Disusun oleh:
Yanuar Agni Saputra
(433131420120035)
Tingkat 2A
DHF adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus
dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang
tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda - tanda kegagalan
sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat
dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (C.D. Sucipto ,
2011).
DHF ini sangat bervariasi,mulai dari yang ringan (DF) sampai yang berat
(DHF).Tetapi untuk memudahkan batasanya dapat kita bagi menjadi 4
tingkatan menurut derajat keganasan/beratnya penyakit.(Arita Murwani, 2009
2. Etiologi
Etiologi demam dengue atau dengue fever (DF) adalah virus dengue yang ditularkan
ke manusia melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah dengue atau
dengue haemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syndrome (DSS) merupakan
manifestasi infeksi virus dengue yang berat. Terdapat teori bahwa tingkat keparahan
DF dipengaruhi oleh serotipe virus dengue.
Agen penyebab DF adalah virus dengue, yang disebut dengan nama DENV. Virus
dengue masuk famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. DENV merupakan single-
stranded RNA virus dengan panjang sekitar 11 kilobases. DENV memiliki tiga gen
protein struktural, yaitu protein inti atau nukleokapsid (C), protein membran (M), dan
protein selubung/envelope (E). Virus juga memiliki tujuh gen non-structural protein
DENV memiliki empat serotipe yang berhubungan satu sama lain tetapi secara
antigen berbeda, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Tiap serotipe
mempunyai beberapa genotipe tersendiri. Infeksi virus dengan genotipe dan serotipe
tertentu, dan rentetan infeksi dengan serotipe yang berbeda akan mempengaruhi
tingkat keparahan.
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang berperan sebagai vektor penularan
DF. Spesies nyamuk lain yang juga dapat menularkan DF adalah Aedes albopictus,
Aedes polynesiensis, dan Aedes scutellaris. Serangga penyebar DF tersebut masuk ke
dalam filum Arthropoda, sehingga virus dengue juga digolongkan sebagai Arbovirus.
3. Patofisiologi
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut
terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke
orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan
bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian. (Depkes, 2006).
Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue di
jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan. Demam berdarah dengue
merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini
masih disebabkan oleh karena
tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Depkes, 2006).
4. Manifestasi klinis
1. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri
tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto,
1990 ; 39).
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada
kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada
tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba
kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita .
(Soederita, 1995 ; 39).
4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).
5. Pathway
FORMAT PENGKAJIAN
I. PENGKAJIAN
A. 1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 25 th
Agama : Islam
Suku/Bangsa : jawa/Indonesia
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Karyawan
Tgl Masuk RS : 04 Desember 2021
No. RM : 008.43225
Diagnosa Medis : Demam Hemorhagic Fever (DHF)
Tanggal Pengkajian : 06 Desember 2021
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sakit kepala dibagian pelipis. Pasien mengeluh nyeri hilang
timbul, pasien mengeluh demam dan lemas
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan pusing dipelipis, tidak bisa melakukan aktivitas sendiri,
memerlukan bantuan keluarga. Pasien juga mengeluh lemas dan demam.
3. Kronologi Penyakit
Pasien mengeluh pusing lalu mengonsumsi obat warung, lalu pasien
mengatakan tidak sembuh, lalu pasien berobat ke klinik. Tidak sembuh juga
akhirnya pasien memutuskan untuk datang kerumah sakit dan dirawat.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan sebelumya pernah dioperasi bagian rahang.
5. Genogram
C. Pola Kebiasaan/ADL
F. Riwayat Seksualitas
Pasien berjenis kelamin laki-laki , pasien merasa puas dengan perannya sebagai
seorang suami dan calon ayah.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos mentis
Penampilan : Pasien tampak lemas dan meringis
TTV : TD : 110/80 mmHg, Suhu : 36,8°C, Nadi :
80x/menit , RR : 20x/menit, SpO2 : 96%
2. Integumen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
jaringan parut
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis
3. Kepala dan Leher
Inspeksi : bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, kuantitas
rambut tidak rontok, warna rambut hitam, tidak terdapat uban, tidak terdapat
ketombe, tidak ada lesi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
4. Mata
Inspeksi : pada saat terkena cahaya pupil miosis, pasien bisa membuka
kelopak mata, terdapat bulu mata, pergerakan bola mata normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
5. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
6. Hidung
Inspeksi : bentuk tulang hidung simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema.
7. Mulut
Inspeksi : bentuk bibir simetris, bibir lembab
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
I. Riwayat Pengobatan.
Diagnosa
No Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
(D. 0077) tindakan keperawatan (I.08238)
selama 2 x 24 jam Obsevasi:
diharapkan: Identifikasi lokasi,
Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun (5) frekuensi, kualitas,
Meringis menurun intensitas nyeri
(5) Identifikasi skala nyeri
Anoreksia menurun Identifikasi faktor yang
(5) memperberat dan
Pola napas memperingan nyeri
membaik (5) Terapeutik:
Nafsu makan Berikan teknik
membaik (5) nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
analgetik
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
aktivitas tindakan keperawatan (I.05178)
(D.0056) selama 2 x 24 jam Observasi:
diharapkan: Identifkasi gangguan fungsi
Kemudahan dalam tubuh yang mengakibatkan
melakukan aktivitas kelelahan
sehari-hari Monitor kelelahan fisik dan
meningkat (5) emosional
Kekuatan tubuh Monitor pola dan jam tidur
bagian atas dan Monitor lokasi dan
bawah meningkat ketidaknyamanan selama
(5) melakukan aktivitas
Keluhan lelah Terapeutik:
menurun (5) Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi
2.
yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN