Anda di halaman 1dari 12

Tindakan Perawatan Dalam Upaya Memutus Rantai Infeksi Precaution,

Medication Safety Dan Upaya Mencegah Hazard Fisik Radiasi dan Hazard
Kimia
Oleh : Lupi Bonita Sihaloho
E-mail : lupibonitasihaloho@gmail.com
Latar Belakang Perawat mencegah terjadinya infeksi
Patient safety merupakan prioritas, isu dengan cara memutuskan rantai penularan
penting dan global dalam pelayanan infeksi (Craven & Hirnle, 2007). Kegiatan ini
kesehatan. Patient safety merupakan berkaitan dengan perilaku perawat. Perilaku
komponen penting dan vital dalam asuhan perawat dalam melakukan kegiatan
keperawatan yang berkualitas. Hal ini menjadi pencegahan dan pengendalian infeksi dapat
penting karena Patient safety merupakan dibentuk dengan aktivitas dalam
suatu langkah untuk memperbaiki mutu menampilkan peran dan fungsi kepala ruang
pelayanan dalam memberikan asuhan sebagai pemimpin. Kepemim-pinan kepala
keperawatan. Inti dari patient safety yaitu ruang dapat memengaruhi perilaku
penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari bawahannya (Robbins, 2003; Sellgren, Ekval,
kejadian yang tidak diharapkan atau & Tomson, 2006).
mengatasi cedera-cedera dari proses Penularan infeksi yang sering terjadi
pelayanan kesehatan . Sehingga, program di lingkungan pelayanan medis, sangat
utama patient safety yaitu suatu usaha untuk beresiko terpapar ke tenaga kesehatan, pasien,
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan pengunjung dan karyawan. Pelayanan
(KTD) yang sering terjadi pada pasien selama kesehatan yang diberikan ke pasien harus
dirawat di rumah sakit yang sangat merugikan didukung oleh sumber daya manusia yang
baik pasien maupun pihak rumah sakit. berkualitas untuk mencapai pelayanan yang
Perawat berperan penting sebagai prima dan optimal. Proses dalam mewujudkan
pemutus rantai infeksi untuk menurunkan Pelayanan yang prima dan optimal dapat
angka kejadian infeksi yang didapat di rumah diwujudkan dengan kemampuan kognitif dan
sakit (HAIs). Perawat merupakan tenaga motoric yang cukup yang harus dimiliki oleh
kesehatan yang berhubungan langsung dengan setiap petugas kesehatan. Seperti yang kita
pasien dan dapat menjadi media transmisi ketahui pengendalian infeksi di setiap
infeksi baik bagi perawat maupun pasien pelayanan kesehatan merupakan rangkaian
(Bartley & Russell, 2003; Kagan, Ovadia & aktifitas kegiatan yang wajib dilakukan oleh
Kaneti, 2009). Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
dan merupakan tuntutan kualitas sekaligus wajib melaksanakan ketiga konsep tersebut.
persyaratan administrasi menuju proses Kompleksitas infeksi yang terjadi di rumah
akreditas. sakit dapat diukur melalui beberapa
Pelaksanaan Kewaspadaan Universal komponen dan parameter khusus seperti
merupakan langkah penting untuk menjaga kebijakan pengendalian infeksi dan ada
sarana kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, tidaknya Standard Operational Procedure
dll) sebagai tempat penyembuhan, bukan (SOP) yang mendukung kebijakan tersebut.
menjadi sumber infeksi. Berkaitan dengan hal Komponen tersebut adalah elemen penilaian
di atas maka diperlukan rangkaian program risiko infeksi terutama pada pasien rujukan
yang berkesinambungan dalam rangka dari rumah sakit lain. Pasien rujukan
pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI). umumnya datang dengan berbagai
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi komorbiditas dan sudah mendapat berbagai
di rumah sakit dan fasilitas pelayanan antibiotic yang memungkinkan terjadinya
kesehatan lainnya perlu diterapkan resistensi silang dan Multi-Drug Resistance
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). (MDR). Metode pendekatan multidisipliner
Rumah Sakit/Klinik sebagai pemberi jasa menjadi acuan manajemen di rumah sakit
pelayanan kesehatan tidak saja memberikan dalam mengidentifikasi faktor risiko (early
pelayanan kuratif dan rehabilitatif tetapi juga warning), menilai karakteristik yang
memberikan pelayanan preventif dan meningkatkan risiko infeksi dan upaya
promotif. menurunkan risiko infeksi.
