Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep sehat menurut WHO secara garis besar adalah suatu keadaan
seseorang yang terbebas dari gangguan fisik, mental, sosial, spiritual serta
tidak mengalami kecacatan. Menurut pandangan para ahli sosiologi, yang
disebut sehat sangatlah bersifat subyektif, bukan obyektif. Persepsi
masyarakat tentang sehat/sakit ini dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa
lalu, disamping unsur sosial budaya. Jika individu merasa bahwa penyakitnya
disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada
“ orang pandai “ yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari
tubuhnya sehingga penyakitnya akan hilang.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan
pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang
lain. Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokterran dan lain-
lain bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang
konsep sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah
sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan beradaptasi dengan
lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Ahli antropologi kesehatan melihat bahwa perilaku sakit seseorang
mengacu pada etiologi atau sebab dari penyakit itu sendiri. Masyarakat yang
relatif lebih sederhana seperti di pedesaan Indonesia, orang cenderung
menganut etiologi personalistik, sehingga masyarakat akan pergi ke
dukun/orang pintar. Sedang di daerah perkotaan sebaliknya, terdapat
kecenderungan terhadap etiologi naturalistik. Bila masyarakat meyakini
bahwa mereka terserang suatu penyakit akibat virus atau kuman maka dia
akan pergi ke dokter. Dalam berbagai laporan penelitian antropologi, yang
ditulis oleh Sinuraya( 1988 ) dapat ditemukan bahwa etiologi penyakit yang

1
personalistik dan naturalistik dapat berlaku dalam masyarakat urban
( perkotaan ) dan rural ( pedesaan ) sekaligus.
Dalam usahanya untuk menanggulangi penyakit, manusia telah
mengembangkan “suatu kompleks luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik,
peran, norma-norma, nilai-nilai, ideologi, sikap adat-istiadat, upacara-upacara
dan lambang-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu sistem
yang saling menguatkan dan saling membantu”. Secara singkat, kita
memandang setiap sistem medis sebagai mencakup semua kepercayaan
tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah
maupun keterampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung sistem
tersebut.
Berdasarkan latar belakang perlu adanya pembahasan lebih lanjut
mengenai Etiologi penyakit ditinjau dari budaya dan sehat sakit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Budaya
2. Bagaimana Kebudayaan
3. Bagaimana Konsep sehat sakit menurut budaya masyarakat
4. Bagaimana Konsep sehat sakit dan penyakit
5. Bagaimana Etiologi penyakit
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Budaya
2. Mengetahui Kebudayaan
3. Mengetahui Konsep sehat sakit menurut budaya masyarakat
4. Mengetahui Konsep sehat sakit dan penyakit
5. Mengetahui Etiologi penyakit

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budaya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.

2
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderang menganggapnya diwariskan secara
genetis. Kettka seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaanperbedaannya, membuktikan
bahwa budaya itu dipelajari.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, yang terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.
Citra "pekerja keras" di Sumatera Barat, "Kepatuhan" di Jawa dan sebagainya.
Hal ini membekali anggota rnasyarakatnya untuk memperoleh martabat yang
bertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang
koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain. Dalam jurnal (Isniati, 2013)
2.2 Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi cirri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,

