiliki kesadaran

tentang asuhan keperawatan, dalam memberikan bantuan bagi klien dalam

mencapai atau mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian dengan damai

(Linberg, dalam Nursalam, 2014).

Dampak perilaku caring bagi klien adalah meningkatkan hubungan saling

percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, memiliki banyak energi,

biaya perawatan lebih rendah, serta menimbulkan perasaan lebih nyaman

(Watson, 2012). Hasil penelitian Suryantini (2014) menunjukan hasil adanya

hubungan yang positif antara perilaku caring perawat dengan kepuasan klien.

Semakin baik caring perawat akan meningkatkan proporsi kepuasan klien.

Kinerja perawat yang berdasarkan dengan perilaku caring akan menjadi

sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan klien

terutama di rumah sakit, dimana citra institusi ditentukan oleh kualitas pelayanan

yang nantinya akan mampu meningkatkan kepuasan klien dan mutu pelayanan
(Potter & Perry, 2009). Watson dalam Aligood & Tomey (2010) menambahkan

bahwa caring yang dilakukan secara efektif bisa mendorong kesehatan dan

pertumbuhan individu.

Dari penelitian Wolf (2003) menemukan adanya hubungan yang

signifikan antara persepsi tentang perilaku caring perawat dengan kepuasan klien

terhadap pelayanan keperawatan. Demikian perilaku caring yang ditampilkan

oleh seorang perawat akan mempengaruhi kepuasan klien. Perilaku caring yang

dilakukan oleh perawat bukan saja bisa meningkatkan kepuasan klien tapi juga

bisa menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit.

Godkin dan Godkin (2004) mengatakan bahwa perilaku caring mampu

memberikan manfaat secara finansial bagi industri pelayanan kesehatan. Issel dan

Khan (1998) menambahkan bahwa perilaku caring staf kesehatan mempunyai

nilai ekonomi bagi rumah sakit karena perilaku ini berdampak bagi kepuasan

klien.

Dengan begitu tampak dengan jelas bahwa perilaku caring bisa

mendatangkan manfaat bagi pelayanan kesehatan karena mampu meningkatkan

kesehatan dan pertumbuhan individu serta menaikkan angka kunjungan klien ke

tempat fasilitas kesehatan dan nantinya akan memberikan keuntungan secara

finansial pada failitas kesehatan tersebut.

Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam

keperawatan dan seharusnya tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan

klien, bukan dianggap sebagai sesuatu yang sulit diwujudkan dengan alasan beban

kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan keperawatan ruangan


yang kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan

keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi

keperawatan memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan

Kesehatan.

2.4. Paradigma Keperawatan Menurut Watson

a. Klien

Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami

ketidakharmonisan pikiran, jiwa dan raga, yang membutuhkan

bantuan terhadap pengambilan keputusan tentang kondisi sehat-

sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self- control, pilihan dan

self determination.

b. Lingkungan

Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi

antara klien dan perawat.

c. Kesehatan

Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa

dan raga antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan

lingkungan.

d. Keperawatan

Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui

transaksi transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai

keharmonisan pikiran, jiwa dan raga yang menimbulkan

selfknowlegde, self-control, self- care, dan selfhealing.


2.5. Analisis teori dan penerapannya di lapangan

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan

Human Caring Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada

unsur teori kemanusiaan. Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995)

membagi kebutuhan dasar manusia dalam dua peringkat utama, yaitu

kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs) dan kebutuhan

yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).

Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu

membantu upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap

kebutuhan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain dan

semuanya dianggap penting. Kebutuhan manusia yang saling berhubungan

diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup yang

meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan

ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi

kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan

psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan

intrapersonal dan interpersonal (kebutuhan aktualisasi diri).

Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa

manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam

ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia

seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan spiritual karena

sejahtera merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga

untuk mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam


meningkatkan status kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengobati

berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan.

2.6. Grand theory menurut Jean Watson

a. Carrative Factor

Elemen-elemen yang terdapat dalam carative factor adalah:

1) Membentuk sistem nilai humanistic-alturistik.