Perkembangan Infeksi Rumah Sakit Tujuan
(Health Care Associated Infection) sampai Tujuan penulisan ini adalah untuk
saat ini meningkat, mulai dari yang sifatnya berbagi informasi tambahan tentang perlunya
sederhana sampai dengan yang kompleks, kesadaran dari semua pihak dan perlunya
melibatkan berbagai faktor. Terjadinya infeksi semua pihak yang berperan mengetahui apa
di rumah sakit (nosokomial dan komunitas) ”Tindakan Perawatan Dalam Upaya Memutus
dan upaya untuk mengendalikan infeksi Rantai Infeksi Precaution, Medication Safety
ditentukan oleh komitmen rumah sakit dalam Dan Upaya Mencegah Hazard Fisik Radiasi
menjaga mutu, kontrol infeksi, dan dan Hazard Kimia” untuk menghindari
keselamatan pasien. penyebaran rantai infeksi dan kecelakaan
Setiap rumah sakit dengan berbagai akibat kerja di lokasi pekerjaan baik untuk
tingkatannya, memiliki masalah dan kendala kepentingan pribadi maupun terhadap orang
berbeda; kendati demikian, walaupun dengan lain demi keselamatan bersama, adapun yang
fasilitas pelayanan minimal, rumah sakit berperan adalah pasien, perawat, dokter, pihak
rumah sakit, pemerintahan dan lainnya. Hasil
Dimana fokus bacaan ini adalah pada perawat Keselamatan (safety) telah menjadi isu
dan pasien. Karena yang lebih utama adalah global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
Kesehatan dan Keselamatan bersama. 5 (lima) isu penting yang terkait dengan
Metode keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu:
Metode yang digunakan dalam keselamatan pasien (patient safety),
penulisan ini yaitu dengan Teknik keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
mengeksplorasi kajian bebas, analisis data, keselamatan bangunan dan peralatan dirumah
dan pengumpulan data atau disebut literatur sakit yang bisa berdampak terhadap
review yang akurat dan berfokus dengan keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
pembahasan “Tindakan Perawatan Dalam lingkungan (green productivity). (Depkes RI,
Upaya Memutus Rantai Infeksi Precaution, 2006).
Medication Safety Dan Upaya Mencegah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Hazard Fisik Radiasi dan Hazard Kimia” Rumah Sakit (K3RS) yaitu segala kegiatan
pekerjaan perawat sangat beresiko untuk untuk menjamin dan melindungi keselamatan
mengalami kecelakaan kerja dan mudah dan kesehatan bagi sumber daya manusia
menjadi penyebaran rantai infeksi jika tidak rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
hati-hati maka itu kesehatan perawat dalam pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit
masa kerja perawat baik dirumah sakit, melalui upaya pencegahan kecelakan kerja
puskesmas maupun diinstansi manapun dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
perawat bekerja untuk berbagi informasi Kecelakaan kerja yang tinggi di setiap
tentang pentingnya keselamatan kerja pada bidang pekerjaan disebabkan oleh multifaktor.
perawat agar tidak berdampak pada diri Salah satu penyebab kecelakaan kerja yaitu
perawat itu sendiri atau bahkan pada pasien tidak diterapkannya analisa potensi bahaya
yang sedang dirawat. Karena yang utama dan penilaian risiko terhadap bahaya-bahaya
merupakan keselamatan dan kesehatan selama yang ada sehingga tidak terdapat pencegahan
kerja untuk menghindari penyebaran penyakit yang memadai terhadap bahaya yang
baru nantinya. Adapun referensi yang kemungkinan dapat terjadi di perusahaan.
digunakan yaitu berupa jurnal dan artikel Sebagai upaya pengendalian risiko kecelakaan
ilmiah dengan tahun terbit dimulai tahun 2012 dan penyakit akibat kerja, perlu dilakukan
sampai dengan sekarang yaitu totalnya ada 12 identifikasi sumber bahaya yang ada di tempat
jurnal ditambal artikel ilmiah dan refernsi kerja dan dievaluasi tingkat risikonya serta
sumber dari dosen koordinator penanggung dilakukan pengendalian yang memadai.
jawab mata kuliah yaitu 2 referensi. Pengendalian risiko dilakukan pada seluruh
bahaya yang ditemukan dalam proses bisa secara pasti ditentukan asal infeksi, maka
identifikasi bahaya dan mempertimbangkan sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital
peringkat risiko untuk menentukan prioritas acquired infection) diganti dengan istilah baru
dan cara pengendaliannya, dalam menentukan yaitu “Healthcare-associated infections”
pengendalian harus memperhatikan hierarki (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas
pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi, tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di
pengendalian teknis, administratif dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Juga
penyediaan alat keselamatan yang disesuaikan tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi
kondisi organisasi dan jenis bahaya juga infeksi pada petugas kesehatan yang
Pekerja rumah sakit memiliki risiko didapat pada saat melakukan tindakan
lebih tinggi mengalami penyakit dan perawatan pasien. Khusus untuk infeksi yang
kecelakaan akibat kerja dibanding pekerja terjadi atau didapat di rumah sakit,
industri lain terutama perawat. Infeksi selanjutnya disebut sebagai infeksi rumah
merupakan salah satu masalah kesehatan di sakit (Hospital infection).
dunia, termasuk Indonesia. Ditinjau dari asal Pencegahan dan Pengendalian infeksi
atau didapatnya infeksi dapat berasal dari menjadi bagian penting dalam upaya
komunitas (Community acquired infection) meningkatkan mutu pelayanan medis dan
atau berasal dari lingkungan rumah sakit asuhan keperawatan. Infection Control Risk
(Hospital acquired infection) yang Assessment (ICRA) merupakan suatu sistem
sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi pengontrolan pengendalian infeksi yang
nosokomial. terukur dengan melihat kontinuitas dan
Dengan berkembangnya sistem probabilitas aplikasi pengendalian infeksi di
pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang lapangan berbasiskan hasil yang dapat
perawatan pasien, sekarang perawatan tidak dipertanggungjawabkan penilaian beberapa
hanya di rumah sakit saja, melainkan juga di aspek penting pengendalian infeksi seperti
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan kepatuhan cuci tangan, pencegahan
perawatan di rumah (home care). Tindakan penyebaran infeksi, manajemen kewaspadaan
medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kontak, dan pengelolaan resistensi antibiotik.
yang dimaksudkan untuk tujuan perawatan ICRA adalah suatu proses berkesinambungan
atau penyembuhan pasien, bila dilakukan yang memiliki fungsi preventif dalam
tidak sesuai prosedur berpotensi untuk peningkatan mutu pelayanan.
menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien Menurut definisi APIC (Association
(yang lain) atau bahkan pada petugas for Professionals In Infection Control and
kesehatan itu sendiri. Karena seringkali tidak Epidemiology), ICRA merupakan suatu
perencanaan proses dan bernilai penting salah satu faktor pemutus mata rantai
dalam menetapkan program dan penyebaran infeksi dan harus diterapkan
pengembangan kontrol infeksi. Proses ini dalam kegiatannya bekerja pada pasien di
berdasarkan kontinuitas surveilans pelayanan kesehatan.
pelaksanaan regulasi jika terdapat perubahan
Dalam pelayanan keperawatan,
dan tantangan di lapangan. ICRA merupakan
terinfeksi merupakan masalah yang sangat
bagian proses perencanaan pencegahan dan
serius sehingga memerlukan perhatian yang
kontrol infeksi, sarana untuk mengembangkan
sangat besar dalam penatalaksanaan. Prinsip
perencanaan, pola bersama menyusun
umum yang harus diperhatikan adalah
perencanaan, menjaga fokus surveilans dan
menjaga agar pasien tidak terinfeksi, pasien
aktivitas program lainnya, serta melaksanakan
yang terinfeksi tidak tertular oleh
program pertemuan reguler dan upaya
mikroorganisme yang lain, pasien yang
pendanaan. Tim yang dibentuk multidisiplin
terinfeksi tidak menjadi sumber penularan
mencakup personil pengendalian infeksi, staf
bagi pasien yang lain, dan menjaga infeksi
medis, perawat, dan unsur pimpinan yang
jangan sampai berkembang dan menjadi lebih
memiliki prioritas dalam kebijakan,
parah.
mendokumentasikan risikodan
implementasinya.. Kewaspadaan standar Pasien dalam lingkungan perawatan