3
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku
dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. (Isniati, 2013)
2.3 Kosep Sehat Sakit Menurut Budaya Masyarakat
Salah satu pendekatan dalam ilmu sosiologi adalah teori Evolusi,
dimana manusia berkembang membutuhkan waktu yang sangat lama. Tetapi
perkembangan dalam satu bidang belum tentu diiringi dengan perkembangan
bidang yang lain. Contoh perkembangan di bidang ilmu kesehatan dan
kedokteran belum tentu diimbangi dengan perilaku sehat dan perilaku sakit
masyarakat. Seseorang yang menderita sakit infeksi saluran napas atas (ISPA)
belum tentu mau berobat ke dokter dan meminum obat paten yang diresepkan
oleh dokter, karena ia tidak tau kegawatan penyakitnya dan seberapa besar dia
membutuhkan pertolongan medis. Pola pencarian pengobatan setiap orang
bisa berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya
tentang bidang kesehatan dan pengobatan.
Cara seseorang bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit dinamakan
sebagai “ perilaku sakit “ ( illness behavior ). Perilaku ini dipengaruhi oleh
keyakinan masyarakat terhadap gejala penyakit tersebut dan keyakinan
terhadap cara pengobatan yang akan ditempuh mereka. Perilaku ini
merupakan manifestasi dari sebuah konsep pikir manusia tentang arti sehat
dan sakit. Setiap orang mempunyai konsep sendiri-sendiri tentang apa yang
disebut sebagai sakit. Konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh orang per

4
orang akan terlihat pada cara mereka mencari pengobatan ( health seeking )
untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
2.4 Konsep Sehat, Sakit Dan Penyakit
Konsep sehat menurut WHO secara garis besar adalah suatu keadaan
seseorang yang terbebas dari gangguan fisik, mental, sosial, spiritual serta
tidak mengalami kecacatan. Menurut pandangan para ahli sosiologi, yang
disebut sehat sangatlah bersifat subyektif, bukan obyektif. Persepsi
masyarakat tentang sehat/sakit ini dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa
lalu, disamping unsur sosial budaya. Jika individu merasa bahwa penyakitnya
disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada
“ orang pandai “ yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari
tubuhnya sehingga penyakitnya akan hilang ( Jordan, 1985; Sudarti, 1988;
dalam Solita, 1997).
Para ahli medis sepakat bahwa penyakit ( disease ) itu diartikan sebagai
gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme. Sedangkan sakit ( illness )
adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit,
ditandai dengan perasaan tidak enak badan. Mungkin saja terjadi bahwa secara
obyektif individu terserang penyakit dan salah satu organ tubuhnya terganggu
fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap menjalankan tugasnya
sehari-hari. Sebaliknya seseorang mungkin merasa sakit tetapi dari
pemeriksaan medis tidak diperoleh bukti bahwa dia sakit.

2.5 Etiologi Penyakit


Foster dan Anderson (2006) menjelaskan etiologi penyakit merupakan
cara memandang penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat suatu
penyakit pada masyarakat tradisional. Cara memandang penyakit dibagi
menjadi dua sistem yaitu sistem personalistik dan sistem naturalistik.Sistem
personalistik memandang penyakit sebagai gangguan makhluk gaib (hantu
atau roh jahat) dan adanya manusia iri yang sengaja berusaha menganggu
kehidupan seseorang. Sistem naturalistik lebih memandang penyakit
disebabkan karena ketidak seimbangan cairan dalam tubuh manusia.Unsur-