2) Menanamkan keyakinan dan harapan (faith-hope).
3) Mengembangkan sensitivitas untuk diri sendiri dan orang lain.
4) Membina hubungan saling percaya dan saling bantu (helping-trust).
5) Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negative.
6) Menggunakan metode pemecahan masalah yang
sistemantis dalam pengambilan keputusan.
7) Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
8) Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan
memeperbaiki mental, sosialkultural, dan spiritual.
9) Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
10) Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.
Tetapi kesepuluh carative factors ini sebagai suatu kerangka untuk

memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap fenomena keperawatan. Watson

menganggap istilah “factors” terlalu standart terhadap sensibilitasnya di masa

kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan

evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical

caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide

dan arah perkembangan teorinya (Watson,2004). Dimana clinical caritas

process terdiri dari yaitu.


a. Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan

ketenangan dalam konteks kesadaran terhadap caring.

b. Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan serta mempertahankan

sistem kepercayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari

dirinya dan orang dirawat.

c. Memberikan perhatian terhadap praktik-praktik spiritual dan

transpersonal diri orang lain, melebihi ego dirinya.

d. Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan caring yang

sebenarnya, yang saling bantu dan saling percaya.

e. Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan positif dan

negatif sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri

sendiri dan orang yang dirawat.

f. Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif

sebagai bagian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan

caring-healing yang artistik.

g. Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang

mengakui keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut

pandang orang lain.

h. Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik

maupun nonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran,

yang memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan

kedamaian.

i. Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring


yang penuh, memberikan “human care essentials“, yang memunculkan

penyusuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan dan kesatuan diri

dalam seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan

secara spiritual.

j. Menelaah dan menghargai misteri spiritual, dan dimensi eksistensial

dari kehidupan dan kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri

dan orang yang dirawat.

2.7. Transpersonal Caring Relationship

Menurut Watson (1999), Transpersonal caring relationship

berkarakteristikkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral

perawat yang berkomitmen, melindungi, dan meningkatkan martabat

manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat

dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan

menghargai spiritual, oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang

sebagai sebuah objek.

Perawat sadar bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk

menyembuhkan. Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat memberikan

penilain secara objektif, menunjukkan perhatian kepada subjektifitas seseorang,

dan lebih mendalami situasi kesehatan diri mereka sendiri. Kesadaran perawat

menjadi perhatian penting untuk berkelanjutan dan pemahaman terhadap persepsi

orang lain. Pendekatan ini melihat keunikan dari kedua belah pihak, yaitu perawat

dan pasien, dan juga hubungan salingmenguntungkan antara dua individu, yang
menjadi dasar dari suatu hubungan. Oleh karena itu, yang merawat dan yang di

rawat keduanya terhubung dalam mencari makna dan kesatuan, dan mungkin

mampu merasakan penderitaan pasien. Istilah transpersonal berarti pergi keluar

dari diri sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam

meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien. Tujuan akhir dari

transpersonal caring relationship adalah berkaitan dengan melindungi,

meningkatkan dan mempertahankan martabat, kemanusiaan, kesatuan dan

keselarasan batin.

2.8. Caring Occation Moment

Caring Occation menurut Watson (1988,1999) adalah kesempatan

(mengenai tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain datang pada saat

human caring dilaksanakan, dan dari keduanya dengan fenomena tempat yang

unik mempunyai kesempatan secara bersama datang dalam moment interaksi

human to human. Bagi Watson (1988, 1999) bidang yang luar biasa yang sesuai

dengan kerangka refensi seseorang atau perasaan-perasaan yang dialami

seseorang, sensasi tubuh, pikiran atau kepercayaan spiritual, tujuan-tujuan,

harapan-harapan pertimbangan dari lingkungan, arti persepsi seseorang

kesemuanya berdasar pada pengalaman hidup yang dialami seseorang, sekarang

atau masa yang akan datang. Watson (1999) menekankan bahwa perawat dalam

hal ini sebagai care giver juga perlu memahami kesadaan dan kehadiranya dalam

moment merawat dengan pasiennya, lebih lanjut dari kedua belah pihak perawat

maupun yang dirawat dapat dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang
dilakukan keduanya, dengan demikian akan menjadi bagian dari pengalaman

hidupnya sendiri. Caring occation bisa menjadi transpersonal jika memungkinkan

adanya semangat dari keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya

kesempatan yang memungkinkan keterbukaan dan kemampuan–kemampuan

untuk berkembang (Watson 1999 , pp. 116-117).

2.9. Penerapan teori Watson dalam asuhan keperawatan

Watson (1999) menekankan bahwa proses keperawatan memiliki

langkah- langkah yang sama dengan proses riset ilmiah, karena kedua proses

tersebut mencoba untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang

terbaik. Lebih lanjut Watson menggambarkan kedua proses tersebut sebagai

berikut (tulisan yang dimiringkan menandakan proses riset yang terdapat dalam

proses keperawatan):

2.9.1. Pengkajian

Meliputi observasi, identifikasi, dan review masalah, menggunakan

pengetahuan dari literature yang dapat diterapkan, melibatkan

pengetahuan konseptual untuk pembentukan dan konseptualisasi kerangka kerja

yang digunakan untuk memandang dan mengkaji masalah. (Berita Ilmu

Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.3, September 2008 :147-150).

Pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam

memecahkan masalah.

Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus

dikaji oleh perawat yaitu:


a) Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup

meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.

b) Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,

meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.

c) Higher order needs (psychosocial needs) ,yaitu kebutuhan integritas yang

meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.

d) Higher order needs (intrapersonal needs), yaitu kebutuhan untuk aktualisasi

diri.

2.9.2. Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel

akan diteliti atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk

memecahan masalah yang mengacu pada asuhan keperawatan serta meliputi

penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa dan bagaimana data

akan dikumpulkan.

2.9.3. Implementasi

Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta

meliputi pengumpulan data.

2.9.4. Evaluasi

Merupakan metoda dan proses untuk menganalisa data, juga untuk

meneliti efek dari intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil,

tingkat dimana suatu tujuan yang positif tercapai, dan apakah hasil tersebut dapat

digeneralisasikan.
BAB III

ANALISA KASUS

3.1. Contoh Kasus

Ny. N, 65 tahun dilarikan ke sebuah rumah sakit pemerintah oleh para


tetangganya karena sesak nafas dan batuk-batuk berdahak saat sedang mencuci
pakaian di depan rumahnya. Ny. N tampak kurus, kulit kering, badan lemah dan
wajah pucat. Pendamping mengatakan selama ini Ny. N tinggal sendiri di rumah
dan tidak punya keluarga lagi. Ny. N termasuk kurang mampu. Ny. N sehari-hari
bekerja sebagai pengumpul barang bekas yang akan dijual kepada pabrik
pengolah plastik. Ny. N tinggal di rumah sempit dan kurang ventilasi. Dari hasil
pemeriksaan saat masuk rumah sakit didapatkan data tekanan darah 82/59
mmmHg, Nadi 100 kali/menit, suhu 37 derajat Celcius, pernafasan 25 kali/menit,
dan sklera tampak pucat. Perawat langsung memberikan posisi semi fowler,
memasang nasul kanal 3l/I, memasang rel pembatas tempat tidur agar pasien tidak
jatuh dan menyelimuti klien.Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb
10 gr/dl, Ht 33%, leukosit 10000 ul dan trombosit 140.000 ul, dan albumin
diperiksa dengan hasil 3 gr/dl. Dari hasil rontgen dada menunjukkan adanya TB
paru.

3.2. Pengkajian

Pengkajian transpersonal caring

a. Humanistik altruistic
Apakah pasien menyukai perawatan yang diterima selama di IGD ? Ya
Apakah pasien mendapatkan perawatan dalam bentuk cinta kasih ? Ya
Perawatan yang dengan cinta kasih seperti apa yang pasien ingin
dapatkan?
Pasien ingin semua keluhan penyakitnya didengarkan dan diberikan solusi
oleh petugas kesehatan.
b. Keyakinan harapan
Apakah perawat menghormati keyakinan pasien dalam proses
penyembuhannya ? Ya
Apakah pasien mendapatkan dukungan moral untuk penyembuhannya ?
Ya
Apakah pasien percaya akan adanya keajaiban terhadap penyembuhan
penyakitnya ? Ya, pasien merasa yakin penyakitnya akan sembuh.
c. Sensitivitas
Apakah perawat memberikan perawatan yang menangkan pasien ? Ya
Apakah perawat berespon cepat terhadap kebutuhan pasien dalam
perawatannya ? Ya
Bagaimana respons pasien terhadap perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan ? Pasien lebih tenang karena perawat memperlakukannya
dengan baik.
Bagaimana saran pasien dalam meningkatkan sensitivitas perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan ? Perawat harus lebih sering memonitor
keadaan pasien, dan cepat merespon jika pasien membutuhkan perawatan.

d. Hubungan saling membantu – rasa percaya


Apakah pasien mengungkapkan keinginannya secara terbuka ? Ya
Apakah pasien khawatir dalam proses perawatannya ? Ya, pasien takut dia
tidak dapat membayar biaya perawatannya.