dirancang di rumah sakit sebagai langkah kesehatan berisiko terkena infeksi karena

awal untuk tindakan pencegahan infeksi daya tahan tubuh yang menurun,

nosocomial. meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan


jenis penyakit yang disebabkan oleh
Pembahasan mikroorganisme dan prosedur invasif. Dengan
cara mempraktikkan teknik pencegahan dan
Resiko terjadi kecelakaan/tertular
pengendalian infeksi, perawat dapat
infeksi pada tenaga kesehatan ketika
menghindarkan penyebaran mikroorganisme
melakukan kegiatan profesinya cukup besar.
terhadap pasien
Untuk itu perlu bagi para calon tenaga
kesehatan mengetahui langkah-langkah Pelaksanaan Pencegahan dan
penatalaksanaan kewaspadaan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
universal/standar dalam hal pengendalian Kesehatan bertujuan untuk melindungi pasien,
infeksi agar tertular penyakit pasien dapat petugas kesehatan, pengunjung yang
diperkecil.Proteksi petugas kesehatan untuk menerima pelayanan kesehatan serta
mencegah terjadinya infeksi silang merupakan masyarakat dalam lingkungannya dengan cara
memutus siklus penularan penyakit infeksi Beberapa pengertian dari infeksi
melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan yaitu :
transmisi.
a. Kolonisasi : merupakan suatu keadaan
Kewaspadaan standar yang digunakan dimana ditemukan adanya agen infeksi,
untuk perawatan kesehatan pasien yang dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan
dirawat di rumah sakit termasuk memberikan berkembang biak, tetapi tanpa disertai adanya
perhatian khusus pada penerapan teknik respon imun atau gejala klinik. Pada
barier, meliputi; mencuci tangan, pakai kolonisasi, tubuh pejamu tidak dalam keadaan
masker dan sarung tangan, cuci tangan dan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa
permukaan kulit lain segera jika mengalami kolonisasi dengan kuman patogen
terkontaminasi dengan darah atau cairan tanpa menderita sakit, tetapi dapat
tubuh, jangan menutup kembali atau menularkan kuman tersebut ke orang lain.
memanipulasi jarum, buang jarum ke wadah Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat
benda tajam. Letakkan semua limbah dan bertindak sebagai “Carrier”.
material yang terkontaminasi dalam kantung
b. Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana
plastik, peralatan klien dibersihkan dan
ditemukan adanya agen infeksi (organisme),
diproses ulang dengan tepat, alat sekali pakai
dimana terdapat respon imun, tetapi tidak
dibuang. Linen yang terkontaminasi
disertai gejala klinik.
diletakkan dalam kantong yang tahan bocor
dan ditangani untuk mencegah paparan c. Penyakit infeksi : merupakan suatu keadaan

terhadap kulit dan membrane mukosa dimana ditemukan adanya agen infeksi

(Schaffer, Garzon, Heroux & Korniewicz, (organisme) yang disertai adanya respon imun

2000). dan gejala klinik.

Penerapan kewaspadaan standar d. Penyakit menular atau infeksius : adalah

diharapkan dapat menurunkan risiko penyakit (infeksi) tertentu yang dapat

penularan pathogen melalui darah dan cairan berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

tubuh lain dari sumber yang diketahui secara langsung maupun tidak langsung.

maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini e. Inflamasi (radang atau perdangan lokal) :
merupakan pencegahan dan pengendalian merupakan bentuk respon tubuh terhadap
infeksi yang harus rutin dilaksanakan suatu agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa
terhadap semua pasien dan di semua fasilitas trauma, pembedahan atau luka bakar), yang
pelayanan kesehatan (World Health ditandai dengan adanya sakit/nyeri (dolor),
Organization, 2008).
panas (calor), kemerahan (rubor), faktor pada agen penyebab yang
pembengkakan (tumor) dan gangguan fungsi. mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu :
patogenesis, virulensi dan jumlah (dosis atau
f. “Systemic Inflammatory Response
“lood”).
Syndrome ” (SIRS) : sekumpulan gejala klinik
atau kelainan laboratorium yang merupakan b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi
respon tubuh (inflamasi) yang bersifat dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan
sistemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang
lebih dari keadaan berikut : paling umum adalah manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-
(1) hipertermi atau hipotermi atau suhu tubuh
bahan organik lainnya. Pada orang sehat,
yang tidak stabil,
permukaan kulit, selaput lendir saluran napas
(2) takikardi (sesuai usia), atas, usus dan vagina merupakan reservoir

(3) takipnoe (sesuai usia), serta yang umum.

(4) leukositosis atau leukopenia (sesuai usia) c. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan

atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel darimana agen infeksi meninggalkan

muda (batang) lebih dari 10%. SIRS dapat reservoir. Pintu keluar meliputi saluran

disebabkan karena infeksi atau non-infeksi pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan

seperti trauma, pembedahan, luka bakar, kelamin, kulit dan membrana mukosa,

pankreatitis atau gangguan metabolik. SIRS transplasenta dan darah serta cairan tubuh

yang disebabkan infeksi disebut “Sepsis”. lain.

Rantai Penularan d. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat


dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan
suseptibel). Pintu masuk bisa melalui saluran
pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai
pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan
penularan. Apabila satu mata rantai
kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak
dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat
utuh (luka).
dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut e. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang

adalah: yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang


cukup untuk melawan agen infeksi serta
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah
mencegah terjadinya infeksi atau penyakit.
mikroorganisme yang dapat menyebabkan
Faktor yang khusus dapat mempengaruhi
infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat
adalah umur, status gizi, status imunisasi,
berupa bakteri virus, jamur dan parasit. Ada 3
penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma partikel. Materi ini masuk ke tubuh
atau pembedahan, pengobatan dengan dapat melalui saluran pernafasan,
imunosuresan. Faktor lain yang mungkin saluran pencernaan, kulit dan mukosa.
berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau  Efek terhadap tubuh dapat
etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, menyebabkan iritasi, alergi, korosif,
pekerjaan dan herediter. Asphyxia, keracunan sistemik, kanker,
kerusakan/kelainan janin,
Faktor-fakor penyebab penyakit akibat
pneumoconiosis, efek bius (narkose)
kerja dapat dibedakan sebagai berikut:
dan pengaruh genetik.
a. Faktor Fisik, yang meliputi:
 Suara tinggi/bising yang dapat c. Faktor biologi yang dapat berasal dari
menyebabkan ketulian. virus, bakteri, parasit, jamur, serangga,
 Temperatur/suhu tinggi yang dapat binatang buas, dan lain-lain.
menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, d. Faktor Ergonomi/Fisiologi
heat Cramp, Heat Exhaustion, Heart  Penyebabnya adalah cara kerja, posisi
Stroke. kerja, alat kerja, lingkungan kerja
 Radiasi sinar elektromagnetik, pada yang salah dan kontruksi salah.
mata infra merah dapat menyebabkan  Efek terhadap tubuh yaitu dapat
katarak, ultraviolet menyebabkan menyebabkan kelelahan fisik, nyeri
konjungtivitis, radioaktif/ alfa/ beta/ otot, deformitas tulang, perubahan
gama/ X menyebabkan gangguan bentuk dan dislokasi.
terhadap sel tubuh manusia.
e. Faktor Mental/Psikologi
 Tekanan udara tinggi yang dapat
Penyebabnya yaitu suasana kerja monoton
menyebabkan Coison Disease.
dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang
 Getaran/vibration yang dapat
baik, upah kerja kurang, terpencil, atau tak
menyebabkan Reynaud’s Disease,
sesuai bakat yang mengakibatkan stress.
Gangguan proses metabolisme,
Adapun pencegahan penyakit menular atau
Polineurutis.
infeksi antara lain :
b. Faktor Kimia a. Rajin mencuci tangan
 Berasal dari bahan baku, bahan
Dilakukan sebelum makan,
tambahan, hasil antara, hasil samping,
setelah berkontak dengan
hasil (produk), sisa produksi atau
pasien atau melakukan
bahan buangan yang dapat berbentuk
pekerjaan yang berhubungan
zat padat, cair, gas, uap maupun
dengan cairan kotoran, cairan Pada saat menghadapi
tubuh pasien, sebelum kemungkinan adanya cairan
memakai sarung tangan, dan tubuh yang beterbangan,
setelah melepas sarung tangan. seperti : pasien yang batuk atau
Cara mencuci tangan adalah bersin, harus mengenakan
dengan menggunakan air masker mulut atau masker
mengalir dan sabun atau cairan muka dan lain-lain sebagai alat
pembersih kuman, cuci kedua pelindung. Hal-hal yang perlu
tangan setidaknya dalam waktu diperhatikan mengenai masker
15-20 detik. mulut :
b. Memakai sarung tangan (1) Masker mulut berbentuk
datar walaupun memiliki hasil
Pada waktu ada kemungkinan
perlindungan, tetapi karena
berkontak dengan cairan darah,
kurang melengkung dan tidak
cairan tubuh, barang cairan dan
menempel rapat di wajah,
kotoran, harus mengenakan
hasilnya tidak sebanding
sarung tangan anti air yang
dengan masker mulut
terbuat dari bahan karet,
berbentuk gelas.
ethylene resin, atau asafetida
(2) Masker mulut sebaiknya
dan sejenisnya. Pada waktu
digunakan sekali pakai saja,
melepas sarung tangan, harus
apabila perlu dipakai
melalui pergelangan yang
berulangkali, harus
ditarik keluar, kemudian
diperhatikan penyimpanan di
sarung tangan dibalikkan
tempat yang bersih dan
keseluruhan, kemudian
berudara lancar. Tetapi untuk
dibuang, dan segera mencuci
kondisi berikut ini pemakaian
tangan. Perhatian: pemakaian
tidak boleh dilanjutkan : ada
sarung tangan tidak dapat
kecurigaan pencemaran,
menggantikan pentingnya
berlubang, berubah bentuk,
mencuci tangan.
kotor, berbau, hambatan untuk
c. Mengenakan masker mulut,
bernafas bertambah dan lain-
masker mata atau masker
lain.
muka
(3) Pada saat melepas masker
mulut harus menghindari
tercemarnya masker Kecelakaan kerja yang tinggi di setiap
mulut,juga menghindari bidang pekerjaan disebabkan oleh multifaktor.
terkena pencemaran dari Salah satu penyebab kecelakaan kerja yaitu
masker mulut. Sebelum dan tidak diterapkannya analisa potensi bahaya
sesudah melepas masker dan penilaian risiko terhadap bahaya-bahaya
mulut, harus mencuci tangan yang ada sehingga tidak terdapat pencegahan
secara bersih. yang memadai terhadap bahaya yang
(4) Pada saat membuang kemungkinan dapat terjadi di perusahaan.
masker mulut yang tercemar, Sebagai upaya pengendalian risiko kecelakaan
harus menghindari tersebarnya dan penyakit akibat kerja, perlu dilakukan
kuman, dengan cara melipat identifikasi sumber bahaya yang ada di tempat
masker ke arah dalam, kerja dan dievaluasi tingkat risikonya serta
diletakkan ke dalam kantong dilakukan pengendalian yang memadai.
plastik yang ditutup rapat. Pengendalian risiko dilakukan pada seluruh
d. Memakai seragam kerja bahaya yang ditemukan dalam proses
Selama waktu kerja harus identifikasi bahaya dan mempertimbangkan
mengenakan seragam kerja peringkat risiko untuk menentukan prioritas
serta rajin diganti dan dicuci. dan cara pengendaliannya, dalam menentukan
Selesai kerja, meninggalkan pengendalian harus memperhatikan hierarki
kamar pasien untuk istirahat, pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi,
atau ke ruang makan untuk pengendalian teknis, administratif dan
makan. Seragam kerja dan penyediaan alat keselamatan yang disesuaikan
pakaian lainnya harus dicuci kondisi organisasi dan jenis bahaya.
secara terpisah
Penutup Daftar Pustaka