5
unsur emosional yang menyebabkan manusia sakit yaitu iri, sedih, malu, dan
takut. Keempat unsur tersebut dapat dikategorikan ke dalam sistem
personalistik atau pun sistem naturalistik, namun harus disesuaikan dengan
kondisi penyebab penyakit.
Simpulan dari pernyataan di atas yaitu pada sistem personalistik
terdapat 3 komponen terpenting di dalamnya, seperti makhluk gaib, manusia
(agen yang menghendaki manusia sakit), dan diperlukan kekuatan
supranatural untuk mengusir penyakit. Komponen yang terpenting dalam
sistem naturalistik yaitu cairan tubuh yang seimbang, sehingga untuk
memulihkan kesehatan diperlukan upaya untuk mencukupi kebutuhan cairan
yang kurang di dalam tubuh dengan melakukan pengobatan. Dalam jurnal
(Ayunita, 2016)
A. Etiologi Personalistik
Sistem medis personalistik melihat penyakit (disease) disebabkan
oleh intervensi dari suatu agen aktif, yang dapat berupa mahluk
supranatural (makhluk gaib atau dewa) mahluk yang bukan manusia
(hantu, roh leluhur atau roh jahat) maupun mahuk manusia (tukang sihir
atau tukang tenung). Dalam jurnal (Rahman, 2013)
B. Etiologi Naturalistik
Sistem medis naturalistik adalah penyakit dijelaskan dengan istilah
yang lebih sistemik dan bukan pribadi. Sistem naturalistik mengakui
adanya suatu model keseimbangan (equilibrium), sehat terjadi karena
unsur-unsur yang tetap dalam tubuh. Unsur-unsur dalam tubuh seperti
(panas, dingin, cairan tubuh, yin dan yang), berada dalam keadaan
seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah
dan lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka
hasilnya adalah timbulnya penyakit.
Naturalistik menurut Seijas (1973) penjelasan seluruhnya
didasarkan atas hubungan sebab akibat yang dapat diobservasi, lepas dari
persoalan apakah hubungan yang terbentuk itu keliru atau tidak,
disebabkan oleh observasi yang tidak lengkap atau keliru. Dalam jurnal
(Rahman, 2013).
C. Prinsip Hubungan Sebab Akibat Penyakit
Prinsip hubungan sebab akibat penyakit dapat dijelaskan sebagai berikut:

6
1. Etiologi-etiologi penyakit komprehensif dan terbatas merupakan
penjelasan manusia mengalami sakit, pada sistem personalistik
manusia sakit karena adanya gangguan makhluk gaib, sedangkan pada
sistem naturalistik penyakit hanya sebatas disebabkan karena
ketidakseimbangan cairan tubuh.
2. Penyakit,religi dan magi, pada sistem personalistik religi terdapat
hubungan dengan unsur religi dan magi, dan pada sistem
naturalistik,unsur religi dan magi hanya sedikit sekali berperan di
dalamnya.
3. Tingkatan penyebab merupakan suatu tingkatan yang menyebabkan
manusia sakit, pada sistem personalistik terdiri dari 2 tingkatan yaitu
agen (dukun,sihir,dewa) dan teknik pengobatannya, sedangkan pada
unsur naturalistik hanya ada satu tingkatan penyebab yaitu kelebihan
atau kekurangan cairan.
4. Shaman dan pengobat lain, shaman (orang yang memiliki kekuatan
supranatural) berperan pada sistem personalistik namun, tidak pada
sistem naturalistik.
5. Diagnosis,pada sistem personalistik diagnosis dilakukan oleh dukun,
pada sistem naturalistik diagnosis dilakukan oleh pasien sendiri
(Foster,2006:80-83). Dalam jurnal (Ayunita, 2016)

Table I Perbedaan sistim Personalistik dan Naturalistik

Aspek Sistem Personalistik Sistem Naturalistik


Penyebab penyakit Agen (Dukun, Sihir, Roh Ketidak seimbangan
Jahat) cairan tubuh
Penyembuh Dukun Sihir atau Penyembuh tradisional
Shaman (Orang yang seperti tabib dan dukun
memiliki kekuatan
supranatural)
Cara menyembuhkan Pengusiran terhadap Diobati
mahluk yang
mengganggu
Unsure religi atau mangi Ada Sedikit
(seperti ritual)

7
Diagnosis Dilakukan oleh dukun Dilakukan oleh pasien
sendiri,penyembuhan
hanya mengobati pasien.

Beberapa aspek yang dapat membedakan antara sistem personalistik


dan naturalistik yaitu penyebab penyakit, penyembuh, cara penyembuhan,
ada tidaknya unsur religi dan magi, serta cara mendeteksi penyakit atau
diagnosis. Hal yang terpenting dalam upaya menyembuhan penyakit pada
masyarakat tradisional adalah diperlukannya peran seorang penyembuh
seperti tabib dan dukun.

