Anda di halaman 1dari 11

MODUL PEMBE LAJARAN

MATA KULIAH HIV-AIDS

MODUL 2. ASPEK PSIKO, SOSIAL, KULTURAL, DAN SPIRITUAL KLIEN HIV-AIDS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HORIZON KARAWANG


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Kode Mata Kuliah : MKK 1311
Nama Mata Kuliah : HIV-AIDS
Modul #1 Lembar Kegiatan Mahasiswa

Nama:____________________________________________ Tanggal: ________________


Tingkat: ____________

Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Material:


Aspek psiko, social, kultural dan spiritual klien Buku dan alat tulis, buku sumber, laptop dan
dengan HIV AIDS proyektor

Sasaran Pembelajaran:
Di akhir modul, mahasiswa akan dapat memahami: Referensi:
1. Aspek psiko klien HIV-AIDS 1. Sherwood, L. (2012). Human physiology: From
2. Aspek social klien HIV-AIDS cells to systems, (8th ed.). California: Thomson
Learning.
3. Aspek kultural klien HIV-AIDS
2. Tortora, G.J. & Derrickson, B.H. (2011).
4. Aspek spiritual klien HIV-AIDS Principles of anatomy and physiology. New
York: Harper Collins Publisher Inc.
3. Martini (2001). Fundamentals of anatomy and
physiology, (5th ed.). Ch 23, pp 814-844. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
1. 4. Rohen J.W., Yokochi C., Drecoll E.L. (2002).
Atlas anatomi manusia: kajian fotografik tubuh
manusia (Y. Joko S., penerjemah). Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC (sumber asli
diterbitkan 2002).

A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction)

Pada modul ini kita akan mempelajari topik mengenai Aspek psiko, social, kultural dan spiritual
klien dengan HIV AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah

putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency

Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang

disebabkan infeksi oleh HIV. (Depkes, 2014).

Kemenkes (2018) bagian Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) menjelaskan bahwa jumlah

kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2017 mengalami kenaikan tiap

tahunnya. Jumlah kumulatif infeksi HIV yag dilaporkan sampai dengan Desember 2017 sebanyak

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


280.623. Jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (51.981), diikuti Jawa Timur (39.633), Papua

(29.083), Jawa Barat (28.964), dan Jawa Tengah (22.292). Jumalh AIDS yang dilaporkan dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2017 relatif stabilsetiap tahunnya. Jumalh kumulatif AIDS dari tahun

1987 sampai Desember 2017 sebanyak 102.667 orang. Presentase kumulatif AIDS tertinggi pada

kelompok umur 20-29 tahun (32,5%), kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,7%), 40-49

tahun (12,9%), 50-59 tahun (4,7%), dan 15-19 tahun (3,2%). Presentase AIDS pada laki-laki

sebanyak 57% dan perempuan 33%. Sementara itu 20% tidak melaporkan jenis kelamin.Jumlah

AIDS terbanyak di wilayah Papua (19.729), JAwa Timur (18.243), DKI Jakarta (9.215), Jawa

Tengah (8.170), Bali (7.441), dan Jawa Barat (5.502). Angka kematian (CFR) AIDS meningkat dari

1,07% pada tahun 2015 menjadi 1,08% pada Desember 2017.

B. MATERI PEMBELAJARAN

Pemerintah telah menyusun petunjuk teknis program pengendalian HIV/AIDS dan PMS di fasilitas

tingkat pertama pada tahun 2016. Strategi pemerintah terkait dengan program pengendalian HIV-

AIDS-IMS antara lain:

1. meningkatkan penemuan kasus HIV secara dini,

2. meningkatkan cakupan pemberian da retensi terapi ARV, serta perawatan kronis,

3. memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL), termasuk earli infant diagnosis

(EID),

4. peningkatan kualitas pelayanan fasyankes, dan

5. mengadvokasi pemerintah local mengurangi biaya terkaitlayanan tes dan pengobatan

HIV-AIDS.