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Azady, A., A., W., Dkk. 2018. Penggunaan
Rumah Sakit (K3RS) yaitu segala kegiatan Job Hazard Analysis Dalam Identifikasi
untuk menjamin dan melindungi keselamatan Risiko Keselamatan Kerja pada Pengerajin
dan kesehatan bagi sumber daya manusia Logam. Higeia Journal Of Public Health
rumah sakit, pasien, pendamping pasien, Research And Development, Vol 2 (4), 510-
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit 519.
melalui upaya pencegahan kecelakan kerja
Dewi, F., Hnadayani, H., Kuntarti. 2016.
dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Memutus Rantai Infeksi Melalui Fungsi
Pengorganisasian Kepala Ruang Rawat. Mindhayani, I. 2020. Analisis Risiko
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan
No.2, hal 107-115 pISSN 1410-4490, eISSN Metode Hazop Dan Pendekatan Ergonomi
2354-9203 (Studi Kasus: Ud. Barokah Bantul). Jurnal
SIMETRIS, Vol. 11 No. 1, 31-38
Ivana, A., Dkk. 2014. Analisa Komitmen
P-ISSN: 2252-4983, E-ISSN: 2549-3108.
Manajemen Rumah Sakit (RS) Terhadap
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Mongdong, S., R., DKK. 2019. Gambaran
RS Prima Medika Pemalang. JURNAL
Pelaksanaan Program Kesehatan Dan
KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3rs) Di
Journal),Volume 2, Nomor 1, 35-41. Online
Rsud Maria Walanda Maramis Kabupaten
di
Minahasa Utara. Jurnal KESMAS, Vol. 8, No.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
7, 46-53.

Junaidi, Veriza, E. 2017. Determinan Perilaku


Pertiwi, DKK. 2019. Hazard Identification,
Kewaspadaan Standar Pada Mahasiswa
Risk Assesment And Risk Control Serta
Poltekkes Kemenkes Jambi Tahun 2015.
Penerapan Risk Mapping Pada Rumah Sakit
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1
Hewan Prof. Soeparwi Universitas Gadjah
No.2 Edisi November
Mada. Berita Kedokteran Masyarakat (BKM
ISSN 2580-0590, 132-139.
Journal of Community Medicine and Public
Health Volume 35 Nomor 2, 55- 64.
Kamil, H. 2011. Penerapan Prinsip
Kewaspadaan Standar Oleh Perawat
Putri, O., Z., Dkk. 2017. Analisis Risiko
Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Penyakit
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Bedah Rsudza Banda Aceh Application Of
Petugas Kesehatan Instalasi Gawat Darurat
Universal Precautions Standard By Nurses In
Rumah Sakit Akademik Ugm. Jurnal
Surgical Ward At Rsuza Hospital, Banda
Kesehatan, Issn 1979-7621, Vol. 10, No. 1, 1-
Aceh. Idea Nursing Journal Vol. II No. 1, 1-
12.
11.

Simamora, R. H. (2019). Pengaruh


Lardo, S., Dkk. 2016. Infection Control Risk
Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan
Assessment (ICRA). CDK-238/ vol.43 no.3,
Menggunakan Media Audiovisual terhadap
215-219.
Pengetahuan Pasien Rawat Inap. Jurnal
Keperawatan Silampari, 3(1), 342-351.
Unit. The Indonesian Journal of
Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Occupational Safety and Health, Vol. 7, No.
Identification in Patient Safety Programs 2, 162–171.
Through Clinical Preceptor Models. Medico
Legal Update, 20(3), 553-556. Tribowo, C., Dkk. 2016. Handover Sebagai
Upaya Peningkatan Keselamatan Pasien
Suci, R., P., E. 2018. Risk Assessment (Patient Safety) Di Rumah Sakit. Jurnal
Penyakit Akibat Paparan Bahan Kimia Pada Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Unit Premix Risk Assessment Of Diseases Journal of Nursing), Volume 11, No.2,76-80.
Caused By Chemical Exposure At Premix

Anda mungkin juga menyukai