D. Faktor-Faktor Penyebab Sakit


1. Gejala awal sakit atau Pra-sakit (symptoms) adalah sebagai kondisi
atau gejala-gejala awal dari seseorang (fisik dam psikis) yang
memperlihatkan keadaan tidak seperti biasanya, misalnya :
a. Kehilangan semangat atau tidak bergairah;
b. Tidak bisa beraktivitas seperti biasanya;
c. Terdapat prilaku-prilaku menyimpang (incorrect behaviour);
d. Kurang nafsu makan, dan lain-lain.
2. Sebab personalistik (supernatural causes), adalah gejala-gejala
penyakit yang dianggap berasal dari roh-roh halus dengan sifat jahat
yang berada di sekitar tempat tinggal mereka, atau juga berasal dari
perbuatan jahat manusia dengan cara mengirimkan penyakit atau racun
melalui media berupa angin, asap, bau-bauan atau benda-benda keras
lainnya.
3. Sebab naturalistik (naturalistic causes) adalah gejala-gejala penyakit
yang mereka pahami secara lebih rasional, atau bisa dijelaskan
hubungan sebab akibatnya (kausalitas). Penyakit yang muncul karena
mengkonsumsi makanan tertentu, unsur panas dan dingin dalam tubuh,
hujan dan sinar matahari, angin, dan trauma fisik (seperti kecelakaan,

8
digigit binatang, terbakar, luka terkena benda tajam, dan cedera fisik
yang lainnya).
4. Sakit (illness) adalah tidak adanya keselarasan antara lingkungan
dengan individu, yang membuat keadaan seseorang menjadi tidak
menyenangkan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari,
baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial ( Parkins, 1935 : via Maryani
dan Mulyani, 2010 : 24) dalam jurnal (Rahman, 2013)

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, bersifat kompleks, abstrak
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan
struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala
pernyataan intelektual dan artistic yang menjadi cirri khas suatu masyarakat.
Cara seseorang bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit dinamakan
sebagai “ perilaku sakit “ ( illness behavior ). Perilaku ini dipengaruhi oleh
keyakinan masyarakat terhadap gejala penyakit tersebut dan keyakinan
terhadap cara pengobatan yang akan ditempuh mereka. Perilaku ini
merupakan manifestasi dari sebuah konsep pikir manusia tentang arti sehat
dan sakit. Setiap orang mempunyai konsep sendiri-sendiri tentang apa yang
disebut sebagai sakit. Konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh orang per
orang akan terlihat pada cara mereka mencari pengobatan ( health seeking )
untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Foster dan Anderson (2006) menjelaskan etiologi penyakit merupakan
cara memandang penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat suatu
penyakit pada masyarakat tradisional. Cara memandang penyakit dibagi
menjadi dua sistem yaitu sistem personalistik dan sistem naturalistik

10
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan terhadap
pasien dengan berbagai latar budaya di Faskes layanan pertama, di Instansi
rumah sakit maupun di pelayanan lanjutan atau home care.

DAFTAR PUSTAKA

Foster, Goerge M dan Anderson.2006.Antropologi Kesehatan.Terjemahan.


Jakarta: UI Press.
Isniati. 2013. Jurnal. Kesehatan moderend dengan nuansa budaya. Kesehatan
Masyarakat, FKM Unand Padang.

Rahman Safrudin ABD. 2013. Jurnal. Kajian Etnomedisin; Sistim Personalistik


dan naturalistik.. Universitas Gajah Mada.

Ayunita Tri. 2016. Jurnal. Pengobatan pijat anak dengan media sikilkidang;
kajian tentang praktik etnomedisin pada masyarakat desa kesugihan
kabupaten cilacap. Fakultas Ilmu social. Universitas Semarang.
Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung. CV.
Pustaka Setia.

Utomo Prayogo. 2005. Apresiasi Penyakit Pengobatan Secara Tradisional dan


Modern. Jakarta: PT Rineka Cipta.

11

Anda mungkin juga menyukai