DISUSUN OLEH:
1. Shafwan Mahfuzh Shadiq (G2A019114)
2. Putri Lusi Ratnasari (G2A019119)
3. Dewi Tri Wahyuni (G2A019121)
4. Nurdhiya Safhira Ramadhanti (G2A019124)
5. Mutiara Rengganis Nurul P.A (G2A019125)
6. Oktaviani Nur Agustina (G2a019127)
7. Silvia Aris Setiani (G2A019132)
KATA PENGANTAR
0
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah sederhana ini.
Shalawat dan salam marilah kami haturkan kepada junjungan besar kami, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyusun makalah ini dengan judul “Teori Keperawatan Menurut Watson”.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat membaca dan mempelajari tentang teori
keperawatan menurut watson.
Kami menyadari bahwa tidak ada gading yang tak retak. Makalah yang kami susun
ini tak luput dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kami sebagai
penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
Akhir kata, kami ucapkan wassalamualaikum wr.wb. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin ya robbal aamiin.
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar Isi.....................................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................16
BAB 1
2
LATAR BELAKANG
BAB 2
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” dari pada pengobatan. Praktek
asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal dengan
pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan
untuk memberikan bantuan / pertolongan kepada mereka yang sakit.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.
5
peduli dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi ke
generasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu
koping yang unik terhadap lingkungan.
4. Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik.
Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati
penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu: masalah
penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya
perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari
praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi
sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi
kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen
terhadap pemberian asuhan kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek,
dan riset keperawatan. Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas
perawatan, antara lain:
a. Membentuk sistem nilai humanistic altruistic.
b. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
c. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
d. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
e. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif,
maupun negative.
f. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk
mengambil keputusan.
g. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
h. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki
kondisi mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.
i. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
j. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.
1. Pengkajian
a. Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan
menelaah masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi
literature.
6
b. Untuk dapat menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik
sesuai kerangka kerja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih dalam
pengetahuan yang terkait secara konseptual.
c. Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai
hubungan dan factor-faktor yang mempengaruhi masalah.
d. Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi dari
variable-variable yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah ini.
2. Perencanaan
a. Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan
bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
b. Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu pada rencana
asuhan keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.
c. Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah
dikumpulkan & sesuai.
3. Intervensi
Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
4. Evaluasi
a. Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil
pelaksanaan inter-vensi dari setiap masalah yang ada.
b. Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan
generalisasi terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang
mungkin akan terjadi untuk mendorong teori keperawatan secara umum
didasarkan pada studi pemecahan masalah.
7
f. Teori dapat digunakan oleh para praktisi untuk menjadi pedoman dan
meningkatkan mutu dari tindakan pelayanan ataupun asuhan keperawatan yang
diberikan.
g. Teori tersebut harus konsisten dengan teori-teori lainnya, dengan hukum, dan
prinsip-prinsip lainnya; tetapi masih meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang
tidak bisa dijawab, kemudian diinvestigasi.
BAB 3
PEMBAHASAN KELOMPOK
8
A. Teori Watson
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling
berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang
meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan
kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.
9
dalam keperawatan adalah pada carative factor yang bermula dari perspektif
humanistik yang dikombinasikan dengan dasar poengetahuan ilmiah. Oleh karena
itu, perawat perlu mengembangkan filososfi humanistic dan system nilai serta seni
yang kuat. Filosofi humanistic dan system nilai ini member fondasi yang kokoh bagi
ilmu keperawatan, sedangkan dasar seni dapat membantu perawat
mengembangkan visi mereka serta nilai-nilai dunia dan keterampilan berpikir kritis.
Pengembangan keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan,
namun fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.
10
perawat harus mampu memahami setiap respon yang berbeda dari klien terhadap
penderitaan yang dialaminya dan memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
dalam setiap respon yang berbeda baik yang sedang maupun akan terjadi. Selain itu,
caring hanya dapat ditunjukkan dalam hubungan interpersonal yaitu hubungan yang
terjadi antara perawat dengan klien, dimana perawat menunjukkan caring melalui
perhatian, intervensi untuk mempertahankan kesehatan klien dan energi positif yang
diberikan pada klien. Watson juga berpendapat bahwa caring meliputi komitmen
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan. Dalam praktiknya, perawat di tantang untuk tidak ragu dalam
menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam praktik keperawatan.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan Human
Caring Theory. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori
kemanusiaan. Jean Watson, 1985 (dalam B. Talento, 1995) membagi kebutuhan
dasar manusia dalam dua peringkat utama, yaitu kebutuhan yang tingkatnya lebih
rendah (lower order needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order
needs).