Virus HIV tidak menyebabkan kematian secara langsung pada penderitanya, akan tetapi adanya

penurunan imunitas tubuh yang mengakibatkan mudah terserangnya infeksi oportunistik bagi

penderitanya (Fauci &  Lane, 2012; WHO, 2014). Penyakit HIV yang semula bersifat akut dan

mematikan berubah menjadi penyakit kronis yang bisa dikelola. Namun demikian, hidup dengan

penyakit kronis menyisakan persoalan-persoalan lain yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian

baik secara fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


A.      Aspek Psikologis

Respons adaptasi psikologis terhadap stresor menurut Potter & Perry (2005) dalam Nursalam

dkk (2014) menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap stresor yakni, pengingkaran,

marah, tawa menawa, depresi, dan, menerima.

Tahapan psikologis Tindakan yang dibutuhkan


Tahap pengingkaran (denial) -    Mengidentifikasi terhadap penyakit pasien
-    Mendorong pasien untuk mengekpresikan perasaaan
takut menghadapi kematian dan mengeluarkan keluh
kesahnya
Tahap kemarahan (anger) -    Memberikan kesempatan mengekspresikan marahnya
-    Memahami kemarahan pasien
Tahap tawar menawar -    Mendorong pasien agar mau mendiskusikan perasaan
(bergaining) kehilangan dan takut menghadapi penyakit pasien
-    Mendorong pasien untuk menggunakan kelebihan
(positif) yang ada pada dirinya.
Tahap depresi -    Memberikan dukungan dan perhatian
-    Mendorong pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kondisi.
-    Membantu menghilangkan rasa bersalah, bila perlu
mendatangkan pemuka agama.
Tahap menerima -    Memotivasi pasien untuk mau berdoa dan sembahyang  
-    Memberikan bimbingan keagamaan sesuai keyakinan
pasien.

B.       Aspek Sosial

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Respons adaptif sosial individu yang menghadapi stressor tertentu menurut Stewart (1997) dalam

Nursalam dkk (2014) dibedakan dalam 3 aspek yang antara lain:  

1.    Stigma sosial memperparah depresi dan pandangan yang negatif tentang harga diri individu

2.    Diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV, misalnya penolakan bekerja dan hidup

serumah juga akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan.

3.    Terjadinya waktu yang lama terhadap respons psikologis mulai penolakan, marah-marah, tawar

menawar, dan depresi berakibat terhadap keterlambatan upaya pencegahan dan pengobatan.

Adanya dukungan sosial yang baik dari keluarga, teman, maupun tenaga kesehatan dapat

meningkatkan kualitas hidup ODHA. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Payuk, dkk  (2012)

tentang hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup ODHA di daerah kerja Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Jumpandang        Baru, Makasar.

Bentuk dukungan sosial terutama kepada ODHA menurut Nurbani & Zulkaida (2012) antara lain 

1. emotional support,

2. informational support,

3. instrumental or tangible support, dan

4. companionship support, 

dukungan   tersebut berdampak positif pada kehidupan ODHA. Untuk kesehatan, ODHA menjadi lebih

memperhatikan  kesehatannya. Adapun dampak    sosial,  ODHA    menjadi lebih banyak teman, merasa

dirinya berarti, serta    ODHA diikutsertakan dalam kegiatan kelompok. Selain      dampak tersebut,

ada       pula dampak perkerjaan yang dapat mengoptimalkan kemampuannya, menjadikan kemampuan

ODHA bertambah, ODHA     dapat   mengevaluasi pekerjaan-nya serta mendapatkan informasi yang

dibutuhkan, sehingga ODHA dapat membantu dalam memberikan informasi mengenai akses kesehatan

kepada kelompok anggota dukungan.

a.    Jenis dukungan sosial

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


1)   Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap

orang yang bersangkutan

2)   Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat/penghargaan positif untuk orang

tersebut.

3)   Dukungan Instrumental, mencakup bantuan langsung, misalnya memberi pinjaman uang

kepada orang yang membutuhkan, dll.

4)   Dukungan informatif, mencakup pemberian nasihat, saran, pengerahuan, dan informasi

serta petunjuk.

b.   Dampak bagi lingkungan

1)   Menurunnya produktivitas masyarakat

Salah satu masalah sosial yang dihadapi ODHA adalah menurunnya produktivitas mereka.