e. Eksperesi Emosi
Apakah perawat memberikan pasien waktu untuk mengekspresikan
perasaannya ? Ya
Apakah perawat merupakan pendengar yang baik ? Ya

f. Pemecahan masalah dalam praktek proses penyembuhan


Apakah pasien puas dengan cara pemecahan masalah dalam
perawatannya? Ya
Apakah pasien menyukai cara perawat dalam memenuhi kebutuhan
perawatannya ? Ya
Bisakah pasien mengungkapkan bilamana ada kebutuhan yang tertunda
dalam perawatannya ? Bisa, pasien selalu menanyakan apakah masih ada
pengobatan yang lainnya selain obat oral dan suntikan. Karena pasien
ingin segera pulang ke rumah.

g. Belajar - Mengajar
Apakah pasien berpartisipasi dalam pendidikan Kesehatan ? Ya, bila
diberikan Pendidikan Kesehatan, pasien mampu mengulang Kembali apa
yang telah dijelaskan oleh dokter ataupun perawat di IGD.
Apakah pasien mengerti arti dan makna dari perawatannya ? Ya
Apakah perawat memberi penjelasan yang mudah dimengerti sebelum
melakukan suatu tindakan ? Ya
Apakah perawat memberi kesempatan pada pasien untuk menanyakan hal-
hal yang belum dimengerti ? Ya
h. Lingkungan
Apakah lingkungan rumah sakit mendukung untuk proses perawatan
pasien? Ya
Apakah hak dan martabat pasien dihormati dalam proses perawatannya ?
Ya
i. Kebutuhan Manusia
Apakah kebutuhan fisik pasien terpenuhi selama di IGD? Ya
Apakah pasien mengetahui perannya dalam penyembuhan penyakitnya ?
Ya
Apakah pasien mengetahui bahwa istirahat yang cukup sangat perlu pada
proses penyembuhan penyakitnya ? Ya
Bagaimana pentingnya kesehatan bagi pasien? Menurut pasien kesehatan
itu sangat penting karena dengan tubuh yang sehat pasien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Bagaimana respon pasien pada perawatan yang diberikan oleh perawat di
IGD? Pasien merasa dirawat dengan baik, diberikan pengobatan yang
cepat terhadap masalah yang dia hadapi.
j. Spiritualitas
Apakah pasien percaya akan keberadaan Tuhan ? Ya, pasien selalu berdo’a
sebelum diberikan obat oleh perawat.

3.4. Diagnosa Keperawatan

Pola nafas tidak efektif

3.4. Planing

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun rencana kegiatan
yang kemudian dilaksanakan pada tahap berikutnya. Tahap planning telah
dilaksanakan pada pasien tersebut yang bertujuan untuk mengembangkan caring
di RS tersebut. Rencana yang akan dilakukan pada Ny. N adalah perawat tetap
mempertahankan posisi semi fowler, mengkaji pola nafas pasien,
mempertahankan nasul kanal 3l/I, rel pembatas tempat tidur tetap terpasang
dengan tepat agar pasien tidak jatuh dan mempertahankan selimut agar pasien
tidak hipotermi, perawat menjalin komunikasi yang efektif, memiliki kerjasama
yang baik antara perawat dan pasien, memiliki kejujuran dalam merawat pasien,
ketulusan dalam merawat pasien, berkolaborasi dengan tim Kesehatan lain dalam
menentukan rencana perawatan pasien selanjutnya, apakah pasien akan di
opname, menghubungi ruangan rawat inap isolasi TB, agar pasien mendapatkan
perawatan jika anjuran dokter untuk rawat inap sehingga perawatan di IGD dapat
dilakukan di ruangan lebih lanjut.
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori


pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk
hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan
kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial
(kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Watson menyatakan tujuh
asumsi tentang science of caring Asumsi dasar tersebut yaitu:

a. Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara


interpersonal.

b. Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadap


kebutuhan manusia tertentu.

c. Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan


keluarga.

d. Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi
juga menerima akan jadi apa dia kemudian.

e. Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari


potensi yang ada, dan di saat yang sama membiarkan sesorang untuk memilih
tindakan yang terbaik bagi dirinya saat itu.

f. Caring lebih “healthogenic” daripada curing

g. Praktek caring merupakan sentral bagi keperawata


4.2. Kelebihan Teori Watson

Dalam membentuk aktivitas perawatan didasarkan pada 10 faktor carative:

a. Sistem nilai humanistik dan altruistik (mengutamakan kepentingan orang


lain).
b. Kejujuran dan harapan.
c. Sensitivitas pada pribadi seseorang dan orang lain.
d. Rasa tolong menolong, saling percaya.
e. Mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
f. Proses pemecahan masalah keperawatan yang kreatif.
g. Proses belajar mengajar transpersonal.
h. Lingkungan fisik, sosial, spiritual dan mental yangsuportif, prodektif dan
konektif.
i. Pertolongan dalam memenuhi kebutuhan manusia.
j. Kekuatan spiritual fenomenologi eksitensial

4.3. Keterbatasan Teori Jean Wetson

Teori jean watson lebih meniti beratkan pada kebutuhan psikososial klien
kebutuhan fisik kurang diperhatikan. Menggambarkan kebutuhan psikososial
klien berdasar pada disiplin ilmu lain, sehingga memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk menunjukkan aplikasi teori tersebut dalam praktik keperawatan.
BAB V
Kesimpulan dan Saran

5.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya semua teori keperawatan yang telah diciptakan oleh para
pakar keperawatan adalah hasil yang baik karena telah melalui tahap-tahap
metode ilmiah yang sistematis. Teori yang mereka hasilkan juga telah melaui
suatu proses panjang untuk dapat diakui oleh komunitas keperawatan di seluruh
dunia sebagai bagian dari teori keperawatan. Hal yang perlu dilakukan oleh
komunitas perawat terutama perawat di Indonesia adalah terus berusaha
menerapkan teori yang telah ada dalam praktik keperawatan. Praktik keperawatan
yang baik dan professional hanya praktik yang didasarkan pada nilai-nilai perawat
professional yang salah satunya tercermin dalam teori keperawatan. Untuk itu
salah satu cara meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan keperawatan adalah
dengan menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori keperawatan,
bukan praktik yang berdasarkan perintah atau order dokter, atau praktik
keperawatan yang hanya berdasarkan rutinitas semata. Inilah yang dinamakan
Evidence based practice, yang menjadi salah satu kunci berhasilnya
perkembangan keperawatan di luar negeri.
Jean Watson telah memberikan salah satu pilihan bagi perawat di
Indonesia untuk mulai menerapkan praktik keperawatan yang berdasarkan teori
dengan menciptkan teori yang telah diakui komunitas perawat di dunia, yaitu
“Philosophy and Science of Caring”. Sekarang semua kembali kepada diri
perawat sendiri, apakah sudah siap dan mulai berpikir untuk menerapkan teori
yang telah ada di instistusinya. Kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak
sangat diperlukan untuk menjadikan praktik keperawatan yang professional dan
berkualitas dapat diwujudkan.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi perawat untuk
meningkatkan pengetahuan perawat tentang teori keperawatan yang telah ada
sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan perawat.
2. Perlu dukungan dan bantuan dalam berbagai bentuk dari organisasi profesi,
institusi pendidikan tinggi keperawatan dan birokrasi agar praktik
keperawatan yang berdasarkan teori dapat diwujudkan.
3. Perlu adanya wadah atau forum diskusi bagi perawat di masing-masing
institusi pelayanan atau komunitas perawat terdekat untuk bertukar pikiran
tentang cara dan bagaimana praktik keperawatan yang berdasarkan teori atau
evidence based practice dapat diwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raille and Ann Marriner Tomey. 2006. Nursing Theorists and
Their Work. St louis, missouri: Elsevier mosbyNursalam, 2014. Konsep
Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta
: Salemba Medika.

Hafrizka, C., & Kamil, H. (2017). Perilaku caring perawat dengan pendekatan
teori swanson di ruang rawat inap. Skripsi. Fakultas Keperawatan
Universitas Syiah Kuala. Halaman 1–7. diakses 12 Febuari 2019.

Hamid, A.Y. & Ibrahim, K. 2017. Pakar Teori Keperawatan dan Karya mereka.
Ed.8, Vol.2.

Kemenkes RI, Dalam Abdul, 2015. Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit.

Kozier, B., Erb, Berman., S. (2014). Kozier and Erb's fundamental od nursing
(Autralian ed). Melbourne: Austalia.

Potter & Perry, 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
Praktek. Volume II. Jakarta: EGC

Risnah., & Irwan, M. 2014. Falsafah dan Teori Keperawatan dalam Integrasi
Keilmuan. Alauddin University Press
Roffi, M. 2021. Teori dan Falsafah Keperawatan. Ed.1. Semarang : Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro

Sitzman, Kathleen L and Lisa Wright Eichelberger. 2011. Understanding the


Work of Nurse Theorists, A Creative Beginning. Second edition. Jones
and Bartlett Publishers: Massachusetts. Didownload dari
http://nursing.jbpub.com

Watson, 2012. Assessing And Measuring Caring In Nursing And Health


Science 2nd Edition. New York : Springer Publishing Company Inc.

Anda mungkin juga menyukai