Pemenuhan kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah tidak selalu membantu
upaya kompleks manusia untuk mencapai aktualisasi diri. Tiap kebutuhan dipandang
dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain dan semuanya dianggap penting.
Kebutuhan manusia yang saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal
(kebutuhan untuk hidup yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang
meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebuthan seksualitas; kebutuhan
psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan intrapersonal dan
interpersonal (kebutuhan aktualisasi diri).
Berdasarkan kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia
adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan,
sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan
sejahtera baik fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan
antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut
keperawatan harus berperan dalam meningkatkan status kesehatan, mencegah
terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan.
11
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memeperbaiki
mental, sosialkultural, dan spiritual.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
10. Mengembangkan factor kekuatan eksistensial-fenomenologis.
Tetapi kesepuluh carative factors ini sebagai suatu kerangka untuk
memberikan suatu bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson
menganggap istilah “factors” terlalu standart terhadap sensibilitasnya di masa
kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan
evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical
caritas” dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide
dan arah perkembangan teorinya (Watson,2004). Dimana clinical caritas process
terdiri dari yaitu.
1. Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang dan kebaikan dan
ketenangan dalam konteks kesadaran terhadap caring.
2. Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan serta mempertahankan sistem
kepercayaan yang dalam dan dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan
orang dirawat.
3. Memberikan perhatian terhadap praktik-praktik spiritual dan transpersonal
diri orang lain, melebihi ego dirinya.
4. Mengembangkan dan mempertahankan suatu hubungan caring yang
sebenarnya, yang saling bantu dan saling percaya.
5. Hadir untuk menampung dan mendukung ekspresi perasaan posotif dan
negatif sebagai suatu hubungan dengan semangat yang dalam dari diri
sendiri dan orang yang dirawat.
6. Menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif
sebagai bangian dari proses caring, untuk terlibat dalam penerapan caring-
healing yang artistic.
7. Terlibat dalam pengalaman belajar mengajar yang sebenarnya yang
mengakui keutuhan diri orang lain dan berusaha untuk memahami sudut
pandang orang lain.
8. Menciptakan lingkungan healing pada seluruh tingkatan, baik fisik maupun
nonfisik, lingkungan yang kompleks dari energi dan kesadaran, yang
memiliki keholistikan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan kedamaian.
9. Membantu terpenuhinya kebutuhan dasar, dengan kesadaran caring yang
penuh, memberikan “human care essentials“, yang memunculkan
penyusuaian jiwa, raga dan pikiran, keholistikan dan kesatuan diri dalam
seluruh aspek care; dengan melibatkan jiwa dan keberadaan secara
spiritual.
10. Menelaah dan menghargai misteri spiritual, dan dimensi eksistensial dari
kehidupan dan kematian seseorang, “soul care” bagi diri sendiri dan orang
yang dirawat.
b. Transpersonal Caring Relationship
Menurut Watson (1999), Transpersonal caring relationship
berkarakteristikkan hubungan khusus manusia yang tergantung pada moral
12
perawat yang berkomitmen, melindungi, dan meningkatkan martabat
manusia seperti dirinya atau lebih tinggi dari dirinya. Perawat merawat
dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk melestarikan dan menghargai
spiritual, oleh karena itu tidak memperlakukan seseorang sebagai sebuah
objek.