Daya tahan tubuh yang melemah, dan angka harapan hidup yang menurun, membuat daya

produktivitas ODHA tidak lagi sama seperti orang pada umumnya. Hal ini menyebabkan

kebanyakan dari mereka kehilangan kesempatan kerja ataupun pekerjaan tetapnya

semula. Hal ini juga berpengaruh terhadap permasalahan dalam aspek ekonomi yang

mereka dihadapi.

2)   Mengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan

Berkaitan dengan point yang pertama, ketika ODHA mengalami penurunan produktivitas,

mereka akan kehilangan pekerjaan mereka dan mulai menggantungkan hidupnya kepada

keluarganya ataupun orang lain. Tanpa disadari hal ini akan menganggu terhadap program

pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

3)   Meningkatnya angka pengangguran

Meningkatnya angka pengangguran ini juga merupakan salah satu dampak sosial yang

ditimbulkan HIV/AIDS. Daya tahan tubuh yang melemah, antibody yang rentan dan

ketergantungan kepada obat membuat ODHA merasa di diskriminasi dalam hal pekerjaan,

sehingga mereka susah untuk mencari pekerjaan yang sesuai.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


4)   Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat

Pola hubungan sosial di masyarakat akan berubah ketika masyarakat memberikan stigma

negatif kepada ODHA dan mulai mengucilkan ODHA. Hal ini bukan saja terjadi pada diri

ODHA namun berdampak juga pada keluarga ODHA yang terkadang ikut dikucilkan oleh

masyarakat sekitar.

5)   Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial

Kesenjangan sosial dapat terjadi ketika masyarakat di sekitar tempat ODHA tinggal mulai

memperlakukan beda atau mendiskriminasi, memberi stigma negatif dan mengkucilkan

ODHA.

6)   Munculnya reaksi negatif dalam bentuk; deportasi, stigmatisasi, diskriminasi dan isolasi,

tindakan kekerasan terhadap para pengidap HIV dan penderita AIDS.

c.    Intervensi yang diberikan pada sistem pendukung adalah

1)   Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan

2)   Menegaskan tentang pentingnya pasien bagi orang lain

3)   Mendorong agar pasien mengungkapkan perasaan negatif

4)   Memberikan umpan balik terhadap perilakunya

5)   Meberi rasa percaya dan keyakinan

6)   Memberikan informasi yang diperlukan

7)   Berperan sebagai advokat

8)   Memberi dukungan moral, material (khususnya keluarga) dan spiritual

C.      Aspek Kultural

Berlangsungnya perubahan nilai budaya tersebut disebabkan oleh tindakan diskriminasi dari

masyarakat umum terhadap penderita HIV/AIDS, serta pengabaian nilai-nilai dari kebudayaan itu

sendiri. Perilaku seksual yang salah satunya dapat menjadi faktor utama tingginya penyebaran

HIV/AIDS dari bidang budaya. Ditemukan beberapa budaya tradisional yang ternyata meluruskan

jalan bagi perilaku seksual yang salah ini. Meskipun kini tidak lagi nampak, budaya tersebut pernah

berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat. Seperti budaya di salah satu daerah di provinsi

Jawa Barat, kebanyakan orangtua menganggap bila memiliki anak perempuan, dia adalah aset

keluarga. Menurut mereka, jika anak perempuan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di luar

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


negeri akan meningkatkan penghasilan keluarga. Dan bagi keluarga yang anak wanitanya menjadi

PSK, sebagian warga wilayah Pantura tersebut bisa menjadi orang kaya di kampungnya. Hal

tersebut merupakan permasalahan HIV/AIDS dalam aspek budaya, dan budaya adat seperti ini

seharusnya dihapuskan.

D.      Aspek Spiritual

Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep konsep Ronaldson (2000) dalam

Nursalam dkk (2014). Respons adaptif spiritual, meliputi:         

1. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan

Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial. Orang bijak

mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan bunuh diri”. Perawat

harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun kesembuhan, misalnya akan

memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk berobat.

2. Ketabahan hati

Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam menghadapi

cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah dalam menghadapi setiap

cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan hati dalam menentukan

kehidupannya. Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan diri

pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau pendapat orang

bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNYA, melebihi kemampuannya

(Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan bahwa semua cobaan yang diberikan pasti

mengandung hikmah, yang sangat penting dalam kehidupannya.

3. Pandai mengambil hikmah

Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada pasien untuk selalu

berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya. Dibalik semua cobaan yang dialami

pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan

diri kepada Sang Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga

pasien diharapkan memperoleh suatu ketenangan selama sakit.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


C. MENGECEK PEMAHAMAN (Checking for Understanding)
Setelah membaca dan memahami materi tersebut, silakan jawab pertanyaan berikut ini:

D. PENUTUP PEMBELAJARAN

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Kode Mata Kuliah : MKK 1311
Nama Mata Kuliah : HIV-AIDS
Modul #1 Lembar Kegiatan Mahasiswa

Nama:____________________________________________ Tanggal: ________________


Tingkat: ____________

Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Material:


Praktikum Aspek psiko, social, kultural dan Buku dan alat tulis, buku sumber, laptop dan
spiritual klien dengan HIV AIDS proyektor

Sasaran Pembelajaran:
Di akhir modul, mahasiswa akan dapat memahami: Referensi:
1. Aspek psiko klien HIV-AIDS 1. Sherwood, L. (2012). Human physiology:
2. Aspek social klien HIV-AIDS From cells to systems, (8th ed.).
California: Thomson Learning.
3. Aspek kultural klien HIV-AIDS
2. Tortora, G.J. & Derrickson, B.H. (2011).
4. Aspek spiritual klien HIV-AIDS Principles of anatomy and physiology.
New York: Harper Collins Publisher Inc.
3. Martini (2001). Fundamentals of anatomy
and physiology, (5th ed.). Ch 23, pp 814-
844. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
4. 4. Rohen J.W., Yokochi C., Drecoll E.L.
(2002). Atlas anatomi manusia: kajian
fotografik tubuh manusia (Y. Joko S.,
penerjemah). Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC (sumber asli diterbitkan
2002).

A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction)

Pada modul ini kita akan melaksanakan praktikum dari topik mengenai Aspek psiko, social, kultural
dan spiritual klien dengan HIV AIDS

Berikut ini terdapat beberapa hasil penelitian terkait topik diatas, silakan dibuka linknya atau
dicari full text nya di internet. Selanjutnya buat resume terkait hal tersebut (hubungan hasil
penelitian tersebut terhadap aspek psiko/ social/ kultural dan spiritual pasien HIV AIDS.

Tugas praktikum : Membuat resume hasil penelitian, sebanyak maksimal setengah halaman (150
karakter), tulisan Times New Roman, ukuran 12)

Hasil penelitian boleh menggunakan yang tertera dibawah ini, atau hasil pencarian sendiri melalui
internet.

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION


Mohon dikerjakan masing masing, tidak boleh hasilnya sama persis walaupun menggunakan judul
yang sama

1 DUKUNGAN TEMAN SEBAYA MENINGKATKAN ADAPTASI PSIKOLOGIS PASIEN


HIV/AIDS, http://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/1362
DOI: 10.5281/zenodo.6006712

2 Kondisi Psikologi, Sosial, dan Spiritual pada Orang Dengan HIV/AIDS Selama Pengobatan Antiretroviral di
Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bogor Tahun 2019,
https://scholar.archive.org/work/6cmgv4d455hhloo7qczyn2ydyi/access/wayback/https://ejournal.unisba.ac.id/
index.php/jiks/article/download/5601/pdf
3 Ketahanan Keluarga Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Masa Pandemi COVID-19: Studi
Kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta;
http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id/index.php/jantro/article/view/595

4 RESPONS BIO-PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL PADA KELUARGA TENAGA KERJA


INDONESIA YANG TERINFEKSI HIV; https://media.neliti.com/media/publications/118974-ID-
none.pdf
5 Pengaruh Intervensi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) terhadap
Penurunan Tingkat Depresi Ibu Rumah Tangga dengan HIV
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/98

Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION

Anda mungkin juga menyukai