Perawat sadar bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk
menyembuhkan. Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah
melampaui penilain secara objektif, menunjukkan perhatian kepada
subjektifitas seseorang, dan lebih mendalami situasi kesehatan diri mereka
sendiri. Kesadaran perawat menjadi perhatian penting untuk berkelanjutan
dan pemahaman terhadap persepsi orang lain. Pendekatan ini melihat
keunikan dari kedua belah pihak, yaitu perawat dan pasien, dan juga
hubungan saling menguntungkan antara dua individu, yang menjadi dasar
dari suatu hubungan. Oleh karena itu, yang merawat dan yang di rawat
keduanya terhubung dalam mencari makna dan kesatuan, dan mungkin
mampu merasakan penderitaan pasien. Istilah transpersonal berarti pergi
keluar dari diri sendiri dan memungkinkan untuk menggapai kedalaman
spiritual dalam meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien. Pada
akhirnya, tujuan dari transpersonal caring relationship adalah berkaitan
dengan melindungi, meningkatkan dan mempertahankan martabat,
kemanusiaan, kesatuan dan keselarasan batin.
c. Caring Occation Moment
Caring Occation menurut Watson (1988,1999) adalah kesempatan
(mengenai tempat dan waktu) pada saat perawat dan orang lain datang pada
saat human caring dilaksanakan, dan dari keduanya dengan fenomena
tempat yang unik mempunyai kesempatan secara bersama datang dalam
moment interaksi human to human. Bagi Watson (1988, 1999) bidang yang
luar biasa yang sesuai dengan kerangka refensi seseorang atau perasaan-
perasaan yang dialami seseorang, sensasi tubuh, pikiran atau kepercayaan
spiritual, tujuan-tujuan, harapan-harapan pertimbangan dari lingkungan, arti
persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada pengalaman hidup yang
dialami seseorang, sekarang atau masa yang akan datang. Watson (1999)
menekankan bahwa perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu
memahami kesadaan dan kehadiranya dalam moment merawat dengan
pasiennya, lebih lanjut dari kedua belah pihak perawat maupun yang dirawat
dapat dipengaruhi oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan keduanya,
dengan demikian akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri.
Caring occation bisa menjadi transpersonal jika memungkinkan adanya
semangat dari keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan
yang memungkinkan keterbukaan dan kemampuan–kemampuan untuk
berkembang (Watson 1999 , pp. 116-117).
13
Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi
transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan pikiran,
jiwa dan raga yang menimbulkan selfknowlegde, self-control, self-
care, dan selfhealing.
2. Klien
Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan
pikiran, jiwa dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan
keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan harmonisasi, self-
control, pilihan dan selfdetermination.
3. Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan raga
antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara
klien dan perawat.
14
digunakan untuk memandang dan mengkaji masalah. (Berita Ilmu Keperawatan
ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.3, September 2008 :147-150).
Pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam
memecahkan masalah.
Watson (1979) dalam Julia (1995) menjelaskan kebutuhan yang harus dikaji
oleh perawat yaitu:
1. Lower order needs (biophysical needs) yaitu kebutuhan untuk tetap hidup
meliputi kebutuhan nutrisi, cairan, eliminasi, dan oksigenisasi.
2. Lower order needs (psychophysical needs) yaitu kebutuhan untuk berfungsi,
meliputi kebutuhan aktifitas, aman, nyaman, seksualitas.
3. Higher order needs (psychosocial needs) ,yaitu kebutuhan integritas yang
meliputi kebutuhan akan penghargaan dan beraffiliasi.
4. Higher order needs (intrapersonali needs), yaitu kebutuhan untuk aktualisasi
diri.
2. Perencanaan
Perencanaan membantu untuk menentukan bagaimana variable-variabel
akan diteliti atau diukur, meliputi suatu pendekatan konseptual atau design untuk
memecahan masalah yang mengacu pada asuhan keperawatan serta meliputi
penentuan data apa yang akan dikumpulkan dan pada siapa dan bagaimana data
akan dikumpulkan.
3. Implementasi
Merupakan tindakan langsung dan implementasi dari rencana serta
meliputi pengumpulan data.
4. Evaluasi
Merupakan metoda dan proses untuk menganalisa data, juga untuk meneliti
efek dari intervensi berdasarkan data serta meliputi interpretasi hasil, tingkat
dimana suatu tujuan yang positif tercapai, dan apakah hasil tersebut dapat
digeneralisasikan
DAFTAR PUSTAKA
15
http://dedeol.blogspot.com/2013/10/makalah-teori-keperawatan-jean-watson.html
16